BAB III PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya
Di zaman klasik Islam, masa Daulah Umaiyah di Damaskus, Daulah Abbasiyah di Bagdad, dan Daulah Umaiyah di Andalusia, Ilmu-ilmu berkembang semarak dan secara integral di dunia Islam. Tidak hanya ilmu-ilmu Naqliyah, tetapi juga ilmu-ilmu aqliyah seperti bidang politik, sejarah, arsitektur, sosiologi, kosmologi, fisika dan lainnya. Demikian juga ilmu terapan seperti ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu farmasi, teknik kimia, pertanian dan ilmu terapan lahirnya1. Akan tetapi ketika terjadi zaman kemunduran Islam, dan ilmu pengetahuan beralih ke dunia barat, maka perkembangan ilmu tidak lagi integral antara ilmu naqliyah dengan aqliyah.
Hal itu juga dirasakan ketika perkembangan ilmu di dunia Islam termasuk Indonesia semakin membaik kembali, umat Islam kembali merindukan adanya perkembangan ilmu yang integral. Salah satu pihak yang merindukan tersebut, adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, seperti yang terkandung dalam visinya: “menjadikan UIN Syarif Hidayatullah sebagai lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka dalam mengintegrasikan aspek kelimuan, keislaman dan keindonesiaan”2.
1
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Gra-findo Persada, 2005), h.1.
30
2Abd. Shomad, dkk (ed), Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009-2010, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 290.
Menurut buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2010, untuk menpercepat pengintegrasian aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan itulah, sidang senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 30 Desember 2002 mempertimbangkan pentingnya pembukaan program studi baru bidang kedokteran dan kesehatan, sehingga forum senat tersebut merekomendasikan pendirian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Keputusan Senat tersebut direalisasikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan SK Rektor Nomor 046 tanggal 22 Mei tahun 2004. Sebagai langkah awal, tahun akademik 2004/ 2005 dibuka dua program studi, yaitu: (1) Ilmu Kesehatan Masyarakat; dan (2) Farmasi. Selanjutnya tahun akdemik 2005/2006, disusul dua program studi lagi pada, yakni : (1) Pendidikan Dokter, dan (2) Ilmu Keperawatan. Dengan demikian lengkaplah FKIK memiliki empat program studi3.
Dari uraian di atas jelas, bahwa keinginan UIN Syarif Hidayatullah untuk melakukan reintegrasi (menyatukan kembali) ilmu dan keislaman itu, mempunyai akar dalam tradisi keilmuan Islam sejak zaman klasik seperti dikemukakan di atas. Akan tetapi, pengintegralisasi ilmu yang dilakukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai keistimewaan sendiri dibanding zaman klasik Islam di Timur Tengah dulu. Jika di zaman klasik dulu,
3
32
integrasi ilmu tersebut berwarna Timur Tengah, UIN ingin menciptakan warna keindonesiaan.
Hal ini secara lebih khas dijabarkan dalam visi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan kalimat: ”menjadikan FKIK UIN Syarif Hidayatullah sebagai lembaga pendidikan tinggi kedokteran dan ilmu kesehatan terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan kedokteran dan kesehatan, keislaman dan keindonesiaan”.
Berdasarkan visi tersebut, disusunlah misi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut :
a. Menghasilkan dokter, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker dan perawat yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
b. Melakukan reintegrasi ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan dengan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
c. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan kesehatan serta melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan taqwa.
d. Mengikuti secara aktif dan berperan serta dalam pengembangan ilmu dan teknlogi kedokteran dan kesehatan melalui kegiatan penelitian.
e. Memberikan kontribusi bermakna dalam pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.4
Selanjutnya dengan mengacu pada visi misi tersebut, FKIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik-profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan, serta ilmu pengetahuan agama islam secara integratif.
b. Menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan serta ilmu agama Islam secara integrative serta mengupayakan pemanfaatannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan dalam upaya pembangunan karakter bangsa 5.
4
Ibid. 292
5
Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan tersebut jelas, tugas FKIK lebih berat dari Fakultas Kedokteran atau Fakultas Ilmu Kesehatan di universitas lainnya. Jika pada universitas lain hanya bertujuan menyiapkan dokter, perawat, apoteker dan sarjana ilmu kesehatan secara professional, di FKIK UIN bertujuan menyiapkan insan yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan, serta ilmu pengetahuan agama Islam secara integratif.
Hal ini tak mungkin diwujudkan, tanpa adanya dukungan yang penuh dari bahan pustaka yang tersedia lengkap dengan dukungan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi6. Menyadari tugas berat itulah, tak lama sesudah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah didirikan, tahun 2004 itu juga, Dekan FKIK Prof Dr (hc), dr.M.K. Tadjuddin, Sp. And, membentuk Perpustakaan FKIK, dengan menunjuk tiga orang dosen FKIK untuk mengelola “bayi” perpustakaan ini. Meskipun belum dikelola tenaga professional ilmu perpustakaan pada tahap awal tersebut, tetapi jelas pimpinan FKIK amat menyadari pentingnya arti perpustakaan bagi pencapaian visi, misi dan tujuan FKIK, seperti dikemukakan di atas.
Sesuai dengan harapan dikemukakan di atas, maka Perpustakaan FKIK didirikan dengan tujuan mendukung tercapainya visi dan misi yang ingin dicapai oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
6
34
Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini perpustakaan diharapkan sebagai pusat informasi dan research, sekaligus berkedudukan sebagai perpustakaan kerja atau belajar (Working Library).7
Hanya setahun “dirawat” tenaga edukatif non pustakawan, Dekan FKIK, menunjuk pengelola baru dari kalangan pustakawan professional mulai 19 Desember 2005, yaitu Amrullah Hasbana, SS, MA (alumnus Universitas Belanda) sebagai Kepala Urusan Perpustakaan, dan Dra. Ida Darawati sebagai pustakawan fungsional bidang pengolahan, dibantu Lolitasari, S.Ag, M.Si, sebagai anggota non fungsional bidang pelayanan.
Kini memasuki usia 6 tahun, Perpustakaan FKIK, berkembang cukup baik. Jika tahun 2004, hanya bermodalkan bahan pustaka 800 judul buku, dengan 1600 examplar, kini bahan pustaka 1.637 judul dengan 3.760 examplar. Jadi meningkat lebih dari 200% bahan pustaka. Jumlah itu belum termasuk karya rekam CD sebanyak 37 buah dan jurnal/penerbitan berkala sebanyak 1.2598. Di samping itu petugas perpustakaan bertambah dua orang, yakni H.Fahrul Fu’adi dan Karno Harahap (non pustakawan/staf pelayanan)9.