• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi social keagamaan di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi social keagamaan di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN INDRAMAYU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Dine Ayu Ertanti

NIM. 1110015000063

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA ERETAN WETAN,

KECAMATAN KANDANGHAUR, KABUPATEN INDRAMAYU

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

Dine Ayu Ertanti

NIM: r110015000063

Pembimbing I

alq

Annisa Windarti. M.Sc

NrP. 19820802201101 2 00s

JURUSAN PBNDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Pembimbing II

(3)

Kabupaten Indramayu disusun oleh DINE AYU ERTANTI Nomor induk mahasiswa 1110015000063, diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN syarif

hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal 24 marct20l5 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan IPS.

Jakarta 24Maret20l5

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Progam Studi) Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NIP: 1 9730 424 20080

I

101 2

Sekretaris (Sekretaris jurusan/Prodi) Drs. H. Syaripulloh. M.Si

NIP: 19670909 200701

I

003

Penguji I

Drs. H. Syarioulloh. M.Si NIP: 19670909 200701 1 003

Penguji II Sodikin. M.Si

-.t\.

---tt \

--"-t J \

A2-O4-2O/S

=---

€-Mengetahui: Tarbivah dan K

(4)

Nama

NIM Jurusan

Alamat

Dine Ayu Ertanti I 10015000063

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Jln KUD Misayamina blok pang-pang 1, no: 6a Eretan-Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

MEI\'YATAKAN DENGAI\ SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi

yang berjudul Peran Masyarakat Nelayan

Dalam

Upaya Pengembangan Organisasi Sosial Keagamaan Di Desa Eretan-Wetan, Kecamatan

Kandanghaur, Kabupaten Indramayuadalah benar hasil karya sendiri dibawah

bimbingandosen:

Nama Pembimbing Dosen

I

: Annisa Windarti, M.Sc

NIP

:198208A2201101 2005

Nama Pembimbing Dosen

II

: Mochammad Noviadi Nugroho, M.pd

NIP :19761118 201101 1 006

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima

segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.

Jakarta 2 Februari 2015

(5)

iv

Progam Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan Pondok Zakat Al-ikhlas di Desa Eretan-Wetan, Indramayu.

Populasi penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Desa Eretan-Wetan, kemudian peneliti juga mewawancarai pengurus Pondok Zakat, pengurus KUD Misaya Mina dan terakhir tokoh agama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi pendalaman observasi, teknik wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

Hasil menunjukan bahwa terdapat peranan masyarakat nelayan dalam upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan Pondok Zakat Al-ikhlas, peranan yang dilakukan berupa sumbangan uang dan tenaga. Namun, peranan dalam bentuk uang lebih sering dilakukan daripada peranan dalam bentuk tenaga. Meskipun peranan dalam bentuk tenaga masih terbilang rendah, namun sumbangan yang mereka berikan dalam bentuk uang kepada Pondok Zakat sangatlah besar.

(6)

v

Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2015.

The purpose of this research is to find out how are the roles of fishermen society in the effort of development of Pondok Zakat al-Ikhlas in the Eretan-Wetan village, Indramayu.

This research is using the fishermen society in Eretan-Wetan village as a population. The researcher is also having interview with the managers of Pondok Zakat, Misaya Mina (the Organizer of KUD), and religious figures. The research is using descriptive method with qualitative approach as its research method. The researcher is using the saturated sample of the sampling technique in its research. Also. Observations, interviews, documentations, and field notes are also used to collect all necessary data. The data examination and checking are used to verify the credibility and transferability of the research. This research is using the triangulation technique method, by adjusting the depth study of observation, interview techniques, documentations and field notes.

The results indicate that there is the role of fishermen society in the development of religious social organization Pondok Zakat Al-Ikhlas, such as donations of money and personnel. However, the donation of money is more often given than the donation of personnel. Even so, their contributions are quite enormous.

(7)

vi

Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan rasululloh

SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat

iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan

pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan

segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan

penelitian terkait dengan Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan

Sosial Keagamaan Di Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten

Indramayu.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Anissa Windarti, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

5. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

(8)

vii

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ungkapan terimakasih yang teristimewa penulis haturkan kepada bapa dan ibu

tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, materi dan doa yang

tiada hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

dan penyusunan skripsi dengan baik.

9. Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada kaka dan adik tersayang

Amaliyah Ertanti dan Muhammad Iqbal Az-zuhri yang telah memberikan

semangat, nasehat serta doa terbaik dalam setiap doanya.

10.Agus Prasetyo Bayu Aji yang tak pernah letih dalam menyemangati dan

memberikan doa terbaiknya, menampung segala keluh kesah penulis yang

dibalasnya dengan segala dukungan, kesabaran dan kasih sayang.

11.Sahabat inanta tercinta, khususnya Rizqa Afifah, Entim Fatimah, dan Maria Ulfah

terimakasih atas empat tahun yang begitu berwarna, segala canda, doa dan

semangat yang diberikan telah menjadi bagian teristimewa penulis dalam

menjalankan proses penyusunan skripsi ini.

12. Maya Rizky yulianti, Rima Setiawati, Usniyah dan Lita jamalia yang selalu

menemani penulis dalam setiap warna-warni perkuliyahan, memberikan segenap

perhatian dan semangat kepada penulis.

13.Terimakasih juga kepada Ardi Muhammad Arsyad yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan proses penyusunan skripsi dan Putri Anastasya Wulandari

yang telah membantu penulis dalam menyusun revisian Abstract

14.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS khususnya SOS-ANTRO yang telah

berjuang bersama dalam susah dan senangnya masa-masa perkuliyahan,

mengajarkan segala kasih dan rasa pertemanan sehingga penulis dapat bertahan

(9)

viii

16.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat

berarti bagi penulis.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan

kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu

mahasiswa dalam penyusunan skripsi disemester akhir dan menjadi acuan pula bagi

adik-adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakara, 24 maret 2015

Penulis

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...5

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Status dan Peran ...7

1. Status ...7

2. Peran ...8

B. Pengertian Masyarakat ...11

(11)

x

G. Organisasi Keagamaan ...22

H. Pedesaan ...24

1. Desa ...24

2. Masyarakat Pedesaan ...26

3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan ...26

I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat ...28

J. Hasil Penelitian yang Relevan ...29

K. Kerangka Berfikir ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...32

1. Tempat Penelitian ...32

2. Waktu Penelitian ...32

B. Metode dan Desain Penelitian ...34

C. Populas dan Sampel ... 34

D. Prosedur Pengumpulan Data ...35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ...37

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...40

H. Uji Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Eretan-Wetan ...45

1. Sejarah Desa Eretan-Wetan ... 45

2. Kondisi Geografis dan Keadaan Alam ... 46

3. Jumlah Penduduk ...49

4. Budaya dan Karakteristik Masyarakat Eretan-Wetan ...51

B. Sejarah Pondok Zakat Al-ikhlas ...53

(12)

xi

5. Pola Kerja dan Distribusi Pondok Zakat ...65

C. Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Eretan Saat ini ...66

D. Peran Masyarakat Nelayan Dalam Pengembangan Organisasi Pondok Zakat Al-ikhlas

...69

E. Pengaruh Pondok Zakat Terhadap Masyarakat Nelayan ...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...79

B. Saran ...80

DAFTAR PUSTAKA ...81

(13)
[image:13.612.112.530.168.571.2]

xii

(14)
[image:14.612.111.534.178.569.2]

xiii

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 32

Gambar 3.2 Skema Metode Triangulasi ... 44

Gambar 3.3 Skema Sumber Triangulasi ... 44

(15)

xiv

Lampiran 2 Instrumen Wawancara... 87

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 89

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 90

Lampiran 5 Hasil Observasi ... 102

Lampiran 6 Dokumentasi ... 103

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508

dengan keseluruhan wilayah Indonesia seluas kurang lebih 5 juta km. 62%

dari wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan dengan sumber daya alam

yang begitu melimpah.1 Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa

Indonesia merupakan negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta

km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE

Indonesia. Indonesia juga memiliki 17.504 buah pulau dengan panjang garis

pantai 104.000 km.2 Sumber daya di wilayah pesisir, di antaranya ikan,

terumbu karang, dan rumput laut. Ikan di dalam batas teritorial diperkirakan

mencapai 5,6 juta ton per tahun. Kondisi tersebut merupakan potensi strategis

bagi negara yang maju dan kuat dari sektor kelautan.3

Dalam hal ini, orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam

oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air biasannya di sebut

dengan Nelayan,4 mereka tinggal di daerah pedesaan yang berdekatan dengan

pesisir pantai. Menurut Robert Redfield “pedesaan merupakan peasant

society, yaitu suatu tipe masyarakat yang hidup dari pertanian, yang terikat

lahir dan batin kepada tanah yang mereka duduki, tetapi juga sebaliknya

merasakan diri sebagai bagian dari satu kesatuan kebudayaan atau suatu

1

Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Skripsi pada pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jakarta, 2007, h.1, tidak dipublikasikan

2

Keaneka ragaman hayati. http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9822/KEANEKARAGAMAN-HAYATI-LAUT-INDONESIA-TERBESAR-DI-DUNIA/?category_id. Di akses 12 januari pukul 06.15

3

Rokmin Dahuri dalam Skripsi Nuraini, loc. cit.

4

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

(17)

tradisi yang lebih besar”.5 Penduduknya menganggap kehidupan masyarakatnya sendiri hanya bagian bawah dari tradisi yang lebih luas,

sedangkan bagian lainnya mereka anggap sebagai suatu masyarakat yang

lebih maju yaitu masyarakat kota. Sementara menurut firth “seorang

penduduk desa apakah ia petani, nelayan, pengrajin ataupun merangkap

ketiga-tigannya akan di sebut peasan”.6

Warga pedesaan biasannya mempunyai hubungan yang erat dan lebih

mendalam ketimbang hubungan mereka dengan masyarakat pedesaan lainnya.

Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.7

Ciri-ciri yang menonjol dari masyarakat pedesaan adalah:8

1. Warga memiliki hubungan yang lebih erat

2. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan

3. Golongan orang tua memegang peranan penting

4. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat

bersifat informal

5. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan

6. Kehidupan keagamaan lebih kental

Desa Eretan Wetan adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah

pesisir pantura, pada zaman dahulu Desa ini bernama Wanakerta yang berarti

alas atau hutan yang ramai. Tidak dapat dilacak kapan persisnya perubahan

dari nama Wanakerta ini menjadi Eretan. Nama eretan sendiri berasal dari

kata eret, aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu

merupakan media transportasi satu satunya yang menghubungkan dua desa.

Letak eretan secara geografis dari arah utara berbatasan langsung dengan laut

5

Ibid., h. 3

6

Ibid., h. 4

7

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.

136

8

(18)

jawa dan berbentuk memanjang sepanjang bibir pantai,9 oleh karenanya

secara alamiah mayoritas penduduk eretan terdorong menjadi masyarakat

nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan

tangkap, pengusaha/bakul ikan, buruh pengelola atau jasa lainnya.

Nelayan pada umumnya tidak pernah mempunyai gambaran yang pasti

mengenai pendapatan yang akan diperolehnya. Suatu saat pendapatannya

besar, tetapi di waktu lainnya bisa tidak ada hasil. Dengan demikian sumber

pendapatan nelayan serba tidak pasti, dan penuh resiko. Karena kerasnya

kehidupan, mereka berjuang di tengah laut mencari nafkah untuk keluarganya.

Akan tetapi mereka terkadang lalai dengan kewajibannya sebagai manusia,

yaitu beribadah kepada Allah.10 Desa Eretan-wetan ini walaupun

penduduknya sebagian besar adalah nelayan tetapi desa ini pada umumnya

berbeda dengan desa-desa nelayan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adannya

beberapa lembaga sosial agama yang berdiri di Desa Eretan-wetan,

diantaranya adalah POKJA PSA, yaitu kelompok kerja yang bergerak di

bidang sosial agama di bawah naungan KUD Misaya Mina Eretan, yang

menyisihkan dana dari nelayan dan bakul untuk keperluan sosial agama di

desa eretan. Kedua, pondok zakat Al-ikhlas adalah lembaga sosial keagamaan

niribala yang bernaung di bawah yayasan Al-Ikhlas Eretan Wetan. Dan yang

ketiga adalah pondok Bina Yatama Al-ikhlas, yaitu pondok yang menaungi

anak-anak yatim yang ada di desa Eretan Wetan.

Pada dasarnya pelayanan yang di berikan pondok zakat al-khlas

eretan-wetan bersifat kemanusiaan, yang di latar belakangi oleh nilai-nilai

keagamaan bagi setiap umat islam yang beriman untuk saling menolong

terhadap sesama bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini juga tercantum

dalam firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2 :

9

Tim penyusun, Telaah Historis Pondok zakat Al-Ikhlas Eretan. (Eretan: Al-ikhlas Press,

2009), h. 1 10

(19)

yang artinya :

“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Al Maidah :2)”

Kondisi pondok zakat sekarang ini pun masih berjalan dengan baik,

bahkan seiring dengan perkembangan waktu pondok zakat Eretan ini semakin

lebih baik. Kemajuan pondok zakat Eretan ini pastinnya tidak luput dari peran

masyarakat setempat yang turut dalam membangun pondok zakat ini. Pada

umumnya walaupun sebagian besar masyarakat Eretan berprofesi sebagai

nelayan tetapi mereka masih memegang erat rasa solidaritas dan nilai-nilai

keagamaan, sehingga dasar inilah yang membuat pondok zakat Eretan masih

berjalan sampai sekarang ini. Selain peran masyarakat, peran pengelola

Pondok zakat pun dinilai penting dalam kemajuan pondok zakat itu sendiri,

karena mereka terus memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat

Eretan yang kurang mampu dengan baik, yang akhirnya masih terus di

percaya oleh masyarakat setempat.

Melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan

memperdalam pengetahuan tentang hubungan masyarakat nelayan dengan

organisasi keagamaan di Desa Eretan-Wetan, maka penulis tertarik untuk

membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan bentuk sebuah skripsi yang

berjudul, “Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya Pengembangan

Organisasi Sosial Keagamaan di Desa Eretan-Wetan Kecamatan

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada

penelitian masyarakat nelayan ini adalah :

1. Masih rendahnya kegiatan agama pada masyarakat nelayan di eretan

wetan dikarenakan beberapa sebab yang mempengaruhinya.

2. Kurangnya sifat sosial dikalangan masyarakat nelayan eretan terhadap

lingkungan sekitar di karenakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh

para nelayan.

3. Kurangnya peran masyarakat nelayan terhadap lembaga keagamaan di

Desa Eretan Wetan.

C.

Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi masalah

sosial keagamaan pada satu lembaga keagamaan saja yaitu pada organisasi

pondok zakat yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Ikhlas.

D. Rumusan masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis memfokuskan

penelitiannya terhadap peran masyarakat nelayan pada pengembangan

lembaga Pondok zakat. Dengan demikian, perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana Peran Masyarakat Nelayan Dalam Upaya

Pengembangan Sosial Keagamaan Pada Organisasi Pondok Zakat Al-Ikhlas”

E. Tujuan Penelitian

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada

masyarakat Desa Eretan dan masyarakat umum mengenai peran masyarakat

(21)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang peran masyarakat nelayan dalam upaya

pengembangan sosial keagamaan pada organisasi Pondok zakat Al-ikhlas ini

diharapkan memiliki manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang kehidupan

masyarakat nelayan di desa Eretan-wetan khususnya tentang peran

dalam pengembangan sosial keagamaan

b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis

Karya tulis ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk

mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masyarakat nelayan.

b. Manfaat bagi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Sebagai referensi tambahan tentang perang masyarakat nelayan terhadap

pengembangan sosial keagamaan sehingga nantinya bisa dijadikan

sebagai rujukan untuk diadakannya penelitian yang lebih mendalam

tentang hal ini.

c. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan gambaran mengenai peran masyarakat nelayan dalam

upaya pengembangan organisasi sosial keagamaan di Desa Eretan

(22)

7

A. Status dan Peran

1. Status

Kedudukan dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang

dalam suatu kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto “kedudukan

sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,

prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya”. 11 selain itu

Wikipedia menjelaskan bahwa “status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan

kelompok-kelompok lain di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi”.12

Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu

pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai

beberapa kedudukan dikarenakan seseorang biasannya ikut serta dalam

berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnya

sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.13 Contoh:

kedudukan fulan sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari

kedudukannya sebagai karyawan, pengusaha, ketua rukun tetangga, suami

nyonya fulanah, ayah dari anak-anak, dan seterusnya.

Hubungan antara individu dengan Kedudukan dapat diibaratkan

sebagai hubungan pengemudi motor dengan tempat atau kedudukan si

pengemudi dengan mesin motor tersebut. Tempat mengemudi dengan

segala alat untuk menjalankan serta mengendalikan motor. Pengemudinya

11

Soekanto, op. cit., h. 210

12

Status social, http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial. Diakses pada 12 januari 2014 pukul 10.55

(23)

dapat diganti degan orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankannya

secara lebih baik, atau bahkan secara leih buruk.

Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status. a. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai degan

sendirinya tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir.contohnya, anak dari keluarga bangsawan dengan sendirinya memperoleh status bangsawannya. b. Achieved status merupaka status yang diperoleh seorang individu

melalui usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Jenis status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contohnya setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hukum, memiliki pengalaman kerja dalam bidang hukum, dan lulus ujian sebagai hakim. c. Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian

pihak lain. Assigned status berkaitan erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh assigned status adalah gelar pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.14

2. Peran

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia

menjalankan suatu peranan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena

yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan

tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.15 Contoh, status kepala

sekolah SMA XII, dengan status tersebut, seseorang diharapkan berperan

memimpin sekolahnya. Peran ini tidak akan melekat pada seseorang jika

ia tidak memiliki status kepala sekolah SMA XII. Demikian sebaliknya,

dengan status kepala sekolah SMA XII, seseorang memiliki peran untuk

14

Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: esis, 2012), h. 66

15

(24)

memimpin sekolah tersebut. Setiap orang mempunyai macam-macam

peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus

berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi

masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur

perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas

tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang

bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku

orang-orang sekelompoknya. Peranan diatur oleh norma-norma yang

berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki

[image:24.612.114.529.161.590.2]

bila berjalan dengan seorang wanita, harus di sebelah luar.

Gambar 2.1. Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat

(25)

Dari bagan tersebut terlihan bahwa sebagai anggota keluarga,

kelompok, masyarakat, dan Negara, seorang individu selalu dihadapkan

dengan berbgai hubungan. Hubungan-hubungan ini melahirkan hak dan

kewajiban tertentu bagi individu tersebut.16

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu

pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki

suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan

mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut.

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Perlu pula disinggung perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu

(role-facilitis). Masyarakat biasannya memberikan fasilitas-fasilitas pada

individu untuk menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan

merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan

peluang-peluang untuk pelaksanaan peranan. Setiap peranan bertujuan agar antara

individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang

disekitarnya yang tersangkut, atau ada hubungannya dengan peranan

16

(26)

tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang

diterima dan ditaati kedua belah pihak.17

B. Pengertian Masyarakat

Dalam bahasa inggris di pakai society yang berasal dari kata latin

socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab

syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”.18

Drs. JBAF Mayor Polak menyebut “masyarakat adalah wadah segenap

antar hubungan social terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta

kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik

atau sub kelompok”.19 Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno

tentang “masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia”.20

Dari kedua

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah hubungan

antara individu satu dengan individu yang lain yang terdiri atas

kelompok-kelompok dan hidup bersama.

Jelasnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kake dan cucu, antara sesama kaum laki-laki atau sesama kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masayrakat.21

Selain itu juga ada yang mejelaskan bahwa masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling

17

Ibid., h.212-214

18

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.115

19 Ahmadi, abu,

Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),h.96

20

Ibid., h.96

21

(27)

“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai peranan agar

warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan

kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan

para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang

tinggi. Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu

kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adannya

suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu

kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Suatu suku bangsa,

misalnya saja suku bangsa bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu

bahasa bali. Namun adannya potensi itu saja tidak akan menyebabkan bahwa

semua orang bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan

suatu interaksi secara intensif di antara semua orang bali tadi.

Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang

bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat

harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang

mengerumuni seorang tukang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat

di katakan sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga

berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunnyai satu ikatan lain kecuali

ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi. Demikian juga

sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan

sebenarnya semua kupulan manusia penonton apapun juga, tidak di sebut

masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah

kerumunan.

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu

masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor

kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagipula, pola itu harus bersifat

mantap dan kontinu; dengan perkataan lain, pola khusus itu harus sudah

(28)

Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan

kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain,

yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan

khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

Dari uraian di atas, maka definisi masyarakat secara khusus dapat

dirumuskan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu,

dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Definisi itu menyerupai suatu definisi yang diajukan oleh J.L Gillin dan J.P. Giliin dalam buku mereka cultural sociology, yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah “…the largest grouping in which common customs, tradition, attitudes and feelings of unity are operative”. Unsur grouping dalam definisi di atas menyerupai unsur “kesatuan hidup” dalam definisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur “adat

-istiadat” dan “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unity sama dengan unsur “identitas bersama”.22

Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan pengertian

masyarakat setempat (community) atau komunitas. Pengertian masyarakat

(society) sifatnya lebih umum dan luas, sedangkan pengertian masyarakat

setempat (community) lebih terbatas dan juga dibatasi oleh areal kawasannya,

serta jumlah warganya. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya, lebih erat

pada masyarakat setempat (community) daripada masyarakat (society), dan

persatuannya juga lebih erat.

Menurut Soerjono Soekanto, Istilah community dapat diterjemahkan

sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.

Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar

atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa

kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang

22

(29)

utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya

mereka menjalin hubungan sosial.

Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan

bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang

bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di mana faktor

utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara

anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas

wilayahnya. Setiap community sentiment memiliki unsur:

1. Seperasaan

2. Sepenanggungan

3. Saling memerlukan

Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memosisikan

dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka

menganggap dirinya sebagai “kami” ketimbang dengan “saya”. Umpamanya “tujuan kami”, “kelompok kami” atau “perasaan kami”.

Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat

setempat sadar akan peranannya dalam kelompok. Setiap anggota

menjalankan peranannya sesuai dengan posisi kedudukannya masing-masing.

Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari

komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya.

Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

psikologisnya.23

C. Masyarakat Nelayan (fishing communities)

Terdapat beberapa pengertian nelayan diantarannya adalah:

1. Menurut Ensiklopedia Indonesia yang di terbitkan oleh Ichtiar-Hoeve, di

jakarta tahun 1989. Pengertian nelayan ialah: “orang yang secara aktif

23

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

(30)

melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para

penebar dan penarik jarring), maupun tidak langsung (seperti juru mudi

perahu layar, nakoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak

kapal ikan), sebagai mata pencaharian.”

2. Sedangkan menurut buku pedoman teknik pembangunan perumahan

nelayan, yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum, direktorat

jendral cipta karya, direktorat perumahan, pengertian nelayan ialah: “orang

yang mata pencahariannya sebagai penangkap ikan (laut, sungai, danau),

sebagai pengolahan industry ikan seperti membuat petis, krupuk, dan

lain-lain.

3. Menurut buku penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan

bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, yang diterbitkan oleh balai pustaka

di jakarta, tahun 1989, pengertian nelayan ialah: “orang yang mata

pencaharian utamannya dari usaha menangkap ikan (di laut).24

4. Dalam buku ketentuan kerja pengumpulan dan penyajian data statistik,

nelayan di definisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan

pekerjaan dalam oprasi penangkapan ikan atau budidaya binatang air.Hal

ini berarti orang yang membuat jaring, istri, anak serta orang tua nelayan

yang tidak aktif dalam oprasi penangkapan ikan tidak di masukkan dalam

katagori nelayan.

Dari keempat definisi ke atas bahwasannya banyak dari mereka yang

mendefinisan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan

dalam oprasi penangkapan ikan. Dengan demikian orang yang hanya

melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat

perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikatagorikan sebagai nelayan.

Sedangkan ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap

24

(31)

ikan dikatagorikan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak aktif secara

langsung melakukan penangkapan ikan.

Menurut Alfredo Sfeir Younis dalam pollnac, sektor penangkapan

ikan dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, sektor perikanan berskala besar,

pada umumnya diorganisasikan dengan cara serupa perusahaan agro industry

dinegara-negara maju dan lebih padat modal, memberikan pendapatan lebih

tinggi serta kebanyakan untuk ikan kaleng dan ikan beku serta untuk pasaran

ekspor. Kedua, sektor perikanan berskala kecil, umumnya terletak di daerah

pedesaan dan pesisir dengan cirri khas bertumpang tindih dengan kegiatan

lain seperti perternakan, pertanian dan budi daya ikan. Umumnya tidak

menggunakan mesin dan ikan yang dihasilkan umumnya untuk konsumsi

masyarakat setempat.

Pola hidup nelayan sedikit banyak diliputi oleh ketidakpastian

penghasilan, karena aktivitas penangkapan ikan sangat tergantung pada alam.

Disamping sifat usahannya pun dianggap sebagai milik bersama. Kedua hal

ini yang sering mewarnai ketidakpastian penghasilan mereka, disisi lain factor

musim pun sangat berpengaruh.25

Selain itu, citra mengenai nelayan di Indonesia umumnya

mengisahkan hal yang sama, yaitu tentang kemiskinan, struktur sosial-budaya

yang masih tradisional, struktur nelayan produsen yang kurang

menguntungkan, hambatan dari KUD Mina, kurang berperannya TPI (tempat

pelelangan ikan), atau juga pola manajemennya yang masih sederhana.26

Berdasarkan pengalamannya nelayan membagi musim menjadi empat

musim, yaitu: pertama, diawali musim kapat, yakni antara bulan

September-November dimana angin bertiup dari arah barat dan Timur Laut dan laut

bergelombang. Kedua, musim keenam, dimana angin bertiup dari arah barat,

gelombang besar diiringi hujan dan keruhnya air laut, musim ini berlangsung

25

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, op.cit., h. 35-38

26

(32)

antara bulan desember sampai februari. Ketiga, musim kowulo, antara bulan

maret sampai mei, dimana laut tenang, angin bertiup pagi hari dari tenggara

dan siang hari dari Timur Laut. Keempat, musim petaruh antara bulan juni

sampai Agustus, dengan kondisi angin sama dengan musim sebelumnya,

tetapi laut bergelombang kecil. Musim yang di anggap sebagai “Musim

Paceklik” adalah pada saat Musim barat (musim keenam) antara bulan

Desember sampai Februari. Pada musim ini hampir semua nelayan tidak

melakukan operasi penangkapan ikan dikarenakan laut bergelombang besar

disertai hujan dan keruhnya air laut.27

D. Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan Saat ini

Dari definisi masyarakat nelayan yang kita bahas sebelumnya,

bahwasannya dalam arti umum masyarakat nelayan adalah masyarakat yang

mata pencahariannya menangkap ikan dan hasil-hasil laut lainnya, dengan

menggunakan laut sebagai wadah/tempatnya. Kemudian, dilihat dari

prilakunnya dilapangan, masyarakat nelayan dapat dibedakan menjadi:

a. Masyarakat nelayan tradisional

Kelompok nelayan ini merupakan mayoritas dari jumlah penduduk

yang hidup di daerah pesisir pulau-pulau terpencil, yang jumlahnya lebih

dari 40 juta. Sehari hari mereka melaut hanya sekedar mencari makan bagi

keluargannya. Siklus kehidupan para nelayan tradisional ini berlangsung

turun temurun. Dibeberapa daerah (dipantai selatan, dan utara jawa, riau,

Sumatra timur, dan utara, Maluku, dan irian jaya)

27

(33)

b. Masyarakat nelayan modern

Biasa disebut nelayan mesin, nelayan berdasi atau nelayan kaya.

Gologan atau kelompok ini merupakan minoritas, tinggal di kota-kota

besar dan pusat kota, mendapatkan hasil penangkapan yang sangat besar

di laut dengan sarana armada kapal ikannya yang besar dan berteknologi

canggih.

Mereka memiliki modal yang cukup untuk membeli beberapa kapal

ikan, dengan tenaga kerja direkrut dari para nelayan tradisional. Sebagian

besar para nelayan modern menjalin kerjasama dengan pihak asing.28

E. Pengertian Pengembangan dan Pengembangan Organisasi

Pengembangan Organisasi/PO (Organizational Development/OD)

pada prinsipnya merupakan suatu proses di mana pengetahuan,

konsep-konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan dengan (perilaku) organisasi

digunakan secara efektif untuk membantu organisasi dalam mencapai

tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan kualitas kinerja

organisasi dan sekaligus meningkatkan produktivitas organisasi.

Pengembangan organisasi pada dasarnya berbeda dengan berbagai

upaya perubahan organisasi yang dilakukan secara terencana, seperti upaya

perubahan dengan melakukan pembelian peralatan baru, atau merancang

ulang sebuah desain, ataupun menyusun ulang suatu kurikulum sekolah, atau

suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus kajian PO itu

terletak pada peningkatan kemampuan organisasi untuk dapat mengetahui dan

memecahkan berbagai masalah yang dihadapi organisasi itu sendiri.

28

(34)

Dengan demikian, pengembangan organisasi pada kenyataannya

berorientasi pada peningkatan atau kemajuan (kinerja) sistem; di mana

organisasi sebagai suatu sistem dengan bagian-bagian yang terdapat di

dalamnya, dapat mempengaruhi atau memberi dampak (positif) dalam

interaksinya dengan lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan di luar

organisasi.29

Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl dalam buku mereka yang berjudul organizational behavior and personnel psychology mengemukakan 13 ciri umum pengembangan organisasi sebagai berikut.

1. Pegembangan organisasi mengandung suatu sistem organisasi total. Seperti yang ditunjukan oleh beckhard, hal ini tidak perlu berarti bahwa keseluruhan organisasi harus terlibat. Akan tetapi, pengembangan organisasi dapat dimulai dalam setiap subsistemnya yang secara relative bebas untuk menentukan rencana dan masa depannya sendiri (missal suatu pabrik yang otonom).

2. Pengembangan organisasi memandang organisasi dari sudut ancangan atau pendekatan sistem. Organisasi dipandang sebagai serangkaian bagian komponen utuh yang saling berhubungan. Orang yang melaksanakan praktik menyadari bahwa apabila satu bagian dari sistem total dengan cara apapun berubah, hal ini akan mempunya banyak pengaruh terhdap bagian-bagian dari sistem yang lain.

3. Pengembangan organisasi dibantu oleh manajemen puncak. Manajemen puncak harus menunjukan tanggung jawab dan kesadaran akan usaha pengembangan organisasi yang nyata.

4. Sering digunakan pelayanan seorang perantara perubahan pihak ketiga. Perantara mungkin seorang anggota organisasi, akan tetapi harus bersifat ekstern terhadap subsistem organisasi khusus yang memprakarsai usaha pengembangan organisasi.

5. Pengembangan organisasi merupakan suatu usaha terencana.

6. Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kesehatan organisasi.

7. Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan ilmu perilaku. Campur tangan pengembangan organisasi didasarkan atas pengetahuan dan tekhnologi yang diperoleh dari berbagai ilmu perilaku: kepemimpinan, komunikasi, motivasi, penentuan tujuan, ilmu pengetahuan, hubungan antar kelompok, perilaku kelompok kecil,

29

(35)

manajemen pertentangan, sikap, struktur organisasi, dan hubungan antar pribadi.

8. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses jangka panjang. Sering memerlukan beberapa tahun untuk mengdakan suatu perubahan organisasi yang berarti dan abadi.

9. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus, tanpa berhenti.

10.Pengembangan organisasi terutama memusatkan pada pengubahan sikap, prilaku dan hasil kerja kelompok atau tim organisasi ketimbang pada individu.

11.Pengembangan organisasi terutama bertumpu pada pengalaman seperti bertentangan dengan pengetahuan didatik. Meskipun pengembangan organisasi dapat mengandung pemberian pengetahuan berdasarkan fakta-fakta melalui kuliah atau ceramah dan diskusi kelompok, pengembangan organisasi banyak bertumpu pada anggota-anggota organisasi yang benar-benar mengalami, mengadakan percobaan dengan, dan mencerminkan bentuk-bentuk perilaku yang baru.

12.Pengembangan organisasi menggunakan suatu model campur tangan riset tindakan. Aspek-aspek kunci model mengandung pengumpulan data riset tentang suatu sistem yang terus menerus oleh perantara perubahan, melakukan diagnosis pendahuluan, mengumpanbalikkan dan membicarakan data ini dengan kelompok klien, perencanaan tindakan bersama oleh perantara dank lien, tindakan dan diagnosis ulangan.

13.Pengambangan organisasi menekankan pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan perencanaan. Salah satu ciri penting dari progam pengembangan organisasi adalah mengajari individu-individu dan kelompok-kelompok bagaimana menentukan tujuan-tujuan yang dapat diukur dan realistis, dan bagaimana pengubah tujuan-tujuan ini menjadi tindakan.30

F. Pengertian Organisasi

Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari

organisasi-organisasi. Kita dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan

hampir semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk

kepentingan organisasi. Kita juga memanfaatkan sebagian besar waktu yang

senggang untuk kegiatan membeli, bermain maupun berdoa di dalam

organisasi. Selain itu sebagian besar umat manusia akan meninggal di dalam

30

(36)

organisasi dan apabila saatnya tiba untuk dimakamkan, maka organisasi yang

terbesar yaitu Negara mau tidak mau harus memberikan ijin resmi.

Masyarakat modern dewasa ini lebih mengutamakan rasionalitas

efektivitas dan efesiensi sebagai nilai-nilai moral yang tinggi.31 Inti dari teori

modernisasi ini adalah usaha pembangunan institusional (perekayasaan

struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru) dan pembangunan

mentalitas manusia (perekayasaan cultural).32 Peradaban modern pada

hakekatnya sangat bergantung pada organisasi-organisasi sebagai bentuk

pengelompokan sosial yang paling rasional dan efisien. Dengan cara

mengkoordinasikan sejumlah besar tindakan manusia. Organisasi mampu

menciptakan suatu alat sosial yang ampuh dan dapat diandalkan. Organisasi

tersebut menggabungkan sumber daya tenaga manusia yang dimilikinnya

dengan sumber daya lainnya, yakni dengan menjalin para pemimpin,

kelompok tenaga ahli pekerja mesin maupun bahan mentah menjadi satu.

Pada saat yang sama organisasi juga secara terus menerus mengkaji sejauh

mana ia telah berfungsi serta selalu berusaha menyesuaikan diri sebagaimana

yang diharapkan agar dapat mencapai tujuan. Sebagaimana yang akan kita

lihat kemudian, semua menyebabkan organisasi dapat melayani serta

memenuhi berbagai kebutuhan suatu masyarakat maupun warganya secara

lebih efisien.

Bertambah luasnya ruanglingkup dan meningkatnya rasionalitas

organisasi jelas tidak terbentuk tanpa suatu pengorbanan sosial atau manusia.

Di antara sekian banyak sarana utama yang digunakan oleh organisasi untuk

mencapai tujuannya, sumber daya tenaga manusia adalah yang paling sering

digunakan.

31

Amita Etzioni, Organisasi-organisasi Modern, (jakarta: UI Press, 1985 ), h. 1-4

32

Amri marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (jakarta: Kencana Prenada Media

(37)

Dari uraian diatas, maka definisi organisasi adalah unit sosial (atau

pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali

dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Dalam organisasi tersebut mencakup antara lain korporasi, pasukan angkatan

bersenjata, sekolah, rumah sakit, dan penjara; sedangkan suku bangsa, kelas,

kelompok etnis, kelompok persahabatan dan keluarga tidak masuk kedalam

organisasi. Pada umumnya organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adannya pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab

komunikasi yang merupakan bentuk-bentuk pembagian yang tidak

dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional,

melainkan sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha

mewujudkan tujuan tertentu

2. Adannya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi

pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi

mencapai tujuannya

3. Penggantian tenaga, dalam hal ini tenaga yang dianggap tidak bekerja

sebagaimana diharapkan, dapat diganti oleh tenaga yang lain.33

G. Organisasi Keagamaan

Agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama

dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat. Agama menurut pendekatan antropologis adalah hubungan

mekanisme pengorganisasian.

Organisasi keagamaan adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,

yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam lingkup suatu

agama tertentu. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia

33

(38)

membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

tidak dapat mereka capai sendiri.

Konsep organisasi keagamaan yang dipakai adalah adalah suatu

pendekatan, kegiatan, atau sistem kehidupan yang irrasional. Organisasi

keagamaan yang khusus mengurus upacara dan hubungan dengan Tuhan yang

dinamakan tarekat (jalan menuju kebenaran). Kelompok masyarakat yang

religius atau agama secara teologis yang telah menjadi antropologis itu,

mengembangkan segenap sistem budayanya dari ajaran ajaran tuhan atau

wahyunya yang diungkap dalam kitab suci. Roland Robertson, membuat suatu

model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homogenitas dan

heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan

organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:

1. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe:

yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik,

dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.

2. Pada masyarakat yang memiliki homogenitas agama, juga ada dua tipe:

yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi

sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat

primitif.

Usaha Organisasi:

1. Di bidang agama, melaksanakan dakawah islamiyah dan meningkatkan

rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan.

2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan

nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,

berpengetahuan luas.

3. Di bidang Sosial Budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta

(39)

4. Di bidang Ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk

menik-mati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya

ekonomi rakyat. 34

H. Pedesaan

1.

Desa

Secara umum, desa selalu dipandang sebagai daerah yang masih

belum maju, belum modern, atau berbagai pencitraan lainnya yang

menunjukan keterbelakangan. Demikian pula masyarakatnya. Dalam

pergaulan dan percakapan sehari-hari seringkali kita dengar

ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan orang desa. Sikap atau pandangan

semacam ini dapat menciptakan presepsi dalam diri kita bahwa masyarakat

desa kurang berharga untuk menjadi objek studi. Sebaliknya dari kesan dan

pandangan semacam itu, desa dan masyarakatnya sangat penting artinya bagi

kehidupan manusia. Siapa yang tidak mengakui bahwa orang desalah yang

menghasilkan pangan bagi kita semua.35

Memang pada umumnya, pengertian desa sering dikaitkan dengan

pertanian, terlepas dari jenis dan tingkat kemajuan sistem pertaniannya.

Diantara pakar sosiologi pedesaan, cukup banyak pula yang menyetujui

pengertian semacam itu, Namun pada intinnya mereka berpendapat bahwa

desa adalah lingkungan yang wargannya memiliki hubungan yang akrab dan

informal.

Agar lebih jelas dan lengkap, seorang pakar sosiologi pedesaan dari

Amerika Serikat, Paul H. Landis dalam bukunnya rular life in process. Di

antara sekian ahli Sosiologi Pedesaan, P. H. Landis ini memilki definisi yang

lebih lengkap. Ia mengemukakan tiga definisi mengenai desa, tergantung pada

tujuan analisisnya. Untuk tujuan analisis statistic, desa adalah suatu

34

Ilham Nugraha, Agama dan Organisasi Agama, 2012, (http://hanz-one.blogspot.com)

35

(40)

lingkungan yang peduduknya kurang dari 2.500 orang. Untuk tujuan analisi

social-psikologis, desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya memiliki

hubungan yang saling akrab dan serba informal satu sama lain. Sedangkan

untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan

yang penduduknya hidup dari pertanian.

Selain dari definisi-definisi di atas, terdapat pendefinisian lainnya

yang bias dijadikan pegangan. Definisi ini dikemukakan oleh

Koentjaraningrat. Secara garis besarnya, dia membedakan dua komunitas,

yakni komunitas besar (kota, Negara bagian, Negara, dan lainnya), Dan

komunitas kecil (desa, rukun tetangga, dan lainnya). Batasannya mengenai

desa adalah: “komunitsa kecil yang menetap tetap di suatu tempat”.

Komunitas disamping menunjukan ikatan sosio-emosional di antara

angotanya, juga menunjukan adanya ikatan antara anggota tersebut dengan

suatu daerah tertentu. Maka, definisi koentjaraningrat tersebut dapat

mencakup desa pertanian maupun non-pertanian (misalnya desa nelayan).36

Sedangkan menurut Paul H. Landis : desa adalah dengan ciri-cirinya

sebagai berikut:

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan

jiwa.

b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.

c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum sangat

dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan

pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

2. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan

batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota

36

(41)

masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia

hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban

setiap waktu demi masyarakatya atau anggota-anggota masyarakat, karena

beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai

dan menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap

keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai

berikut:

a. Didalam masyarakat pedesaan diantara wargannya mempunyai hubungan

yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat

pedesaan lainnya diluar batas wilayahnya.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.

c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

Pekerjaan-pekerjaan sambilan yang biasannya sebagai pengisi waktu

luang

d. Masyarakat tersebut homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian,

agama, adat-istiadat dan sebagainya.

3. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan

Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat

Indonesia lebid dari 80% tingal di pedesaan dengan mata pencaharian

yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasannya

dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai

masyarakat tantang damai, harmonis yaitu msyarakat yang adem ayem,

sehingga oleh orang kita dianggap sebagai tempat untuk melepas lelah

dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekudutan pikir.

Maka tidak jarang orang kota melepas segala kelelahan dan

(42)

yang adem ayem dan penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan

masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat pedesaan

itu, oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gameinschaft

(paguyuban). Jadi keguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan

orang-orang kota menilai masyarakat desa itu tenang, harmonis, rukun,

dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.

Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesan kita ini mengenal

bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau

paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam

masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Dalam

hal ini kita sering jumpai gejala-gejala yang sering diistilahkan dengan:

1. Konflik (Pertengkaran)

Pada kenyataannya masyarakat pedesaan penuh dengan masalah dan

ketegangan. Karena setiap hari mereka hidup berdekatan dengan

tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menimbulkan pemicu

yang paling banyak penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan

dari ketegangan.

2. Kontroversi (Pertentangan)

Pertentangan bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep

kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungan guna-guna

(black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah

kontroversi dari sudut kebiasaan masyarakat.

3. Kompetisi (Pertandingan)

Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia biasa yang

memiliki sifat bersaing. Wujud persaingan bisa positif jika tujuannya

untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan produk atau output

(hasil). Dan bisa berwujud hal negatif jika bersingan hanya berhenti

(43)

menimbulkan fitnah sehingga dapat menciptakan ketegangan pada

masyarakat.

I. Pengaruh Agama Terhadap Golongan Masyarakat

Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap masyarakat, ada tiga

aspek yang perlu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.

Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang kompleks dan terpadu yang

pengaruhnya dapat diamati pada prilaku manusia. Berkaitan dengan hal ini,

Nottingham menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan

masyarakat. Golongan-golongan masyarakat itu antara lain :

1. Golongan petani. Pada umumnya, golongan petani termasuk masyarakat yang terbelakang. Lokasinya berada di aerah terisolasi, sistem masyarakatnya masih sederhana, lembaga-lembaga sosialnya pun belum banyak berkembang. Disamping alasan-alasan tersebut, unsur-unsur ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan, sangat erat dengan kehidupan petani. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani. Faktor cuaca, faktor pertumbuhan tanaman, faktor binatang, baik sebagai alat pembantu maupun sebagai hama, faktor subur tidaknya tanah, dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang berada diluar jangkauan petani. Oleh sebab itu, mereka mencari kekuatan dan kemampuan diluar dirinya yang dipandang mampu dan dapat mengatasi semua persoalan yang telah atau akan menimpa dirinya. Maka, diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang dianggap sebagai tolak bala atau menghormati dewa. Menyediakan sesajen bagi Dewi Sri, yang dipercaya sebagai pelindung sawah dan lading, pada waktu akan panen menjadi keharusan bagi mereka, agar hasil panenya berlimpah. Dengan pengamatan selintas, pengaruh agama terhadap golongan petani cukup besar. Jiwa keagamaan mereka relatif lebih besar karena kedekatannya dengan alam.

(44)

nilai masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada mereka, hendaklah dengan cara yang sederhana dan memakai contoh-contoh yang biasa diambil dari lingkungan alamnya.

3. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Golongan pengrajin dan pedagang kecil hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani. Kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada hukum alam. Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Mereka tidak menyandarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti.37

J. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Pada skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Masyarakat Petani,

Nelayan, dan Buruh dalam Pembangunan (studi tentang partisipasi

masyarakat petani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum

di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Propinsi Banten)

yang di tulis oleh Dindin Abidin, menurutnya tingkat partisipasi ketiga

kelompok masyarakat tersebut secara umum dalam katagori sedang, hal

ini terlihat dari olahan data secara statistik dimana angka menunjukan

64,7% berada pada katagori sedang, pada katagori tinggi hanya 11,7%

dan 23,7% berada pada katagori rendah.38 Dari skripsi ini terlihat bahwa

persamaannya adalah sama-sama membicarakan mengenai partisipasi

atau peran yang dilakukan khususnya oleh masyarakat nelayan.

Perbedaanya adalah skripsi ini membahas mengenai peran masyaraka

tani, nelayan dan buruh dalam pembangunan sarana umum, sedangkan

skripsi saya membahas tentang peran masyarakat nelayan dalam

mengembangkan organisasi keagamaan.

37

Kahmad Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006) h. 131-133

38

(45)

2. Pada skripsi yang berjudul Peran Lembaga Keagamaan Dalam

Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Pada Yayasan Pusat

Kesejahteraan Sosial YPKS-PGI yang di tulis oleh Anglyane E.

Pinontoan, menurutnya peran lembaga sosial keagamaan dalam

penanggulangan kemiskinan sangat penting sehingga eksistensinnya perlu

dipertahankan. Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam

memberikan dukungan dan bantuan kepada organisasi sosial tersebut.

Umumnya mereka yang berpartisipasi dan terlibat di dalamnya adalah

orang-orang Kristen yang merasa terpanggil dalam pelayanan, baik

mereka para pengurus, direktur maupun staf lembaga YPKS. Partisipasi

dikalangan mereka muncul karena adannya persaan solider, untuk

membantu anggota masyarakat yang tidak mampu (miskin) yang

dilatarbelakangi oleh nilai-nilai luhur keagamaan untuk mengasihi sesame

manusia.39 Persamaan pada skripsi ini adalah sama-sama membahas

mengenai lembaga keagamaan. Perbedaanya adalah lembaga keagamaan

yang di ambil pada pembahasan saya adalah lembaga keagamaan islam,

sedangkan pada skripsi ini adalah lembaga keagamaan Kristen.

3. Pada skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat

Nelayan Mouroami di Pulau Tidung Kepulauan Seribu yang di tulis oleh

Nuraini, menurutnya kehidupan masyarakat nelayan Mouroami

mempunyai pengaruh agama yang kuat bagi kehidupan mereka. Bagi

nelayan mouroami yang mengatakan agama mempunyai pengaruh itu

dikarenakan mereka mempunyai dasar keagamaan yang kuat pada masa

kecil hingga sekarang, baik itu mereka peroleh dari keluarga, lingkungan

sekolah atau dari teman-temannya, bagi mereka agama sangat berperan

39

(46)

dalam memotivasi diri untuk berusaha tetap berperilaku baik.40 Pada

persamaan skripsi ini yaitu sama-sama melibatkan unsur keagamaan.

Perbedaanya, skripsi ini lebih mendalami pembahasan mengenai

agamanya sedangkan pada pembahasan saya agama hanya ditulis secara

garis besarnya saja.

K. Kerangka Berfikir

Pada umumnya banyak yang berfikir bahwa masyarakat nelayan

adalah masyarakat yang mengesampingkan nilai-nilai keagamaan, tetapi pada

masyarakat eretan wetan yang sebagian besarnya berprofesi sebagai nelayan,

di desannya mereka memiliki berbagai organisas

Gambar

Table 4.1 Jumlah Penduduk Masyarakat Eretan-Wetan ...........................................
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian  .................................................................................
Gambar 2.1. Contoh Kompleksitas Status dan Peran Individu Dalam Masyarakat
Gambar 3.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Di daerah pedesaan Indonesia, perempuan pada keluarga miskin, terbiasa melakukan kerja produktif dan tetap bertanggungjawab pada kerja reproduktif serta kegiatan sosial (antara

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Sabut Kelapa Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat: Kasus Desa Muntai Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis.. Sudirman

USAHA PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN CIVIC DISPOSITION PELESTARIAN HUTAN PADA MASYARAKAT (Studi di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten