• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Sosial sebagai Sejarah Masyarakat

ASPEK ASPEK SEJARAH SOSIAL DALAM PENULISAN SEJARAH LOKAL

2. Sejarah Sosial sebagai Sejarah Masyarakat

Perlu dijelaskan lebih dahulu bahwa dalam perkembangan kajian sejarah modern telah terjadi spesifikasi atau spesialisasi jenis kajian sejarah menurut fokus atau objek pokok kajiannya berdasarkan permasalahan (problem), dimensi, tema, isu, aspek kehidupan manusia yang dipilihnya, yang secara keseluruhan meliputi dimensi-dimensi kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan dimensi lainnya. Dengan demikian maka lahir- lah berbagai jenis-jenis kajian sejarah, seperti sejarah politik, sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan, sejarah agraria, sejarah maritim, sejarah perkotaan, sejarah pedesaan, sejarah intelektual, sejarah seni dan jenis sejarah lainnya. Sejarah politik, dengan demikian, memiliki obyek kajiannya pada dimen- si, aspek atau permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan politik, yaitu kekuasaan (power). Sejarah Ekonomi memiliki fokus kajiannya pada dimensi, aspek, atau permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya. Sejarah kebuda- yaan memiliki objek kajian tentang dimensi kehidupan budaya dan permasalahannya. Demikian pula jenis-jenis sejarah lain- nya memiliki dimensi-dimensi kajiannya sendiri yang berbeda

dengan jenis kajian sejarah lainnya.

Tidak berbeda dengan jenis kajian sejarah lainnnya, maka sejarah sosial memiliki fokus kajiannya sendiri yang secara khu- sus pada dasarnya lebih memperhatikan pada dimensi, aspek, isu, atau persoalan kehidupan sosial atau kemasyarakatan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat dalam komunitas kehi- dupannya. Mengingat dimensi sosial dari kehidupan masyarakat sangat luas cakupannya, maka sejarah sosial kemudian disebut juga sebagai sejarah masyarakat (History of Society). Semula sejarah sosial merujuk pada beberapa pengertian. Pertama, ada yang merujuk sejarah sosial sebagai sejarah orang orang miskin

(history of the poor) atau sejarah kaum kelas bawah (history of the lower class), dan ada pula yang merujuk kepada sejarah gerakan orang papa (history of the movement of the poor, atau history of social movement). Cakupan pengertian ini kemudian juga meluas meliputi sejarah kaum pekerja atau buruh dan juga sejarah protes sosial dan gerakan-gerakan sosial. Salah satu contoh kajian Seja- rah sosial yang terkemuka di Indonesia yang sesuai dalam pengertian ini dapat ditemukan dalam karya Sartono Kartodir- djo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888, (Sartono Kartodirjo, 1966) dan Protest Movements in Rural Java: A Study of Agararian Unrest in the Nineteenth and Early Twentieth Centurries (Sartono Kartodirdjo, 1973). Kedua, sejarah sosial juga merujuk pada pengertian yang berkaitan dengan dimensi aktivitas kemanu- siaan berupa perilaku, tradisi atau adat istiadat, dan cara hidup sehari-hari (manners, customs, everyday life). Ketiga, ada pula yang merujuk pada pengertian ‘social’ dalam sejarah sosial yang digabungkan dengan dimensi sosial dalam ‘sejarah ekonomi’, sehingga melahirkan gabungan kajian sejarah yang disebut ‘sejarah sosial ekonomi’ yang merupakan campuran dari sejarah sosial dan sejarah ekonomi.

Sesuai dengan beragamnya kerangka teoretik dan pende- katan yang sering dipakai dalam mengkaji objek kajiannya, maka sejarah sosial memiliki bermacam-macam rumusan definisi.

Salah satu rumusan definisi sejarah sosial yang dapat dipakai untuk keperluan penulisan sejarah lokal di sini di antaranya adalah sebagai berikut ini:

Social History is the study of the structure and process of human action and interaction as they have occurred in socio cultural contexts in the recorded past”.

(Sejarah Sosial merupakan kajian tentang struktur dan proses perbuatan dan interaksi manusia yang terjadi dalam hubungan dengan kehidupan sosio kultural dalam rekaman masa lampau).

Dalam hubungan ini pertama perlu dijelaskan mengenai pengertian ‘sosial’ (social) dan ‘masyarakat’ (society) dalam sejarah sosial dan sejarah masyarakat (History of society). Kata ‘masyarakat’ dalam hubungan ini pada hakekatnya dapat dikon- septualisasikan dalam tiga pengertian, yaitu agregasional (aggre- gational), strukturis (structurist) dan holis (holist). Konsep agrega- sional melihat masyarakat sebagai kumpulan dari individu in- dividu yang atomistik yang berhubungan dengan lainnya secara kebetulan. Konsep strukturis melihat masyarakat sebagai terstruktur dalam tatanan (ordered), independen, dan secara ajeg berubah hubungan, aturan main dan perannya dalam kolekti- vitas kehidupan bersama. Berbeda dari keduanya konsep holis lebih melihat masyarakat sebagai suatu entitas sejarah kehidupan yang terintegrasi secara kuat dengan keberadaannya, karak- ternya, kebutuhannya, jiwanya dan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Sebagian dari sejarawan sejarah sosial yang menggunakan konsep strukturis cenderung lebih memusatkan pembahasannya pada persoalan pokok yang berkaitan dengan hubungan struktur masyarakat dengan perbuatan individual dan kolektif dari masa ke masa (Blau, Hobsbawm, Thompson dan Moore).

Rumusan definisi di atas mengisyaratkan bahwa sejarah sosial memiliki cakupan luas terhadap segala segi yang berkaitan dengan structure and process of human action and relationship yang pernah terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam kaitan hubungan sosio-kulturalnya, karena itu, tidak

mengherankan apabila ada yang berpendapat bahwa sejarah sosial pada dasarnya adalah “sejarah minus politik”. Hal ini menegaskan bahwa Sejarah Sosial memiliki objek kajian yang luas.

Secara ringkas cakupan aspek-aspek sejarah sosial yang luas itu dapat diidentifikasikan dalam beberapa aspek sebagai berikut.

1) Demografi dan kekerabatan

2) Kajian masyarakat perkotaan (Urban Studies) 3) Kajian masyarakat pedesaan (Rural Studies) 4) Kelas dan golongan sosial

5) Mentalitas, spiritualitas, religiusitas dan intelektualitas 6) Perubahan sosial & transformasi sosial

7) Masalah sosial: korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kriminalitas, prostitusi, kemerosotan sosial, keterbela- kangan, demoralisasi, dsb.

8) Kesehatan, gizi, penyakit (Sejarah Kesehatan) 9) Gerakan Sosial dan Protes Sosial.

Segi-segi sosial tersebut di atas penting untuk diperhatikan dalam menggarap sejarah lokal di berbagai wilayah di Indone- sia. Segi-segi sosial tersebut dapat dipilih sesuai dengan kon- disi dan unit kajian masing-masing sejarah lokal yang menjadi objek penulisannya.

3. Memilih Aspek Sejarah Sosial dalam Penulisan Sejarah