• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia

Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia terus berkembang (Karim,2007:25). Perkembangan ini terutama terlihat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun izin pendirian Unit Usaha Syariah (UUS) untuk bank-bank konvensional.

Perbedaan operasi antara Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) hampir tidak ada, kecuali dalam hal kebebasan kebijakan manajemen. BUS merupakan badan usaha sendiri yang memiliki independensi kebijakan sehingga memiliki otonomi dalam memilih strategi bisnis dan pengembangannya. Sementara itu, UUS merupakan bagian dari bank konvensional induknya sehingga kurang memiliki kebebasan dalam menentukan kebijakan manajemen (Ascarya,2011:204).

Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah, maka pada tahun 2009, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 31 unit, yaitu 6 Bank Umum Syariah dan 25 Unit

74 Usaha Syariah. Sementara jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)mencapai 138 unit hingga akhir tahun 2009. Sedangkan pada akhir periode tahun 2014 tercatat jumlah Bank Umum Syariah mencapai perkembangan yang cukup pesat yakni bertambah sebanyak 6 unit menjadi berjumlah 12 Bank Umum Syariah. Dan sebaliknya jumlah Unit Usaha Syariah pada akhir tahun 2014 tercatat berkurang 3 UUS, dari jumlah 25 Unit Usaha Syariah pada tahun 2009 menjadi 22 UUS pada akhir periode 2014. Selama periode tahun 2009 sampai 2014 jumlah kantor BUS dan UUS bertambah sebanyak 1.473 kantor. Perkembangan jumlah unit Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode tahun 2009-2014 dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini :

Gambar 4.1

Jumlah BUS dan UUS di Indonesia periode tahun 2009 - 2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Perkembangan perbankan syariah saat ini tentunya juga harus didukung sumber dayainsani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun, realitas yang ada menunjukan bahwa masih

6 11 11 11 11 12 25 23 24 23 23 22 0 5 10 15 20 25 30 2009 2010 2011 2012 2013 2014 u n it Tahun Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) Jumlah Unit Usaha Syariah (UUS)

75 banyak sumber daya insani yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktivitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri(Karim,2007:27).

2. Perkembangan Profitabilitas BUS dan UUS di Indonesia

Profitabilitas bank merupakan suatu kemampuan dalam menghasilkan laba. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atasstandar yang ditetapkan.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kasmir 2012:327). Return on Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Perkembangan rasio profitabilitas (ROA) bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia pada periode Januari 2009-Desember 2014 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :

76 Gambar 4.2

Perkembangan ROA BUS dan UUS di Indonesia periode Januari 2009-Desember 2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai ROA mencapai titik tertinggi sebesar 2,52% pada Januari 2013 dan mengalami penurunan yang cukup baik dengan titik terendah sebesar 0,08% pada Januari 2014. Perkembangan ROA Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) menunjukan pertumbuhan yang cenderung menurun pada periode tahun 2014 dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya. Itu menunjukkan bahwa aset BUS dan UUSsemakin menurun. Sebagai salah satu rasio pengukur efektivitas perusahaan, peningkatan pada nilai ROA menunjukan kinerjaperusahaan yang semakin baik, karena return yang didapat semakin besar dan juga sebaliknya apabila nilai ROA semakin kecil, menunjukan bahwa tingkat

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 p er sen tas e periode ROA ROA

77 kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang diukur dari nilai asetnya terbilang rendah.

3. Perkembangan BOPO BUS dan UUS di Indonesia

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), merupakan rasio yang sering disebut dengan rasio efisiensi, digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin rendah BOPO maka bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat menghasilkan pendapatan yang paling tinggi.Berikut adalah perkembangan BOPO Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2009 sampai Desember 2014 :

Gambar 4.3

Perkembangan BOPO BUS dan UUS di Indonesia periode Januari 2009-Desember 2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 periode

BOPO

BOPO

78 Berdasarkan gambar 4.3dapat disimpulkan bahwa nilai BOPO mengalami perkembangan yang relatif stabil, dimana mencapai titik tertinggi sebesar 86,22% pada Januari 2012 dan berada pada titik terendah sebesar 70,43% pada Januari 2013. Karena nilai BOPO mencerminkan efisiensi produksi, maka semakin rendah nilai BOPO menunjukan bahwa bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya. Apabila BOPO rendah maka pendapatan bank akansemakin meningkat.

4. Perkembangan NPF BUS dan UUS di Indonesia

NonPerforming Financing (NPF)merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan macet dengan keseluruhan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah, dan dinyatakan dalam persentase. Nilai NPF yang tinggi menunjukkan bahwa bank syariah mengalami kerugian akibat tingkat pengembalian kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet, dan sebaliknya jika nilai NPF rendah maka hal ini menunjukkan bahwa bank syariah mengalami keuntungan oleh karena tingkat pengembalian kredit yang lancar Berikut adalah data perkembangan NPF pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2009 sampai Desember 2014 :

79 Gambar 4.4

Perkembangan NPF BUS dan UUS di Indonesia periode Januari 2009-Desember 2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa NPFmencapai titik tertinggi sebesar 4,39% pada Januari 2009, lalu terus mengalami perkembangan yang fluktuatif hingga Desember 2012, NPF mengalami penurunan yang cukup baik dengan titik terendah sebesar 2,22% pada Desember 2012, lalu cenderung meningkat hingga Desember 2014 mencapai nilai sebesar 4,33%. Tingginya nilai NPF mencerminkan bahwa kualitas pembiayaan bank syariah masih rendah serta kekhawatiran resiko pembiayaan macet semakin meningkat. Untuk periode selanjutnya diharapkan bank syariah lebih berhati-hati dalam menyeleksi calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 p er sen tase periode

NPF

NPF

80 5. Perkembangan DPK BUS dan UUS di Indonesia

Dana Pihak Ketiga adalah simpanan nasabah, baik nasabah perorangan, lembaga atau instansi, dalam bentuk tabungan, giro dan deposito dalam rupiah dan valuta asing yang dihimpun pada saat tertentu dalam milyar rupiah. Prinsip operasional syariah yang ditetapkan dalam penghimpunan dana pihak ketiga dari masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Dana pihak ketiga pada perbankan syariah dikelola berdasarkan prinsip bagi hasil. Data perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2009-Desember 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.5

Perkembangan DPK BUS dan UUS di Indonesia periode Januari 2009-Desember 2014

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Berdasarkan gambar 4.5 diketahui bahwa perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia

Rp50,000 Rp100,000 Rp150,000 Rp200,000 Rp250,000 m ily ar periode

DPK (dalam milyar rupiah)

81 periode Januari 2009sampai Desember 2014 relatif menunjukkan peningkatan. Jumlah DPK pada Desember 2010 tercatat sebesar Rp.76,036 milyar yang mana jumlah tersebut meningkat dari periode sebelumnya yaitu pada Juni 2010 yang sebesar Rp.58,079 milyar. Kemudian pola grafik DPK terus menunjukkan perkembangan yang cenderung meningkat terutama pada akhir periode tahun 2014, dari data yang diperoleh, jumlah Dana Pihak Ketiga pada Desember 2014 sebesar Rp.217.858 milyar rupiah, jumlah tersebut merupakan tertinggi dibandingkan pada periode-periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah untuk menyimpan dan mengelola dana masyarakat semakin meningkat dari tahun ketahun.

6. Profil Singkat Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

a. Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh

82 tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut

83 diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai

Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

(http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat) b. BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service

84

excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.

Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.

Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank

85 BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.

(http://brisyariah.co.id/?q=sejarah) c. Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank

86 Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya

merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip

87 syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

(http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-perusahaan/)

d. Unit Usaha Syariah Bank Danamon Indonesia Tbk.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk. didirikan pada 1956. Nama

88 digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra.

Pada 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi

perbankan yang dikenal dengan “Paket Oktober 1988” atau PAKTO

88. Tujuan utama PAKTO 88 adalah untuk membangun kompetisi dalam sektor perbankan dengan memberikan kemudahan persyaratan, termasuk liberalisasi peraturan tentang pendirian bank swasta domestik baru dan bank joint-venture. Sebagai hasil dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia, dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Danamon telah bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka di Indonesia” yang keberadaanya diperhitungkan.

Danamon bertujuan mencapai posisi ini dengan menjadi organisasi yang berpusat pada nasabah; yang melayani semua segmen, dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen; berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dengan didukung oleh teknologi kelas dunia. Sejalan dengan upaya ini, Danamon beraspirasi menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan dihormati oleh semua pihak pemangku kepentingan, sementara memegang teguh kelima nilai perusahaan yaitu: peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, dan profesionalisme yang disiplin.

89 Tumpuan Danamon untuk memenuhi semua kebutuhan nasabahnya tercermin dari pendekatan bisnis. Fokus perbankan yang universal, diimplementasikan pada tahun 2003 menentukan arah ekspansi bisnis Danamon ke depan. Pada akhir 2004, Danamon telah melengkapi rangkaian segmen usahanya, mulai dari mass market, perbankan komersial dan UKM, perbankan ritel, bisnis kartu kredit, perbankan syariah, perbankan korporasi, tresuri, pasar modal dan lembaga keuangan, serta Adira Finance. Pada 2004 Danamon juga membangun bisnis asuransi dan bisnis keuangan rumah tangga lewat Adira Insurance dan Adira Kredit (dulunya Adira Quantum). Pembelian bisnis kartu American Express di Indonesia pada 2006 memposisikan Danamon sebagai salah satu penerbit kartu terbesar di Indonesia.

Sebagai surviving entity dari peleburan 9 Bank Taken Over (BTO) pada masa krisis keuangan Asia di akhir 1990-an, Danamon telah bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar dan terkuat di Asia. Didukung oleh lebih dari 50 tahun pengalaman, Danamon terus berupaya untuk memenuhi brand promise-nya untuk menjadi bank

yang “bisa mewujudkan setiap keinginan nasabah”.

Danamon adalah salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah pegawai – sekitar 60,618 (termasuk karyawan anak perusahaan) pada Desember 2014 - yang berfokus untuk

90

merealisasikan visinya: “Kita peduli dan membantu jutaan orang

mencapai kesejahteraan.”

Danamon adalah bank ke-enam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan sejumlah sekitar 2.074 pada akhir Juni 2015, terdiri dari antara lain kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta kantor-kantor cabang anak perusahaannya. Danamon juga didukung oleh serangkaian fasilitas perbankan elektronik yang komprehensif.

http://www.danamon.co.id/Home/AboutDanamon/InformasiUmum/C ompanyProfile/tabid/223/language/id-ID/Default.aspx

Dokumen terkait