• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Tempat Penelitian

1. Sejarah Tarikat Sadzaliyah Di Desa Banyukuning

Tarikat Sadzaliyah diamalkan warga pertama kali kurang lebih pada Tahun 1960an oleh salah seorang kyai di desa itu. Beliau bernama Khumaidi. Khumaidi daluhu menimba ilmu di Desa Poncol, Popongan, Bringin, Semarang, Jawa Tengah. Sebelum Ajaran Tarikat Sadzaliyah masuk sebagian besar masyarakat telah mengamalkan ajaran Tarikat Qodariyah Wanaqsabandiyah. Pada masa itu jumlah orang yang mengamalkan ajaran Tarikat Sadzaliyah sangatlah jarang, hanya beliau dan beberapa orang saja. Namun dari mana awal beliau di baiat atau

39

sanad gurunya tidak diketahui, karena sebagian besar warga yang nyantri di Poncol tidak mengamalkannya. Sepeninggal beliau Tarikat Sadzaliyah mati suri di daerah ini, bahkan putra putri beliau pada masa itu belum mengamalkannya.

Tarikat sadzaliyah kembali ada di desa ini setelah adanya akhirussanah Madrasah Ainul Anwar yang pertama kali, yaitu pada Tahun 1987. Seorang kyai dari Parakan Temanggung bernama Muhaimin Gunardo menjadi pembicara dalam Akhirussanah ini. Setelah selesai kyai Muhaimin Gunardo menanyakan pada masyayih Madrasah Ainul Awar yaitu Ighirli. Apakah ighfirli sudah menjalankan tarikat, beliau menjawab belum. Kyai Muhaimin Gunardo meminta Ighfili datang kerumahnya.

Setelah satu tahun berlalu yaitu tahun 1988 Ighfirli kembali sowan kerumah kyai Muhaimin Gunardo bersama Ihsan yang merupakan salah seorang tetangga Ighfirli. kyai Muhaimin Gunardo meminta kepada keduanya untuk menjalankan tarekat agar dapat istiqomah dalam mengingat Allah. Ighfirli menyanggupi untuk baiat, namun dalam hati Ihsan masih ada keraguan. Keraguan itu bukan karna beliau tidak mau, namun karena beliau sudah mengamalkan ajaran Tarikat Qodariyah Wanaqsabandiyah. Kebimbangannya itu ia tanyakan kepada kyai Muhaimin Gunardo. Beliau menjawab “boleh baiat asal kamu bisa menjalankannya, bukankah antara Qodariyah dan Naqsabandiyah dua tarikat yang

40

berbeda”. Keduanya mengihsankan perintah kyai Muhaimin Gunardo. Pada saat itu pula mereka berdua di baiat.

Sesampainya di rumah beliau mengamalkan. dari amalan keduanya menumbuhkan keinginan tetangganya. Khasbun Aziz dan Sugi mengikuti ajarn tarikat ini, kemudian ikut baiat. Pada awalnya keduanya juga telah mengamalkan ajaran tarekat Qodariyah Wanaqsabandiyah. Dari kegiatan mujahadah yang di amalkan banyak orang tertarik mengikuti amalnya tak jarang jam‟ah mengajak sanak saudara dan kerabatnya, sehingga Tarikat Sadzaliyah dapat kembali berlangsung di desa Banyukuning. 2. Pandangan Hidup Pemikiran Pendiri Tarikat Saziliyah

Tarikat Sadziliyah adalah salah satu tarikat yang besar di samping Tarikat Qadiriyah, Rifaiyah,Naqsyabandiah dan Suhrawardiyah. Tarikat Syadziliyah adalah tarikat yang paling layak disejajarkan dengan Tarikat Qadiriyah dalam hal penyebarannya. Ibn Ataillah mengemukan bahwa Al-Syadzili adalah orang yang ditetapkan oleh Allah SWT. sebagai pewaris Nabi Muhammad SAW.

Al-Syadzili tidak menuliskan ajaran-ajarannya dalam sebuah kitab karya tulis. Diantara sebab-sebabnya adalah karena kesibukannya melakukan pengajaran-pengajaran terhadap murid-muridnya yang sangat banyak dan sesungguhnya ilmu-ilmu tarikat itu adalah ilmu hakikat, oleh karena itulah akal manusia tidak

41

mampu menerimanya. Ajaran-ajarannya dapat diketahui dari para muridnya misalnya tulisan Ibn Ataillah Iskandari. Ketika Al-Syadzili ditanya perihal mengapa ia tak mau menuliskan ajaran-ajarannya, maka ia menjawab, “Kutubi Ashabi” yang artinya kitab -kitabku adalah sahabat-sahabatku”.

Ini pokok-pokok Ajaran tarekat Al-Syadziliyah:

a. Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam hal pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. dan mengenal rahmat illahi. Meninggalkan dunia yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebih-lebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah SWT dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah danRasul-Nya.

b. Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam. Ia adalah salah satu tokoh sufi yang menempuh jalur tasawwuf hampir searah dengan al-Ghazali, yakni suatu tasawwuf yang berlandaskan kepada Quran dan al-Sunnah, mengarah pada asketisme, pelurusan dan

42

penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pembinaan moral (akhlaq), suatu tasawuf yang dinilai cukup moderat. c. Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada

dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan. Dunia yang dibenci para sufi adalah dunia yang melengahkan dan memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku syahwat, berbagai keinginan yang tak kunjung habis, dan hawa nafsu yang tak kenal puas. Semua itu hanyalah permainan (al-‟aab)dan senda gurau (al-lahw) yang akan melupakan Allah. Dunia yang semacam inilah yang dibenci para sufi. d. Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi

miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimilikinya. Seorang salik boleh tetap mencari harta kekayaan, namun jangan sampai melalaikan-Nya dan jangan sampai menjadi hamba dunia, tiada kesedihan ketika harta hilang dan tiada kesenangan berlebihan ketika harta datang. Sejalan dengan itu pula, seorang salik tidak harus memakai baju lusuh yang tidak berharga, yang akhirnya hanya akan menjatuhkan martabatnya. Dan konon dengan konsepnya ini, banyak kalangan usahawan-usahawan tertarik menjadi pengikut ajaran Al-Syadzili.

43

e. Berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan ummat, berusaha menjambatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi, dengan sikap pasif yang banyak dialami oleh para salik. Al-Syadzili menawarkan tasawuf posotif yang ideal dalam arti bahwa di samping berupaya mencari „langit‟ (berusaha untuk bekalan akhirat),juga harus beraktivitas dalam realitas sosial di „bumi‟ ini. Beraktivitas sosial demi kemaslahatan umat adalah bagian integral dari hasil kontemplasi.

f. Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah SWT.Tasawuf memiliki empat aspek penting, yakni berakhlakdengan akhlak Allah SWT. Senantiasa melakukan perintah-perintah-Nya, dapat menguasai hawa nafsu serta berupaya selalu bersama dan berkekalan dengan-Nya secara sungguh-sungguh (sentiasa berzikir setiat detik didalam mengingati Allah SWT.

g. Dalam kaitannya dengan al- Ma‟rifah atau mengetahui, Al-Syadzili berpendapat bahwa ma‟rifah adalah salah satu tujuan ahli tarikat atau tasawuf yang dapat

44

diperoleh dengan dua jalan. Pertama adalah mawahib atau „ain al-jud (sumber kemurahan Tuhan) yaitu Tuhan memberikannya dengan tanpa usaha dan Dia memilihnya sendiri orang-orang yang akan diberikan anugerah tersebut. Kedua adalah makasib atau badzu al-Majhud yaitu ma‟rifah akan dapat diperoleh melalui usaha keras, melalui al-riyadhah, mulazamah al-dzikri, mulazamah al-wudlu, puasa, shalat sunnah dan amal saleh lainnya. (http://kasisnawatihp.blogspot.com/2014/09/tarekat-qodariyah-tarekat-syadziliyah.html)

Dokumen terkait