• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. SEKOLAH MODELING

Sekolah merupakan bangku pendidikan, yang terdiri dari pendidikan formal dan tidak formal. Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai suatu kedewasaan Winkel (2004). Sekolah Modeling merupakan salah satu bentuk media pembelajaran, dimana ada pendamping yang memberikan hal-hal positif sehingga mampu menunjang anak didiknya.

Menurut Moh. Amien (Agustiani, 2006), proses dan hasil pendidikan di sekolah harus bersifat humanistik yang bercirikan sebagai berikut :

1. Menghasilkan lulusan yang percaya diri dan bersikap positif terhadap masa depannya dan atau memiliki konsep diri yang positif.

2. Menghayati serta mengamalkan nilai hidup yang luhur serta mendamaikan diri serta lingkungan sosialnya.

3. Mampu mengembangkan semua potensi siswa secara berimbang, terpadu dan optimal.

Secara garis besar, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik atau tenaga pelatih bermaksud dan berusaha untuk mempengaruhi anak didik ke arah perkembangan yang lebih baik, sesuai dengan tujuan dari pendidikan tersebut. Pendidik dalam Sekolah Modeling lebih dikenal dengan istilah ‘instruktur’. Instruktur bertugas untuk memberikan materi dan pelatihan kepada anak didiknya.

Menurut Sanggarwaty (2003), dunia model merupakan usaha menjual jasa, dimana model merupakan mediator antara desainer/produsen dengan konsumen. Model dibutuhkan sebagai pelaku yang mampu mengkomunikasikan busana/produk kepada konsumennya. Tugas model tidak hanya menyampaikan image produk yang diperagakan, namun juga menciptakan sikap, ekspresi, dan gaya tertentu dalam memperagakan produk. Sebagai pencipta image, dibutuhkan penampilan yang sempurna, baik secara fisik maupun non fisik.

Syarat fisik yang dituntut dari seorang model antara lain: 1. Kulit bersih dan sehat, terutama kulit wajah

2. Postur tubuh seimbang dan proporsional

3. Khusus model catwalk, tinggi badan minimal 170 cm, berat badan antara 50-55 kg, dan ukuran sepatu 38-41.

4. Rambut sehat, kuat, tidak patah-patah, dan tidak bercabang 5. Kuku bersih dan terawat dengan baik

6. Sederetan gigi yang putih, sehat dan bersih

Persyaratan lain selain fisik adalah kecerdasan dalam mengikuti pola koreografi, wawasan yang luas, kepribadian/karakter yang kuat, kekayaan karakter/gaya, perilaku yang baik dan motivasi yang kuat. Begitu banyaknya persyaratan untuk bisa menjadi model professional, namun sebagian besar Sekolah Modeling yang berada di Yogyakarta memberikan kemudahan bagi siapa saja ingin masuk dalam Sekolah Modeling, dengan tidak memberikan kriteria khusus, baik fisik maupun non fisik. Semua orang yang ingin mendapatkan pendidikan modeling bisa langsung bergabung dalam Sekolah Modeling.

Sekolah Modeling terbagi dalam dua kelompok, yaitu anak-anak dan remaja. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan, selama ±6 bulan, terbagi dalam dua tingkat, yaitu ±3 bulan tingkat dasar dan ±3 bulan untuk tingkat terampil. Setiap tingkat diadakan ujian teori maupun praktek, kemudian seperti halnya proses pendidikan yang lain, Sekolah Modeling juga mengadakan wisuda bagi para siswanya yang telah menempuh pendidikan tingkat akhir (terampil).

Sekolah Modeling adalah salah satu pendidikan non formal yang khusus mendidik seorang individu menjadi model. Tujuan dari Sekolah Modeling yaitu, berusaha membentuk anak didik sebagai model yang memiliki 3 B yaitu, Beauty, Brain and Behavior, yaitu:

1. Beauty

Seseorang dikatakan cantik apabila memiliki kecantikan batiniah sekaligus kecantikan fisik (penampilan fisik). Ciri-ciri beauty yaitu mengutamakan kesegaran, keserasian.

2. Brain

Memiliki wawasan yang luas. 3. Behavior

Berpikir dan berperilaku positif.

Seorang model tidak cukup dengan berbekal wajah cantik dan badan yang bagus, namun harus diimbangi dengan pengetahuan, kepercayaan diri dan kemampuan mengekspresikan diri. Latihan yang intensif dan kerja keras sangat diperlukan untuk bisa bersaing dengan sesama model yang lain, Anom (2002).

Sesuai dengan tujuannya, yaitu membentuk anak didik menjadi model yang memiliki 3B, maka Sekolah Modeling membuat kurikulum/materi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Materi yang diberikan antara lain:

1. Etika

Materi ini berupa pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya kepribadian dan etika. Menurut Dale Cernegie (Anom, 2002), 15% keberhasilan seseorang di dalam bisnis ditentukan oleh

pengetahuannya di bidang teknik, dan 85% ditentukan oleh ketrampilan dalam pergaulan.

Kepribadian dan etika merupakan bagian dari ketrampilan dalam bergaul, dan hal tersebut bisa dilaksanakan dengan cara saling menghormati, sehingga menumbuhkan respek dari orang lain serta mendorong terciptanya kerjasama dan hubungan yang harmonis.

Etika yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang merupakan pedoman hidup yang benar dari sudut budaya, susila dan agama. Etiket yaitu tatakrama atau sopan santun, dengan demikian etiket merupakan sebagian dari etika.

Hal-hal yang diberikan dalam etiket antara lain cara-cara berperilaku seperti:

a. Menghadap

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengetuk pintu terlebih dahulu dan jangan masuk sebelum dipersilahkan, kemudian duduk dengan catatan jika sudah dipersilakan. Duduk dengan sikap duduk yang benar serta tidak meletakkan tangan atau barang milik pribadi di meja. Hal terakhir yang dilakukan setelah selesai yaitu menutup pintu kembali seperti keadaan semula.

b. Duduk dan berdiri

Saat sedang duduk dan bila didatangi seseorang yang memiliki jabatan/kedudukan yang lebih tinggi, sebaiknya berdiri atau mempersilakan duduk. Tidak berkacak pinggang jika sedang berdiri, juga

jangan memasukkan tangan ke dalam saku, bersilang tangan atau bersandar ke dinding.

c. Berjalan

Saat berjalan sebaiknya tidak menyeret sepatu dan jika berjalan di jalan raya harus berada di posisi yang melindungi (kecuali wanita dengan atasan pria).

d. Berbicara

Mata memandang kearah wajah secara keseluruhan, bukan mata atau arah lain. Tidak mengenakan topi, kecuali topi sebagai asesoris, tidak diperkenankan juga berbicara dengan memakai kaca mata hitam, serta tidak mengunyah makanan/merokok secara sepihak.

e. Busana dan sepatu

Busana dan sepatu yang dikenakan hendaknya disesuaikan dengan waktu/tempat/keperluan, dan sangat tidak disarankan untuk memakai baju hitam-hitam saat siang hari.

f. Naik turun kendaraan

Pria membukakan pintu bagi wanita, bagi orang yang dihormati, demikian juga jika turun. Tempat duduk paling depan ditempati oleh seorang yang paling muda/paling rendah kedudukannya, jika yang mengemudikan sopir namun apabila yang mengemudikan rekan/teman, maka hendaknya menempati posisi duduk paling depan (di samping pengemudi).

g. Tegur sapa

Seseorang dengan posisi sebagai bawahan, hendaknya tidak melambaikan tangan pada atasan, sekalipun atasan melambaikan tangan, cukup berik anggukan dan selalu mengucapkan salam apabila bertemu atau berpisah.

h. Makan bersama

Menghindari berdecak atau bunyi lainnya saat sedang makan. i. Makan di restoran

Pria lebih aktif dalam kesempatan ini, baik untuk memanggil pelayan, memesan/menulis pesanan dan membayar.

j. Bermalam

Saat bermalam di kediaman orang lain maka sebaiknya memberi kabar terlebih dahulu dan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi setempat. Hal-hal yang tidak diperkenankan antara lain, bermalam terlalu lama, mencela kebiasaan tuan rumah, menyuruh pembantu, membawa kunci kamar, meminjam tetepon, memakai barang tanpa izin dan terlambat pulang tanpa pemberitahuan.

k. Bertamu

Memberi tahu sebelumnya atau membuat janji terlebih dahulu dan bertamu tidak pada jam-jam sibuk/istirahat. Berpakaian sopan dan makan-minum sesuai adat (barat/timur).

l. Sebagai tuan rumah

Sebagai tuan rumah yang menyambut tamu, tidak diperkenankan menemui tamu dengan pakaian tidur. Tidak melihat jam saat pembicaraan dan mengantar tamu sampai pintu/gerbang.

Etiket memiliki konsep dasar/inti yaitu “Always want to please somebody”, artinya ialah keinginan atau upaya untuk tidak merugikan, bahkan untuk menyenangkan pihak lain dengan bentuk sikap seperti sopan, ramah, memberikan perhatian, toleran, siap membantu, mengendalikan emosi dan menjaga perasaan orang lain. Berdasarkan pengertian di atas dan juga hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam sopan-santun, maka tampak jelas bahwa etiket memiliki manfaat yang cukup besar, antara lain:

a. Menambah rasa percaya diri, karena dengan adanya pengetahuan tentang tata cara sopan santun/etiket mampu mengurangi rasa canggung dalam melakukan suatu hal.

b. Menimbulkan respek dari pihak lain. Seseorang akan dihormati dan dikagumi ketika ia bisa membawakan diri dimana ia berada secara sopan. c. Memelihara suasana yang baik

d. Memperlancar komunikasi e. Mengendalikan emosi f. Kemudahan peluang kerja

Sopan santun merupakan nilai yang diberikan dalam pelajaran ini, berpengaruh pada aspek moral konsep diri. Respek dari pihak lain akan

menumbuhkan hubungan yang baik dan harmonis, dengan demikian aspek sosial konsep diri menjadi positif.

2. Basic Modelling

Materi ini merupakan hal yang paling intensif diberikan bagi para model. Materinya berisi teknik berjalan seimbang dengan menggunakan sepatu hak tinggi (catwalk), dan bagaimana membawakan diri dengan ekspresi/karakter yang berbeda sesuai dengan busana yang dikenakan, beserta pose-posenya. Model akan membawakan dirinya seperti ratu saat ia mengenakan/memperagakan baju pesta yang mewah. Ekspresi/karakter diri yang anggun seperti ratu, bisa muncul apabila model berfikir bahwa ia adalah seorang ratu.

Model akan membawakan karakter yang berbeda untuk busana yang berbeda, ia juga akan berfikir dan memahami dirinya secara berbeda. Kebiasaan untuk merubah karakter (menampilkan diri yang palsu), akan memberikan pengaruh pada aspek psikis konsep diri, selain itu pose dan bentuk koreografi membutuhkan kecerdasan model dalam mengingat setiap gerakan dan posisi yang telah ditentukan. Hal ini akan berpengaruh juga pada aspek psikis, yaitu sejauh mana seseorang merasa dirinya cukup cerdas dan cukup mengerti materi. Pelatihan ini mengkondisikan seseorang untuk membentuk sikap tubuh maupun cara berjalan seseorang menjadi lebih baik, sehingga akan berpengaruh pada aspek fisik.

3. Seni Peran

Teknik-teknik dasar yang diberikan pada kelas seni peran, yaitu olah rasa dan olah vokal. Olah rasa merupakan pelatihan untuk mengeksplorasi perasaan, dimana setiap model akan berikan kesempatan untuk mencoba beberapa peran dengan ekspresi emosi yang berbeda, seperti marah, sedih, gembira dan kecewa. Olah vokal adalah teknik untuk mengatur suara dan mempertegas artikulasi supaya jelas dalam pengucapan.

Pengetahuan ini diberikan untuk memperkaya ekspresi seorang model diatas panggung saat berpose sekaligus membuat image untuk gaun yang dikenakan. Digunakan juga sebagai dasar/modal apabila ada tawaran untuk casting sinetron dan iklan, disamping itu, juga bisa menjadi wadah katarsis yang memberikan kelegaan secara emosional sehingga berdampak positif terhadap aspek psikis.

4. Publick Speaking

Ketrampilan ekspresi tidak lepas dari ketrampilan mental. Seseorang bisa mengekspresikan diri ketika ia memiliki mental yang kuat, yaitu bukan seorang yang pemalu. Seseorang harus terbiasa tampil di depan umum, namun tidak semua orang memiliki kemampuan tersebut, oleh karena itu diberikan pelatihan public speaking untuk membentuk kepercayaan diri tampil di depan umum. Kelas public speaking mengajarkan bagaimana sikap tubuh yang benar dan tata cara berbicara di depan umum.

5. Table manner

Materi yang diberikan pada pelajaran ini adalah memperkenalkan perlengkapan makan resmi dan juga mempelajari bagaimana cara penggunaannya secara benar. Hal ini diberikan, supaya model bisa menempatkan diri saat berada di lingkungan yang resmi, sehingga tahu akan nilai-nilai kesopanan, yang merupakan aspek moral. Kemampuan menempatkan diri sesuai nilai-nilai yang berlaku akan menumbuhkan rasa hormat dan dikagumi pihak lain, sehingga akan berpengaruh pada aspek sosial.

6. Make up

Model sebagai penyampai image dituntut untuk tampil sesempurna mungkin agar menimbulkan daya tarik tersendiri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesempurnaan itu adalah dengan tata rias. Tata rias mampu mengkoreksi kekurangan-kekurangan yang ada pada wajah, supaya terlihat lebih sempurna. Kesempurnaan secara fisik akan memberikan pengaruh pada aspek fisik pada konsep diri.

Sebagai seorang model, ada tuntutan untuk selalu tampil fresh dalam setiap kesempatan, oleh karena itu dalam keseharian sangat disarankan untuk tetap memakai make-up tipis dengan warna-warna natural. Materi ini diberikan supaya model mampu merias wajahnya sendiri, mulai dari membersihkan wajah, pemakaian pelembab, alas bedak, conccealer (penutup noda) dan bedak. Kemudian tata cara merapihkan alis dengan atau tanpa

pensil alis, eye liner, penjepit bulu mata, maskara, pemulas pipi, pemulas bibir dan tidak lupa diajarkan pula teknik memasang bulu mata.

Pembahasan di atas cukup memberikan gambaran tentang hal-hal apa saja yang dipelajari dalam Sekolah Modeling, tidak hanya sekedar belajar berlenggak-lenggok di atas panggung namun juga belajar pengetahuan lain untuk pengembangan diri, sehingga diharapkan membentuk konsep diri yang positif.

D. PERBEDAAN KONSEP DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI DAN YANG

Dokumen terkait