• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Grup ABC dan Heinz ABC Indonesia

Grup ABC bermula dari usaha keluarga yang didirikan oleh dua bersaudara yaitu Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak dan Chu Sok Sam di Medan pada 1948. Awalnya, mereka berdagang aneka barang, antara lain anggur tradisional yang dikemas dalam botol. Selang dua tahun, tepatnya 14 Februari 1950, mereka menggandeng Lim Kok Liang, Lim Tong Chai, dan Lim Mia Chuan mengibarkan NV Handel Maatschappij May Lian & Co. Perusahaan ini memproduksi minuman anggur tradisional Cap Orang Tua di Semarang, Jawa Tengah.

Seiring menyebarnya produk anggurnya, perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Perindustrian Bapak Djenggot (PBD). Kepemilikan saham dua bersaudara Chandra Djojonegoro dan Chu Sok Sam sebesar 42,4%. Produknya, antara lain Anggur Wine, Fruit Wine, Beras Kencur Wine, dan Anggur Malaga. Produk anggur kolesom ini juga mampu menembus pasar mancanegara.

Kelompok usaha ini mulai mengepakkan sayapnya pada 1959 lewat PT Everbright Battery Factory, memproduksi baterai ABC. Keluarga Chu menguasai 31% sahamnya. Hampir sedasawarsa kemudian, 1968, mereka mengembangkan International Chemical Ind. CL yang juga memproduksi baterai ABC. Pada perusahaan ini dua bersaudara itu memiliki 46,4% saham. Tahun 1973, mereka

makin agresif mengembangkan perusahaan dengan mengakuisisi PT Uni Djaja sebesar 31,9%, produsen kamput di Medan.

Bisnis consumer goods mulai dirambah dua Chu pada 1975 dengan mengibarkan PT ABC Central Food Industry. Pada perusahaan ini mereka menguasai 53% saham. Tahun berikutnya, mereka masuk ke industri toiletries

dengan produk perdana sikat gigi Formula lewat PT Ultra Prima Abadi. Pada perusahaan ini keluarga Chu tercatat sebagai pemegang saham mayoritas dengan penguasaan 68,5% saham. PT Ancol Terang Printing yang membidangi kemasan kaleng mereka bangun pada 1978 dengan kepemilikan 40%.

Dekade 1980-an, bisnis mereka tambah menggurita di tangan generasi kedua. Sepeninggal Chandra dan Chu Sok Sam, kelompok usaha ini kemudian dikendalikan oleh dua putra Chandra yaitu Husain dan Hamid Djojonegoro. Sementara itu, dari generasi kedua Chu Sok Sam ada Sumito, Vincent Kus Chu dan Kogan Mandala Choo.

Diantara ketiga generasi kedua keluarga Chu, Hamid terlihat yang paling agresif mengembangkan bisnis pribadi meski kemudian dikembangkan dalam skema kerja sama antar keluarga. Selain Artha Boga Cemerlang, Hamid juga tercatat sukses mengembangkan PT Puri Ngajogjakarta (hotel bintang empat di Kota Gudeg yang berkapasiats 200 kamar), PT Crownprince Jasaboga (jasa boga) dan pabrik minyak goreng di Bekasi PT Darmex Oil & Fat. Hamid memang dipercaya membesarkan grup Orang Tua.

Hamid juga mendirikan PT Panjang Jiwo Pangan Makmur (1982) yang berlokasi di Surabaya. Perusahaan ini memproduksi aneka minuman kesehatan: Kiranti, Larutan Penyejuk Panjang Jiwo, dan Larutan Penyejuk Orang Tua dan permen Tango. Kiranti tercatat satu-satunya produk minuman kesehatan bagi wanita yang sedang menstruasi. Kiranti juga mengeluarkan produk untuk pegal linu yaitu Kiranti Pegal Linu.

Ditangan Hamid, Husain, dan Kogan, kelompok usaha ABC dan Orang Tua makin menggurita dan merambah berbagai lini bisnis. Ekspansi pun terus dilakukan dengan cara membangun sendiri maupun mengakuisisi perusahaan lain. Tahun 1983, dari pihak Chu Sam Yak atau Chandra membangun PT Haniwell Murni Company. Pada perusahaan yang menghasilkan pembalut wanita merek Innosense, Honeysoft, dan Modess untuk PT Johnson & Johnson Indonesia itu, keluarga Chu Sam Yak memiliki saham 50%.

Pasar batu baterai yang menjanjikan membuat mereka kembali mengakuisisi PT Hari Terang Industrial Co. Ltd pada 1982. Dalam menguasai pasar batu baterai nasional, pada 1989 PT FDK Indonesia dikibarkan dengan kepemilikan saham 22,5%. Dengan memiliki empat pabrik batu baterai yaitu Everbright, International Chemical, Hari Terang, dan FDK , mereka adalah raja untuk pasar batu baterai dengan menguasai 60%-70% pangsa pasar baterai nasional.

Sukses sikat gigi Formula membuat mereka lebih agresif lagi menggarap ladang toiletries. Lewat PT Brushindo Cemerlang yang kemudian dikenal dengan

menggarap pasar sikat gigi dan pasta gigi. Selain Formula, mereka juga meluncurkan merek Durodont, Abc Dent, dan Formula Junior. Pada perusahaan ini keluarga Chu tercatat mempunyai saham 78,9%.

Sementara itu, di industri consumer goods, mereka mulai melirik pasar biskuit dengan membangun PT Danone Biskuit Indonesia pada 1994, dimana keluarga Chu menguasai saham 26%. Setahun berikutnya, mereka juga membangun PT Danone Biskuits Sales & Distribusi. Saham mereka di sini sangat kecil, hanya 5%. Namun, tahun 1998 dan 1999 kepemilikan saham di kedua perusahaan itu dilepas. Menilik tahunnya, sepertinya karena hajaran krisis ekonomi. Divestasi saham juga dilakukan tahun 2000 terhadap kepemilikannya di PT FDK Indonesia sebesar 22,5%. Mereka lantas mendirikan FDK Intercallin, perusahaan patungan dengan Alpha Industries Co. Ltd. dan Fuji Electrochemical Co. Ltd. yang memproduksi baterai Alkaline. Perusahaan ini dipercayakan pengelolaannya di tangan Husain.

Melepas saham di Danone bukan berarti ambisi mereka pada bisnis consumer goods surut. Justru mereka makin agresif dengan menggandeng H.J. Heinz, berkantor pusat di Pittsburgh, Pennysylvania Amerika Serikat. Perusahaan H.J. Heinz bermain di empat kategori utama, yaitu:

1. Kecap dan Saus

Pada kategori ini, perusahaan Heinz memiliki enam macam produk dengan merek, yaitu: Classico, Heinz Ketchup, Lea And Perrins, Pudliszki, Salad Cream (Mayonise), dan ABC (Kecap).

2. Meals/Snacks

Pada kategori ini, perusahaan Heinz memiliki sembilan macam produk dengan merek, yaitu: Bagel Bites (snacks), Boston Market, Delimex, TGI Fridays, Ore-Ida, Quality Chef, Heinz Beanz, Honig, dan Wattie’s.

3. Infant Feeding/Nutrition

Pada kategori ini, perusahaan Heinz memiliki tiga macam produk dengan merek, yaitu: Nurture, Plasmon, dan Wattie’s.

4. Beverages

Pada kategori ini, perusahaan Heinz memiliki beberapa macam produk dengan merek, yaitu: Jussie, Milk Shake, Cappuccini, Juice, Sirup ABC Squash, dan Sirup ABC Special Grade.

H.J. Heinz menguasai 65% saham perusahaan ABC Central Food Industry. Nama perusahaan pun yang semula PT ABC Central Food Industry berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia. Langkah aliansi ini dilakukan untuk memperkuat posisi produk ABC di kawasan Asia. Maklum, sejak 1980, produk seperti kecap, sirup, sambal, dan saus tomat sudah diekspor ke berbagai negara, seperti: AS, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia, Brunei, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Denmark, Arab Saudi, Belanda, dan Inggris. Sampai saat ini perusahaan ini memiliki tiga pabrik: di Karawang, Daan Mogot (Jakarta), dan Pasuruan. PT Heinz Indonesia dikendalikan oleh Kogan.

Menggandeng pihak asing juga mereka lakukan dalam memproduksi Kratingdaeng melalui PT Asia Sejahtera Perdana Pharma (1991). Minuman energi ini berasal dari Thailand, dengan merek Red Bull. Pada perusahaan ini mereka memiliki saham sampai 65%. Perusahaan ini di bawah komando Husain. Ia juga tercatat mempunyai bisnis pribadi, antara lain PT Indofica Housing yang dikenal sebagai salah satu pengembang di Sunter, Jakarta; restoran Crystal Jade Palace di Jakarta; dan pemilik saham PT Bank Alfa (20%) yang dilikuidasi Pemerintah pada 1997.

Tahun 1990-an, lewat grup, mereka juga agresif mengakuisisi beberapa perusahaan. Tercatat perusahaan yang dibeli, PT Gunarajuli Setia (61,5%), PT Melatitunggal Intiraya (61,5%), Asti Dama Adhimukti (97,5%), PT Duta Nusa Idaman (100%), Rajuli Reksa (68,5%), Asiatic Union Perdana (75%), dan terakhir tahun 1999 mengakuisi PT Ultra Prima Pangan Makmur (68,5%). PT Rajuli Reksa kemudian berubah menjadi PT Ultra Prima Abadi 4 yang merupakan pabrik talk dan sampo di Jakarta dengan merek Atalia. Sementara itu, Ultra Prima Pangan Makmur adalah produsen biskuit wafer Tango dan Milcow.

Grup ABC pun tak selalu menuai sukses. Mie ABC dan Mie President yang dihasilkan oleh PT ABC President Enterprises Indonesia yang didirikan tahun 1992 dengan kepemilikan saham 32,9% masih tampak merayap mengejar ketertinggalan dari dominasi Indomie (Indofood). Begitu pula minuman Galin Bugar, kurang mendapat respons pasar. Sementara itu, mi instan Selera Rakyat dan Happy Mie

yang diproduksi oleh PT Artha Milenia Pangan Makmur kini tengah ditekan pemasarannya.

Dokumen terkait