• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

III.10 Deskripsi Daerah Penelitian

III.10.1 Sejarah YPAC Medan

Sejarah YPAC Medan secara Nasional

Almarhum Prof.Dr.Soeharso adalah seorang ahli bedah tulang (Orthoped) yang pertama kali merintis upaya rehabilitasi penyandang cacat (Penca). Beliau mendirikan pusat rehabilitasi-rehabilitasi Centrum, yang disingkat dengan R.C. bagi korban revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia di Solo pada tahun 1952. Pada saat itu beberapa daerah terserang wabah poliomyelitis, maka anak-anak tersebut tidak mendapat perhatian karena memang fasilitas tidak ada. Namun hal ini tidak dapat dibiarkan.

Setelah Almarhum Prof.Dr.Soeharso dalam tahun 1952 menghadiri ”International Conference on Social Work”di Madras, maka atas prakarsa beliau, dalam tahun1953 didirikan Yayasan Pemeliharaan Anak Tjatjat (Y.P.A.T) di Solo dengan Akte Notaris tanggal 17 Februari 1953. Rehabilitasi Centrum sangat besar bantuannya dengan memberikan ruangan khusus untuk merintis pelayanan kepada

prinsip-prinsip pekerjaan Yayasan yang dalam garis besarnya sama dengan apa yang dikerjakan di Rehabilitasi Centrum.

Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pengurus Y.P.A.T berhasil mendapatkan bantuan sebuah gedung dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial. Tepat pada tanggal 5 Februari 1954 dilaksanakan peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 Gedung Y.P.A.T yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No.316 Medan dibuka.

Selanjutnya beliau berkeliling ke berbagai kota untuk menghimbau perorangan maupun organisasi wanita agar mendirikan Yayasan semacam Y.P.A.T guna memberikan pelayanan rehabilitasi pada anak cacat fisik (tuna daksa). Imbauan beliau mendapat tanggapan dari masyarakat. Y.P.A.T didirikan di beberapa tempat yang merupakan perwakilan Y.P.A.T yang di Solo.

Perwakilan tersebut didirikan di Jakarta, Semarang dan Surabaya pada tahun 1954, sedangkan Pangkal Pinang pada tahun 1955, Malang dan Ternate pada tahun 1956. Selanjutnya Jember didirikan pada tahun 1959, Bandung dan Palembang pada tahun 1960; Medan pada tahun 1964, Manado pada tahun 1970; Ujung Pandang pada tahun 1973; Banda Aceh pada tahun 1978; Bali pada tahun 1981 dan Sumatera Barat pda tahun 1990.

Perintis upaya Rehabilitasi Penca Almarhum Prf.Dr.Soeharso menerima pengakuan / penghargaan dari Luar Negeri berupa ”Albert Laskar Rehabilitation Award.” Beliau meninggal dunia pada tanggal 27 Februari 1971 karena serangan jantung. Dunia Rehabilitasi Penca Indonesia kehilangan seorang Bapak yang sejak

tahun 1945 sampai tahun 1971 mengabdikan hidupnya pada masyarakat pada umumnya dan para penca khususnya.

Seiring dengan berjalannya waktu YPAC dituntut pola pikir dari sosiokarikatif menjadi sosio transformatif menuju YPAC yang profesional. Untuk mencapai hal tersebut diatas kepada seluruh SDM YPAC dilakukan pelatihan-pelatihan tentang Kepemimpinan Pengetahuan Manajemen, Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan Data, Tata Laksana Organisasi dan Tata Laksana Administrasi secara terstruktur dan berkesinambungan. Dengan terbitnya Undang-undang Yayasan No.16 Tahun 2001 YPAC telah menyesuaikan diri.

Seiring dengan perkembangan zaman maka isu-isu tentang kecacatan juga berubah. Masyarakat kecacatan semakin menyadari bahwa semua manusia mempunyai hak yang sama. Bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan umum dan kebutuhan khusus. Label cacat sebaiknya dihilangkan. Lebih sesuai kalau disebut ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS.

Sebagai aset bangsa dan generasi penerus mereka mempunyai hak yang sama untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang seperti anak-anak yang lan sesuai potensi yang dimilikinya. CACAT ATAU TIDAK CACAT, ANAK ADALAH ANAK. Diagnosa kecacatannya hanya diperlukan untuk mendapatkan pelayanan paling baik bagi anak, selanjutnya mereka adalah tetap anak-anak.

Kesamaan hak bagi anak dengan kebutuhan khusus dapat direalisasikan antara lain melalui pendidikan terpadu dimana anak (cacat atau tidak cacat) duduk bersama dan belajar bersama dalam satu wadah. Semakin dini anak bersosialisasi,

Sejarah YPAC Medan secara Umum

Sebagai cikal bakal perkembangan YPAC Cabang Medan pada saat itu dibuka pelayanan fisioterapi kepada Anak Cacat di kawasan Medan dan pada tahun 1971, diterima bantuan sebidang tanah seluas 4.574 m2 dengan luas bangunan 3.432 m2 di Jalan Adinegoro No.2 Medan dari walikota Medan Drs.Syurkani.

YPAC Cabang Medan dikukuhkan pendiriannya pada tanggal 5 Februari 1972 melalui Surat Keputusan Pengurus Pusat Yayasan No.19/SK/PH/YPAC/85.

Sesuai dengan UU No.16 tahun 2003 tentang yayasan maka YPAC Cabang Medan berubah status menjadi YPAC Medan berdasarkan Akta Notaris Henry Tjong, SH No.31 Tanggal 18 February 2004.

Di YPAC Medan layanan rehabilitasi diberikan bagi anak-anak cacat. Anak-anak cacat yang berada di YPAC Medan terdiri dari Tuna Daksa (kelainan anggota tubuh/gerakan) dan Tuna Grahita (keterbelakangan kemampuan intelektual)

a. Tuna Daksa

Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi syaraf otak, mereka disebut Cerebral Palsy

Ciri-ciri anak tuna daksa dapat dilukiskan sebagai berikut: 1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.

2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali). 3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil

dari biasa.

4. Terdapat cacat pada alat gerak.

5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.

6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.

7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.

b. Tuna Grahita

Tuna grahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.

Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada dibawah rata-rata normal. Bersamaan dengan itu pula, tuna grahita mengalami kekurangan dalam tingkah laku dan penyesuaian. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Dengan demikian, seorang dikatakan tuna grahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu:

3. Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.

Untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, secara umum biasanya diukur melalui tes Intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ (Intelligence

Quotient), yang dapat dibagi menjadi:

a. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70-55 b. Tuna grahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40 c. Tuna grahita berat biasanya memiliki IQ 40-25 d. Tuna grahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Adapun ciri-ciri fisik dan penampilan anak tuna grahita:

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar. 2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia.

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat.

4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong).

5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali). 6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan didirikan pada tahun 1964 oleh:

• Prof.Dr.H.R.Soeroso (FK-USU)

• Dr.B.Sitepu Pandebesi (DKK-Medan)

• Kol.Dr.Ibrahim Irsan (KESDAM)

• Dr.R.Soetjipto Gondo Amidjojo (IKES-SU)

Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan adalah sebuah Yayasan Nir-Laba yang membina anak-anak berkemampuan dan berkebutuhan khusus di kawasan Medan dan sekitarnya.

Dokumen terkait