• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Sejarah Politik Aceh

2.2 Sejarah Pembentukan Partai Aceh

Sebagai gerakan awal dalam sejarah perjalanan pembentukan Partai Aceh (PA) tidak terlepas dari gerakan atau kelompok yang tergabung dalam Partai Aceh (PA) yaitu gerakan perlawanan. Pada awalnya merupakan gerakan melawan penjajahan. Perlawanan kemudian muncul ketika pemerintah dalam hal ini Soekarno mengingkari janjinya untuk menjadikan Indonesia Negara yang berdasarkan islam. Pada tanggal 21 desember 1953 berdirilah Darul Islam/ Tentatra Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh untuk menentang kezhaliman Soekarno secara khusus dan Indonesia secara umum. Gerakan yang bergabung dengan DI/TII Karto Suwiryo di Jawa Barat telah menguasai Aceh 90 persen di awal pergerakannya. Beberapa tahun setelah pergerakan terjadi perdamaian dan Aceh dijadiakan Daerah Istimewa Aceh. Namun, karena ada hal yang lebih prinsipil DI/TII Aceh dan Jawa Barat, September 1955 DI/TII Aceh digantikan Teungku Muhammad Daud Beureuh menjadi Negara Bagian Aceh/Negara Islam Indonesia (NBA/NII).26

25

Wawancara dengan beberapa tokoh Partai Aceh di akntor DPW PA,Kuala Simpang, tanggal, 11 April 2010.

26

Wawancara Rusman,loc.Cit.

tetapi ini juga di rasa dia tidak efektif untuk menegakkan syari’at islam di Indonesia, maka pada tanggal 15 Agustus ia mengumumkan Republik Islam Aceh (RIA) yang terpisah dari perjuangan DI/TII ala Indonesia. Hal yang sama juga terjadi, dimana perjuangan dalam bingkai RIA tidak berkelanjutan seperti apa yang diharapkan. Sebahagian pengikut Abu Beureuh membuat perdamaian secara sepihak dengan pemerintahan Indonesia. Lewat usaha

dewan revolusi yang memediasi perdamaian tersebut yang Hasan Saleh cs dan tidak lama kemudian Abu bereuh turun gunung pada tanggal 9 mei 1962.

Berakhirnya perang cambok dan turun gunungnya Teungku Muhammad Daud Beureuh sebagai aktor pemberontak para pengikutnya surut. Ia tetap yakin bahwa rakyat Aceh bisa bangkit menyusun kekuatan dan membangkitkan moral perlawanan. Lalu diutuslah Zainal Abidin menemui Hasan Tiro yang sedang belajar di Amerika. Pertemuan terjadi pada tahun 1972 dan disepakati Tiro akan mengirim senjata ke Aceh. Sayang senjata juga tak dikirim hingga Beureuh meninggal. Hasan Saleh, Jamil Amin, Zainal Abidin, Hasan Tiro, Ilyas leubee, dan masih banyak lagi perkumpulan di kaki gunug halimun, Pidie. Di sana, pada tanggal 24 Mei 1977, para toko eks DI/TII dan toko Aceh muda mendirikan GAM. Selama empat hari bersidang, Daud beureuh ditunjuk sebagai pimpinan tertinggi. Sementara Hasan Tiro yang tak hadir dalam pendirian GAM itu ditunjuk sebagai wali Negara. GAM terdiri atas 15 menteri, empat pejabat setingkat menteri dan enam gubernur. Mereka pun bergeriliya memuliakan rakyat Aceh, adat dan agamanya yang diinjak-injak Soekarno. Setelah Orde Lama berakhir dan naiknya soeharto yang mendapat legitimasi melalui pemilu 1971 dengan mesin Golkarnya. Melihat hal ini beberapa tokoh Darul Islam bertekad melakukan gerakan, karna Soeharto tidak ubahnya dengan Soekarno dengan program ekpolitasi sumberdaya alam Aceh melalaui proyek multinasional di era tahun 1970-an.27

Pada tanggal 4 Desember 1976 Dr Teungku Muhammad Hasan Di Tiro mendirikan Gerkan Aceh Merdeka, usaha ini dilakukan untuk melanjutkan perjuangan Negara Islam Aceh. Diluar negeri Tiro melakukan maneuver politiknya dengan mengecam pemerintahan Indonesia dimasa kabinet Ali Sastromidjojo yang fasis-komunis. Karena merasa bahwa Islam tidak

27

mendapat tempat dimata msyarakat internasional. Ia mengubah strategi perjuangannya dengan menciptakan pemikiran-pemikiran dengan segala intrik politiknya membentuk Negara federal dalam Demokrasi di Indonesia.

Setelah kepulangannya ke Indonesia pada tahun 1977. Ia melihat penderitaan rakyat Aceh sepanjang kemerdekaan RI yang kemudian ditulisnya dalam buku “ The Drama Of Achenese

History 1873-1978”, dan ia menjalankan roda organisasi GAM, membentuk sayap militer

Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), membentuk kabinet, dan ia sendiri duduk sebagai wali Negara. Ia mentranformasikan pemikirannya melalui indoktrinisasi idiologi yang sangat intens dalam tubuh GAM. Diantara pemikirannya bagaimana mengembalikan kejayaan Aceh seperti masa kesultanan Aceh yang pernah Berjaya dahulu., mengajari rakyat Aceh kedaran berpolitik, memobilisasi dengan gegasan politiknya yang anti Indonesia.

Seiring dengan perjalan waktu GAM berkembang dengan genjar melakukan perlawanan terhadap aparat militer di Aceh. Intimidasi dan terror ditebarkan oloh AGAM dengan maksud untuk menghabisi lawan politiknya. Tak ada lagi batasan hukum, yang ada adalah bahasa kekerasan dan dendam. Aceh hanya dijadikan kepentingan pusat. Konflik mencuak kepermukaan di tahun 1989. Daerah operasi Militer (DOM) kemudian diberlakukan di Aceh sebagai upaya pemerintah untuk meredam gerakan perlawanan, tetapi ribuan rakyat Aceh dibantai dengan cara- cara primitive dan tanpa prosedur yang jelas. Pada Orde Reformasi dan pasca pencabutan status DOM pada tanggal 17 Agustus 1998, keadilan di Aceh tetap menjadi impian belaka, malah Operasi Militer dengan wajah baru dengan nama sandi “Operasi Wibawa 99” kembali digelar sebagai konsekuensi adanya anggapan GAM. Bertitik tolak dari hal tersebut pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan permasalahan ini dengan jalan damai melalui kesepakatan

penghentian permusuhan (Cassetion Of Hostilities Agretment) atau (CoHA)28

28

Persetujuan RI_GAM di Tokyo Gagal Capai Kesepakatan: Operasi Pemulihan Keamanan, Kompas. 19 mei 2003.

sejak 9 Desember 2002 lalu di jenewa Swiss. Saat itu dibentuk Komisi Keamanan Bersama (Joint Security

Cominitee) atau (JSC) yang terdiri atas unsure TNI/POLRI, GAM dengan Henry Dunant Center

(HDC) sebagai fasilitator yang salah satu alternative penyelesaiannya adalah pemberian otonomi khusus dalam kerangka NKRI. Tetapi hal ini tidak membuahkan hasil dan hanya menimbulkan krisis sosial, budaya, politik yang serius bagi masyarakat Aceh dan kembali lagi operasi pemulihan keamanan di mulai di Aceh.

Pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, akhirnya kesepakatan antara Republik Indonesia dengan GAM mencapai kesepakatan perdamaian. Hal ini yang melahirkan terbentuknya Partai Aceh, sebagai partai yang mengusung dari poin-poin MoU Helsinki. Pada tanggal 4 Juni 2007 partai Aceh di deklarasikan di Banda Aceh, Partai Aceh dulunya di kenal dengan Partai GAM, karena melanggar kesepakatan Helsinki, yang mengatur bahwa anggota GAM tidak akan memakai seragam atau menunjukkan syimbul-syimbul militer setelah penandatanganan MoU, pada tanggal 29 April 2007 kumudian partai ini resmi berganti nama menjadi Partai Aceh (PA).

Dokumen terkait