• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

BAB II SEJARAH KETENAGAKERJAAN INDONESIA DI ARAB

2.3 Sejarah Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

Sebelum membahas mengenai sejarah tenaga kerja Indonesia di luar negeri terlebih dahulu kita mengetahui mengenai pengertian yang tepat mengenai tenaga kerja Indonesia itu sendiri. Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. 32

31

Desty Purwanti.2013,“Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menangani Permasalahan PRT tahun 2006-2012”(Skripsi),Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

32

Perpindahan tenaga kerja Indonesia antar pulau dan luar negeri tidak bisa dipisahkan dari masa orde lama dan orde baru bahkan sejak masa penjajahan pada tahun 1887. Pada tahun tersebut, tenaga kerja dikirim ke beberapa daerah jajahan seperti Suriname, Kaledonia dan Belanda.33 Penempatan tenaga kerja dari Indonesia oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dilakukan melalui penempatan buruh kontrak ke Suriname dan Amerika Selatan sebagai pekerja perkebunan.34

Kondisi migrasi berlanjut hingga masa kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga reformasi. Tanggal 13 Juli 1947 merupakan hari bersejarah bagi lembaga Kementrian Perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah no 3 tahun 1947 dibentuk lembaga yang mengurus permasalahan perburuhan di Indonesia yang disebut Kementrian Perburuhan. Migrasi penduduk tidak hanya terjadi secara nasional tetapi juga internasional. Fenomena awal migrasi juga dapat dilihat sebelum perang dunia II, banyak warga negara Indonesia dikirim ke Malaysia, Guyana dan New Caledonia. Setelah perang dunia II berakhir, mulai ada tenaga kerja yang bekerja di Singapura dan negara lainnya. Perpindahan tenaga kerja dari Indonesia pada saat itu hanya untuk mencukupi

33

Arwani Irewaty, Kebijakan Indonesia Terhadap Masalah Tki di Malaysia Dalam Ed Awani Irewati, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah Legal di Negara ASEAN,Jakarta:Pusat Penelitian Politik LIPI ,2003 hal 34.

34

kebutuhan tenaga kerja di beberapa negara tersebut dan tidak termasuk kedalam kebijakan pemerintah di bidang pekerjaan pada saat itu.35

Pada mulanya, migrasi TKI ke luar negeri terjadi dengan sendirinya, artinya mereka meninggalkan Indonesia untuk bekerja ke luar negeri dengan cara spontan tanpa melalui prosedur yang dibuat oleh pemerintah. Namun mulai sekitar tahun 1970-an, pemerintah Indonesia mengadakan program penempatan TKI ke luar negeri, dengan tujuan memenuhi permintaan tenaga kerja dari luar negeri dan memenuhi minat TKI yang ingin bekerja di luar negeri.36

1. “Tarikan” perubahan demografi dan kebutuhan-kebutuhan pasar kerja di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Salah satu alasan mengapa fenomena migrasi tenaga kerja ini terjadi adalah karena negara asal belum bisa menciptakan lapangan kerja yang kondusif serta penghasilan yang mencukupi untuk kebutuhan hidup. Ada beberapa kekuatan pendorong migrasi perburuhan internasional, yaitu:

2. “Dorongan” perbedaan upah dan tekanan-tekanan krisis di negara- negara yang belum berkembang.

35

Nasution M.Arif,Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation,1999 hal 126

36

Managara,T. “Membedah Penyebab Timbulnya Berbagai Masalah Terhadap TKI Perempuan”,

dalam Warta Ketenagakerjaan edisi no 7, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,2004.

3. Berdirinya jaringan antar negara berdasarkan keluarga, budaya dan sejarah.37

Adanya Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1970, program penempatan Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN) diperkenalkan untuk memuluskan jalan bagi keterlibatan sektor swasta dalam industri perekrutan dan penempatan tenaga kerja. Baru pada tahun 1979, pemerintah mulai berupaya langsung dalam mengirimkan tenaga kerja keluar negeri. Pada masa pemberlakuan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, mayoritas tipe buruh migran Indonesia yang paling banyak ialah tenaga kerja yang tidak tersisik dan berpendidikan rendah. Dalam hal ini, Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) pada masa itu berupaya untuk mengurangi pengiriman tenaga kerja kurang terdidik dan sebaliknya secara bertahap meningkatkan tenaga kerja yang terdidik. Pada akhirnya Depnaker menetapkan kuota atas pengiriman untuk tenaga kerja tidak terdidik selama Repelita VI.38

Meskipun TKI di negara Timur Tengah antara 1996 dan 2007 jumlahnya fluktuatif, namun secara umum jumlahnya meningkat dari 517.169 menjadi 696.746 antara 2004 dan 2007. Sekitar 60 persen TKI berada di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Jordan dan Qatar.

37

Ibid, hal 15

38

Sisanya berada di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan (Cina) dan Amerika.39

Saat ini, buruh migran masih terus berangkat ke wilayah tersebut untuk berbagai alasan. Para buruh migran yang telah kembali dalam penelitian ini menyatakan bahwa prosedur pra-keberangkatan untuk negara-negara tujuan Timur Tengah lebih cepat dan lebih terjangkau daripada tujuan lain di Asia Timur dan Asia Tenggara. Mereka juga mencatat bahwa nilai budaya dan spiritual di kawasan ini sangat penting bagi umat Islam Indonesia. Pakar yang diwawancarai dalam penelitian ini meyakini bahwa perempuan muslim akan terus memilih Arab Saudi dibandingkan negara-negara yang secara geografis lebih dekat dengan 2.4. Latar Belakang Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Ke Arab Saudi

Globalisasi telah meningkatkan lalu lintas barang, jasa, dan tenaga kerja melintasi batas-batas kenegaraan. Jumlah pengangguran dan pencari kerja di Indonesia cukup tinggi, sementara penciptaan kesempatan kerja di dalam negeri tidak mampu menyerapnya. Pasar kerja di luar negeri menjadi alternatif bagi tenaga kerja dan pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu dengan bekerja di luar negeri diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya. Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, telah menjadi tujuan penting buruh migran Indonesia sejak negara tersebut memulai program migrasi tenaga kerja.

39

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia pdf dala

harapan bahwa mereka akan memiliki kesempatan untuk melihat kota suci Mekkah dan dapat menunaikan ibadah haji. Para pakar dari Indonesia juga mencatat kesamaan persepsi bahwa Timur Tengah adalah “Tanah Harapan”, tetapi para buruh migran tersebut memiliki pemahaman yang sangat sedikit tentang konteks sosial dan budaya sebelum keberangkatan, sehingga begitu terkejut dengan “pekerjaan berat dan jam kerja panjang yang merupakan realitas yang harus mereka hadapi” pada saat kedatangan mereka ke negara tersebut.40

Program penempatan TKI ke Arab Saudi sendiri secara resmi di mulai pada tahun 1975. Hal ini disebabkan adanya peristiwa ”boom oil” pada tahun 1974 di negara Arab Saudi dan negara teluk lainnya, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja yang berupah rendah meningkat tajam di negara tersebut.41

Pada awalnya jumlah TKI yang ditempatkan di Arab Saudi oleh pemerintah sebanyak 25 orang di tahun 1975. Kemudian di tahun 1976 naik menjadi 480 orang dan tahun 1977 meningkat menjadi 2.838. Jumlah penempatan TKI tersebut semakin meningkat, terutama sejak krisis ekonomi

Peristiwa

“boom oil” dimana melonjaknya harga minyak di pasar internasional menyebabkan munculnya masyarakat kelas menengah di Arab Saudi sebagai negara pengekspor minyak dunia. Saat itulah muncul kebutuhan akan pembantu rumah tangga yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kelas tersebut.

40

Farbenblum Bassina, Nicholson Eleanor, Paoletti Sarah,KSES BURUH MIGRAN TERHADAP

KEADILAN DI NEGARA ASAL : STUDI KASUS INDONESIA.New York:Open Society

Foundation,2013. Publikasi terjemahan pdf dalam www.opensocietyfoundations.org/.../migrant- hal 36 di akses pada tanggal 20 Mei 2014.

41

melanda Indonesia, yaitu sekitar tahun 1997. Namun jumlah penempatan TKI ke negara tersebut pada tahun tertentu mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, seperti yang terjadi pada penempatan TKI di Arab Saudi pada tahun 2003 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012.42

Pada tahun 2003 jumlah TKI yang di tempatkan 169.038 orang, hal tersebut mengalami penurunan dari jumlah penempatan TKI di tahun 2002 yang mencapai jumlah sebanyak 213.603. TKI di kawasan Timur Tengah, yaitu dengan total sebanyak 1,139,880 orang. Untuk dapat melihat lebih jelas mengenai distribusi penempatan TKI ke Arab Saudi dalam satu dekade antara tahun 2001 smpai tahun 2012 sedangkan untuk tahun 2013 sampai tahun 2014 karena keputusan moratorium dari pemerintah Indonesia maka pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi dihentikan. Untuk dapat memahami mengenai pengirman TKI ke Arab Saudi kita dapat melihatnya melalui tabel-tabel berikut:

42

Valentina, R.2003, ”Rumitnya Persoalan TKW Kita”,Pikiran Rakyat, 13 Nopember 2003 dalam http://mkp.fisip.unair.ac.id/ di akses tanggal 20 Mei 2014.

Tabel 1 : Penempatan TKI Sektor Formal & Informal Kawasan Arab Saudi Tahun 2001-2006.

Tahun Formal Informal Jumlah Laki- laki (L) Perempuan (P) Laki-laki (L) Perempuan (P) 2001 15 229 9,802 93,189 103.235 2002 880 859 17.376 194.488 213.603 2003 633 291 13,671 154,443 169.038 2004 432 191 13,724 181,995 196.342 2005 1,579 1,145 9,788 ,723 150.235 2006 3.127 983 18.615 284.702 307.427

Sumber : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans137), Dirjen PPTKLN dikutip dari Imanuella Tamara Geerards,2010 JURNAL MASYARAKAT KEBUDAYAAN DAN POLITIK Volume 21, Nomor 4:361-37

Dari tabel 1 diatas kita dapat melihat data penempatan tenaga kerja yang di berangkatkan keluar Arab Saudi, pada tahun 2001 pekerja yang berangkat ke Arab Saudi berjumlah 103.235 dan pada tahun berikutnya 2002 meningkat lebih dari 100 persen yaitu 213.603. Meskipun pada tahun 2003 jumlahnya menurun 169.038 dan meningkat kembali pada tahun 2004 sebanyak 196.342 dan menurun pada tahun 2005 sebanyak 150.235 jiwa kemudian meningkat lebih dari 100 persen kembali pada tahun 2006 yaitu sebanyak 307.427 jiwa.

Data-data ini menunjukkan kepada kita bahwa antusias masyarakat Indonesia masih sangat tinggi untuk bekerja keluar negeri yang secara tidak langsung menunjukkan ketidak siapan pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan di negeri sendiri. Mayoritas masyarakat Indonesia yang pergi untuk bekerja disana adalah perempuan dan ironisnya mayoritas para perempuan tersebut bekerja di sektor informal. Orang Indonesia yang bekerja di sektor formal pun jumlahnya sangat berbanding jauh dengan mereka yang bekerja di sektor informal.

Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan data jumlah masyarakat Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin :

Tahun 2007 – Juni 2012 Tahun LK PR 2007 22.056 235.232 2008 33.307 201.337 2009 24.909 251.724 2010 25.263 203.625 2011 27.002 203.625 2012 7.757 3,939 Jumlah 161.174 1.256.174 Total 2.855.856

Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di kutip dari

Dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 2007-2012 perempuan masih mendominasi sebagai tenaga kerja dari Indonesia yang paling banyak dikirimkan ke Arab Saudi jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki dengan perbandingan yang cukup jauh tetapi kita dapat melihat jumlah penurunan yang cukup drastis pada tahun 2011 ke 2012 yang menurun yang diakibatkan pemerintah Indonesia memberlakukan moratorium tenaga kerja informal ke Arab Saudi. Tabel berikut juga menyajikan data mengenai distribusi TKI di luar negeri yang bekerja dalam sektor formal maupun informal.

Tabel 3 : Distribusi Tenaga Kerja Indonesia Sektor Informal dan Formal di Arab Saudi Tahun 2007- Juni 2012

Tahun Formal Informal 2007 5.342 251.875 2008 23.021 211.623 2009 3957 272.676 2010 13,377 215.513 2011 31.714 105.929 2012 6.409 5.405 Jumlah 85.496 1.514.424 Total 3.028.848

Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di kutip dari

Dari beberapa data yang disajikan pada tabel diatas kita dapat melihat mulai dari distribusi tenaga kerja yang dikirim keluar negeri 60 persennya ialah perempuan dan lebih banyak bekerja di sektor informal. Hal ini terjadi adalah dikarenakan kurangnya keseriusan pemerintah dalam membangun sumber daya yang mapan di dalam negeri sehingga Indonesia seharusya tidak harus mengirimkan tenga kerja dengan upah rendah demi perbaikan ekonomi dalam negeri.

BAB III

ANALISA KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMPERBAIKI KUALITAS TENAGA KERJA INDONESIA PADA PEMERINTAHAN

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Globalisasi membawa kompleksitas tantangan pada perubahan teknologi, kualitas profesionalisme, public service, standarisasi produk/jasa dan kompetensi SDM, perdagangan bebas, persaingan ketat, konstelasi politik dan sosial. Dengan demikian dalam rangka mengakomodir kebutuhan dunia global khususnya dalam hal peningkatan kualitas SDM dapat diwujudkan dengan sistem pendidikan dan pelatihan Indonesia yang efektif dengan sistem standarisasi dan sertifikasi tenaga kerja nasional.

Salah satu kebijakan yang dikembangkan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran yang semakin bertambah ialah dengan mendorong pengiriman dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri, dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan tenaga kerja, harkat, martabat, dan nama baik bangsa Indonesia, serta mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja. Indonesia kemudian menjadi salah satu negara terbesar yang mengirim warga

negaranya untuk bekerja di luar negeri baik atas dasar permintaan negara yang bersangkutan maupun atas inisiatif aktif pelaksana penempatan TKI yang mencari lapangan di luar negeri. Negara tujuan pegiriman TKI ke luar negeri antara lain negara-negara Timur Tengah, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong dan negara lainnya.43

Pada era globalisasi sekarang ini dan di masa-masa yang akan datang, kompetisi yang terjadi dalam kehidupan manusia bersifat global dengan diikuti perubahan-perubahan kondisi ekonomi, sosial dan politik yang menyebabkan banyak negara melakukan persiapan untuk menghadapi persaingan bebas.

Membahas mengenai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) adanya banyak hal yang perlu diperhatikan terutama oleh pemerintah Indonesia.

Pengembangan sumber daya manusia menjadi begitu penting karena objek utama dalam permasalahan TKI adalah manusia, penempatan dan perlindungan juga merupakan bagian yang sangat penting juga dalam penanganan TKI tetapi jika penempatan tidak di ikuti oleh sumber daya yang baik akan menjadi sia-sia. Perlindungan pemerintah juga sangat penting di saat TKI sedang melaksanakan pekejaan di luar negeri tetapi seperti yang kita ketahui kasus kekerasan yang menimpa TKI terutama mereka yang bekerja sebagai petugas laksana rumah tangga sering sekali di mulai oleh ketidaktahuan TKI mengenai budaya dan bahasa di negara tempat dia bekerja.

43

Adharinalti,Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar Negeri, Jurnal Rechtsvinding Media Pembinaan Hukum Nasional Jurnal Vol 1 No 1 Januari-April 2012 hal 158.

Kekayaan alam bukan lagi menjadi sebuah jaminan kesejahteraan sebuah bangsa karena kekayaan alam memiliki keterbatasan dalam jumlah. Sumber daya manusia menjadi kunci dalam persaingan global saat ini, kekayaan alam yang melimpah tanpa sumber daya manusia yang baik untuk mengelolanya akan menjadi suatu hal yang sia-sia. Sumber daya manusia menjadi kunci kesejahteraan sebuah bangsa pada saat ini, hal itu pun di sadari oleh pemerintah Indonesia sehingga pemerintah menciptakan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya manusia dan dalam penelitian ini di fokuskan kepada peningkatan kualitas TKI. TKI selalu menjadi sorotan publik karena permasalahannnya yang selalu timbul dari setiap era kepemimpinan pemerintahan Indonesia dan dalam penelitian ini khusus membahas era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

3.1 Kebijakan Indonesia Dalam Memperbaiki Kualitas Tenaga Kerja

Dokumen terkait