• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PORNOGRAFI, PENYEBAB MARAKNYA PORNOGRAFI,

A. Definisi dan Sejarah Pornografi 1.Definisi Pornografi

2. Sejarah Pornografi

Masalah pornografi adalah masalah lama sejak berabad-abad yang lalu, walaupun tulisan atau aksara belum dikenal secara luas seperti pada masa kini. Namun melalui pahatan-pahatan, relief-relief dan patung pornografi itu telah muncul dalam peradaban manusia.

Sejarah Pornografi dimulai di Yunani dan Romawi. Namun, perkembangannya mencapai puncak di Inggris dan Prancis pada Abad Pertengahan.

36 Kehidupan Erotik, adalah kehidupan yang paling indah, irama erotik terjadi karena ada dua kelamin laki-laki dan perempuan, keduanya hidup bermasing-masing tetapi keduanya ditakdirkan untuk saling memenuhi karena itu masing-masing hidup dalam bentuk atas kekuatan dan kelemahan pihak lain, yang satu mempunyai relief yang amat tepat menampung pihak lain. Hal ini berlaku untuk semua makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, binatang juga manusia. Sumarkoco Sudiro, Masalah-masalah pokok Kedewasaan Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1990), h.166

Dikedua negeri itulah pornografi berkembang dengan suburnya. Pada zaman Romawi, telah berkembang kegemaran membaca tulisan-tulisan dan koleksi-koleksi lukisan yang bersifat pornografi, terutama oleh para kaisar dan kalangan atas, semuanya dimaksudkan sebagai kesenangan perangsang gairah seksual.37

Terkadang patung-patung dan relief-relief dikategorikan sebagai karya seni yang tidak menyinggung rasa kesusilaan masyarakat. Sampai kini masih dapat disaksikan patung-patung dan relief-relief di reruntuhan kuno. Di Roma yang sering dilukiskan laki-laki dan perempuan telanjang bulat lengkap dengan alat vitalnya, karya-karya tersebut digolongkan sebagai karya seni.

Masyarakat Romawi kuno punya cara sendiri untuk menunjukkan kegemarannya kepada pornografi. Di dinding kuil Pompeii terdapat gambar-gambar yang memperagakan cara-cara bersenggama. Berasal dari abad ke-1 Masehi, lukisan-lukisan itu menjadi bukti sejarah tentang pornografi dalam kebudayaan Romawi Kuno.

Yang terkenal pada masa itu adalah karya sastrawan Ovidius, Ars Amatoria (Seni Bercinta). Karya tiga jilid ini menggambarkan dengan rinci cara-cara merayu, menggoda, dan merangsang nafsu birahi. Menurut para pakar, tujuan pengarangnya tak sekedar ingin berpornografi ria. Ovidius ingin membeberkan kebobrokan moral pada zaman itu, yang terutama dilakukan kalangan elite.

Di Eropa, di luar Romawi dan Yunani, pornografi menyebar pada Abad Pertengahan. Cuma seleranya rendah. Berupa teka-teki, lelucon, dan syair pendek

penuh sindiran. Yang terkenal adalah cerita Decameron karya Giovanni Boccacio, yang memuat seratusan kisah jorok. Pada 1950-an pernah beredar film Decameron Night, yang menggambarkan pesta pora seks di kalangan orang-orang terpandang.

Perkembangan pornografi juga menyebar di negara kita negara Indonesia. Di Indonesia, pornografi juga dikenal luas – meski lebih banyak bergerak di bawah tanah. Candi Sukuh di lereng Barat Gunung Lawu, kira-kira 30 kilometer dari Solo, Jawa Tengah, yang letaknya sangat terpencil sulit dicapai orang, lebih-lebih dahulu kala ketika candi itu dibangun hanya orang-orang tertentu saja yang mengunjunginya. Di candi tersebut terdapat relief-relief yang menggambarkan adegan porno yang menjadi bukti pertama kehadiran karya pornografi di Indonesia. Candi agama Syiwa ini berdiri sekitar 1437-1438 Masehi. 38.

Di lantai pintu gerbang pertama candi tersebut terdapat relief yang cukup besar. Di sana tergambar sebuah lingga (alat kelamin lelaki) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin perempuan). Di bagian lain terdapat patung besar seorang lelaki yang berdiri sambil memegangi alat kelaminnya yang lagi ereksi.

Masih di kawasan Solo, di Kecamatan Ngampel, Boyolali, terdapat relief-relief lelaki dan perempuan dalam beberapa posisi bersenggama. Relief di Ngampel, yang diperkirakan sezaman dengan Candi Sukuh, mirip dengan relief-relief di beberapa candi di Khajuraho, India.

38 Ken Ati Widiani, Pornografi Ancaman Setiap Orang, Warna Sari, No. 76, Mei 1985, tahun VII

Selain ditemukan relief-relief kuno dan candi-candi juga ditemukan buku-buku sastra Jawa lama, sedikitnya ada dua buku-buku yang bisa disebut pornografis. Buku yang pertama, Candraning Wanita, yang mengungkapkan lika-liku perempuan dan teknik bersenggama. Buku yang disusun oleh seorang pujangga Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII ini ditulis dengan tangan (hanya satu eksemplar) dalam aksara Jawa. Terdapat gambar-gambar menarik di dalamnya. Dan buku yang kedua, Pranacitra (Rara Mendut), memuat kisah percintaan yang terkenal di kalangan orang Jawa. Konon mirip kisah Romeo and Juliet karangan Shakespeare. Pranacitra diterbitkan pada 1932 oleh Balai Pustaka, badan penerbit yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Di kalangan raja-raja Bugis pun dahulu disenangi cerita-cerita yang sifatnya cabul. Pada larut malam, biasanya seorang wanita yang duduk di dekat peraduan raja, membacakan dongeng yang sifatnya cabul.

Dikenal pula cerita-cerita yang biasanya dibaca pada malam hari dari buku-buku tulisan tangan yang beraksara Bugis yang berisi episode “Kepahlawanan Pahlawan Pejuang”, Bugis melawan Belanda seperti dalam Perang Bone 1905, dicampur cerita-cerita roman yang kadang-kadang bersifat cabul.39

Dan masyarakat Hindu juga tampaknya tak terpisahkan dari buku Kama Sutra, yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terbitan setelah zaman reformasi malah lebih menonjolkan pornografinya ketimbang segi-segi ilmiah

39Ibid, h. 16

seni percintaan. Buku tuntunan bercinta dan hubungan seks ini disusun oleh Mallanaga Vatsyayana. Kama Sutra diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi.

Dan perkembangan zaman pada masa kini, dengan penyebaran pornografi yang merajalela setelah penemuan mesin cetak dan usaha penerbitan. Apalagi setelah fotografi dan film, serta video compact disc (VCD), ditemukan. Dan meluasnya jaringan internet makin merajalelakan pornografi ke lingkungan rumah tangga dan meracuni anak-anak. Semua kemajuan teknologi itu mendukung merebaknya industri pornografi40

Telah bermunculan film-film porno pada pertengahan tahun 1998 yang menggemparkan masyarakat kita yang dibuat oleh sepasang mahasiwa-mahasiswi, yang masih menempuh studi disalah satu Universitas di Bandung. Mereka berdua membuat film yang berisi adegan mesum, dimana pemainnya mereka sendiri dan hasil adegan mesumnya (film) tersebar luas di handphone (telepon genggam) kemudian ditransfer ke dalam bentuk compact disc. yang diberi judul “Bandung Lautan Asmara”, “Anak Ingusan” dan lain-lain. Inilah awal dari bebasnya pornografi di negara kita disertai dengan kemajuan teknologi itu mendukung merebaknya industri pornografi. Ironisnya, sektor inilah yang cenderung dibiarkan oleh aparat keamanan dan hukum. (Atau penindakannya terlambat sehingga dampaknya meluas).

Seiring dengan bebasnya media cetak yang dipasarkan di kalangan masyarakat, dan kienginan media cetak untuk menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya maka cara yang negatif pun ditempuh yang kan mengakibatkan

kehancuran moral generasi penerus bangsa, dengan memasukkan unsur-unsur pornografi yang disajikan dalam media cetak tersebut. Memuat sampul depan (cover) yang menarik dengan menampilkan foto-foto yang sensual atau merangsang, sehingga akan laku dipasaran.