• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas

Usaha untuk mendirikan lembaga amil zakat sudah lama dilakukan, baik perorangan atau melalui lembaga keagamaan seperti masjid, maupun yang formal atau semi formal yang difasilitasi oleh pemerintah atau MUI (Majelis Ulama Indonesia) desa, namun demikian hasilnya belum banyak terlihat. Kegigihan untuk menangani zakat di kalangan muslim Eretan dapat dimaklumi, karena menunaikan zakat adalah kewajiban setiap muslim, bahkan zakat merupakan salah satu sendi atau rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan sholat.

Seorang muslim harus merasakan manis atau pahitnya sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat, bukan bersikap acuh dan tak peduli. Banyak di jelaskan dalam banyak ayat dan hadis yang menekankan keterikatan iman dengan rasa senasib dan sepenanggungan, satu di antaranya adalah surat al-hasyr ayat 9. yang artinya “Mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri sekalipun mereka membutuhkan (atas apa yang mereka

63

berikan itu)”. Pendidikan kejiwaan untuk merasakan senasib dan sepenanggungan di antara masyarakat dapat menciptakan hubungan yang serasi di antara mereka, yang salah satu cerminannya adalah kesediaannya mengulurkan tangan sebelum diminta oleh yang membutuhkan, atau kesediaan berkorban demi kepentingan orang banyak.

Setiap pribadi muslim bertanggung jawab untuk menyucikan jiwa dan harta dirinya, kemudian keluarganya. Dengan memberikan perhatian (minimal) terhadap pendidikan anak-anak, istri dan keluarga, baik dari segi jasmani maupun rohani, bila memungkinkan dengan menyantuni orang yang membutuhkan, yang tentunya tanggung jawab tersebut mengandung konsekwensi biaya dan pendanaan.

Seorang muslim berkewajiban pula menciptakan rasa aman menghadapi masa depan diri dan keluarganya. Firman Allah:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. Al-Nisa : 9)

Dari keluarga, kewajiban beralih kepada seluruh anggota masyarakat, sehingga dikenal adanya kewajiban timbal balik antara pribadi dan masyarakat, serta masyarakat terhadap pribadi. Kewajiban tersebut-sebagaimana halnya setiap kewajiban-melahirkan hak-hak tertentu yang sifatnya adalah keserasian dan keseimbangan di antara keduanya.

Islam sebagai agama yang bersifat paripurna, di dalamnya mengajarkan ajaran keseimbangan dan jalan moderasi bagi umat manusia.

Islam tidak hanya mengajarkan kesalehan individu tetapi islam juga menuntut kita untuk saleh secara sosial. Banyak dijelaskan dalam al-qur’an

maupun sunnah nabi tentang kewajiban-kewajiban sosial kita terhadap sesama, bahkan kita dianggap belum beriman selagi kita belum peduli dengan sesama kita dan mencintai mereka seperti mencintai diri kita sendiri, terlebih pada mereka yang hidup dalam kekurangan. Dalam bahasa yang lebih tegas, al-qur’an mengecap pendusta agama bagi mereka yang tidak

mau menyantuni fakir-miskin yang kekurangan juga tidak mau tahu soal keberadaan anak-anak yatim (Q.S Al-Maun 1-3).

Dalam pelacakan penulis, informasi tertulis tentang lembaga (organisasi) atau badan zakat di Eretan sangat minim, kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Untuk menelusuri informasi tentang keberadaan lembaga amil zakat yang pernah ada di desa Eretan dan usaha-usaha yang pernah dilakukan, penulis berusaha menelusurinya dari pelaku sejarah dan nara sumber yang tahu keberadaannya, sehingga kemungkinan informasi dan tulisan saya tentang masalah ini terbatas sampai masa dari nara sumber atau pelaku sejarah yang masih hidup saat buku ini ditulis.

Dalam diskusi penulis dengan salah satu nara sumber yang juga pelaku sejarah, Ustadz Sufyan Tsauri, BA (Ketua DKM Al-Ikhlas periode 1983-2004). Beliau mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Kuwu Safrudin Yuafi (Alm) (1988-1997), pemerintah desa saat itu memfasilitasi para ulama dan umara dalam satu tim melakukan studi banding tentang tata cara pengelolaan zakat ke Desa Putuk Rejo kecamatan Gondang Legi kota Malang Jawa Timur, yang dari kabar/isunya desa ini dapat membangun rumah sakit dari dana zakat yang berasal dari penduduknya.

Karena tidak ada koordinasi sebelumnya dengan pemerintah desa Putuk Rejo saat itu, Tim yang terdiri dari Safrudin Yuafi (Alm), Suyatno

(Alm), Sopyan Tsauri dan Ta’ardjo ini tidak bisa bertemu dengan pihak

Program ini dilanjutkan pada masa pemerintahan Kuwu Nano Suwarno (1998-2008) melakukan studi banding dengan tujuan desa yang sama. Saat itu tim terdiri dari Bapak Patoni Kaharudin (Alm) sebagai ketua, dengan anggota Nano Suwarno, Sopyan Tsauri, Saefudin Zuhri, dan Sumarso. Dari studi banding yang kedua ini didapat informasi kalau desa Putuk Rejo yang berada di Propinsi Jawa Timur ini berpenduduk 6000 jiwa, sebagaian besar dari penduduknya adalah suku Madura, dengan mata pencaharian sebagai petani. Di desa Putuk Rejo ini ada lembaga musyawarah yang melibatkan aparat pemerintah desa, tokoh agama dan masyarakat yang bernama MUAD (Musyawarah Ulama dan Aparat Desa) yang merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan zakat.

Musyawarah yang melibatkan pihak pemdes, ulama dan tokoh masyarakat ini diadakan satu bulan sekali. Dari musyawarah/ rapat ini dapat dirumuskan kebijakan dalam pengelolaan dan pengalokasian zakat untuk masyarakat. Informasi yang didapat dari studi banding ini bahwa dari seluruh dana yang masuk, 25% untuk alokasi pendidikan masyarakat, sementara yang 70% untuk pembangunan fisik dan santunan sosial bagi fakir-miskin, sisanya yang 5% untuk bagian amilin.

Hasil dari studi banding ke desa putuk rejo ini, karena beberapa alasan belum dapat diterapkan di desa Eretan, hal ini dikarenakan karakter dan SDM masyarakatnya yang berbeda. Badan Zakat resmi bentukan pemerintah desa pun dalam setiap periodenya selalu ada, tercatat dalam investigasi penulis dua kepengurusan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqah (BAZIS) desa Eretan yang terakhir adalah BAZIS desa Eretan periode 1999-2004 dengan ketua H. Suharto, kemudian dilanjutkan periode setelahnya (2004-2008) dengan ketua Dasuki Dinussalam. Pada prakteknya Bazis desa saat itu hanya mengelola zakat fitrah saat hari raya idul fitri, sementara zakat mal belum tergarap secara maksimal sehingga keberadaannya sebagai lembaga pengelola dana zakat, infaq, dan shodaqah

kurang efektif. Setelah berdirinya Pondok zakat Al-Ikhlas pada tahun 2006, BAZIS desa akhirnya meleburkan diri di dalamnya.

Usaha yang juga cukup penting dari perjuangan masyarakat Eretan untuk merintis dan mendirikan lembaga zakat adalah saat komisi bidang keagamaan yang diwakili Bapak Mustaram Shiddiq dengan makalah yang ditulis Sumarso dalam pleno persiapan sebelum diskusi dalam Forum Komunikasi Keluarga Eretan di PPSDP Jakarta pada tanggal 24 Mei 2005 di masjid Al-Furqon merumuskan dan mempresentasikan salah satu skala prioritas komisi keagamaan adalah mendirikan lembaga amil zakat di samping pengadaan perpustakaan untuk masjid dan musholla dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas masyarakat Eretan.

Rumusan ini pada akhirnya juga dikukuhkan dalam pleno Bedah Problema dan Solusi desa Eretan di Jakarta pada tanggal 26-27 Mei 2005, dan akhirnya ditetapkan menjadi agenda di komisi keagamaan FKKE (Forum Komunikasi Keluarga Eretan).

Permasalahan kemiskinan adalah sesuatu yang pelik dan kompleks, bahkan sering terjadi kemiskinan menimbulkan efek domino, seperti tindak criminal/kejahatan, kekerasan, prostitusi, juga kebodohan dan keterbelakangan. Permasalahan ini terjadi dan dialami dalam setiap sejarah manusia. Eretan sebagai komunitas masyarakat yang heterogen pun pernah mengalaminya, Peristiwa tindak anarkhis itu terjadi di tengah-tengah masyarakat Eretan yang mayoritas penduduknya berada di bawah garis kemiskinan utamanya sebagai nelayan kecil. Pada pertengahan Ramadhan

1426 H / Oktober 2005 tepatnya pada hari jum’at, karena merasa kecewa

dengan pemerintah desa yang dianggap tidak adil dan merata dalam distribusi dana BLT, masyarakat miskin marah dengan merusak balai desa Eretan dan fasilitas desa lainnya. Hal ini menimbulkan keprihatinan semua pihak, dengan difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas bekerja sama dengan FKKE Jabodetabek diadakan acara Halal bihalal pasca lebaran idul fitri 1426 H,

yang salah satu sesinya adalah pembentukan lembaga pemberdayaan masyarakat lemah.

Dalam acara Halal Bihalal yang dimoderatori Masnun Sarnawi, SAg dengan notulen dan coordinator seksi acara, Casmin AR. saat itu banyak saran dan usulan yang disampaikan mengenai kesetujuan dan pentingnya membentuk lembaga pemberdayaan ekonomi lemah dengan memanfaatkan dana zakat yang ada. Tercatat yang menyampaikan usul dan harapannya saat itu perwakilan dari FKKE Jabodetabek, Drs. H. Marita Triono, MM (Auditor Depkeu), Dra. H. Yati Setiati (Dosen UNJ Jakarta). Adapun dari masyarakat Eretan domisili, Drs. H. Tosin Kaharyanto, MPd (Kepsek SMPN Patrol), H. Mansur Idris (DPRD Kab. Indramayu), Acih Sumiarsih, dll.

Acara halal bihalal yang difasilitasi oleh DKM Al-Ikhlas ini membuat kesepakatan untuk membentuk tim yang akan menindak lanjuti sampai terwujudnya lembaga zakat yang diharapkan. Dalam forum itu juga H. Marita selaku ketua umum FKKE Jabodetabek menawarkan studi banding ke Rumah Zakat Indonesia (RZI) di Bandung. Dalam sejarah masyarakat Eretan lembaga amil zakat yang dideklarasikan setelah pertemuan-pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan nama Pondok zakat Al-Ikhlas Eretan.64

2. Visi dan misi

Pondok zakat Al-Ikhlas menerapkan system pembagian yang seimbang dan sama rata dari delapan ashnaf yang ada sehingga setiap ashnaf mendapat bagian 12,5%. Landasan yuridis kebijakan dan kesepakatan ini berpijak pada dalil-dalil yang sharih baik dalam

al-qur’an maupun sunnah Nabi juga qaul ulama. Mayoritas ulama

syafi’iyah yang jadi rujukan umat Islam Indonesia, menggunakan konsep

64

pembagian yang sama ini, kecuali dalam situasi khusus atau tertentu dapat ditasharufkan (disalurkan) untuk ashnaf-ashnaf tertentu saja.

Pada Rapat Kerja (RAKER) Pondok zakat Al-Ikhlas II, tanggal 28 Juni 2009 di Rumah Makan Asy-Syafiq Eretan Kulon, Majelis Pelaksana Pondok zakat Al-Ikhlas mengusung Tema : “Dengan zakat kita tingkatkan kualitas umat”. Dalam Raker Pondok zakat Al-Ikhlas II ini, Majelis Pelaksana juga berusaha merumuskan Visi, Misi, dan strategi lembaga.

Karena keterbatasan waktu saat itu, visi dan misi Pondok zakat Al-Ikhlas secara redaksionalnya belum dapat dirumuskan secara valid sehingga upaya selanjutnya dilakukan oleh Tim Adhoc yang pada akhirnya menemukan rumusan redaksional visi Pondok zakat Al-Ikhlas

sebagai “Lembaga amil zakat yang unggul, amanah, serta menjadi motor

penggerak upaya pemberdayaan sosio-ekonomi umat”. Sementara misi yang diusung dan diproyeksikan sebagai penjabaran dari visi Pondok zakat Al-Ikhlas adalah :

a. Menjadi Lembaga amil zakat profesional berbasis kesalehan social b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga tentang zakat c. Meningkatkan peran sosio-ekonomi zakat bagi kemaslahatan umat d. Membina dan Melaksanakan dakwah masyarakat

Dari visi, misi, ini kemudian di tuangkan dalam program kerja Pondok zakat Al-Ikhlas masa khidmat 2009-2011 yang tanggung jawab tekhnisnya diampu dan didistribusikan pada empat divisi yang ada.65

65

3. Divisi Pondok zakat

Dalam oprasionalnya ketiga aspek pemberdayaan dan santunan sosial tersebut di formulasikan dalam empat divisi. Empat divisi tersebut adalah:

a. Divisi Operasional Kelembagaan

Divisi operasional kelembagaan adalah bagian rumah tangga pondok zakat Al-ikhlas, divisi ini menangani seluruh kebutuhan rumah tangga organisasi. Baik berupa pengadaan alat-alat kantor, kesekretariatan sampai pada intensif atau bisyaroh amil. Dalam operasional kelembagaan mengelola 12,5% dari dana yang masuk, bagian dari ashnaf amil, yang alokasi pengeluarannya untuk kebutuhan intern organisasi

Pondok zakat Al-ikhlas menerapkan system pembagian yang seimbang dan sama rata dari delapan ashnaf yang ada sehingga setiap ashnaf mendapat bagia 12,5%. Landasan yuridis kebijakan dan kesepakatan ini berpijak pada dalil-dalil yang sharih baik dalam al-quran

maupun sunnah nabi juga qaul ulama. Mayoritas ulama syafi’iyah yang

jadi rujuka umat islam Indonesia, menggunakan konsep pembagian yang sama ini, kecuali dalam situasi khusus atau tertentu dapat ditasharufkan

(disalurkan) untuk ashnaf-ashnaf tertentu saja. b. Divisi Kesejahteraan Umum

Divisi ini berperan sebagai badan urusan logistic (BULOG) pondok zakat Al-ikhlas, karena urusan logistic dan progam-progam santunan sosial untuk fakir-miskin yang sifatnya konsumtif menjadi garapan divisi ini. Divisi ini mengelola 37,5 % dari zakat yang ada. pos alokasinnya diambil dari tiga ashnaf masarif zakat (person atau lembaga yang menjadi sasaran penerimaan zakat).

Divisi ini mengagendakan santunan sosial untuk fakir miskin secara periodic atau berkala, setelah sebelumnya melakukan pendataan dan inventarisasi nama-nama fakir miskin yang ada di desa Eretan Wetan bekerja sama dengan membangun jaringan data dengan masjid atau mushola se-desa Eretan.66

c. Divisi Pengembangan Sosial dan Keagamaan

Divisi pengembangan Sosial keagamaan adalah divisi ketiga dalam struktur Majelis pelaksana Pondok zakat al-Ikhlas. Divisi ini menjadi ujung tombak keberadaan Pondok zakat Al-Ikhlas di tengah-tengah masyarakat Eretan, karena program-program sosial dan keagamaan terdistribusikan melalui divisi ini.

Divisi Pengembangan Sosial Keagamaan (DPSK), mengelola 37,5 % dari dana yang ada, alokasi dari tiga masarif zakat, yakni;

Mualaf, Ibnu sabil, dan Fi sabilillah. Penanggung jawab divisi ini adalah H. Iyon Supriyono dan Drs. Tatang Suwatno. Di antara program kerja yang telah dilaksanakan sesuai rumusan hasil Raker II untuk divisi pengembangan Sosial keagamaan adalah :

1) Pemberian Bisyaroh untuk guru ngaji dan imam rawatib secara periodik atau berkala

2) Subsidi untuk guru MI dan DTA se-Desa Eretan Eretan

3) Bea siswa Miskin untuk siswa-siswi DTA Eretan wetan, masing-masing DTA mendapat bantuan bea siswa sebanyak 10 anak dalam setiap bulannya.

4) Dana pralaya atau penyediaan kain kafan, tikar dan kebutuhan mayit lainnya untuk keluarga miskin yang sedang mengalami musibah kematian salah satu sanak keluarganya.

66

5) Bantuan paket sembako paceklik untuk fakir-miskin se-desa Eretan Wetan. Program ini biasanya dibagikan saat cuaca sedang memasuki masa-masa dengan curah hujan tinggi (Januari-Pebruari), sehingga mengkibatkan masyarakat nelayan Eretan tidak bisa berlayar ke laut mencari nafkah, program ini digulirkan untuk sedikit membantu masyarakat miskin mengatasi masa-masa paceklik mereka.

6) Layanan kesehatan masyarakat.

Untuk program layanan kesehatan ini pada bulan April 2011 Pondok zakat Al-Ikhlas membangun komunikasi dan kerja sama dengan panitia lokal Jalinan kasih cirebon mengadakan operasi hernia, katarak, dan bibir sumbing gratis, program yang baru dilaksanakan pada tahun 2011 ini mendapat perhatian dan apresiasi yang luas dari masyarakat Eretan. Program ini diikuti 46 masyarakat penderita hernia dan katarak, setelah dilakukan kajian dan pemeriksaan oleh dokter ahli, yang dinyatakan layak operasi hanya 12 orang. Bantuan yang diberikan secara gratis oleh Pondok zakat Al-Ikhlas adalah meliputi penyediaan kendaraan untuk transportasi Eretan-Cirebon sekaligus akomodasi dan konsumsinya sebanyak 3 kali pemeriksaan sampai pelaksanaan operasi katarak dan hernia.

7) Pengadaan Ambulans murah.

Program layanan ambulans ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan atas bantuan dari masyarakat Eretan dan pengurus FKKE pada tahun 2011 tepatnya di rumah Keluarga Drs H. Eddi Budiono, MM di Depok, Pengurus Pondok zakat Al-Ikhlas di dampingi Ketua Yayasan Al-Ikhlas, Drs. H. Marita Triono, MM membahas dan melakukan peremajaan dan penggantian

ambulans dari minibus menjadi sedan AVP. Program ini Dalam praksisnya karena masih terkendala dengan dana, layanan gratisnya baru untuk tujuan RSUD Sentot Patrol dan RSUD Bhayangkara Losarang, sementara untuk wilayah yang lebih jauh dari kedua RSUD itu ditarik biaya sesuai jaraknya sebagai infaq pengganti bensin.

d. Divisi Pemberdayaan Ekonomi

Divisi pemberdayaan Ekonomi adalah divisi keempat dalam struktur majelis pelaksana Pondok zakat al-Ikhlas, Divisi ini pada kepengurusan pondok zakat jilid II dipegang oleh Samani, SPd I dkk.

Sesuai keputusan Rapat Kerja Pondok zakat II pada tanggal 28 Juni 2009, divisi ini sebagaimana putusan Raker I memproyeksikan untuk pengadaan koperasi simpan pinjam atau pendirian unit-unit usaha dalam rangka pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah. Ide dasar dari rencana atau proyeksi ke tujuan ini adalah bahwa idealnya dana zakat yang disalurkan kepada masarif zakat yang delapan ashnaf tersebut tidak semuanya bersifat konsumtif atau sekali habis, tetapi sebagian atau kalau bisa lebih banyak lagi prosentasenya disalurkan untuk program-program yang bersifat produktif. Program yang melatih fakir-miskin menjadi mandiri dan tidak bergantung pada uluran tangan atau bantuan orang lain, Sehingga hasil akhirnya bagaimana menjadikan mustahiq zakat menjadi muzakki, begitu seterusnya.

Program dan agenda yang besar ini setelah di diskusikan dan dimusyawarahkan dengan keluarga besar Al-Ikhlas akhirnya disepakati untuk memilih lembaga pemberdayaan masyarakat

ekonomi lemah dalam bentuk Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Al-Ikhlas yang dalam operasionalnya bersifat mandiri di bawah Yayasan Al-Ikhlas Eretan. Adapun dalam operasionalisasi dan pendanaan awalnya, Pondok zakat Al-Ikhlas melakukan support penuh dengan menyerahkan dana alokasi divisi ini yang diendapkan sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 sebesar 70 Juta rupiah kepada BMT Al-Ikhlas. Dimulai dari dana stimulan inilah, BMT Al-Ikhlas mulai berkiprah sejak tahun 2011 melakukan pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lemah yang ada di desa Eretan wetan.67

4. Progam kerja

Dalam setiap organisasi pasti memiliki progam kerja, begitu juga dengan Pondok zakat. Progam-progam Kerja diantarannya adalah:

a. Ketua

1) Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap proses jalannya pelaksanaan pondok zakat al-ikhlas

2) Merencanakan pengembangan, pengumpulan dan pendayagunaan dana pondok zakat Al-ikhlas

3) Melakukan koordinasi kedalam dan keluar Pondok zakat Al-ikhlas b. Sekertaris

1) Pengadaan sarana administrasi dan kesekertariatan Pondok zakat Al-ikhlas

2) Melakukan sosialisasi mengenai keberadaan Pondok zakat Al-ikhlas

3) Membuat logo atau identitas serta jadwal kerja pengurus Pondok zakat Al-ikhlas

67

c. Bendahara

1) Melakukan usaha penggalian dana yang halal dan tidak mengikat 2) Menghimpun dan mengelola dana yang masuk maupun yang

keluar pada Pondok zakat Al-ikhlas d. Divisi operasional kelembagaan

1) Mengelola anggaran operasional kelembagaan 2) Pengadaan kotak amal Pondok zakat Al-ikhlas e. Divisi kesejahteraan umum

1) Validasi data mustahik zakat

2) Distribusi bantuan langsung baik berupa uang maupun paket bantuan kepada mustahik

f. Divisi pengembangan sosial keagamaan

1) Inventarisasi musholla, madrasah (lembaga keagamaan/sosial) yang butuh bantuan fisik

2) Pemberian tunjangan ustadz/ustadzah

3) Pemberian santunan orang sakit dan kaum dhu’afa

4) Pemberian santunan kepada pralaya dari kaum dhua’fa

5) Pemberian bantuan paket sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu

6) Pengadaan khitanan dan penikahan missal g. Divisi pemberdayaan ekonomi

1) Menghimpun dan mengelola dana 12,5% bagian riqob Memberikan pinjaman modal bagi usaha kecil.68

5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok zakat

Salah satu ciri khas penanganan zakat di Desa Eretan-Wetan adalah dilakukan secara terkordinir, sehingga dapat dipastikan apa yang

68

diterima dan seberapa besar atau banyaknya jumlah beras atau uang kepada mustahik sedesa Eretan adalah sama rata, pola ini kita namai pola distribusi silang yang merupakan karya rintisan pertama dilingkungan wilayah kabupaten Indramayu. Pola ini menempatkan Pondok zakat, melanjutkan rintisan yang sudah dijalankan di masjid al-ikhlas sebagai sentral informasi dan pelaksanaan zakat baik fitral maupun maal dengan mengkordinir dan mendata pendapatan beras (fitrah) dari masing-masing musholla kemudian mengkalkulasi dan membaginya secara sama rata kepada masing-masing mustahik sedesa eretan, dengan mensubsidi musholla yang kurang dan menarik bagian musholla yang berlebih.

Dalam menjalankan tugas pengelolaan dan pendistribusian zakat pengurus pondok zakat Al-ikhlas membangun jalinan kerja sama dengan masjid dan musholla sedesa Eretan wetan baik berkenaan dengan data mustahik atau saat pendistribusiannya.69

C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini

Masyarakat di Kabupaten Indramayu umumnya mendiami wilayah pesisir pantai utara pulau jawa, tepatnya jawa barat. Beberapa kecamatan yang wilayahnya memanjang menyisir pantai Indramayu dimulai dari kecamatan Anjatan, Kandanghaur, Sindang, Indramayu dan Juntinyuat.70 Penelitian ini difokuskan pada Desa Eretan-Wetan kecamatan Kandanghaur kabupaten Indramayu.

Secara geografis letak Desa Eretan berbatasan langsung dengan laut jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai, sehinga menurut pak casmin salah seorang informan yang berperan sebagai sekretaris di lembaga pondok zakat Eretan-Wetan Menurutnya, bahwa hal inilah yang menjadi

69

Casmin. op. cit., h. 17

70Budiaman, “Strategi Adaptasi Masyarakat Nelaya Dalam Menghadapi Masa Lanjut Usia”.

alasan mengapa masyarakat Eretan banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Menurut data yang ada bahwa tercatat 80% masyarakat Eretan-Wetan berprofesi sebagai nelayan

Masyarakat nelayan di desa Eretan-Wetan pada umumya sama dengan nelayan-nelayan di daerah lainnya, namun masyarakat nelayan di desa Eretan-Wetan menurut peneliti dapat digolongkan menjadi dua golongan, pertama golongan masyarakat nelayan yang memiliki kapal besar dan masyarakat nelayan yang memiliki kapal kecil. Masyarakat nelayan yang memiliki kapal besar biasanya memiliki modal yang banyak sehingga kapal yang mereka gunakan dapat menampung anak buah kapal dan hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak. Selain itu, masa berlayar kapal besar lebih lama dan lebih jauh dibandingkan dengan kapal-kapal kecil. Sedangkan masyarakat nelayan yang memiliki kapal kecil sebaliknya, yaitu memiliki modal yang

Dokumen terkait