KABUPATEN INDRAMAYU
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Dine Ayu Ertanti
NIM. 1110015000063
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA ERETAN WETAN,
KECAMATAN KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Dine Ayu Ertanti
NIM: r110015000063
Pembimbing I
alq
Annisa Windarti. M.Sc
NrP. 19820802201101 2 00s
JURUSAN PBNDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
Pembimbing II
Kabupaten Indramayu disusun oleh DINE AYU ERTANTI Nomor induk mahasiswa 1110015000063, diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN syarif
hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 24 marct20l5 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan IPS.
Jakarta 24Maret20l5
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Progam Studi) Dr. Iwan Purwanto. M.Pd
NIP: 1 9730 424 20080
I
101 2Sekretaris (Sekretaris jurusan/Prodi) Drs. H. Syaripulloh. M.Si
NIP: 19670909 200701
I
003Penguji I
Drs. H. Syarioulloh. M.Si NIP: 19670909 200701 1 003
Penguji II Sodikin. M.Si
-.t\.
---tt \
--"-t J \
A2-O4-2O/S
=---
€-Mengetahui: Tarbivah dan K
Nama
NIM Jurusan
Alamat
Dine Ayu Ertanti I 10015000063
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Jln KUD Misayamina blok pang-pang 1, no: 6a Eretan-Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
MEI\'YATAKAN DENGAI\ SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi
yang berjudul Peran Masyarakat Nelayan
Dalam
Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-Wetan, KecamatanKandanghaur, Kabupaten Indramayuadalah benar hasil karya sendiri dibawah
bimbingandosen:
Nama Pembimbing Dosen
I
: Annisa Windarti, M.ScNIP
:198208A2201101 2005Nama Pembimbing Dosen
II
: Mochammad Noviadi Nugroho, M.pdNIP :19761118 201101 1 006
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.
Jakarta 2 Februari 2015
iv
Progam Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas di Desa Eretan-Wetan, Indramayu.
Populasi penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Desa Eretan-Wetan, kemudian peneliti juga mewawancarai pengurus Pondok Zakat, pengurus KUD Misaya Mina dan terakhir tokoh agama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi pendalaman observasi, teknik wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.
Hasil menunjukan bahwa terdapat peranan masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan Pondok Zakat Al-ikhlas, peranan yang dilakukan berupa sumbangan uang dan tenaga. Namun, peranan dalam bentuk uang lebih sering dilakukan daripada peranan dalam bentuk tenaga. Meskipun peranan dalam bentuk tenaga masih terbilang rendah, namun sumbangan yang mereka berikan dalam bentuk uang kepada Pondok Zakat sangatlah besar.
v
Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015.
The purpose of this research is to find out how are the roles of fishermen society in the effort of development of Pondok Zakat al-Ikhlas in the Eretan-Wetan village, Indramayu.
This research is using the fishermen society in Eretan-Wetan village as a population. The researcher is also having interview with the managers of Pondok Zakat, Misaya Mina (the Organizer of KUD), and religious figures. The research is using descriptive method with qualitative approach as its research method. The researcher is using the saturated sample of the sampling technique in its research. Also. Observations, interviews, documentations, and field notes are also used to collect all necessary data. The data examination and checking are used to verify the credibility and transferability of the research. This research is using the triangulation technique method, by adjusting the depth study of observation, interview techniques, documentations and field notes.
The results indicate that there is the role of fishermen society in the development of religious social organization Pondok Zakat Al-Ikhlas, such as donations of money and personnel. However, the donation of money is more often given than the donation of personnel. Even so, their contributions are quite enormous.
vi
Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan rasululloh
SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat
iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan
pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan
segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan
penelitian terkait dengan Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan
Sosial Keagamaan Di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Anissa Windarti, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
5. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
vii
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ungkapan terimakasih yang teristimewa penulis haturkan kepada bapa dan ibu
tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, materi dan doa yang
tiada hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dan penyusunan skripsi dengan baik.
9. Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada kaka dan adik tersayang
Amaliyah Ertanti dan Muhammad Iqbal Az-zuhri yang telah memberikan
semangat, nasehat serta doa terbaik dalam setiap doanya.
10.Agus Prasetyo Bayu Aji yang tak pernah letih dalam menyemangati dan
memberikan doa terbaiknya, menampung segala keluh kesah penulis yang
dibalasnya dengan segala dukungan, kesabaran dan kasih sayang.
11.Sahabat inanta tercinta, khususnya Rizqa Afifah, Entim Fatimah, dan Maria Ulfah
terimakasih atas empat tahun yang begitu berwarna, segala canda, doa dan
semangat yang diberikan telah menjadi bagian teristimewa penulis dalam
menjalankan proses penyusunan skripsi ini.
12. Maya Rizky yulianti, Rima Setiawati, Usniyah dan Lita jamalia yang selalu
menemani penulis dalam setiap warna-warni perkuliyahan, memberikan segenap
perhatian dan semangat kepada penulis.
13.Terimakasih juga kepada Ardi Muhammad Arsyad yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan proses penyusunan skripsi dan Putri Anastasya Wulandari
yang telah membantu penulis dalam menyusun revisian Abstract
14.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS khususnya SOS-ANTRO yang telah
berjuang bersama dalam susah dan senangnya masa-masa perkuliyahan,
mengajarkan segala kasih dan rasa pertemanan sehingga penulis dapat bertahan
viii
16.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat
berarti bagi penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kepada-Nya, Amin.
Harapan penulis, semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu
mahasiswa dalam penyusunan skripsi disemester akhir dan menjadi acuan pula bagi
adik-adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakara, 24 maret 2015
Penulis
ix
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi ...5
C. Batasan Masalah ...5
D. Rumusan Masalah ...5
E. Tujuan Penelitian ...5
F. Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN TEORI A. Status dan Peran ...7
1. Status ...7
2. Peran ...8
B. Pengertian Masyarakat ...11
x
G. Organisasi Keagamaan ...22
H. Pedesaan ...24
1. Desa ...24
2. Masyarakat Pedesaan ...26
3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan ...26
I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat ...28
J. Hasil Penelitian yang Relevan ...29
K. Kerangka Berfikir ...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...32
1. Tempat Penelitian ...32
2. Waktu Penelitian ...32
B. Metode dan Desain Penelitian ...34
C. Populas dan Sampel ... 34
D. Prosedur Pengumpulan Data ...35
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ...37
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...40
H. Uji Keabsahan Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Eretan-Wetan ...45
1. Sejarah Desa Eretan-Wetan ... 45
2. Kondisi Geografis dan Keadaan Alam ... 46
3. Jumlah Penduduk ...49
4. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Eretan-Wetan ...51
B. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas ...53
xi
5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok Zakat ...65
C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini ...66
D. Peran Masyarakat Nelayan Dalam Pengembangan Organisasi Pondok Zakat Al-ikhlas
...69
E. Pengaruh Pondok Zakat Terhadap Masyarakat Nelayan ...74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...79
B. Saran ...80
DAFTAR PUSTAKA ...81
xii
xiii
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 32
Gambar 3.2 Skema Metode Triangulasi ... 44
Gambar 3.3 Skema Sumber Triangulasi ... 44
xiv
Lampiran 2 Instrumen Wawancara... 87
Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 89
Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 90
Lampiran 5 Hasil Observasi ... 102
Lampiran 6 Dokumentasi ... 103
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi
1
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508
dengan keseluruhan wilayah Indonesia seluas kurang lebih 5 juta km. 62%
dari wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan dengan sumber daya alam
yang begitu melimpah.1 Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa
Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta
km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE
Indonesia. Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan panjang garis
pantai 104.000 km.2 Sumber daya di wilayah pesisir, di antaranya ikan,
terumbu karang, dan rumput laut. Ikan di dalam batas teritorial diperkirakan
mencapai 5,6 juta ton per tahun. Kondisi tersebut merupakan potensi strategis
bagi negara yang maju dan kuat dari sektor kelautan.3
Dalam hal ini, orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air biasannya di sebut
dengan Nelayan,4 mereka tinggal di daerah pedesaan yang berdekatan dengan
pesisir pantai. Menurut Robert Redfield “pedesaan merupakan peasant
society, yaitu suatu tipe masyarakat yang hidup dari pertanian, yang terikat
lahir dan batin kepada tanah yang mereka duduki, tetapi juga sebaliknya
merasakan diri sebagai bagian dari satu kesatuan kebudayaan atau suatu
1
Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi pada pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h.1, tidak dipublikasikan
2
Keaneka ragaman hayati. http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id. Di akses 12 januari pukul 06.15
3
Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, loc. cit.
4
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
tradisi yang lebih besar”.5 Penduduknya menganggap kehidupan masyarakatnya sendiri hanya bagian bawah dari tradisi yang lebih luas,
sedangkan bagian lainnya mereka anggap sebagai suatu masyarakat yang
lebih maju yaitu masyarakat kota. Sementara menurut firth “seorang
penduduk desa apakah ia petani, nelayan, pengrajin ataupun merangkap
ketiga-tigannya akan di sebut peasan”.6
Warga pedesaan biasannya mempunyai hubungan yang erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan masyarakat pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.7
Ciri-ciri yang menonjol dari masyarakat pedesaan adalah:8
1. Warga memiliki hubungan yang lebih erat
2. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan
3. Golongan orang tua memegang peranan penting
4. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat
bersifat informal
5. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
6. Kehidupan keagamaan lebih kental
Desa Eretan Wetan adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah
pesisir pantura, pada zaman dahulu Desa ini bernama Wanakerta yang berarti
alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat dilacak kapan persisnya perubahan
dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan. Nama eretan sendiri berasal dari
kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu
merupakan media transportasi satu satunya yang menghubungkan dua desa.
Letak eretan secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut
5
Ibid., h. 3
6
Ibid., h. 4
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.
136
8
jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai,9 oleh karenanya
secara alamiah mayoritas penduduk eretan terdorong menjadi masyarakat
nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan
tangkap, pengusaha/bakul ikan, buruh pengelola atau jasa lainnya.
Nelayan pada umumnya tidak pernah mempunyai gambaran yang pasti
mengenai pendapatan yang akan diperolehnya. Suatu saat pendapatannya
besar, tetapi di waktu lainnya bisa tidak ada hasil. Dengan demikian sumber
pendapatan nelayan serba tidak pasti, dan penuh resiko. Karena kerasnya
kehidupan, mereka berjuang di tengah laut mencari nafkah untuk keluarganya.
Akan tetapi mereka terkadang lalai dengan kewajibannya sebagai manusia,
yaitu beribadah kepada Allah.10 Desa Eretan-wetan ini walaupun
penduduknya sebagian besar adalah nelayan tetapi desa ini pada umumnya
berbeda dengan desa-desa nelayan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adannya
beberapa lembaga sosial agama yang berdiri di Desa Eretan-wetan,
diantaranya adalah POKJA PSA, yaitu kelompok kerja yang bergerak di
bidang sosial agama di bawah naungan KUD Misaya Mina Eretan, yang
menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial agama di
desa eretan. Kedua, pondok zakat Al-ikhlas adalah lembaga sosial keagamaan
niribala yang bernaung di bawah yayasan Al-Ikhlas Eretan Wetan. Dan yang
ketiga adalah pondok Bina Yatama Al-ikhlas, yaitu pondok yang menaungi
anak-anak yatim yang ada di desa Eretan Wetan.
Pada dasarnya pelayanan yang di berikan pondok zakat al-khlas
eretan-wetan bersifat kemanusiaan, yang di latar belakangi oleh nilai-nilai
keagamaan bagi setiap umat islam yang beriman untuk saling menolong
terhadap sesama bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini juga tercantum
dalam firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2 :
9
Tim penyusun, Telaah Historis Pondok zakat Al-Ikhlas Eretan. (Eretan: Al-ikhlas Press,
2009), h. 1 10
yang artinya :
“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Al Maidah :2)”
Kondisi pondok zakat sekarang ini pun masih berjalan dengan baik,
bahkan seiring dengan perkembangan waktu pondok zakat Eretan ini semakin
lebih baik. Kemajuan pondok zakat Eretan ini pastinnya tidak luput dari peran
masyarakat setempat yang turut dalam membangun pondok zakat ini. Pada
umumnya walaupun sebagian besar masyarakat Eretan berprofesi sebagai
nelayan tetapi mereka masih memegang erat rasa solidaritas dan nilai-nilai
keagamaan, sehingga dasar inilah yang membuat pondok zakat Eretan masih
berjalan sampai sekarang ini. Selain peran masyarakat, peran pengelola
Pondok zakat pun dinilai penting dalam kemajuan pondok zakat itu sendiri,
karena mereka terus memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat
Eretan yang kurang mampu dengan baik, yang akhirnya masih terus di
percaya oleh masyarakat setempat.
Melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan
memperdalam pengetahuan tentang hubungan masyarakat nelayan dengan
organisasi keagamaan di Desa Eretan-Wetan, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk sebuah skripsi yang
berjudul, “Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan
Organisasi Sosial Keagamaan di Desa Eretan-Wetan Kecamatan
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian masyarakat nelayan ini adalah :
1. Masih rendahnya kegiatan agama pada masyarakat nelayan di eretan
wetan dikarenakan beberapa sebab yang mempengaruhinya.
2. Kurangnya sifat sosial dikalangan masyarakat nelayan eretan terhadap
lingkungan sekitar di karenakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh
para nelayan.
3. Kurangnya peran masyarakat nelayan terhadap lembaga keagamaan di
Desa Eretan Wetan.
C.
Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi masalah
sosial keagamaan pada satu lembaga keagamaan saja yaitu pada organisasi
pondok zakat yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Ikhlas.
D. Rumusan masalah
Dari batasan masalah di atas, maka penulis memfokuskan
penelitiannya terhadap peran masyarakat nelayan pada pengembangan
lembaga Pondok zakat. Dengan demikian, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya
Pengembangan Sosial Keagamaan Pada Organisasi Pondok Zakat Al-Ikhlas”
E. Tujuan Penelitian
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat Desa Eretan dan masyarakat umum mengenai peran masyarakat
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang peran masyarakat nelayan dalam upaya
pengembangan sosial keagamaan pada organisasi Pondok zakat Al-ikhlas ini
diharapkan memiliki manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang kehidupan
masyarakat nelayan di desa Eretan-wetan khususnya tentang peran
dalam pengembangan sosial keagamaan
b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Karya tulis ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masyarakat nelayan.
b. Manfaat bagi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Sebagai referensi tambahan tentang perang masyarakat nelayan terhadap
pengembangan sosial keagamaan sehingga nantinya bisa dijadikan
sebagai rujukan untuk diadakannya penelitian yang lebih mendalam
tentang hal ini.
c. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan gambaran mengenai peran masyarakat nelayan dalam
upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan di Desa Eretan
7
A. Status dan Peran
1. Status
Kedudukan dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto “kedudukan
sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya”. 11 selain itu
Wikipedia menjelaskan bahwa “status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan
kelompok-kelompok lain di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi”.12
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu
pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai
beberapa kedudukan dikarenakan seseorang biasannya ikut serta dalam
berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnya
sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.13 Contoh:
kedudukan fulan sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari
kedudukannya sebagai karyawan, pengusaha, ketua rukun tetangga, suami
nyonya fulanah, ayah dari anak-anak, dan seterusnya.
Hubungan antara individu dengan Kedudukan dapat diibaratkan
sebagai hubungan pengemudi motor dengan tempat atau kedudukan si
pengemudi dengan mesin motor tersebut. Tempat mengemudi dengan
segala alat untuk menjalankan serta mengendalikan motor. Pengemudinya
11
Soekanto, op. cit., h. 210
12
Status social, http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 10.55
dapat diganti degan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya
secara lebih baik, atau bahkan secara leih buruk.
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status. a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai degan
sendirinya tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir.contohnya, anak dari keluarga bangsawan dengan sendirinya memperoleh status bangsawannya. b. Achieved status merupaka status yang diperoleh seorang individu
melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contohnya setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hukum, memiliki pengalaman kerja dalam bidang hukum, dan lulus ujian sebagai hakim. c. Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian
pihak lain. Assigned status berkaitan erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh assigned status adalah gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.14
2. Peran
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena
yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan
tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.15 Contoh, status kepala
sekolah SMA XII, dengan status tersebut, seseorang diharapkan berperan
memimpin sekolahnya. Peran ini tidak akan melekat pada seseorang jika
ia tidak memiliki status kepala sekolah SMA XII. Demikian sebaliknya,
dengan status kepala sekolah SMA XII, seseorang memiliki peran untuk
14
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: esis, 2012), h. 66
15
memimpin sekolah tersebut. Setiap orang mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus
berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur
perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku
orang-orang sekelompoknya. Peranan diatur oleh norma-norma yang
berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki
[image:24.612.114.529.161.590.2]bila berjalan dengan seorang wanita, harus di sebelah luar.
Gambar 2.1. Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat
Dari bagan tersebut terlihan bahwa sebagai anggota keluarga,
kelompok, masyarakat, dan Negara, seorang individu selalu dihadapkan
dengan berbgai hubungan. Hubungan-hubungan ini melahirkan hak dan
kewajiban tertentu bagi individu tersebut.16
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu
pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan
mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut.
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Perlu pula disinggung perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu
(role-facilitis). Masyarakat biasannya memberikan fasilitas-fasilitas pada
individu untuk menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan
peluang-peluang untuk pelaksanaan peranan. Setiap peranan bertujuan agar antara
individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang
disekitarnya yang tersangkut, atau ada hubungannya dengan peranan
16
tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang
diterima dan ditaati kedua belah pihak.17
B. Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa inggris di pakai society yang berasal dari kata latin
socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab
syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.18
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut “masyarakat adalah wadah segenap
antar hubungan social terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta
kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik
atau sub kelompok”.19 Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno
tentang “masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia”.20
Dari kedua
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah hubungan
antara individu satu dengan individu yang lain yang terdiri atas
kelompok-kelompok dan hidup bersama.
Jelasnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kake dan cucu, antara sesama kaum laki-laki atau sesama kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masayrakat.21
Selain itu juga ada yang mejelaskan bahwa masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling
17
Ibid., h.212-214
18
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.115
19 Ahmadi, abu,
Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),h.96
20
Ibid., h.96
21
“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai peranan agar
warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan
kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan
para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang
tinggi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu
kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adannya
suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu
kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Suatu suku bangsa,
misalnya saja suku bangsa bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu
bahasa bali. Namun adannya potensi itu saja tidak akan menyebabkan bahwa
semua orang bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan
suatu interaksi secara intensif di antara semua orang bali tadi.
Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang
bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat
harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang
mengerumuni seorang tukang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat
di katakan sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga
berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunnyai satu ikatan lain kecuali
ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi. Demikian juga
sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan
sebenarnya semua kupulan manusia penonton apapun juga, tidak di sebut
masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah
kerumunan.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu
masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor
kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagipula, pola itu harus bersifat
mantap dan kontinu; dengan perkataan lain, pola khusus itu harus sudah
Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan
kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain,
yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan
khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
Dari uraian di atas, maka definisi masyarakat secara khusus dapat
dirumuskan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu,
dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Definisi itu menyerupai suatu definisi yang diajukan oleh J.L Gillin dan J.P. Giliin dalam buku mereka cultural sociology, yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah “…the largest grouping in which common customs, tradition, attitudes and feelings of unity are operative”. Unsur grouping dalam definisi di atas menyerupai unsur “kesatuan hidup” dalam definisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur “adat
-istiadat” dan “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unity sama dengan unsur “identitas bersama”.22
Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian
masyarakat setempat (community) atau komunitas. Pengertian masyarakat
(society) sifatnya lebih umum dan luas, sedangkan pengertian masyarakat
setempat (community) lebih terbatas dan juga dibatasi oleh areal kawasannya,
serta jumlah warganya. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat
pada masyarakat setempat (community) daripada masyarakat (society), dan
persatuannya juga lebih erat.
Menurut Soerjono Soekanto, Istilah community dapat diterjemahkan
sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.
Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar
atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa
kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang
22
utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya
mereka menjalin hubungan sosial.
Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di mana faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas
wilayahnya. Setiap community sentiment memiliki unsur:
1. Seperasaan
2. Sepenanggungan
3. Saling memerlukan
Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan
dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka
menganggap dirinya sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya “tujuan kami”, “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat
setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Setiap anggota
menjalankan peranannya sesuai dengan posisi kedudukannya masing-masing.
Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari
komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya.
Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologisnya.23
C. Masyarakat Nelayan (fishing communities)
Terdapat beberapa pengertian nelayan diantarannya adalah:
1. Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar-Hoeve, di
jakarta tahun 1989. Pengertian nelayan ialah: “orang yang secara aktif
23
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para
penebar dan penarik jarring), maupun tidak langsung (seperti juru mudi
perahu layar, nakoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak
kapal ikan), sebagai mata pencaharian.”
2. Sedangkan menurut buku pedoman teknik pembangunan perumahan
nelayan, yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum, direktorat
jendral cipta karya, direktorat perumahan, pengertian nelayan ialah: “orang
yang mata pencahariannya sebagai penangkap ikan (laut, sungai, danau),
sebagai pengolahan industry ikan seperti membuat petis, krupuk, dan
lain-lain.
3. Menurut buku penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh balai pustaka
di jakarta, tahun 1989, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata
pencaharian utamannya dari usaha menangkap ikan (di laut).24
4. Dalam buku ketentuan kerja pengumpulan dan penyajian data statistik,
nelayan di definisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan
pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air.Hal
ini berarti orang yang membuat jaring, istri, anak serta orang tua nelayan
yang tidak aktif dalam oprasi penangkapan ikan tidak di masukkan dalam
katagori nelayan.
Dari keempat definisi ke atas bahwasannya banyak dari mereka yang
mendefinisan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan
dalam oprasi penangkapan ikan. Dengan demikian orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat
perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikatagorikan sebagai nelayan.
Sedangkan ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap
24
ikan dikatagorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak aktif secara
langsung melakukan penangkapan ikan.
Menurut Alfredo Sfeir Younis dalam pollnac, sektor penangkapan
ikan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, sektor perikanan berskala besar,
pada umumnya diorganisasikan dengan cara serupa perusahaan agro industry
dinegara-negara maju dan lebih padat modal, memberikan pendapatan lebih
tinggi serta kebanyakan untuk ikan kaleng dan ikan beku serta untuk pasaran
ekspor. Kedua, sektor perikanan berskala kecil, umumnya terletak di daerah
pedesaan dan pesisir dengan cirri khas bertumpang tindih dengan kegiatan
lain seperti perternakan, pertanian dan budi daya ikan. Umumnya tidak
menggunakan mesin dan ikan yang dihasilkan umumnya untuk konsumsi
masyarakat setempat.
Pola hidup nelayan sedikit banyak diliputi oleh ketidakpastian
penghasilan, karena aktivitas penangkapan ikan sangat tergantung pada alam.
Disamping sifat usahannya pun dianggap sebagai milik bersama. Kedua hal
ini yang sering mewarnai ketidakpastian penghasilan mereka, disisi lain factor
musim pun sangat berpengaruh.25
Selain itu, citra mengenai nelayan di Indonesia umumnya
mengisahkan hal yang sama, yaitu tentang kemiskinan, struktur sosial-budaya
yang masih tradisional, struktur nelayan produsen yang kurang
menguntungkan, hambatan dari KUD Mina, kurang berperannya TPI (tempat
pelelangan ikan), atau juga pola manajemennya yang masih sederhana.26
Berdasarkan pengalamannya nelayan membagi musim menjadi empat
musim, yaitu: pertama, diawali musim kapat, yakni antara bulan
September-November dimana angin bertiup dari arah barat dan Timur Laut dan laut
bergelombang. Kedua, musim keenam, dimana angin bertiup dari arah barat,
gelombang besar diiringi hujan dan keruhnya air laut, musim ini berlangsung
25
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, op.cit., h. 35-38
26
antara bulan desember sampai februari. Ketiga, musim kowulo, antara bulan
maret sampai mei, dimana laut tenang, angin bertiup pagi hari dari tenggara
dan siang hari dari Timur Laut. Keempat, musim petaruh antara bulan juni
sampai Agustus, dengan kondisi angin sama dengan musim sebelumnya,
tetapi laut bergelombang kecil. Musim yang di anggap sebagai “Musim
Paceklik” adalah pada saat Musim barat (musim keenam) antara bulan
Desember sampai Februari. Pada musim ini hampir semua nelayan tidak
melakukan operasi penangkapan ikan dikarenakan laut bergelombang besar
disertai hujan dan keruhnya air laut.27
D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini
Dari definisi masyarakat nelayan yang kita bahas sebelumnya,
bahwasannya dalam arti umum masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
mata pencahariannya menangkap ikan dan hasil-hasil laut lainnya, dengan
menggunakan laut sebagai wadah/tempatnya. Kemudian, dilihat dari
prilakunnya dilapangan, masyarakat nelayan dapat dibedakan menjadi:
a. Masyarakat nelayan tradisional
Kelompok nelayan ini merupakan mayoritas dari jumlah penduduk
yang hidup di daerah pesisir pulau-pulau terpencil, yang jumlahnya lebih
dari 40 juta. Sehari hari mereka melaut hanya sekedar mencari makan bagi
keluargannya. Siklus kehidupan para nelayan tradisional ini berlangsung
turun temurun. Dibeberapa daerah (dipantai selatan, dan utara jawa, riau,
Sumatra timur, dan utara, Maluku, dan irian jaya)
27
b. Masyarakat nelayan modern
Biasa disebut nelayan mesin, nelayan berdasi atau nelayan kaya.
Gologan atau kelompok ini merupakan minoritas, tinggal di kota-kota
besar dan pusat kota, mendapatkan hasil penangkapan yang sangat besar
di laut dengan sarana armada kapal ikannya yang besar dan berteknologi
canggih.
Mereka memiliki modal yang cukup untuk membeli beberapa kapal
ikan, dengan tenaga kerja direkrut dari para nelayan tradisional. Sebagian
besar para nelayan modern menjalin kerjasama dengan pihak asing.28
E. Pengertian Pengembangan dan Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi/PO (Organizational Development/OD)
pada prinsipnya merupakan suatu proses di mana pengetahuan,
konsep-konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan dengan (perilaku) organisasi
digunakan secara efektif untuk membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan kualitas kinerja
organisasi dan sekaligus meningkatkan produktivitas organisasi.
Pengembangan organisasi pada dasarnya berbeda dengan berbagai
upaya perubahan organisasi yang dilakukan secara terencana, seperti upaya
perubahan dengan melakukan pembelian peralatan baru, atau merancang
ulang sebuah desain, ataupun menyusun ulang suatu kurikulum sekolah, atau
suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus kajian PO itu
terletak pada peningkatan kemampuan organisasi untuk dapat mengetahui dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi organisasi itu sendiri.
28
Dengan demikian, pengembangan organisasi pada kenyataannya
berorientasi pada peningkatan atau kemajuan (kinerja) sistem; di mana
organisasi sebagai suatu sistem dengan bagian-bagian yang terdapat di
dalamnya, dapat mempengaruhi atau memberi dampak (positif) dalam
interaksinya dengan lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan di luar
organisasi.29
Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl dalam buku mereka yang berjudul organizational behavior and personnel psychology mengemukakan 13 ciri umum pengembangan organisasi sebagai berikut.
1. Pegembangan organisasi mengandung suatu sistem organisasi total. Seperti yang ditunjukan oleh beckhard, hal ini tidak perlu berarti bahwa keseluruhan organisasi harus terlibat. Akan tetapi, pengembangan organisasi dapat dimulai dalam setiap subsistemnya yang secara relative bebas untuk menentukan rencana dan masa depannya sendiri (missal suatu pabrik yang otonom).
2. Pengembangan organisasi memandang organisasi dari sudut ancangan atau pendekatan sistem. Organisasi dipandang sebagai serangkaian bagian komponen utuh yang saling berhubungan. Orang yang melaksanakan praktik menyadari bahwa apabila satu bagian dari sistem total dengan cara apapun berubah, hal ini akan mempunya banyak pengaruh terhdap bagian-bagian dari sistem yang lain.
3. Pengembangan organisasi dibantu oleh manajemen puncak. Manajemen puncak harus menunjukan tanggung jawab dan kesadaran akan usaha pengembangan organisasi yang nyata.
4. Sering digunakan pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga. Perantara mungkin seorang anggota organisasi, akan tetapi harus bersifat ekstern terhadap subsistem organisasi khusus yang memprakarsai usaha pengembangan organisasi.
5. Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha terencana.
6. Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kesehatan organisasi.
7. Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan ilmu perilaku. Campur tangan pengembangan organisasi didasarkan atas pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh dari berbagai ilmu perilaku: kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, ilmu pengetahuan, hubungan antar kelompok, perilaku kelompok kecil,
29
manajemen pertentangan, sikap, struktur organisasi, dan hubungan antar pribadi.
8. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses jangka panjang. Sering memerlukan beberapa tahun untuk mengdakan suatu perubahan organisasi yang berarti dan abadi.
9. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus, tanpa berhenti.
10.Pengembangan organisasi terutama memusatkan pada pengubahan sikap, prilaku dan hasil kerja kelompok atau tim organisasi ketimbang pada individu.
11.Pengembangan organisasi terutama bertumpu pada pengalaman seperti bertentangan dengan pengetahuan didatik. Meskipun pengembangan organisasi dapat mengandung pemberian pengetahuan berdasarkan fakta-fakta melalui kuliah atau ceramah dan diskusi kelompok, pengembangan organisasi banyak bertumpu pada anggota-anggota organisasi yang benar-benar mengalami, mengadakan percobaan dengan, dan mencerminkan bentuk-bentuk perilaku yang baru.
12.Pengembangan organisasi menggunakan suatu model campur tangan riset tindakan. Aspek-aspek kunci model mengandung pengumpulan data riset tentang suatu sistem yang terus menerus oleh perantara perubahan, melakukan diagnosis pendahuluan, mengumpanbalikkan dan membicarakan data ini dengan kelompok klien, perencanaan tindakan bersama oleh perantara dank lien, tindakan dan diagnosis ulangan.
13.Pengambangan organisasi menekankan pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan perencanaan. Salah satu ciri penting dari progam pengembangan organisasi adalah mengajari individu-individu dan kelompok-kelompok bagaimana menentukan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan realistis, dan bagaimana pengubah tujuan-tujuan ini menjadi tindakan.30
F. Pengertian Organisasi
Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari
organisasi-organisasi. Kita dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan
hampir semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk
kepentingan organisasi. Kita juga memanfaatkan sebagian besar waktu yang
senggang untuk kegiatan membeli, bermain maupun berdoa di dalam
organisasi. Selain itu sebagian besar umat manusia akan meninggal di dalam
30
organisasi dan apabila saatnya tiba untuk dimakamkan, maka organisasi yang
terbesar yaitu Negara mau tidak mau harus memberikan ijin resmi.
Masyarakat modern dewasa ini lebih mengutamakan rasionalitas
efektivitas dan efesiensi sebagai nilai-nilai moral yang tinggi.31 Inti dari teori
modernisasi ini adalah usaha pembangunan institusional (perekayasaan
struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru) dan pembangunan
mentalitas manusia (perekayasaan cultural).32 Peradaban modern pada
hakekatnya sangat bergantung pada organisasi-organisasi sebagai bentuk
pengelompokan sosial yang paling rasional dan efisien. Dengan cara
mengkoordinasikan sejumlah besar tindakan manusia. Organisasi mampu
menciptakan suatu alat sosial yang ampuh dan dapat diandalkan. Organisasi
tersebut menggabungkan sumber daya tenaga manusia yang dimilikinnya
dengan sumber daya lainnya, yakni dengan menjalin para pemimpin,
kelompok tenaga ahli pekerja mesin maupun bahan mentah menjadi satu.
Pada saat yang sama organisasi juga secara terus menerus mengkaji sejauh
mana ia telah berfungsi serta selalu berusaha menyesuaikan diri sebagaimana
yang diharapkan agar dapat mencapai tujuan. Sebagaimana yang akan kita
lihat kemudian, semua menyebabkan organisasi dapat melayani serta
memenuhi berbagai kebutuhan suatu masyarakat maupun warganya secara
lebih efisien.
Bertambah luasnya ruanglingkup dan meningkatnya rasionalitas
organisasi jelas tidak terbentuk tanpa suatu pengorbanan sosial atau manusia.
Di antara sekian banyak sarana utama yang digunakan oleh organisasi untuk
mencapai tujuannya, sumber daya tenaga manusia adalah yang paling sering
digunakan.
31
Amita Etzioni, Organisasi-organisasi Modern, (jakarta: UI Press, 1985 ), h. 1-4
32
Amri marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (jakarta: Kencana Prenada Media
Dari uraian diatas, maka definisi organisasi adalah unit sosial (atau
pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali
dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Dalam organisasi tersebut mencakup antara lain korporasi, pasukan angkatan
bersenjata, sekolah, rumah sakit, dan penjara; sedangkan suku bangsa, kelas,
kelompok etnis, kelompok persahabatan dan keluarga tidak masuk kedalam
organisasi. Pada umumnya organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adannya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab
komunikasi yang merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak
dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional,
melainkan sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha
mewujudkan tujuan tertentu
2. Adannya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi
pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi
mencapai tujuannya
3. Penggantian tenaga, dalam hal ini tenaga yang dianggap tidak bekerja
sebagaimana diharapkan, dapat diganti oleh tenaga yang lain.33
G. Organisasi Keagamaan
Agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Agama menurut pendekatan antropologis adalah hubungan
mekanisme pengorganisasian.
Organisasi keagamaan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu
agama tertentu. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
33
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri.
Konsep organisasi keagamaan yang dipakai adalah adalah suatu
pendekatan, kegiatan, atau sistem kehidupan yang irrasional. Organisasi
keagamaan yang khusus mengurus upacara dan hubungan dengan Tuhan yang
dinamakan tarekat (jalan menuju kebenaran). Kelompok masyarakat yang
religius atau agama secara teologis yang telah menjadi antropologis itu,
mengembangkan segenap sistem budayanya dari ajaran ajaran tuhan atau
wahyunya yang diungkap dalam kitab suci. Roland Robertson, membuat suatu
model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homogenitas dan
heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan
organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:
1. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe:
yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik,
dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.
2. Pada masyarakat yang memiliki homogenitas agama, juga ada dua tipe:
yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi
sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat
primitif.
Usaha Organisasi:
1. Di bidang agama, melaksanakan dakawah islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.
3. Di bidang Sosial Budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
4. Di bidang Ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menik-mati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya
ekonomi rakyat. 34
H. Pedesaan
1.
DesaSecara umum, desa selalu dipandang sebagai daerah yang masih
belum maju, belum modern, atau berbagai pencitraan lainnya yang
menunjukan keterbelakangan. Demikian pula masyarakatnya. Dalam
pergaulan dan percakapan sehari-hari seringkali kita dengar
ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan orang desa. Sikap atau pandangan
semacam ini dapat menciptakan presepsi dalam diri kita bahwa masyarakat
desa kurang berharga untuk menjadi objek studi. Sebaliknya dari kesan dan
pandangan semacam itu, desa dan masyarakatnya sangat penting artinya bagi
kehidupan manusia. Siapa yang tidak mengakui bahwa orang desalah yang
menghasilkan pangan bagi kita semua.35
Memang pada umumnya, pengertian desa sering dikaitkan dengan
pertanian, terlepas dari jenis dan tingkat kemajuan sistem pertaniannya.
Diantara pakar sosiologi pedesaan, cukup banyak pula yang menyetujui
pengertian semacam itu, Namun pada intinnya mereka berpendapat bahwa
desa adalah lingkungan yang wargannya memiliki hubungan yang akrab dan
informal.
Agar lebih jelas dan lengkap, seorang pakar sosiologi pedesaan dari
Amerika Serikat, Paul H. Landis dalam bukunnya rular life in process. Di
antara sekian ahli Sosiologi Pedesaan, P. H. Landis ini memilki definisi yang
lebih lengkap. Ia mengemukakan tiga definisi mengenai desa, tergantung pada
tujuan analisisnya. Untuk tujuan analisis statistic, desa adalah suatu
34
Ilham Nugraha, Agama dan Organisasi Agama, 2012, (http://hanz-one.blogspot.com)
35
lingkungan yang peduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisi
social-psikologis, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya memiliki
hubungan yang saling akrab dan serba informal satu sama lain. Sedangkan
untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan
yang penduduknya hidup dari pertanian.
Selain dari definisi-definisi di atas, terdapat pendefinisian lainnya
yang bias dijadikan pegangan. Definisi ini dikemukakan oleh
Koentjaraningrat. Secara garis besarnya, dia membedakan dua komunitas,
yakni komunitas besar (kota, Negara bagian, Negara, dan lainnya), Dan
komunitas kecil (desa, rukun tetangga, dan lainnya). Batasannya mengenai
desa adalah: “komunitsa kecil yang menetap tetap di suatu tempat”.
Komunitas disamping menunjukan ikatan sosio-emosional di antara
angotanya, juga menunjukan adanya ikatan antara anggota tersebut dengan
suatu daerah tertentu. Maka, definisi koentjaraningrat tersebut dapat
mencakup desa pertanian maupun non-pertanian (misalnya desa nelayan).36
Sedangkan menurut Paul H. Landis : desa adalah dengan ciri-cirinya
sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
2. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota
36
masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia
hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban
setiap waktu demi masyarakatya atau anggota-anggota masyarakat, karena
beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai
dan menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap
keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai
berikut:
a. Didalam masyarakat pedesaan diantara wargannya mempunyai hubungan
yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat
pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan sambilan yang biasannya sebagai pengisi waktu
luang
d. Masyarakat tersebut homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat-istiadat dan sebagainya.
3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat
Indonesia lebid dari 80% tingal di pedesaan dengan mata pencaharian
yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasannya
dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tantang damai, harmonis yaitu msyarakat yang adem ayem,
sehingga oleh orang kita dianggap sebagai tempat untuk melepas lelah
dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekudutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepas segala kelelahan dan
yang adem ayem dan penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan
masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat pedesaan
itu, oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gameinschaft
(paguyuban). Jadi keguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan
orang-orang kota menilai masyarakat desa itu tenang, harmonis, rukun,
dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesan kita ini mengenal
bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau
paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam
masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam
hal ini kita sering jumpai gejala-gejala yang sering diistilahkan dengan:
1. Konflik (Pertengkaran)
Pada kenyataannya masyarakat pedesaan penuh dengan masalah dan
ketegangan. Karena setiap hari mereka hidup berdekatan dengan
tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menimbulkan pemicu
yang paling banyak penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan
dari ketegangan.
2. Kontroversi (Pertentangan)
Pertentangan bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep
kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungan guna-guna
(black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah
kontroversi dari sudut kebiasaan masyarakat.
3. Kompetisi (Pertandingan)
Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia biasa yang
memiliki sifat bersaing. Wujud persaingan bisa positif jika tujuannya
untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan produk atau output
(hasil). Dan bisa berwujud hal negatif jika bersingan hanya berhenti
menimbulkan fitnah sehingga dapat menciptakan ketegangan pada
masyarakat.
I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat
Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga
aspek yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.
Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang
pengaruhnya dapat diamati pada prilaku manusia. Berkaitan dengan hal ini,
Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan
masyarakat. Golongan-golongan masyarakat itu antara lain :
1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat yang terbelakang. Lokasinya berada di aerah terisolasi, sistem masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnya pun belum banyak berkembang. Disamping alasan-alasan tersebut, unsur-unsur ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan, sangat erat dengan kehidupan petani. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani. Faktor cuaca, faktor pertumbuhan tanaman, faktor binatang, baik sebagai alat pembantu maupun sebagai hama, faktor subur tidaknya tanah, dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang berada diluar jangkauan petani. Oleh sebab itu, mereka mencari kekuatan dan kemampuan diluar dirinya yang dipandang mampu dan dapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akan menimpa dirinya. Maka, diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap sebagai tolak bala atau menghormati dewa. Menyediakan sesajen bagi Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pelindung sawah dan lading, pada waktu akan panen menjadi keharusan bagi mereka, agar hasil panenya berlimpah. Dengan pengamatan selintas, pengaruh agama terhadap golongan petani cukup besar. Jiwa keagamaan mereka relatif lebih besar karena kedekatannya dengan alam.
nilai masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada mereka, hendaklah dengan cara yang sederhana dan memakai contoh-contoh yang biasa diambil dari lingkungan alamnya.
3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Golongan pengrajin dan pedagang kecil hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani. Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada hukum alam. Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Mereka tidak menyandarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti.37
J. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Pada skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani,
Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan (studi tentang partisipasi
masyarakat petani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum
di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Propinsi Banten)
yang di tulis oleh Dindin Abidin, menurutnya tingkat partisipasi ketiga
kelompok masyarakat tersebut secara umum dalam katagori sedang, hal
ini terlihat dari olahan data secara statistik dimana angka menunjukan
64,7% berada pada katagori sedang, pada katagori tinggi hanya 11,7%
dan 23,7% berada pada katagori rendah.38 Dari skripsi ini terlihat bahwa
persamaannya adalah sama-sama membicarakan mengenai partisipasi
atau peran yang dilakukan khususnya oleh masyarakat nelayan.
Perbedaanya adalah skripsi ini membahas mengenai peran masyaraka
tani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum, sedangkan
skripsi saya membahas tentang peran masyarakat nelayan dalam
mengembangkan organisasi keagamaan.
37
Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006) h. 131-133
38
2. Pada skripsi yang berjudul Peran Lembaga Keagamaan Dalam
Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat
Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI yang di tulis oleh Anglyane E.
Pinontoan, menurutnya peran lembaga sosial keagamaan dalam
penanggulangan kemiskinan sangat penting sehingga eksistensinnya perlu
dipertahankan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam
memberikan dukungan dan bantuan kepada organisasi sosial tersebut.
Umumnya mereka yang berpartisipasi dan terlibat di dalamnya adalah
orang-orang Kristen yang merasa terpanggil dalam pelayanan, baik
mereka para pengurus, direktur maupun staf lembaga YPKS. Partisipasi
dikalangan mereka muncul karena adannya persaan solider, untuk
membantu anggota masyarakat yang tidak mampu (miskin) yang
dilatarbelakangi oleh nilai-nilai luhur keagamaan untuk mengasihi sesame
manusia.39 Persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama membahas
mengenai lembaga keagamaan. Perbedaanya adalah lembaga keagamaan
yang di ambil pada pembahasan saya adalah lembaga keagamaan islam,
sedangkan pada skripsi ini adalah lembaga keagamaan Kristen.
3. Pada skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat
Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu yang di tulis oleh
Nuraini, menurutnya kehidupan masyarakat nelayan Mouroami
mempunyai pengaruh agama yang kuat bagi kehidupan mereka. Bagi
nelayan mouroami yang mengatakan agama mempunyai pengaruh itu
dikarenakan mereka mempunyai dasar keagamaan yang kuat pada masa
kecil hingga sekarang, baik itu mereka peroleh dari keluarga, lingkungan
sekolah atau dari teman-temannya, bagi mereka agama sangat berperan
39
dalam memotivasi diri untuk berusaha tetap berperilaku baik.40 Pada
persamaan skripsi ini yaitu sama-sama melibatkan unsur keagamaan.
Perbedaanya, skripsi ini lebih mendalami pembahasan mengenai
agamanya sedangkan pada pembahasan saya agama hanya ditulis secara
garis besarnya saja.
K. Kerangka Berfikir
Pada umumnya banyak yang berfikir bahwa masyarakat nelayan
adalah masyarakat yang mengesampingkan nilai-nilai keagamaan, tetapi pada
masyarakat eretan wetan yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan,
di desannya mereka memiliki berbagai organisas