• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Role Playing di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Role Playing di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

INDRAMAYU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUHAMAD FAQIHUDIN IKHFA

NIM. 809018300786

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Syarif Hidayatulah Jakarta, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Januari 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing (Bermain Peran) di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Sebuah Sekolah Dasar swasta yang berdiri dibawah naungan yayasan pondok pesantren. Artinya, Sekolah ini sangat berpotensi memiliki siswa yang multikultural mengingat sebagian besar dari siswanya adalah santri yang datang dari berbagai penjuru negeri.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran IPS menggunakan metode bermain peran, lembar pengamatan harian siswa dan guru, hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing (Bermain Peran). Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru IPS SD NU Wanasari (kolaborator), dokumen KTSP sekolah dan peneliti.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu meningkat. Pada saat pree test nilai rata-rata sebesar 52,6, sedangkan pada saat post test nilai rata-rata siswa 79,77, hal ini meningkat sebanyak 27.17 poin. Demikian pula pada siklus I rata-rata diperoleh 63,5, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata-rata-rata sebesar 70,61, hal ini meningkat sebanyak 7,11 poin.

Pada pree test nilai minimal siswa 38 dan pada post test nilai minimal 60, hal ini mengalami peningkatan sebanyak 22 poin. Demikian pula pada siklus I nilai minimum yang diperoleh 50, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai minimum 60, hal ini meningkat 10 poin.

Hasil belajar di atas membuktikan bahwa hasil penelitian pembelajaran IPS pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan tehnik bermain peran berpengaruh besar pada hasil belajar IPS siswa. Oleh karena itu salah satu tehnik bermain peran dalam mengajar mampu merangsang siswa lebih termotivasi, mudah danmenyenangkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain terbukti dengan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.

(7)

penulis panjatkan kehadirat pemilik cosmo sejati, pemegang remot rotasi bumi

dan semesta galaksi; Allah SWT Ilahi Robi. Karena sungguh berkat hidayah, ma’unah serta ‘inayah-Nya penulis mampu mengkatamkan skripsi ini. Tak luput penulispun haturkan shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan

kehadirat Baginda Nabi Muhamad SAW sang Reformis sejati serta ikon uswatun

hasanah yang tak terganti. Berkat suri tauladan akhlak al-karimahnya kita semua

mampu berakhlak (berkarakter) baik. Termasuk mampu berikap toleran terhadap

segala pluralitas.

Kehadiran skripsi yang sangat sederhana ini mudah-mudahan menjadi

salah satu barometer bagi para guru, siswa dan masyarakat pada umumnya agar

senantiasa mampu menerima dan menghargai pluralitas (keragaman) suku bangsa

dan budaya di Indonesia mengingat kuantitas suku bangsa dan budaya di

Nusantara yang sangat berlimpah dan variatif.

Mempergunakan ganja merupakan sebuah budaya dan kearifan lokal yang

dilakukan oleh suku Aceh sejak dahulu kala bahkan sebelum lahirnya Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Mereka mengonsumsinya dengan berbagai cara

baik sebagai rempah-rempah pada bumbu masak, dijadikan adonan pada aneka

kue, diminum, dihisap, bahkan mereka senantiasa mempergunakannya sebagai

obat yang sangat mujarab dalam membunuh berbagai macam penyakit kronis.

Seiring bergulirnya waktu dengan segala kemunafikan dan arogansi

manusia, Value (nilai) dari budaya tersebut sedikit demi sedikit bergeser dalam

paradigma dan mindset manusia dikarenakan konspirasi dan propaganda politik

kapitalis yang dilakukan oleh USA pada awal abad ke-20 dalam menyudutkan

ganja. Alhasil, PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) mengilegalkannya pada 1961.

Indonesia yang pada masa itu dipimpin oleh Soeharto sebagai anggota

(8)

dalam perspektif agama, bahkan legal ataupun ilegal dalam perspektif hukum,

karena sejatinya sebuah budaya lahir dan berasal dari akal manusia. Akal manusia

yang diberikan oleh Tuhan YME mampu membedakan mana yang baik dan mana

yang buruk. Maka sebagai warga Negara yang arif dan bijaksana sudah

seyogyanya kita mampu menerima dan menghargai pluralitas tersebut demi

menjaga kokohnya persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya, penulis takan khilaf mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah terkait baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan skripsi ini. Karenaitu, bingkisan untaian terimakasih patut

penulis persembahkan kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifa’I, M.A Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Fauzan, M.A, Kepala Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah yang telah merelakan kesediaan waktunya untuk menyidang

penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Dra. Djunaidatul Munawwarah, M.A, Dosen pembimbing skripsi yang

tiada henti senantiasa mencurahkan segala pemikiran, arahan, argumen,

ilmu dan motivasi terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibunda tersayang; Hj. Juminah yang berkat isak tangis dalam setiap

untaian mutiara doanya penulis merasakan semangat yang sangat hangat

untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Ayahanda tercinta; HM. Ikhwan Mus’id, S. Ag. Berkat dukungan moral, spiritual, dan kapital yang senantiasa beliau salurkan kepada penulis demi

(9)

8. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Dual Mode System (Abdul Azis, Ja’far Sodiq, Marwiyah, Heru Dores, Nani Fitriyani, Dawud dan keluarga besar PGMI DMS Kelas S &

TPG-B) atas doa dan suportnya kepada penulis sehingga memotivasi

penulis agar segera menyelesaikan studi dan skripsi ini sesuai target.

9. Kanda Indrawan Syamsul Ma’arif yang telah memberikan info beasiswa Departemen Agama Republik Indonesia program profesionalisasi guru MI

(PGMI DMS) periode 2010 s/d 2013 sehingga penulis mampu menimba

ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta.

10.Indrawan dan indrawati Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu

(PERMAI AYU) DKI JKT yang telah bersedia bertukar fikiran dalam

forum diskusi terkait manfaat ganja, sejarah, politik dan budaya

penggunaannya.

11.Seluruh sugawan dan sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa

Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK.

12.Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia baik tingkat

cabang, komisariat maupun rayon di seluruh penjuru negeri. Wa bi

al-khusus kepada sahabat Ahmad Fatah Yasin yang telah setia membantu

penulis baik dalam sharing ilmu pengetahuan maupun pengalaman.

13.Keluarga besar lingkar ganja nusantara (LGN), diantaranya; Dhira

Narayana, S. Psi, Peter Dantovsky, Irfan Hardiansyah, Dr.Inang Winarso,

Agus dan seluruh legalizer se-nusantara yang berkat ilmu, data, testimoni,

analisa, fakta, sejarah dan budaya pemanfaatan ganja yang penulis

dapatkan lewat diskusi dan sarasehan baik kasat mata maupun dunia maya.

Semoga apa yang telah diberikan selama ini kepada penulis segera

diganjar oleh Tuhan YME berupa termanifestasinya cita-cita agung LGN.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....,,,... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori ... 11

1. Hasil Belajar IPS a. Hasil Belajar ………... 8

b. Hasil Belajar IPS ……….… 9

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS ………... 10

d. Macam-macam Hasil Belajar IPS ……….. 15

e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar IPS ………... 17

f. Tujuan Pembelajaran IPS ………... 18

g. Karakteristik Pembelajaran IPS ………. 19

(11)

a. Pengertian Role Playing………. 24

b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing………. 25

c. Penggunaan Metode Role Playing ………..………...26

d. Kelebihan Metode Role Playing ……… 26

e. Kekurangan Metode Role Playing ………... 28

f. Langkah-langkah dan Persiapan Role Playing ………...29

g. Prasyarat optimalisasi pembelajaran Role Playing……… 31

B. Penelitian Yang Relevan ……….. 32

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ………. 32

D. Hipotesis Tindakan ………... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian ………... 34

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ………... 34

C. Subjek Penelitian ……….. 38

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……….. 39

E. Tahapan Intervensi Tindakan ………... 39

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……… 43

G. Data dan Sumber Data ………. 44

H. Instrumen Pengumpulan data ………... 44

I. Tehnik Pengumpulan Data ………... 45

J. Tehnik Pemeriksaan Keterpercayaan ………... 46

K. Analisis dan Interpretasi Data ……….. 46

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ……… 48

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ……….. 49

(12)

5. Tindakan Pembelajaran Siklus I ………. 54

a. Tahap Perencanaan ………... 55

b. Tahap Pelaksanaan ………... 55

c. Tahap Observasi dan Analisis ……….. 58

d. Tahap Refleksi ………. 56

6. Tindakan Pembelajaran Siklus II ………... 66

a. Tahap Perencanaan ………... 66

b. Tahap Pelaksanaan ………... 67

c. Tahap Observasi dan Analisis ……….. 69

B. Analisis Data ……… 77

C. Pembahasan ……….. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 79

B. Saran ………. 79

DAFTAR PUSTAKA ………. 82

(13)

Tabel II Data Subjek Penelitian ………... 38

Tabel III Tahap Pelaksanaan Siklus I ……….. 40

Tabel IV Tahap Pelaksanaan Siklus II ………. 42

Tabel V Klasifikasi Aktivitas Guru ………. 47

Tabel VI Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012-2013 .. 50

Tabel VII Distribusi Frekuensi Pree Test ………... 53

Tabel VIII Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus I ………... 58

Tabel IX Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I ………... 62

Tabel X Distribusi Frekuensi Siklus I ……….………... 64

Tabel XI Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus II ………... 69

Tabel XII Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II ……….. 74

Tabel XIII Distribusi Frekuensi Siklus II ………...…….... 75

(14)

Awram Al-

Syifa ”

(Ibn Al-Baytar, seorang

‘Ulama dan ahli Botani

asal Andalusia, dalam

kitabnya Al-

Mi’ Li

-mufradat Al-adwiya Wa Al-Agdiya, Andalusia: 1291,

Abad ke-13).

Ganja dapat mengobati panu (Ibriya) dan makula/ plak (Hazaz), bagian tubuh

yang terkena harus dicuci dengan jus daun ganja. Ganjapun mampu merangsang

pertumbuhan rambut””

(Al-Razi, dalam kitabnya Al-Hawi Fi Al-Tibb,

Haydarabad: Da’irat Al

-Ma’arif Al

-

’Utmaniyya,

1968).

Ganja dideskripsikan sebagai obat yang lezat, menyerap cairan empedu, sebuah

pembangkit selera makan, dan penggunaannya secara tidak berlebihan

memperpanjang umur, dapat menghidupkan hayalan, memperdalam pemikiran

dan mempertajam pertimbangan

(Makhsanul Adwiya, sebuah kumpulan resep obat-obatan herbal Arab).

Anatolian Hemp/ Al-Qinab Al-Rumi ( rebusan daun ganja) dapat membunuh

cacing, parasit, kutu dan telur-telurnya yang tinggal dan berkembang biak di

dalam lubang telinga. Minyak dari daun ganja bila diteteskan pada lubang

telinga sampai penuh dapat mengeluarkan semua benda asing dan kotoran di

dalam telinga

(Al-Antaki, abad ke-16).

Biji ganja/ salep ganja jika dioleskan pada perut akan membunuh ascaris/ cacing

kremi/ Habb Al-Qar . Ganjapun dapat mengobati Viltigo (Al-Bahaq/ semacam

panu) & Kusta (Al-Baras).

(Al-Firuzabadi, dalam kitabnya Al-Qamus Al-Muhit, Cairo: 1952).

Ganja mengobati berbagai macam rasa sakit yang parah, khususnya sakit

kepala & migrain, mencegah keguguran, mengurangi sakit pada rahim &

menjaga rahim agar te

tap berada dalam abnomen ibunya”

(15)

Daun dan biji ganja dapat mengobati dan mengeluarkan gas (rih) dari perut

(Ibn Sinna, dalam kitabnya Al-Qanun Fi Al-Tibb, Bulaq: abad ke-10).

Daun ganja dapat menyembuhkan flatus (gas/ masuk angin pada perut),

beberapa orang menggiling bijinya dan memakan ekstraknya untuk sakit pada

telinga, saya juga percaya bahwa ganja dapat dipakai juga untuk rasa sakit

yang kronis

(Al-Biruni, dalam kitabnya Al-Saydana, Karaci: 1973).

Daun ganja dapat dipakai untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus dan

lambung. Jus daun ganja yang dimasukkan ke dalam hidung mampu mengobati

epilepsi

(Al-Masi, dalam kitabnya Kamil Al-Sinna Al-Tibbiya, Bulaq: 1877).

Ganja dapat mengurang

i kekentalan cairan dalam tubuh”

(Ishaq B. Sulayman, dalam kitabnya Al-Agdiya, Frankrut Ain Main: Institute

For The History Of Arabic Islamic Science, 1986).

Daun ganja dapat dipakai untuk menghilangkan dahak dari perut

(Al-Mayusi,

Leaves Purportedly Used To Treat “Uterine Gases”

Carminative,

1877).

Biji ganja baik untuk menge

luarkan cairan empedu dan dahak”

(Ibnu Habal, dalam kitabnya Al-Mujtarat FI AL-Tibb,

Haydarabad: Da’irat

Al-Ma;arif Al-

’Utmaniyya,

1362).

Ganja berfungsi dalam melancarkan buang air kecil

(B. Imran & Ibn Al-Baytar, 1291).

Ganja mampu menyembuhkan sakit kepala

(Umar Ibnu Yusuf Ibn Rasul, Dokter kerajaan pada masa Raja Al-Zahir

Baybars, Abad ke-13).

Jus Ganja dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh

radang pada bola mata

(16)

(Tibbnamma, The Book Of Medicine, The Manuscript Of The Institute Of

Manuscript (Baku). Code: C331/ 1894, (Mediaval Azerbaijani), 1712).

Minyak biji Ganja dapat mengobati tumor pada rahim

(Muhamad Riza

Ahirwani, abad ke-17).

Dalam Herbarium Amboinence yang ditulis pada tahun 1095, Rumphius

mencatat bahwa pengikut Muhamad (orang-orang Arab) menggunakan ganja

untuk mengobati asma dan penyakit kencing bernanah. Ganja diklaim bisa

mengurangi pengeluaran cairan empedu dan diare serta mengurangi tekanan dari

penyempitan pembuluh darah akibat hernia

(Copra & Chopra, 1957).

Ganja adalah teman bagi kaum miskin, para darwis dan orang-orang

berpengetahuan, yaitu semua yang tidak merasa dikaruniai dengan kekayaan

dunia dan kekuatan sosial”

(Penyair Turki, Hamba Allah).

Suku Pygmies yang masih mencari makanan dengan berburu dan

mengumpulkan, mengonsumsi ganja terlebih dahulu sebelum berburu, dengan

maksud untuk menghilangkan rasa bosan ketika nanti harus menunggu mangsa

buruan

(Suku Pygmies adalah salah satu suku di Afrika).

“Kertas pertama di dunia berbahan dasar serat batang ganja”

(Tsai Lun, Pejabat Istana Kerajaan China, 300 M).

Rebusan akar ganja digunakan oleh suku Aceh untuk mengobati diabetes

(Suku Aceh, adalah salah satu suku di Indonesia).

Tidak ada dalil pengharaman ganja di dalam Al-Quran

(MUI Aceh Barat, 2013).

“Semua Ciptaan Allah Tidak ada yang sia

-sia, termasuk ganja

(17)

adalah kejahatan sistemik USA, memperjuangkan legalisasi ganja adalah ibadah

yang tak ternilai harganya

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

merupakan kunci dari masa manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran.

Pendidikan memiliki peranan penting untuk menjamin perkembangan dan

kelangsungan hidup satu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Kemajuan iptek dan mengglobalnya dunia informasi dan komunikasi

sebenarnya membutuhkan pribadi-pribadi yang matang dan berwatak. Pendidikan

adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai

suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktifitas dalam mendidik yang merupakan

suatu pekerjaan memiliki tujuan dan ada suatu yang hendak dicapai dalam

pekerjaan tersebut, maka dalam pelaksanannya berada dalam suatu proses yang

berkesinambungan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, semua berkaitan dalam

suatu sistem pendidikan yang integral.

Pada dasarnya pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan suatu

bangsa dalam rangka mencerdaskan sumber daya manusia guna menjamin

kelangsungan hidup bangsa tersebut. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan, bukan semata-mata menjadi tanggungjawab orang

tua atau siswa itu sendiri akan tetapi menjadi tanggungjawab bangsa secara

keseluruhan.

Penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi edukatif antara peserta didik

atau siswa dan pendidik. Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai

pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkan. Sedangkan pendidik adalah

seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan

belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan

(19)

Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan

dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh

terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.

Kemampuan pendidik sebagai fasilitator belajar mengajar sangat

mempengaruhi perubahan sikap yang terjadi. Setiap siswa mempunyai perubahan

yang berbeda, ada yang perubahannya baik dan ada juga yang kurang baik bahkan

tidak sedikit anak yang memiliki perubahan buruk.

Di Indonesia arti pendidikan dirumuskan dalam Undang-Undang

Pendidikan No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS),

dinyatakan dalam bab I ketentuan umum pasal I bahwa: Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.1

Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam

mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi

yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Sebab

jika ditinjau dari UU sebagaimana tersebut di atas tugas guru tidak sekedar

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana

menyiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang terampil dan siap

mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta liberalisasi yang akan

terjadi di masa nanti.

Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk

memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka

penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjungjung tinggi

1

(20)

pekerjaaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan

untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance

(penampilan) seorang profesional: secara fisik, inetelektual, relasi sosial,

kepribadian, nialai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator.

Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif

dan kolaburatif demi kemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. Sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh

Undang-Undang Repulik Indonesia No.20 Th.2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Untuk menarik minat siswa dalam memahami konsep-konsep yang tercakup

dalam kurikulum secara keseluruhan tidaklah mudah. Guru dituntut mampu

menggunakan metode mengajar secara stimulan untuk menghidupkan suasana

pembelajaran dengan baik. Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar,

merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan

mengevaluasi pengajaran.

Disadari atau tidak, praktik pembelajaran di kelas dewasa ini lebih

menekankan terhadap aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Padahal, ada aspek

yang juga dianggap begitu penting bahkan lebih penting daripada dua aspek

tersebut dalam membentuk karakter siswa agar berkepribadian baik, baik di dalam

kelas, keluarga dan sampai pada kesempatan berikutnya hidup bermasyarakat.

Aspek tersebut adalah aspek afektif. Afektif sebagai kompetensi inti berperan

penting dalam membentuk dan membina karakter siswa.

Begitu pentingnya pendidikan karakter ini sehingga Negara mengaturnya

dalam Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan

pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut: “Negara mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang diatur dengan undang-undang.”2

Berbicara pendidikan, sudah seharusnya mengikuti dan berpedoman kepada

kurikulum pendidikan. Boleh saja kurikulum senantiasa berubah-ubah setiap

2

(21)

tahunnya, akan tetapi tidak boleh melenceng dari UU (undang-undang)

Pendidikan, dan UU Pendidikan sebagai implementasi daripada UUD

(undang-undang dasar) 1945 tidak dibenarkan keluar koridor ataupun melenceng daripada

UUD 1945 itu sendiri, begitupun UUD harus tetap berkiblat kepada Pancasila

sebagai falsafah negara. Artinya, praktik pembelajaran di kelas wajib

mengaplikasikan proses dan hasil belajar sesuai dengan yang diamanatkan oleh

UUD 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 tersebut yang

salah satu poin amanatnya adalah pendidikan karakter (akhlak mulia). Dalam hal

ini terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap mampu menopang pembinaan

karakter salah satunya adalah IPS.

IPS mengkaji bagaimana cara manusia bersosialisasi dengan kehidupan

sosial. lewat mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu bertindak dan

berperilaku sesuai dengan norma sosial baik yang tertulis ataupun tidak termasuk

di dalamnya adalah diharapkan siswa mampu mengenal, memahami, menerima

dan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya.

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima

keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dibutuhkan ketepatan dalam

pemilahan metode ajar. Artinya seorang guru harus tepat dalam memilih metode

agar materi yang diajarkan bisa sampai dan diterima oleh siswa.

Atas kesadaran akan permasalahan yang ada, dengan sedikit keberanian

berbekal ilmu pengetahuan dari para dosen budiman dan juga dosen pembimbing

skripsi yang sangat bijak maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah hasil

belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan

Budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dengan melihat seberapa

besar pengaruh yang dilakukan oleh guru dalam dalam menggunakan metode ajar

yang tepat terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan

Menerima Keragaman Suku Bangsa yang didapatkan siswa selama menjalani

proses belajar mengajar (PBM).

(22)

B. Identifikasi Masalah

Melirik pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalah yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar IPS siswa pada

pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode

Role Playing. diantaranya yaitu:

1. Pendidikan dewasa ini masih lemah dalam membentuk karakter siswa

terutama karakter toleransi

2. Tingkat intelegensi siswa yang yang rendah

3. Kesehatan jasmani siswa yang kurang baik

4. Motivasi belajar siswa yang rendah

5. Disiplin siswa yang rendah

6. Infrastrukstur yang belum lengkap

7. Lingkungan keluarga yang kurang baik

8. Tingkat pemahaman siswa terhadap keberagaman suku bangsa dan

budaya masih sangat minim .

9. Kurang optimalnya pemilihan metode yang tepat yang dilakukan guru

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Dari beragam permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas ternyata

banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan

menerima keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia baik faktor internal

maupun faktor eksternal karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga

dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka

diperlukan adanya pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian, maka

peneliti memutuskan bahwa penelitian ini dibatasi pada masalah “peningkatan

hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa

dan budaya melalui metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten

Indramayu”.

SK/KD yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian adalah

Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman

(23)

(KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,

provinsi).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah metode Role Playing mampu meningkatkan hasil belajar IPS

siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya

di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu?

2. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima

keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten

Indramayu sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing?

3. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima

keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten

Indramayu sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat

hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman

suku bangsa dan budaya

2. Seberapa efektif penerapan metode Role Playing (Bermain peran)

dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan

menerima keragaman suku bangsa dan budaya.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pengembangan akademik pada umumnya, terutama peningkatan hasil

pembelajaran.

(24)

Memiliki sebuah Mindset (pemahaman) yang matang tentang

mengenal, menerima, memahami dan menghargai keragaman suku

bangsa dan budaya yang dimiliki Indonesia.

3. Bagi para Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman

untuk menerapkan pembelajaran yang bersifat afektif.

4. Sedangkan bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan tentang

metode pembelajaran atau cara yang tepat untuk menunjang proses

(25)

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar IPS

a. Hasil Belajar

Hasil belajar didefinisikan oleh banyak pakar pendidikan. Hasil

belajar sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah

ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses

pembelajarannya.3

Menurut A. Tambrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam

proses belajar mengajar berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil

yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar

mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru

pada suatu saat.4 Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya

merupakan akibat dari suatu proses belajar.5

Berbeda lagi menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil

belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan

memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan

informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses

penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang

diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.6

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli

maka intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang

3 Veitzal Rifai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan

Peserta Diklat Spama Survei di DIKLATDEPKES, (Jurnal Pendidikikan dan Kebudayaan No. 40, tahun ke-9, Jakarta: DEPDIKNAS, Januari 2003), h. 130.

4 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65.

5 NanaSudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Menagajar, (Bandung: PT. Sinar

Baru Algesindo, 2000), h. 28.

6 DedeRosyada, Paradigma Pendidiikan Demokrasi (Jakarta: Prenada Media,

(26)

melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam

dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu

dikatakan telah belajar.

Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar

memiliki ciri-ciri:

1. Perubahan terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

3. Perubahan bersifat positif dan aktif

4. Perubahan bukan bersifat sementara

5. Perubahan bertujuan dan terarah

6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.7

b. Hasil Belajar IPS

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat. Dengan berbagai pendekatan mata

pelajaran IPS diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman

yang lebih luas dan mendalam dalam bidang IPS.

Kompetensi yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS

meliputi kemampuan pengembangan aspek intelektualisme serta

pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh siswa dalam

kehidupan bermasyarakat.

Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rumpun

mata pelajaran IPS adalah berupa keterampilan intelektual yang meliputi

keterampilan dasar sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti

dengan keterampilan melakukan proses, dan keterampilan tertinggi

berupa keterampilan investigasi. Keterampilan mencari, memilih,

mengolah, dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta

keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya

7 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.

(27)

merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang

kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era

globalisasi. Alasannya adalah, era globalisasi yang ditandai dengan

persaingan dan kerjasama yang sarat dengan kemajuan tehnologi serta

informasi di segala aspek kehidupan mempersyaratkan mereka memiliki

keterampilan-keterampilan tertentu. Kompetensi hasil belajar yang

dimaksud adalah sejumlah kemampuan yang dapat dipahami, dikuasai

dan ditunjukan oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran IPS di

dalam kelas.

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan

keseluruhan kemampuan yang mampu difahami, dikuasai dan ditunjukan

secara sadar dan berkesinambungan oleh siswa sebagai akibat dari proses

pembelajaran IPS di dalam kelas.

c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS

Menurut Kartini Kartono kegiatan proses belajar mengajar

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal

yang dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Internal), diantaranya

meliputi:

a) Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat

umum untuk memperoleh sesuatu kecakapan yang

mengandung berbagai komponen

b) Bakat

Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan

melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata

c) Minat dan perhatian

Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat.

Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasa

(28)

Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara

sadar maupun secara tidak sadar pada objek tertentu biasanya akan

membangkitkan minat pada objek tersebut.

d) Kesehatan jasmani

Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seseorang apabila

memiliki badan atau kondisi fisik yang sehat maka ia akan

mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaiknya

seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit

untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar.

e) Cara belajar

Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar

yang efisien. Diantaranya yaitu: berkonsentrasi baik sebelum

belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar (PBM)

berlangsung, mempelajari kembali materi pelajaran yang telah

diterima, membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba

menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah

diajarkan.8

2. Faktor (Eksternal) yang berasal dari luar diri siswa, yaitu

lingkungan, lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan

bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa

baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor

tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

a) Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan

pelajaran kesulitan bahan pelajaran, beraratinya bahan

pengajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan

eksternal.

8 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta:

(29)

b) Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih

resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil

belajar, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif.

c) Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas

mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani

dan motivasi.9

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diasumsikan

oleh banyak peneliti disebabkan oleh 2 faktor yaitu internal dan

eksternal. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa); segala hal

yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi tingkat intelegensi siswa,

kesehatan jasmani, motivasi belajar siswa dan disiplin siswa. Sedangkan

faktor eksternal (yang berasal dari luar diri siswa); segala hal yang

bersumber dari luar diri siswa bisa berupa teman, guru, sarana dan

prasarana sekolah dan lingkungan keluarga.10

Intelegensi adalah salah satu hal yang berpengaruh di dalam hasil

belajar yang diperoleh siswa. Dimana biasanya individu yang meiliki

intelegensi yang tinggi dia akan memiliki hasil belajar yang baik yang

membanggakan di kelasnya, dan dengan hasil belajar yang baik yang

dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Intelegensi atau

tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar seseorang.11

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai

sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan

otak, panca indera, anggota tubuh. Kondisi fisik yang sehat dan segar

9 Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h.

130-138.

10 Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal

Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia: http://educare.e-fkipunla. net. h. 1.

11 Fatkhul Muin, Intelegensi dan Emosi, Blog pada Wodpress.com diakses pada

(30)

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.12 Di dalam menjaga

kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain

makan dan minum yang teratur, olah raga serta cukup tidur.

Siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik apabila ia

mempunyai motivasi (dorongan) belajar yang tinggi. Baik motivasi dari

dalam dirinya sendiri untuk terus belajar maupun dari luar yang akan

membantunya agar tetap berkeinginan untuk belajar dan berprestasi.

Tentunya hasilnya akan berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi

tinggi dengan yang bermotivasi rendah untuk belajar. Motivasi siswa

terkadang naik dan turun, sehingga hasil yang diperolehpun naik dan

turun. Saat motivasi siswa mulai menurun, peran guru sebagai pendidik

sangat penting. Guru diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa

untuk belajar.13

Disiplin siswa diharapkan dapat menciptakan pribadi siswa yang

bertanggungjawab. Sikap yang cakap untuk dapat memilih tindakan yang

akan dilakukan. Sehingga akhirnya akan memberikan hasil belajar yang

baik. Seperti peratuan-peraturan yang dibuat oleh setiap sekolah

mengenai kedisiplinan siswa dalam belajar. Namun peraturan yang ada

hanya dijadikan peraturan saja. Pada kenyataan masih banyak siswa yang

sering melanggar peraturan dan tata tertib yang ada.14

Teman, adalah orang lain dari diri kita yang senantiasa tidak akan

meninggalkan kita disaat kita sangat membutuhkan pertolongan. Seorang

teman akan rela mengorbankan segalanya demi menolong seorang teman

(sahabat) nya. Memilih teman yang tepat untuk menunjang keberhasilan

prestasi akademik. Artinya, dalam hal ini jika tujuannya untuk

12 Muhamad Saufi, Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain

Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Blog pada Wordpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013 pukul 17.00 WIB.

13 Uus Manzilatusifa, Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam

Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 6 Maret 2013, tersedia: http/educare.e-fkipunla.net. h.1.

14 Cucu Listinawati, Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di

(31)

meningkatkan prestasi akademik maka teman yang tepat untuk digauli

adalah teman yang memiliki kecerdasan pada mata pelajaran tersebut

agar bisa berdiskusi dan berbagi ilmu dengannya.

Guru, adalah orang tua kedua bagi siswa. Dimana seorang guru

harus mampu memahami berbagai masalah yang dialami siswa jika siswa

mengalami penurunan motivasi belajar. Disamping itu, Gurupun harus

mampu menrasfer ilmu-ilmu yang dimilikinya tepat kepada para siswa.

Artinya, tidak cukup seorang guru hanya mampu menguasai materi ajar

yang akan diajarkan kepada siswa. Akan tetapi seorang guru pun harus

cerdik menggunakan segala metode dan pendekatan dalam pembelajaran

agar ilmu yang akan diajarkan tepat kepada sasarannya yaitu siswa.

Sarana dan prasarana yang tersedia juga memberikan dampak

langsung terhadap hasil belajar siswa secara optimal. Setiap guru dan

siswa mengharapkan agar di sekolah tersedia infrastrukstur yang baik dan

lengkap karena dianggap mampu menimbulkan semangat dan kegairahan

siswa dalam belajar dan dapat mendukung terselenggaranya proses

belajar mengajar. Akan tetapi tidak semua sekolah dapat memenuhi

semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru dan siswa yang

diakibatkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh sekolah.15

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan faktor

eksternal yang paling penting dan utama dalam menentukan keberhasilan

belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya

perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan

anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.16

Sedangkan menurut Jhon M. Keller sebagaimana yang dikutip oleh

mulyono abdurrahman berpandangan bahwa belajar sangat dipengaruhi

dua macam masukan, yaitu kelompok masukan pribadi (Personal Inputs)

15 Raden Adelina Fauzie, Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa

Yang Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret 2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net. h.1.

16 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,

(32)

dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (Enviromental

Input)”.17

Pendapat lain yang diungkapkan Muslim dalam jurnal penelitian

bidang pendidikan menyebut faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,

yaitu:

1. Strategi pembelajaran, salah satu strategi yang dapat meningkatkan

keterlibatn siswa dalam proses belajar adalah: pra pembelajaran,

penyajian informasi, peran serta siswa, evaluasi, dan tindak lanjut.

2. Gaya kognitif siswa, yaitu kebiasaan bertindak yang relatif tetap

dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah ataupun dalam

informasi.18

Dari berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dapat peneliti kelompokan menjadi dua yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut sedangkan faktor

eksternal faktor yang disebabkan oleh stimuli eksternal terhadap siswa

sehingga siswa terpengaruh atau terkondisi oleh faktor eksternal tersebut.

d. Macam-Macam Hasil Belajar IPS

Hasil belajar menempatkan seorang dari tingkat abilitas yang satu

ke tingakat abilitas yang lain. Dalam sistem pendidikan nasional maupun

rumusan tujuan pndidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi 3 domain. Yakni kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

1. Domain kognitif,

Kognitif (cognitive) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari 6 aspek, yakni; Knowledge (pengetahuan),

17 Mulyono Abdurrahman Psikologi Belajar, Op.Cit, h. 106.

18 Roestiah N. K, Masalah-masalah Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000),

(33)

Comprehention (pemahaman), application (aplikasi), analysis

(analisis), Synthesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi).

2. Domain Afektif,

Afektif (Affective) berhubungan dengan respon emosional yang

terdiri dari 5 aspek, yakni; Receiving (penerimaan; sikap menerima),

Resonding (jawaban atau respon), Value (menghargai, menilai),

Organization (pengorganisasian), dn Characterization (karakerisasi).

3. Domain Psikomotorik,

Psikomotorik (pshycomotoric) berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah

psikomotorik yakni; gerak reflek, gerak fundamental dasar,

kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dn

kemampuan nondiskusif.19

Pendapat Bloom ini dikuatkan lagi oleh Akhmad Sudrajat dalam

bukunya hakikat belajar, beliau mengungkapkan bahwa hasil belajar

yang diperoleh oleh peserta didik dari proses belajar akan menciptakan

perubahan baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap

dan nilai), dan aspek psikomotorik (keterampilan). Masalah hasil belajar

dalam pencapaian tentu tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak

tangan.20

Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari

kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil

belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam

bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun

keterampilan motorik.21

Hasil belajar akan menunjukan pengetahuan dan pengertian dalam

diri seorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa

19 Jhon W santrock, Psikologi Pendidikan, (jakatra: kencana, 2008), Ed. 2, cet 2,

h. 468-469.

20 Akhmad Sudrajat, Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses

pada tanggal 12 Februari 2013 pukul 03.00 WIB.

21 Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

(34)

keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya.

Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang

mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, serta dapat

menentukan arah hidupnya.22

Bahar mengemukakan bahwa ada dua hal yang sangat penting

untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu

hasil belajar siswa tiap catur wulan dan daya capai kurikulum pada tiap

sekolah.23

Dari beberapa macam hasil belajar diatas yang dikemukakan oleh

beberapa para ahli pendidikan, maka dapat disimpulkan esensi dari hasil

belajar yaitu perubahan peserta didik secara signifikan dari segi

pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.

Dengan menilai hasil belajar murid-muridnya sebenarnya guru tidak

hanya menilai hasil usaha muridnya saja akan tetapi sekaligus juga

menilai hasil usahanya sendiri. Menilai hasil belajar siswa berfungsi

untuk dapat membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu

mata pelajaran, mengetahui status siswa dalam kelas, membantu guru

dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi seorang

guru kegunaan hasil belajar bagi seorang adminitrator adalah untuk

memberi laporan kemajuan siswa kepada orangtua siswa atau wali murid

dan memberi ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan oleh suatu

lembaga pendidikan”.24

e. Instrument Penilian Hasil Belajar IPS

Instrumen penilaian hasil belajar merupakan alat untuk

mengumpulkan data yang digunakan untuk mngetahui informasi

keberhasilan belajar siswa. Setelah guru beserta siswa melakukan proses

22 Wawan Koester, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar

Siswa SLTPN di Jakarta (Bandung: Mimbar Pendidikan UPI, No. 2/XIX, 2002), h. 2.

23 Yusmidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media

Peta (Surabaya: Pelangi Pendidikan, volume 5, no. 1, 2002), h. 2.

24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(35)

belajar mengajar, maka kemudian diadakan suatu penilian menganai

keefektifan proses tersebut.

Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil adalah sbb:

1. Tes hasil belajar dapat mengukur apa-apa yang telah dipelajari

dalam proeses belajar mengajar sesuai dengan tujuan intruksional

yang tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.

2. Tes hasil belajar disusun sedemikian baik sehingga benar-benar

mewakili bahan yang harus dipelajari.

3. Pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan

aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.

4. Tes hasil belajar disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu

sendiri.

5. Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang

dianut apakah mengacu pada kelompok (norm reference/ standar

relatif) ataukah mengacu pada patokan tertentu (criterion

reference/ standar mutlak).

6. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki

proses belajar mengajar.25

Dengan demikian penilian penilian hasil belajar IPS bukan hanya

sekedar untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar IPS. Namun juga penilaian hasil belajar ini digunakan

untuk mengetahui keefektifan penerapan sebuah strategi pembelajaran

IPS. Sehingga dengan penilaian tersebut dapat memperbaiki proses

belajar mengajar IPS berikutnya.

f. Tujuan Pelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

25 Wahidmurni, dkk, evaluasi pembelajaran kompetensi dan praktik,

(36)

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

g. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS adalah pada upaya untuk

mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga

negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan

diantara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa.

Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan

yang menghargai terhadap segala perbedaaan. Baik itu perbedaan

pendapat, etnik, agama, kelompok, budaya dan sebagainya.

Bersikap terbuka dan senantiasa memberikan kesempatan yang

sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan

dirinya. Karena dari bersikap terbuka akan membawa siswa kepada sikap

arif selanjutnya yakni toleransi, toleransi dapat diartikan sebagai sebuah

sikap yang menganggap dan mengakui adanya eksistensi hal lain yang

selain dari dalam dirinya. Dari sikap toleransi ini akan menggiring siswa

kepada sikap bijaksana berikutnya yakni pluralis. Sikap Pluralis dapat

diartikan sebagai suatu sikap yang tidak hanya mengakui eksistensi hal

lain selain dari dirinya tetapi juga mampu bekerjasama dengan hal yang

berbeda tersebut sehingga mencapai kesepakatan dalam keberagaman.

Oleh karena itu pembelajaran IPS diharuskan mampu melatih

(37)

penulis simpulkan bahwa mata pelajaran IPS memiliki tanggung jawab

moral tersendiri dibandingkan mata pelajaran lainnya dalam membangun

dan melatih siswa agar berkepribadian dan berkarakter sesuai yang

diamanatkan UUD 1945.

h. Ruang Lingkup Pelajaran IPS di SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS ajar di tingkat SD meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Pada jenjang Sekolah Dasar, penyajian IPS dilakukan secara

terpadu karena perspektif siswa pada usia SD lebih tendentif pada hal-hal

yang bersifat konkrit dan utuh. Barulah Pada jenjang pendidikan

berikutnya diperkenalkan cabang-cabang IPS yakni geografi, sejarah,

ekonomi, akuntansi, sosiologi, antropologi dan budaya.

Akan tetapi walaupun cabang-cabang dari IPS tersebut telah

berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, dalam pengkajiannya tetap saja

tidak memisahkan secara ketat Antara masing-masing mata pelajaran

tersebut, ini semua dikarenakan mata pelajaran IPS merupakan integrasi

dari berbagai cabang ilmu sosial yang saling berkaitan satu dengan

lainnya karena memang IPS dirumuskan berdasarkan realitas kehidupan.

i. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Sebagai Materi Pada Mata

Pelajaran IPS SD

Mata pelajaran IPS sebagai ilmu sosial yang erat sekali

hubungannya dengan kehidupan sosial merupakan wahana untuk

mengenal, menerima dan menghargai keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara

(38)

adat istiadat bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Keragaman

(Pluralitas) ini sangat rentan terjadi disintegrasi jika tidak ada pondasi

yang memersatukan keragaman tersebut. Karena itu muncullah Bhineka

Tunggal Ika sebagai semboyan Negara Indonesia.

Bhineka Tunggal Ika mengandung arti yang sangat dalam. Bhina

yang berarti beda, Tunggal yang berarti satu dan Ika yang berarti itu.

Jadi, Bhineka Tunggal Ika bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu.

Kalimat Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan

empu Tantular.26

Dengan lahirnya semboyan ini diharapkan mampu dijadikan

Pedoman hidup warga Negara Republik Indonesia dalam menjaga

persatuan dan kesatuan Negara. Siswa diharapkan mampu mengenal,

menerima dan memahami beragam macam ras, suku bangsa, bahasa dan

budaya yang dimiliki oleh Indonesia demi terwujudnya persatuan bangsa.

Tercapainya pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang

pentingnya persatuan dan kesatuan Negara sangat bergantung kepada

aspek pendidikan. Pendidikan dianggap berperan penting dalam

membentuk karakter bangsa. Penanaman pemahaman tentang kekayaan

bangsa yang multikulral ini harus ditanam sedini mungkin kepada siswa.

Diharapkan peserta didik mampu memahami bahwa negara ini kaya.

Kaya akan suku bangsa, bahasa daerah, kearofan lokal, adat istiadat dan

budaya.

Berangkat dari pluralitas budaya dan pengandaian pendidikan

konstruktifisme (constructivism) maka dalam pengelolaan pendidikan

harus berangkat dari suatu keyakinan bahwa setiap warga masyarakat

memiliki konstruks mengenai identitas budaya yang mereka pilih.

Dengan demikian maka pendidikan harus membuka pengakuan dan

keterbukaan bagi masyarakat untuk mengekspresikan simbol dan

lambang-lambang partikularitas budaya mereka. Hanley (2004)

26 Redaksi Bukuné, Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya, (Jakarta:

(39)

menegaskan, bahwa pendidikan harus memberi sumbangan dalam

menumbuhkan kesadaran akan pluralisme budaya.27

Sebagaimana terlampir di dalam Undang-Undang Dasar 1945

tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya.28

Pada level sekolah dasar siswa diberi ruang untuk menciptakan

struktur pengetahuan dan konstruks tentang identitas budaya mereka

sendiri. Perspektif ini mengimplikasikan keharusan menerima keragaman

konstruk siswa, karena memang siswa sekolah datang dari berbagai latar

belakang nilai, keyakinan, kultur, etnisitas, ideologi maupun agama. Oleh

karena itu pendidikan tidak bisa dikemas dengan cara monokultural,

melainkan tetap harus menyediakan ruang bagi siswa untuk bisa

memasuki arus transformasi sosial yang menuntut egalitarian,

demokratisasi, dan keadilan di tengah pluralitas budaya.

Dengan demikian yang mendesak dalam pengembangan

pendidikan multikultural adalah penyadaran akan pentingnya nilai-nilai

yang menopang budaya plural. Nilai-nilai itu harus dikembangkan

menjadi bagian dari budaya sekolah. Artinya sekolah tidak bisa hanya

dikonsep sebagai institusi untuk menguasai pengetahuan dan

pengembangan potensi dalam perspektif monokultur. Institusi pendidikan

juga harus menjadi arena bagi siswa yang dikembangkan atas dasar

prinsip multikultur. Dalam institusi seperti itu pendidikan menjadi sebuah

media menumbuhkan seperangkat nilai pluralisme, seperti cara

memberikan penghargaan terhadap diri sendiri secara adil. Dari cara

menghargai diri sendiri yang proporsional, akan berdampak kepada cara

bersikap dan menghargai orang lain secara adil pula. Lebih jauh akan

27 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2008), h. 252.

28 Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik

(40)

tumbuh kemudian sikap menghormati dan peduli atas hak-hak orang lain

yang memiliki berbagai perbedaan, baik dalam berpendapat, temperamen

maupun latar belakang.

Kendati demikian, di samping menumbuhkan kesadaran akan

perbedaan, penting pula untuk ditumbuhkan nilai-nilai (equality). Dengan

pandangan kesederajatan ini, dikembangkan pemahaman bahwa setiap

siswa memiliki hak-hak dasar (basic right) yang sama, tanpa

membedakan perbedaan ras, gender, usia, kapabilitas, keyakinan

keagamaan, afiliasi politik, kewarganegaraan, wilayah dan latar belakang

mereka. Pengakuan hak-hak dasar yang setara tanpa pandang bulu itu

akan terwujud jika ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab bersama

sebagai anak bangsa. Nilai-nilai yang mampu mendorong sikap terbuka

bagi setiap siswa untuk turut berpartisipasi dalam proses sosial maupun

politik. Terbuka bagi partisipasi setiap siswa dalam memecahkan

masalah dan menciptakan kebaikan bersama.29

j. Metode-Metode Dalam Pembelajaran IPS

Dalam menyampaikan pelajaran membutuhkan metode yang tepat

agar materi yang ditransfer oleh guru bisa diterima, difahami dan

diaplikasikan oleh peserta didik. Metode dalam pembelajaran IPS adalah

suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar

seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang efektif.30

Secara garis besar metode pembelajaran yang dapat dikembangkan

dalam IPS meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan,

kerja kelompok, demonstrasi, Talking Stick, karya wisata, simulasi, sosio

drama, inquiri, Examples Non Examples dan Role Playing.

29 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2008), h. 266-267.

30 Supriatna dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung, UPI PRESS, cet-1 2007) h.

(41)

2. Metode Role Playing

a. Pengertian Role Playing

Bermain peran (Role Playing) menurut Wina Sanjaya adalah

metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk

mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa

aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang.

Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi bermain peran (Role

Playing) merupakan jenis model simulasi yaitu permainan dalam bentuk

dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang

telah diarahkan oleh guru.

Adapun menurut Abu Ahmadi, dkk metode bermain peran (Role

Playing) disebut juga sosiodrama. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan

dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu

sikap, tingkah laku, atau penghayatan sesuatu yang dipikirannya

dirasakan, atau diinginkannya seandainya ia menjadi tokoh yang sedang

diperankannya itu, semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan

secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peranan tidak

memerlukan teks kata-kata atau kalimat yang sudah disiapkan terlebih

dahulu. Mereka cukup memahami garis-garis besar apa yang akan

didramatisasikan. Bermain peran (Role Playing) merupakan bagian dari

metode simulasi, dalam proses pembelajarannaya metode ini

mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi.

Pada hakikatnya, metode ini diangkat dari situasi kehidupan,

khususnya sehari-hari. Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti

berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau simulation yang berarti tiruan

atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Dalam konteks ini, guru

dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjalankan simulasi,

baik di dalam maupun di luar kelas.31

31 Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, (Depok, CV: Bina Muda

(42)

Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan

dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah

salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk

menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk

menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain.

Dari beberapa pengertian tentang metode bermain peran (Role

Playing) dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bermain peran (Role

Playing) adalah bagian dari metode simulasi melalui pengembangan

imajinasi dan penghayatan serta pengkreasian peristiwa-peristiwa yang

diimajinasikan dengan cara memerankan tokoh hidup atau mati yang

bertujuan agar siswa dapat perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar

memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang

anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini

berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui

bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah

hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya

didiskusikan dalam kelas.

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran

diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki,

keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah

proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai

berkembang.

b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing

Tujuan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) menurut

Abu Ahmadi yaitu:

a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan

siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan

(43)

b. Untuk melatih siswaagar menguasai keterampilan tertentu;

baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi

kehidupan sehari-hari.

c. Untuk pelatihan memecahkan masalah.

d. Untuk memberikan rangsangan kegairahan belajar siswa.

e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusiadan

situasi-situasi.

c. Penggunaan Metode Role Playing

Adapun metode bermain peran dapat dilakukan ketika:

a. secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang

dimaksud.

b. Memberikan gambaran bagaimana orang bertingkah laku dalam

situasi sosial tertentu.

c. Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan

pandangan mengenai tingkah laku sosial menurut pandangan

masing-masing.

d. Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya berada

dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini (yang

disosiodramakan)”.

e. Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan

penghayatan sendiri mengenai suatu sosial tertentu dengan

mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan

memberikan keterangan secara lisan.

f. Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya

seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.

d. Kelebihan Metode Bermain Peran Role Playing

Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelebihan

metode bermain peran (Role Playing) diantaranya:

[image:43.595.116.516.94.671.2]
(44)

b. Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

c. Siswa dapat memahami permaslahan sosial.

d. Membina hubungan personal yang positif.

e. Membina hubungan personal yang komunikatif.

f. Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru.

Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelebihan metode bermain

peran (Role Playing) diantaranya:

a. Memperjelas sistuasi sosial yang dimaksud.

b. Menambah pengalama

Gambar

gambaran mengenai
Tabel II Data Subjek Penelitian
Tabel III Tahapan Pelaksanaan Siklus I
Tabel IV Tahap Pelaksanaan Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

The Power Of Two dalam meningkatkan pemahaman materi keragaman suku bangsa dan budaya mata pelajaran IPS di kelas VA MI Nurul Huda Leran, Manyar-Gresik, 2) Untuk mengetahui

Berdasarkan pada analisis data, di- peroleh aktivitas siswa dalam proses pem- belajaran IPS pada Materi Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Indonesia dengan