• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas tentang Agama Konghucu di Indonesia

BAB II. PROBLEMATIKA PENCATATAN PERKAWINAN

C. Problematika Pencatatan Perkawinan Warga Negara

1. Sekilas tentang Agama Konghucu di Indonesia

Berdasarkan wawancara dengan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN), bahwa Agama Konghucu yang dulu disebut Ru Jiao atau agama bagi umat yang lembut hati (yang terbimbing atau terpelajar) adalah bimbingan hidup karunia Tian Tuhan yang Maha Esa yang diturunkan lewat Nabi dan Para Suci purba yang digenapkan,disempurnakan dengan ajaran Nabi Khongzi.53

Ajaran Konghucu berdasarkan ajaran dan bimbingan pada keyakinan dan kepercayaannya kepada Thian,Tuhan Yang Maha Esa,dan FirmanNya yang harus dengan Satya dilaksanakan dalam hidupnya, melaksanakan ajaran Konghucu sebagai tata nilai etika moral tanpa disadari Keyakinan, Kepercayaan dan iman kepada Tian, itu dinamai “melupakan pokok” atau” kehilangan akar” ajaran Nabi Khongzi menggenapkan dan menyempurnakan Ru Jiao atau agama Konghucu didalam membimbing umatnya beriman kepada Tuhan.54

Ru Jiao (Agama Konghucu) masuk ke bumi Nusantara bersama masuknya

perantau Tiongkok yang mengarungi Samudra yang berdagang dan singgah serta menetap di beberapa kepulauan Indonesia maka dari masa kemasa, Ru Jiao tumbuh

53

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

54

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

dan berkembang dan berdiri pula lembaga-lembaga agama Konghucu (Ru Jiao), ini seperti rumah abu untuk menghormati arwah-arwah leluhur dan kelenteng-kelenteng (Miao) yang dapat dilihat di seluruh penjuru tanah air. Seperti kelenteng Thian Ho Kiong di Makassar yang didirikan pada tahun 1688, Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada tahun 1819 , beserta rumah abu (Kong Tik Su) didirikan pada tahun 1839. 55

Pada tahun 1729 di Jakarta telah berdiri Shu Yuan, semacam Sekolah yang memberikan pendidikan tentang Ru Jiao. Nama sekolahnya bernama Ming Chen Shu Yuan yang artinya Taman Kitab. Pada tahun 1886 di Jakarta diterbitkan Kitab Hikayat Konghucu yang disusun oleh Lie Kim Hok (1853-1912). Pada tahun 1900 di Sukabumi diterbitkan Kitab Dan Xue, dan Zhong yang diterjemahkan oleh Tan Ging Ting. Kemudian di Solo pada tahun 1918, umat Ru mendirikan Kong Jiao Hui (Majelis Agama Konghucu), demikian juga di Bandung, Semarang, Ujung Pandang, Malang, dll. Pada tahun 1923 diselenggarakan Kongres di Jogjakarta dan dibentuk Kong Jiao Tjong Hui (Majelis pusat agama Konghucu).56

Pada tahun 1940 di Surabaya juga diselenggarakan konferensi Kong Jiao Hui.pada tahun 1954 di Solo diselenggarakan Konferensi antar Tokoh-tokoh Agama Konghucu selanjutnya pada tanggal 15-16 April 1955 diselenggarakan Konferensi di

55

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

56

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

Solo dalam Konferensi ini terbentuklah lembaga tertinggi Agama Konghucu di Indonesia atau Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN). 57

Menteri Dalam Negeri RI, dalam suratnya tertanggal 24 Febuari 2006 No. 470/336/sj perihal pelayanan Administrasi Kependudukan penganut Agama Konghucu, di dalam surat ini disebutkan antara lain:

a. Masih berlakunya Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965, Khususnya dalam penjelasan agama-agama yang dpeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam,Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Konghucu.

b. Selanjutnya berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 2 ayat (1) yang mengatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masmg-masing agamanya dan kepercayaannya. dalam hal ini Departemen Agama memperlakukan perkawinan para penganut agama Konghucu yang dipimpin oleh pendeta Konghucu adalah sah.

c. Pelayanan admmistrasi kependudukan dapat mencatumkan istilah Agama Konghucu dalam KTP dan dokumen administrasi kependudukan lainnya.58

Proses perkawinan secara agama Konghucu, umat yang bersangkutan wajib di

Ligwan menjadi penganut Konghucu dengan prosesi doa, kemudian kedua mempelai

menyatakan hendak menyelenggarakan pernikahan secara agama Konghucu,

57

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

58

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

selanjutnya rohaniawan Konghucu akan melayani umatnya dengan memimpm upacara sembhayang pernikahan tersebut dihadapan saksi-saksi.59

Kemudian dengan diterbitnya peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 47 dan 48 tentang Mata Pelajaran Agama Konghucu, sehingga ajaran tersebut sudah boleh dilaksanakan oleh guru-guru agama Konghucu disekolah sekolah Nasional maupun Swasta.

Tempat ibadah agama Konghucu terdiri dari Lithang, Kelenteng dan Bio/ Miao bk Tik Tjeng Sin (Sin Beng/Shen Ming/Roh Suci/Malaikat sesuai dengan apa yang dipaparkan dalam kitab Lixi).60

Aliran dalam agama Ru Jiao/Konghucu pada dasarnya terbagi dua yaitu Li Xue (dengan Tokoh utamanya Zhu Xi) dan Sin Xue (dengan tokoh utamanya Wang Yang Ming ). Di Indonesia umat Konghucu terdiri dari dua kelompok besar, yaitu umat yang belajar kitab dan mengikuti tata agama serta umat tradisional yang mendapat pengajaran berdasarkan tradisi turun temurun dalam bentuk cerita dan persembhayang. Secara prodik umat Konghucu melakukan ibadah pada tanggal 1 dan 15 Imlek atau juga bisa di malam hari sebelum tanggal 1 dan 15 Imlek di tempat ibadah, biasanya dilakukan dengan bersembahyang kepada Ti Kong/Tian dengan menghadap ke langit lalu dilanjutkan dengan sembhayang kepada Shen Ming/Sin Beng/Konco (Leluhur). Ibah di rumah didahulu dengan sembhayang kepada Ti Kong

59

Wawancara dengan Bapak Drs. Rasmadi, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

60

Wawancara dengan Bapak Rudi, SE., Sekretaris Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Medan, tanggal 22 Nopember 2009, di Medan.

Tian Kung/Tian lalu dilanjutkan dengan sembhayang kepada leluhur (konco) di meja abu/hio lo, di beberapa daerah juga dilakukan kebaktian pada hari Minggu. 61

2. Problematika Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang beragama