• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KARAWANG

B. Sejarah Singkat Karawang

Secara etimologis, nama Karawang diambil dari bahasa Sunda yaitu rawa yang diberi imbuhan Ka dan An sehingga terbentuklah kata Karawaan, yang

memiliki arti tanah rawa.47 Dalam bahasa sunda, sebuah kata yang diberi imbuhan

seperti itu memiliki makna menerangkan suatu keadaan. Sumber lain menyebutkan Krawang berarti tanah yang terbagi atau penuh lobang. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut, selain sebagian rawa-rawa yang masih ada hingga saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti :

Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.48

Berdirinya Kabupaten Karawang tidak dapat dilepaskan dari perubahan politik yang terjadi di Tatar Sunda pada akhir abad ke-16. Ketika Kerajaan Sunda masih beridiri, daerah Karawang merupakan salah satu wilayah kekuasaannya. Menurut kesaksian Tome Pires, sejak tahun 1513, Karawang merupakan salah

satu dari tujuh pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.49

Bagi Kerajaan Sunda, pelabuhan Karawang tidak hanya sebagai tempat pusat perdagangan melainkan berstatus sebagai pintu masuk wilayah pedalaman

47

MvO Resident Krawang, A. Sangster, 31 Oktober 1931.

48

Wawancara pribadi dengan bapak H. Firman selaku bidang Budaya di Dinas Budaya dan Pariwisata, di Karawang, Tanggal Rabu 19 Maret 2014 pukul 11.15 wib.

49

Menurut Tome Pires, selain Karawang, enam pelabuhan lainnya terletak di Banten, Pontang, Cikande, Tangerang, Kalapa, dan Cimanuk.

23

bagian Timur Kerajaan tersebut dengan menyusuri beberapa sungai besar, antara

lain Citarum.50

Seiring dengan runtuhnya Kerajaan Sunda tahun 1579 di wilayah Tatar Sunda terdapat empat pusat kekuasaan baru yaitu Cirebon, Banten Sumedanglarang dan Galuh. Dengan runtuhnya Kerajaan Sunda, wilayah Karawang menjadi salah satu wilayah kekuasaan Sumedanglarang.

Seiring dengan keruntuhan Kerajaan Sunda, wilayah Karawang menjadi

salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang.51 Meskipun demikian,

pengaruh Cirebon sangat kuat di daerah ini sehingga sampai tahun 1619, daerah Karawang diklaim sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Sementara itu, pengaruh Mataram masuk ke wilayah Karawang melalui Kerajaan

Sumedanglarang.52

Pada 1620, Pangeran Aria Suriadiwangsa I (penguasa Sumedanglarang) mengakui kekuasaan Mataram dan menyatakan pengabdiannya kepada penguasa Mataram. Setelah peristiwa ini wilayah Sumedanglarang lebih dikenal dengan sebutan Priangan. Untuk menjalankan roda pemerintahan, Sultan Agung mengangkat Pangeran Aria Suriadiwangsa I sebagai wedana-bupati daerah Priangan dengan gelar Rangga Gempol I. Termasuk wilayah Karawang yang pada masa itu Kesultanan Banten mempunyai ambisi untuk menguasai wilayah bekas Kerajaan Sunda, namun ambisinya tersebut tertahan seiring dengan semakin

50

Edi S Ekadjati,. Penyebaran agama Islam di Jawa Barat, (Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat, 1975). H. 97.

51

Kerajaan Sumedang Larang berpusat di Kutamaya (sekarang jaraknya tak jauh dari sebelah barat kota sumedang) Statusnya berubah menjadi kabupaten sejak tahun 1620.

52

Ajip Rosidi, Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia dan Budaya termasuk budaya Cirebon dan Betawi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), h, 615.

24

menguatnya Pengaruh Mataram atas Cirebon dan Priangan. untuk mewujudkan ambisinya tersebut, penguasa Banten menjadikan Karawang sebagai benteng

pertahanan terdepan dalam menghadapi politik ekspensi kerajaan Mataram.53

Daerah Karawang secara resmi masuk dalam wilayah pengaruh Mataram, akan tetapi pada kenyataannya pasukan Banten berleluasa bisa memasuki wilayah Karawang. Dalam rangka menjadikan Karawang sebagai benteng pertahanan terdepan, pada akhir abad ke-16, Pangeran Nagaragan dari kesultanan Banten membangun sebuah Kampung di sebelah sungai citarum, yang diberinama

Hudong Udong (Udug-Udug),54 di kampung Udug-Udug tersebut kemudian

dijadikan tempat tinggal pangeran serta para pengawalnya.

Mendengar berita tersebut Sultan Agung penguasa Mataram mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 prajurit dengan keluarganya untuk mempersiapkan Logistik dan penghubung ke Ibu Kota Mataram. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur utara melewati Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem ditinggalkan lagi 400 prajurit dengan keluarganya, kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Karawang.

53Nina Herlina Lubis, Sejarah Tatar Sunda, (Bandung: Satya Historika, 2003), h. 89-94.

54

25

Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang bermarkas di udug-udug, mempunyai pertahanan yang sangat kuat, karena itu perlu diimbangi dengan kekuatan yang memadai.

Langkah awal yang dilakukan Surengrono membentuk 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam air Waduk Jatiluhur ) dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang, pusat kekuatan di desa Waringipitu. Ketiga perkampungan tersebut dijadikan sebagai pos pertahanan untuk menyerang kesultanan Banten, hingga tahun 1625 pasukan mataram tidak berhasil mengusir pasukan banten dari daerah karawang karena kekuatannya hanya tinggal sepertiga lagi. Namun aria wirasaba tidak pernah melaporkan kegagalannya kepada Sultan Mataram.

Karena jauh serta sulitnya hubungan antara Karawang dengan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakannya kepada sultan di Mataram. Karena tidak adanya laporan tersebut pada sultan Mataram, maka ia menganggap bahwa misi yang diberikannya kepada Aria Wirasaba telah dianggap gagal.

Pada tahun 1632 M, Sultan Agung mengutus Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa 1000 Prajurit dan keluarganya menuju Karawang. Tujuan ditugaskannya pasukan Wiraperbangsa oleh sultan Mataram adalah untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC(Belanda) di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba.

26

Tugas yang diberikan Sultan Agung yang kepadanya telah dilaksankan dengan baik, dan hasilnya tersebut dilaporkan kepada Sultan Agung. Atas keberhasilannya tersebut Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi Jabatan Wedana (setingkat Bupati) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III

serta diberi hadiah sebelah keris yang diberi nama “Karosinjang”.

Setelah Wiraperbangsa wafat jabatan Bupati di Karawang dilanjutkan oleh Puteranya yang bernama Adipati Kertabumi IV yang diberi gelar Raden Singaperbangsa III, ketika diangkat sebagai Wedana Karawang, R. A Singaperbangsa IV berkedudukan di Cibunut yang sekarang bernama Kampung

Bunut, sekitar Alun-alun Karawang.55

Mengenai pengangkatan Adipati Kertabumi IV sebagai penguasa

Karawang tercantum dalam sebuah piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Besar56

yang Berbunyi sebagai berikut:

Penget ingkang Piagem Kanjeng ing Ki Rangga Gede

Sumedang kagadehaken ing Si Astrawadana. Milane Sun gadehi Paiagem Sun kongkon angraksa kagengan Dalem, siti Nagara Agung, Kilen wates

Cipamingkis, wetan Cilamaya, sirta sun kongkong anunggoni lumbung isinipun pari limang takes punjul tiga welas jait.

Wodening pari sinambut dening Ki Singaperbangsa Basakala tan angrawahi Piagem, lagi lampahipun Kiyai Yudabangsa kaping Ki Wangsataruna

Ingkang potusan Kanjeng Dalem ambkta tata titi Yang kalih ewu Wadananipun Kiyai Singaperbagsa, Kalih ki wirasaba kang dipun wadanakaken ing manira. Sasangpun katampi dipunpernahken ing

Waringinpitu lang ing Tanjungpura. Angraksa Siti Gung Bongas kilen.

55

Bintang T, Sejarah Karawang dari masa ke masa, (Karawang: Viva Tanpas, 2007), h. 58

56

Wawancara pribadi dengan bapak H Firman :“Menurut Bapak H Firman (bidang

budaya) di Dinas Budaya Dan Pariwisata Kabupaten Karawang bahwa keberadaan piagam tersebut

27

Kala nulis piagem ing dina Rebo tanggal Sapuluh Sasi mulud tauh Alip. Kang anulis piagem manira, Anggaprana. (Bahasa Jawa).57

Terjemahan piagam tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Maka, ingatlah piagam Kanjeng kepada Ki

Rangga Gede dari Sumedang, yang dibawa oleh Ki Astrawardana. Adapun maksud dia membawa Piagam, karena (Ki Astrawardana) dia mengemban

Tugas menjaga wilayah kekuasaan Raja “Nagara Agung”

Wilayah itu dibatasi dibatasi oleh Cipamingkis di sebelah Baratdan Cilamaya di sebelah Timur. Seterusnya,

Ki Astrawardana harus menunggui lumbung padi, yang Isinya sebanyak lima tangkes tiga belas jait. Nantinya, Padi itu harus diangkut oleh Singaperbangsa, jika Perintah sudah diterimanya. Surat perintah itu akan Diserahkan oleh Ki Yudabangsa dan Ki Wangsataruna, Yang saat ini sedang dalam perjalanan sambil membawa 2.000 orang. Orang sebanyak itu akan akan diserahkan kepada Ki Singaperbangsa dan Ki Wirasaba. Kedua orang itu telah diangkat sebagai Wedana. Kedua orang itu telah diangkat oleh raja. Jika surat pengangkatannya telah

diterima, keduanya harus ditempatkan masing-masing di Waringinpitu dan Tanjungpura. Tugasnya menjaga Nagara Agung dari sebelah Barat dari ancaman musuh. Piagam ini ditulis hari rabu,

Tanggal sepuluh Mulud, tahun Alif. Yang menulis piagam ini Adalah Anggaprana.

Berdasarkan beberapa sumber yang ada menetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Karawang pada tanggal 14 September 1633 M atau hari Rabu tanggal 10 Mulud 1555 tahun Jawa/ Saka. Untuk perayaan hari jadi Kabupaten Karawang diadakan dua kali perayaan yakni pada tanggal 10 Mulud dan 14 September, pada tanggal 10 Mulud diadakan ziarah ke makam-makam pahlawan yang ada disekitar Karawang dan utamanya ziarah ke makam Singaperbangsa (Bupati pertama Kabupaten Karawang) yang berada di Manggung Ciparage Desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya. Dan tanggal 14 September diadakannya bersama masyarakat Karawang.

57

28

Silsilah dan urutan para Bupati Karawang berdasarkan Sejarah singkat hari

jadi Karawang58 adalah sebagai berikut:

No Nama Bupati Tahun Pemerintahan

1 Raden Adipati singaperbangsa59 1633-1677

2 Raden Anom Wirasuta60 1677-1721

3 Raden Jayanagara61 1721-1731

4 Raden Singanagara62 1731-1752

5 Raden Muhammad Saleh63 1752-1786

6 Raden Singasari64 1786-1809

7 Raden Aria Sastradipura65 1809-1811

58

Sutedja dkk, Sejarah Singkat hari jadi Karawang berikut silsilah dan urutan para bupatinya, (Karawang: Kantor Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Karawang, 2013), h. 11-26.

59

Raden Adipati Singaperbagsa putera Wiraperbangsa dari Galuh (wilayah Kerajaan Sumedanglarang), bergelar Adipati Kertabumi IV. Pada masa pemerintahan Adipati Singaperbangsa, Pusat pemerintahan Kabupaten Karawang berada di Bunut Kertayasa, sekarang termasuk wilayah keluarahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat.

Raden Adipati Singaperbangsa wafat pada tahun 1677, di makamkan di Manggungjaya Ciparage Desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya Kulon. Raden Adipati Singaperbangsa dikenal pula dengan sebutan Kyai Panembahan Singaperbangsa atau Dalem Kalidaon atau disebut juga dengan Eyang Manggung.

60

Raden Anom Wirasuta adalah putera Raden Adipati Singaperbangsa, yang diberi gelar Adipati Panatayuda I.

61

Radena Jaya Nagara adalah Putera RAden Anom Wirasuta yang diberi gelar Adipati Panatayudha II.

62

Raden Singanagara adalah putera Raden Jayanagara yang bergelar Raden Aria Panatayudha III.

63

Raden Muhammad Saleh adalah putera Raden Singanegara yang diberi gelar Raden Adipati Panatayudha IV. Raden Muhammad saleh juga dikenal pula dengan sebutan Raden Muhammad Zainal Abidin atau Raden Dalem

64

Raden Singasari adalah Putera Raden Muhammad Saleh, yang diberi gelar Raden Adipati Aria Singasari atau Panatayudha V.

65

Raden Aria Sastradipura adalah putera Raden Muhammad Saleh. Beliau ditugaskan sebagai Cutak (demang) setingkat Patih dengan tugas pekerajaan Bupati.

29

8 Raden Adipati Suryalaga66 1811-1813

9 Raden Aria Sastradipura67 1813-1820

10 Raden Adipati Suryanata68 1821-1829

11 Raden Adipati Suryawinata69 1829-1849

12 Raden Muhammad Enoh70 1849-1854

13 Raden Adipati Sumadipura71 1854-1863

14 Raden Adi Kusumah72 1863-1886

15 Raden Surya Kusumah73 1886-1911

16 Raden Tumenggung Aria Gadanagara74 1911-1925

17 Raden Adipati Aria Suryamiharja75 1925-1942

66

Raden Adipati Suryal;aga pada waktu kecil bernama Raden Ema, beliau adalah putera sulung Raden Adipati Suryalaga bupati Sumedang (1765-1783).

67

Raden Aria Sastradipura dua kalinya ditugaskan sebagai Cutak di Karawang, setelah yang pertama pada periode tahun 1809-1811

68

Raden Adipati Suryanata adalah putera Raden Adipati Wiranata (Dalem Sepuh Bogor keturunan Cikandul).

69

Raden Adipati Suryawinata atau Haji Muhammad Sirod, Putera Adipati wiranata Dalem Sepuh Bogor, (Adik Adipati Suryanata, Bupati Karawang yang memerintah pada tahun 1821-1829)

70

Raden Muhammad enoh adalah Putera Dalem Aria Wiratanudatar VI, yang bergelar Raden Sastranagara.

71

Raden Adipati Sumadipura adalah putera Raden Adipati Sastradipura (Bupati Karawang ke-8) yang dilahirkan pada tahun 1814 dengan sebutan Uyang Ajian atau Dalem Sepuh. Raden Adipati Sumadipura bergelar Raden Tumenggung Aria Sastradinigrat I, beliau juga dalah yang membangun Pendopo Kabupaten, Masjid Agung dan Situ Buled di Purwakarta

72

Raden Adi Kusumah atau Apun Hasan adalah Putera Uyang Ajian yang bergelar Raden Adipati Sastradiningrat II.

73

Raden Surya Kusumah atau Apun Harun adal putera Raden Adi Kusumah yang bergelar Raden Adipati Sastradinigrat III.

74

Raden Tumenggung Aria Gandanagara adik Raden Surya Kusumah yang bergelar Adipati Sastradiningrat IV, dan beliau juga dikenal dengan sebutan Dalem Aria.

30

18 Raden Panduwinata76 1942-1945

19 Raden Juarsa77 1945-1948

20 Raden Ateng Surapraja dan R. Marta78 1948-1949

21 R.M. Hasan Surya Saca Kusumah79 1949-1950

22 Raden Rubaya80 1950-1951

23 Moh. Tohir Mangkudijoyo81 1951-1960

24 Letkol INF. H. Husni Hamid82 1960-1971

25 Kolonel INF. Setia Syamsi83 1971-1976

75Raden Adipati Suryamiharja adalah putera Raden Rangga Haji Muhammad Syafe‟I,

yang bergelar Raden Adipati Songsong Kuning. Raden Adipati Aria Suryamiharja merupakan Bupati Karawang terakhir sebelum masa pendudukan Jepang.

76

Raden Panduwinata dikenal dengan sebutan Raden Kanjeng Pandu suriadiningrat, beliau merupakan Bupati pada masa kependudukan Jepang.

77

Berhubung sedang bergejolaknya Revolusi, maka pada masa Pemerintahan Raden Juarsa, Pusat Pemerintahan Kabupaten dipindahkan dari Purwakarta ke Subang.

78

Pada tahun 1948-1949 di Kabupaten Karawang ditunjuk dua orang Bupati oleh Pemerintahan yang berbeda yaitu: a). Raden Ateng Surapraja adalah Bupati Karawang yang ditunjuk oleh Negara Pasundan yang berkedudukan di Subang. b) R. Marta adalah Bupati Karawang jaman gerliya yang ditunjuk oleh pimpinan badan Pemerintahan Sipil Jawa Barat bulan Oktober 1948.

79

R.M. Hasan Surya Saca Kusumah adalah Bupati Karawang yang diangkat oleh Republik Indonesia Serikat (RIS) sesuia dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang pembentukan Kabupaten Karawang di lingkungan Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat

80

Raden Rubaya adalah Putera Suryanatamiharja yang berasal dari Sumedang yang menjadi Wedana Leles di Garut

81

Moh Tohir Mangkudijoyo putera Jaka asal Plered Purwakarta, pada masa pemerintahannya beliau didampingi oleh Kepala Daerah Moh. Ali Muchtar Putera Cakrawiguna (Komisi Plered) asal Jatisari

82

Letkol Inf. H. Husni Hamid putera ketiga Haji Abdul Hamid ayang berasal dari Cilegon, Banten. Sebelum menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang jabatan beliau adalah Dandim 0604 Karawang.

83

Kolonel Inf Setia Syamsi, Putera E Suparman yang berasal dari Bandung, dilahirkan tanggal 3 April 1926. Jabatan beliau sebelum menjadi Bupati Karawang Adalah Dandim 0604/1 Karawang (1965-1969), Kepala Staf Brig. 12/ Guntur Dam VI/Siliwangi di Cianjur (1969-1971)

31

26 Kolonel INF. Tata Suwanta Hadisaputra84 1976-1981

27 Kolonel CZI.H. Opon Sopanji85 1981-1986

28 Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi86 1986-1996

29 Kolonel INF. Drs. H. Dadang S. Muhtar87 1996-2000

30 PLT R.H. Daud Priatna SH, M.Si88 2000

31 Letkol (Purn) Achmad Dadang89 2000-2005

32 PLT. Drs.H.D. Salahudin Mufti, M,Si90 18-11-2005

s/d15-12-2005

33 Drs. H. Dadang S. Muchtar91 2005-2010

84

Kolonel Inf. Tata Suwanta Hadisaputra, putera Taslim Kartajumena asal Cirebon, dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 April 1924. Jabatan beliau sebelum menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang, adalah Dandim Garut, yang kemudian tugasnya dialihkan ke Korem Tarumanegara di Garut, Anggota DPRD Tingkat I Jawa Barat di Bandung.

85

Kolonel CZI. H. Opon Sopandji, putera Atmamihardja asal Sukapura Tasikmalaya. Sebelum menjabat sebagai Bupati Daerah Tingkat II Karawang, beliau adalah sebagai ketua DPRD Kabupaten Bogor.

86

Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi, putera Suradi asal Bandung, sebelum menjabat sebagai Bupati Daerah Tingkat II Karawang, beliau menjabat sebagai Kepala Markas Wilayah Pertahanan Sipil (Ka. Mawil Hansip) VIII Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat.

87

Kolonel Inf. Drs. H. Dadang S. Muchtar, putera RE. Herman asal Cirebon, lahir di Klangenan Cirebon pada tanggal 4 September 1952. Sebelum menjabat Bupati Daerah Tingkat II Karawang, beliau menjabat Asisten Logistik Kodam III Siliwangi (1996).

88

R.H. Daud Priatna SH, M.Si, putera R Khoesoe Abdoel asal Pedes, Karawang, lahir pada tanggal 29 Juli 1941.beliau menjabat sebagai Bupati Berdasarkan SK. Menteri Dalam Negeri Nomor 131. 32. 055 tanggal 20 Februari 2000, disamping menjabat sebagai wakil Bupati beliau juga merangkap sebagai Pejabat Bupati Karawang.

89

Letnan Kolonel Purnawirawan Achmad Dadang, putera Tjasban, lahir pada tanggal 8 Agustus 1948 di Desa Cilamaya Karawang. Dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 16 Desember 2000. Sebelum menjabat sebagai Bupati Karawang beliau menjabat Dandim Aceh Timur Langsa dan Ketua DPRD Tingkat II Aceh Timur Langsa.

90

Drs. HD. Salahudin Muftie, M.Si, putera H. Jamil Bin Yusuf, lahir di Karawang pada tanggal 3 November 1945. Berdasarkan Kepmendagri no 131. 32. 1017 tahun 2005 tanggal 18 November 2005 melaksanakan tugas dan kewajiban Bupati Karawang sampai tanggal 15 Desember 2005.

32

34 PLT. Ir. H. Iman Sumantri92 Desember2010

35 Drs. H. Ade Swara, MH93 2010-2015

Dengan berbagai Sejarah kedudukan Ibu Kota kabupaten Karawang banyak mengalami perubahaan dalam penamaan ibu kota, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Karawang dengan ibu kotanya di Karawang dari tahun 1653-1819

(166 tahun).

2. Kabupaten Karawang ibu kotanya di Wanayasa sekitar tahun 1820-1830 (10

tahun).

3. Kabupaten Karawang dengan Ibu Kotanya di Purwakarta tahun 1830- 1449.

Melalui keputusan Wali Negara Pasundan tanggal 29 Januari 1949 nomor 12 Kabupaten Karawang dipecah menjadi 2 yaitu: Karawang Barat dengan Ibu Kota Karawang dan Karawang Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang.

4. Dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 1950 tentang

pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat tahun

91

Drs. H. Dadang S. Muchtar, putera RE Herman asal Cirebon, dilahirkan pada tanggal 4 September 1952 di Klangenan Cirebon. Beliau kembali memimpin Kabuppaten Karawang hasil Pilihan Rakyat langsung pada PILKADA tahun 2005.

92

Ir. H. Iman Sumantri, putera Mayor Purnawirawan TNI Ishak Iskandar, Lahir di Cimahi Bandung pada tanggal 15 November 1965. Beliau menjabat sebagai bupati berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 131/ Kep.1714-Pem-um/ 2010 tanggal 15 Desember 2010 melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Bupati Karawang dari tanggal 17 Desember 2010 sampai dengan tanggal 27 Desember 2010.

93

Drs. H. Ade Swara, MH, putera H. Edi Suhendi dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1960 di Ciamis. Merupakan Bupati terpilih hasil Pemilukada Kabupaten Karawang tahun 2010.

33

1950. Karawang secara resmi dinyatakan sebagai kabupaten yang berdiri sendiri dengan Ibu Kota di Karawang.

Kabupaten Karawang telah terbagi menjadi 30 Kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya sebanyak 297 desa dan 12 Jumlah desa terbanyak ada di Kecamatan Telagasari, dan Tempuran yaitu 14 Desa dan yang paling sedikit

adalah Kecamatan Majalaya dan Ciampel, yaitu sebanyak 7 Desa.94

Dokumen terkait