• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Singkat SD NU Wanasari

Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari didirikan pada tanggal 15 Juni 2009 oleh pengurus MWC Ma’arif NU Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu Jawa Barat yang telah mendapat izin Pendirian dan Penyelenggaraan (Izin Operasional) dari Dinas Pendidikan Kab. Indramayu pada tanggal 15 Juli 2009, dengan nomor: 421.2/Kep.92.A-Disdik/2009, dengan Kepala Sekolah Bpk. Mujahidin Aly S. Pd.

Yayasan Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari Kec. Bangodua kab. Indramayu menginduk pada Yayasan Islam pondok Pesantren Al-Fudhola yang beralamat di Jl. By Pass Ujungaris, Desa Ujungaris Kec. Widasari Kab. Indramayu, dengan akta Pendirian Nomor : 19 tanggal 25 Februari 1999.

Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari beralamat di Jl. KH. Sanusi Desa Wanasari Blok Raso Rt.03/04 Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu bertujuan untuk membantu pemerintah dalam ikut serta menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun.

Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari dalam kegiatan belajar mengajar menumpang pada Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)

Miftahul Mubtadi’ien Raso, Desa Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu. Baru pada tahun pelajaran 2010/2011 bisa membangun 2 ruang kelas baru bantuan dana dari pemerintah pusat melalui Bpk. H. Dedi Wahidi, S. Pd, selaku anggota DPR-RI Komisi X, asal Indramayu.

Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari sampai dengan tahun pelajaran 2012/2013 sudah sampai kelas IV, sedangkan ruang kelas baru ada 2 ruang, sehingga untuk kegiatan belajar mengajar untuk yang 2 kelas terpaksa menumpang lagi pada Madrasah Diniyah Takmiliyah.

Awaliyah (DTA) Miftahul Mubtadi’ien Raso Desa Wanasari Kec. Bangodua Kab. Indramayu.

2. Visi dan Misi SD NU Wanasari Visi:

“Membentuk anak didik yang cerdas, dinamis, agamis dan jujur yang mementingkan musyawarah”.

Misi:

1. Keberhasilan proses belajar mengajar. 2. Kedisiplinan dan kreatifitas.

3. Kesadaran menjalankan syari’at Islam.

4. Kejujuran, transparansi dan kerjasama. 5. Prinsip musyawarah.

3. Data Siswa SD NU Wanasari

Data siswa kelas IV SD NU Wanasari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VI

Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012/2013 No. Nama Siswa L/P Nama Ayah/Wali Nama Ibu/Wali

1. Aina Komala P Tarjono Sutiri

2. Akis Saefudin L Caswadi Rokayah

3. Ali Fazri L Warno Fitriyah

4. Arya Prayoga L Ashadi Sri Yanti

5. Bagus Muhamad L Jahidin, S. Pd. I Nurjanah

6. Dahliani Astuti P Rais Muniah

7. Dede Yuleni P Kawita Sumaenah

8. Dimas Mulyadi L Ujang M. Fitriyah

10. Fahri Husaini P Sabar Yeti

11. Fani Nurhanifah P Wardani Taryati

12. Fauzan Rusli L M. Sama Marwiyah

13. Fatehah P Tasmin S. Fil Santi

14. Fatmawati L Nurita Maemunah

15. Hizib Haikal L Rosidin Rumi'ah

16. Jahari L Taryono Miskem

17. M. Albab Rizki L Mulyadi Tati A. Md

18. M. Bayhaqi L Tarjana Sartem

19. M. Muniruddin L Abdurrohman Neli

20. Nada Pratiwi P Sahroni Sunerih

21. Ratna Amelia P Kurdi Juhaeriyah

22. Regina Putri L Rusdi Kanirah

23. Rizkiyani Marsya P Samsuri Wasniti

24. Rohani Agustin L Abdul Hadi Musafaroh

25. Sairoh L Wartono Sarmi

26. Sri Ayuni P Warna Sukinih

27. Sri Wulandari L Abdul Hakim Nurlaeli

28. Sukron P Kasinih Casmi

29. Tarlam P Ashadi Sri Yanti

30. Ummu Fadilah P Tarjadi Rasminah

31. Wahyu Alfarisi P Wasja Wasdem

32. Wijatanti P Cecep S. E Iis S. Pd

33. Yunifah P Wasori Kuni'ah

34. Zahra Ayu P Toyib S. Sos Juhriyah

35. Zelda Nursafitri P Jumadi Teti

4. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada hari Senin 15 dan 22 Juni 2013 pukul 08.00 s/d 12.00, peneliti melakukan observasi (pengamatan) terhadap poroses pembelajaran IPS di kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Hasil pengamatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Guru berada di kelas ketika semua siswa sudah berada di kelas. Pada saat pelajaran dimulai masih banyak siswa yang belum siap untuk belajar, yaitu masih banyak siswa yang mengobrol dan belum siap mendengarkan guru, tetapi ada juga sebagian siswa yang sudah siap belajar. Akhirnya gurupun mengintruksikan kepada siswa untuk bersiap-siap dan berkonsentrasi untuk belajar dan menyiapkan segala peralatan belajar.

b. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ekspositori, ceramah dan penugasan.guru menjelaskan materi dengan kondisi lebih banyak komunikasi sepihak (guru menjelaskan dan siswa mendengarkan) dan pendekatan yang digunakan guru selain buku pegangan dan LKS.

c. Waktu pembelajaran lebih banyak dipergunakan untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS dengan bimbingan yang sangat minim, siswa diminta mengerjakan soal di LKS sementara guru hanya duduk santai di depan kelas. Sesekali ada siswa yang bertanya tentang soal yang belum mereka pahami baru guru mendekati dan memberikan penjelasan, begitu seterusnya sehingga tidak terasa waktu pembelajaran pun telah berakhir, padahal hasil kerja siswapun belum sempat diperiksa. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi yang telah dibahas. Ada beberapa siswa yang belum paham dengan materi tersebut dan guru kembali menjelaskan.

e. Ketika guru memulai pelajaran baru, masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru, masih ada yang mengobrol dan ada yang diam saja. Proses pembelajaran tidak langsung aktif, ini disebabkan siswa tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan soal kepada siswa, banyak siswa yang keliru tentang jawaban, ada yang tidak mengerti apa yang dipertanyakan guru, ada yang tahu jawabannya tetapi msih malu untuk mengutaraknnya, namun ada juga yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini yang menyebabkan kurang interaktifnya guru dan siswa dalam menjadikan kelas yang aktif.

f. Hasil belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai siswa yang belum mencapai nilai 70 pada pelajaran IPS tentang menerima keragaman suku bangsa dan budaya.

g. Masih banyak siswa yang belum mengerti tentang materi tersebut karena siswa malu dan tidak percaya diri yang mengakibatkan siswa tidak semangat untuk belajar dan mencobanya.

Berikut nilai mata pelajaran IPS pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dalam pembelajaran sehari-hari:

Tabel VII

Distribusi Frekuensi Pretest

No. Kelas Interval Frekuensi Relatif

1.` 38-42 6 16,67%

2. 43-47 5 13,89%

3. 48-52 7 19,44%

4. 53-57 6 16,67%

6. 63-67 6 16,67%

Jumlah 36 100%

Dari hasil penelitian di atas, didapat bahwa hasil belajar IPS masih rendah dengan rata-rata 52,6 median 53,5 modus 50,8, nilai minimum 38 dan nilai maksimum 67. Dari data tersebut maka nilai hasil belajar siswa belum mencapai nilai KKM sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan karena malu bertanya, kurangnya tehnik mengajar yang disampaikan guru dalam pembelajaran IPS. Setelah berdialog langsung dengan guru mata pelajaran IPS diperoleh kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan PTK dengan judul peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui

metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dan guru IPS bersedia menjadi kolabulatornya saat peneliti melakukan tindakan pembelajaran.

Materi yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian adalah Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan Kompetensi Dasar (KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

Pemilihan materi tersebut, selain dari usulan dari guru IPS (kolabolator), juga hasil pretest yang ternyata seluruh siswa memiliki nilai yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikarenakan siswa masih malu dan gugup.

Dokumen terkait