• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 7

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Evaluasi Parameter Desain Piring Pengolah Tanah Diputar untuk Pengepras Tebu Lahan Kering adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2007

L i s y a n t o

shaving operation on upland sugar cane cultivation. Advisored by EDUARD NAMAKEN SEMBIRING, I NENGAH SUASTAWA, RADITE PRAEKO AGUS SETIAWAN, and H.M.H. BINTORO DJOEFRIE.

Cutting of sugar cane stubble is one of the important activities in sugar cane ratoon production system. Manual cutting applied until now requires a lot of labour and the result is not always uniform. The existing stubble shaver using impact type of cutting does not produce a good result such as broken sugar cane stubble. Impact cutting mechanism causes the knife edge dull easily, thus requires higher cutting force. Broken surface of sugar cane stubble surface and higher cutting force in mechanical cutting system can be solved by changing the principle of cutting mechanism from impact cutting to sawing.

The objectives of this study were to analyze the cutting mechanism of sugar cane stubble using rotating disk plow and disk harrow, to determine specific cutting force (σ) for single sugar cane stem of four sugar cane varieties (PA 198, PA 183, PA 022, and Triton), to develop a mathematical model in order to determine the cutting force of sugar cane stubble (more than one stem), and to identify the quality of cutting and quality of sugar cane shoot. Method of analyzing the relative movement of point on edge of disk plow was used to describe a cycloid pattern curve edge of disk movement. Specific cutting force was calculated by means of least squares method describing the relationship between instantaneous area and instantaneous length of cutting and measured total force. The cutting area formed by the moving curved edge on circular cross section of cane stem was calculated using Simpson integration method. Whereas the length of cutting was determined graphically using computer aided design (CAD) software. The mathematical model was then used to predict the cutting force of cane stubble with more than one cane stems spreading out in different positions and diameters.

Motion equation of a point on the edge was used to simulate the movement of the disk with tilt angle and disk angle, radius of the disk, rotating speed, forward speed, and the number of edges as the variables. Sugar cane variety of PA 198 had higher specific cutting force (1.15 N mm-2 or 2.94 N mm-1) compared to the other three varieties. The mathematical model to predict the cutting force of one stem was also suitable for cane stubble. Compared with disk plow, the cutting by scalloped disk (disk harrow) required lower torque and force and produced smoother cutting surface.

Pengepras Tebu Lahan Kering. Dibimbing oleh EDUARD NAMAKEN SEMBIRING, I NENGAH SUASTAWA, RADITE PRAEKO AGUS SETIAWAN, dan H. M.H. BINTORO DJOEFRIE.

Pengeprasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam budidaya tanaman tebu keprasan (ratoon). Pengeprasan manual yang dilakukan hingga saat ini sedang menghadapi masalah kesulitan tenaga kerja dan rendahnya kualitas pengeprasan. Di lain pihak, alat dan mesin kepras jenis rotari (stubble shaver) yang ada memiliki beberapa kelemahan antara lain hasil potongan yang pecah, mata pisaunya cepat tumpul, dan membutuhkan gaya impact yang tinggi untuk pemotongan sehingga alsin tersebut tidak dipergunakan lagi. Pecahnya tunggul tebu dalam pengeprasan mekanis dapat dihindari dengan cara mengubah prinsip desain pemotongan cara tebas (impact cutting) dengan prinsip menggergaji.

Penelitian pendahuluan mengenai karakteristik guludan dan tunggul tebu sisa penebangan telah dilakukan. Beberapa peubah yang diamati dalam studi pendahuluan tersebut adalah bentuk dan dimensi guludan tanaman tebu keprasan, tahanan penetrasi tanah, tahanan geser tanah, dan gaya cabut satu rumpun tunggul tebu sisa pemanenan. Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan efektifitas dari mekanisme pemotongan tunggul tebu menggunakan piring pengolah tanah yang diputar dan beberapa parameter yang relevan juga telah diselesaikan. Secara khusus penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kinematika atau gerakan piring pengolah tanah (bajak piring dan garu piring) yang diputar paksa untuk pengepras tunggul tebu, menentukan gaya pemotongan spesifik satu tunggul tebu (σ) pada empat varietas tebu, mengembangkan model matematika untuk menduga gaya pemotongan rumpun tunggul tebu, dan mengidentifikasi kualitas potongan dan pertumbuhan tunas tebu hasil uji pengeprasan.

Metode analisis gerakan dari sebuah titik pada piring pengolah tanah tersebut digunakan untuk simulasi bentuk kurva dari mata bajak piring dan garu piring yang memiliki tilt angle dan disk angle serta pola gerakan dari piring tersebut pada saat berputar dan bergerak maju. Nilai gaya pemotongan spesifik satu tunggul tebu (σ) ditentukan menggunakan pendekatan least squares yang mendeskripsikan hubungan antara luas pemotongan atau panjang garis mata bajak piring dan garu piring yang digunakan sebagai batas luas pemotongan setiap saat dan gaya pemotongan hasil pengukuran pada pemotongan satu tunggul tebu. Luas pemotongan yang dibatasi oleh garis kurva mata bajak piring atau garu piring yang berbentuk elips dan penampang tunggul tebu yang berbentuk lingkaran dihitung melalui pendekatan integrasi kaidah Simpson, sedangkan panjang kurva dari mata bajak piring dan garu piring pada saat pemotongan ditentukan secara grafis menggunakan computer aided design (CAD). Model matematika gaya pemotongan satu tunggul tebu selanjutnya digunakan untuk menduga gaya pengeprasan rumpun tunggul tebu yang terdiri atas beberapa tunggul dengan posisi dan diameter yang berbeda.

Di lahan pabrik gula Jatitujuh, tunggul tebu sisa penebangan memiliki ketinggian antara 15 dan 20 cm di atas permukaan guludan, sedangkan guludan untuk tanaman keprasan (ratoon) memiliki bentuk dan dimensi yang tidak jauh

32. 98 kg cm-2.

Persamaan gerakan dari sebuah titik pada mata bajak piring dan garu piring dapat digunakan untuk mensimulasikan gerakan dari piring pengolah tanah tersebut dengan parameter masukan di antaranya: tilt angle, disk angle, radius piring, kecepatan putar piring, kecepatan maju, dan jumlah coakan atau mata pisau pada garu piring. Varietas PA 198 memiliki gaya pemotongan spesifik per luas pemotongan (σA) dan panjang pemotongan (σL) yang lebih tinggi (σA = 1.15 N mm-2 dan σL = 2.94 N mm-1) dibandingkan dengan 3 varietas uji lainnya yakni PA 183, PA 022, dan Triton. Model matematika untuk pendugaan gaya pemotongan pada satu tunggul tebu dapat digunakan dengan baik untuk menduga gaya pemotongan rumpun tunggul tebu yang terdiri atas sejumlah tunggul tebu. Pengeprasan tunggul tebu menggunakan piring pengolah tanah bentuk coak (garu piring) yang diputar menghasilkan permukaan potong tunggul tebu yang tidak pecah dan membutuhkan torsi dan gaya pemotongan yang lebih rendah dibandingkan dengan pengeprasan menggunakan piring pengolah tanah bentuk rata (bajak piring).

Torsi pengeprasan terendah (6.79 N m) dihasilkan oleh kombinasi parameter pemotongan yang terdiri atas piring pengolah tanah bentuk coak atau garu piring (JP2) dengan kecepatan maju pemotongan (V1)= 0.15 m s-1, kecepatan putar piring (N2) = 1000 rpm, disk angle (DA1) = 35o, dan tilt angle (TA2) = 20o. Kapasitas pengeprasan tebu yang lebih besar dan torsi pengeprasan yang relatif rendah dihasilkan oleh mekanisme pengeprasan yang menggunakan JP2, V2=0.30 m s-1, N2=1000 rpm, DA3=45o, dan TA2=20o.

Pengeprasan tebu menggunakan piring pengolah tanah yang diputar dapat menghasilkan pertunasan tebu dan laju pertumbuhan tanaman tebu yang baik. Laju pertunasan meningkat secara tajam setelah tanaman tebu tersebut mencapai umur 14 minggu setelah tanam.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

LISYANTO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 7

NIM : F161020041

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, M.S. Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Ketua Anggota

Dr. Ir. Radite Praeko A. Setiawan, M.Agr. Prof. Dr. Ir. H. M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Dekan Sekolah Pascasarjana Keteknikan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Nya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang berlokasi di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB dan Pabrik Gula Jatitujuh selama sembilan bulan tersebut adalah pemotongan bahan pertanian, dengan judul Evaluasi Parameter Desain Piring Pengolah Tanah Diputar untuk Pengepras Tebu Lahan Kering.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS. selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr., dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. M.H. Bintoro Djoefrie, M.Agr. selaku anggota komisi yang telah banyak memberi saran dan bimbingan.

Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada:

1. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan bantuan berupa biaya pendidikan dan penelitian.

2. Direksi PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) yang telah memberikan ijin penelitian di pabrik gula (PG) Jatitujuh, Cirebon, Jawa Barat.

3. Bapak Juntoro, BSc sebagai administratur dan Bapak Sutrisno sebagai kepala tanaman PG Jatitujuh yang telah memberikan bantuan akomodasi dan penyediaan tenaga kerja dalam pelaksanaan penelitian di lahan.

4. Ir. M. Sjahrul Annas, MT sebagai teman seperjuangan penulis di Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian dan Lingga Mukti Prabowo, STP yang telah membantu dalam pelaksanaan percobaan pengeprasan tebu.

5. Istri penulis tercinta Mamik Setiyarini, S.Pd. serta anak-anak penulis tersayang: Kharisma Indah Listyorini dan Afif Listiya Dermawan yang selalu memberi- kan motivasi dan inspirasi dalam penyelesaian studi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi masyarakat dan iptek.

Bogor, Agustus 2007

sebagai anak kedua dari pasangan Warsit dan Rukamah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Konstruksi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya), lulus pada tahun 1992. Beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) menghantarkan penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan sejak tahun 1993 hingga sekarang.

Kesempatan untuk menempuh pendidikan Pascasarjana diperoleh pada tahun 1999 yakni di Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dan menamatkannya pada tahun 2002. Pada tahun yang sama (2002) penulis meneruskan studi ke program doktor di program studi dan perguruan tinggi yang sama dengan spesialisasi teknik mesin pertanian. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Selama mengikuti Program doktor (S-3), penulis menjadi anggota Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA). Karya ilmiah yang berjudul “Karakteristik Lahan dan Tunggul Tebu Sisa Panen: Kajian Awal untuk Perancangan Alat dan Mesin Kepras Tebu” telah disajikan pada Seminar Nasional Tahunan Perteta di LIPI Bandung pada tanggal 15-16 November 2005. Artikel ilmiah yang relevan dengan bagian disertasi dengan judul “Pengembangan Model Bak Uji untuk Media Pembelajaran dalam Pengukuran Torsi Roda Traksi” telah diterbitkan pada Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20, No.1 April 2006. Artikel ilmiah yang merupakan bagian dari disertasi ini, telah ditulis dan diterbitkan ke dalam Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21, No.1 Maret 2007 dengan judul “Mekanisme dan Torsi Pengeprasan Tunggul Tebu Menggunakan Pisau Bajak Piring yang Diputar”.

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 5 Hipotesis ... 6 Manfaat Penelitian ... 6 Kebaruan (novelty) Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA

Batasan Pemotongan dan Pengeprasan Tebu ... 8 Metode Pemotongan Bahan Pertanian ... 8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya, Energi, dan Daya Pemotongan ... 9 Bajak Piring (Disk Plow) ... 18 Kinematika Bajak Piring yang Diputar ... 20 Budidaya Tebu Lahan Kering ... 28 Sistem Pertunasan Tebu ... 31 Struktur dan Kekerasan Batang Tebu ... 33

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian ... 37 Alat dan Bahan ... 37 Metode Penelitian ... 39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen ... 56 Gerakan Mata Piring Bentuk Rata (Bajak Piring) ... 62 Gerakan Mata Piring Bentuk Coak (Garu Piring) ... 67 Gaya Pemotongan Spesifik Tunggul Tebu ... 69 Torsi dan Gaya Pemotongan Satu Tunggul Tebu ... 76 Torsi Pengeprasan Rumpun Tunggul Tebu ... 78 Efek Parameter Pemotongan terhadap Torsi Pengeprasan Tebu ... 80 Model Matematika Gaya Pemotongan Satu Tunggul Tebu ... 86 Validasi Model Pendugaan Gaya Pemotongan Satu Tunggul Tebu ... 87 Identifikasi Hasil Uji Pengeprasan Tunggul Tebu ... 94 Pertumbuhan Tebu Hasil Uji Pengeprasan ... 96

SIMPULAN DAN SARAN ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN ... 104

1 Tahanan penetrasi (kg) dan cone index (kg cm-2) untuk R1, R2,dan R3

di lahan tebu PG Jatitujuh, Cirebon ... 59

2 Tahanan geser (kg cm-2) untuk R1, R2,dan R3 di lahan tebu PG Jatitujuh

pada kedalaman 5 cm ... 60

3 Tahanan geser (kg cm-2) untuk R1, R2,dan R3 di lahan tebu PG Jatitujuh

pada kedalaman 10 cm ... 60

4 Nilai gaya cabut tunggul tebu pada satu rumpun untuk R1, R2, dan R3

di lahan tebu PG Jatitujuh, Cirebon ... 61

5 Nilai feed (f) pemotongan dari sebuah titik pada mata bajak piring (piring bentuk rata) untuk dua tingkat peubah kecepatan maju (V) dan

kecepatan putar (N) ... 65

6 Nilai feed (f) dari tiap mata garu piring atau piring bentuk coak (k=12)

pada dua tingkat peubah kecepatan maju (V) dan jumlah putaran (N)... 67

7 Nilai gaya pemotongan spesifik tunggul tebu (σA), konstanta (C), dan koefisien determinasi (R2) untuk varietas PA 183, Triton,

dan PA 022 ... 74

8 Nilai gaya pemotongan spesifik tunggul tebu (σL), konstanta (C), dan

koefisien determinasi (R2) untuk varietas PA 183, Triton, dan PA 022... 75

9 Kombinasi parameter pemotongan dari piring bentuk coak (garu piring)

1 Alat kepras mekanis yang pernah digunakan oleh pabrik gula Jatiroto ... 4

2 Beberapa metode pemotongan bahan pertanian ... 9

3 Plot hubungan antara daya total pemotongan (POD) dan kecepatan

maju pemotongan (VLF) untuk rotary mower ... 11 4 Distribusi daya pemotongan (PO) pada alat pemanen pakan ternak

versus kapasitas pemotongan untuk alfalfa dengan kadarair 74%,

jenis pisau flywheel, dan kecepatan pisau 34.6 m s-1 ... 12 5 Gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX) dan energi

pemotongan spesifik per unit beban material (ENCSM) versus

kadar air ... 13

6 Mata pisau yang tajam dan tumpul (a) runcing dan tidak runcing (b) ... 14

7 Efek sudut mata pisau (ANE) terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX) pada dua ketebalan

potong yang berbeda ... 15

8 Efek ketebalan mata pisau (LTE) atau ketajaman terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX)

pada dua ketebalan potong yang berbeda ... 15

9 Pemotongan lurus (a) dan pemotongan miring (b)... 16

10 Efek sudut kemiringan pisau (ANO) terhadap gaya pemotongan spesifik maksimum (FOCSMX) pada

tiga ketebalan lapisan solid (LTS)yang berbeda ... 17 11 Gaya pemotongan spesifik dari pisau jenis sickle cutter (a)

dan clawcutter (b) pada beberapa sudut pemotongan

dan kematangan pelepah sawit ... 17

12 Bajak piring standar dan beberapa bagian yang penting ... 18

13 Pandangan atas bajak piring vertikal dengan disk angle (DA)... 19 14 Bajak piring bentuk cekung (a), bentuk kerucut (b) dan

bentuk cembung di pusat (c) ... 19

15 Mata piring bentuk rata (a) dan bentuk bercoak (b) ... 20

16 Skema dalam menentukan jalur gerakan dari sebuah titik pada

mata pisau rotari ... 21

17 Bajak piring dalam sistem koordinat tiga dimensi (a),

yang diputar atau disebut dengan pemotongan spiral ... 25

19 Sudut gerakan pisau pada saat pemotongan dalam bidang XZ... 26 20 Tilt angle (TA) dari bajak piring pada bidang XZ (a) dan

disk angle (DA) bajak piring pada bidang XY (b) ... 26 21 Resultan gaya horisontal (Rh), trust (T), dan V pada bajak piring... 27 22 Reaksi tanah versus disk angle dan tilt angle pada bajak

piring diameter 26 in dan radius bola 22.4 in ... 28

23 Potongan melintang untuk alur tanam cara reynoso (a) dan

alur tanam untuk lahan kering (b) ... 29

24 Tunas tebu yang tumbuh dari mata tunas bibit tebu dan akar

tunas baru berkembang dari pita akar ... 32

25 Urutan pertumbuhan batang tebu dari potongan tebu yang terdapat

di bawah permukaan tanah ... 32

26 Bentuk dan bagian-bagian batang tebu ... 33

27 Skema dari penampang batang tanaman ... 34

28 Penampang melintang dari berkas pembuluh pengangkutan batang

tebu yang diperbesar... 35

29 Penampang melintang batang tebu bagian tepi untuk jenis lunak (a)

dan jenis keras (b) yang dibesarkan 70 kali ... 36

30 Piring pengolah taanah dengan mata piring bentuk rata atau bajak

piring (a) dan bentuk coak atau garu piring (b) ... 38

31 Bagian ruas tunggul tebu yang dilakukan uji pemotongan ... 39

32 Metode pengukuran gaya cabut rumpun tebu setelah penebangan ... 40

33 Mekanisme pengeprasan tunggul tebu menggunakan bajak

piring yang diputar dan beberapa parameter yang relevan ... 41

34 Gerakan titik referensi P pada mata bajak piring saatDA =90οdan dengan sudut putar

ο 0

=

A

T θ ... 42 35 Gerakan titik referensi P pada mata bajak piring saat DA =90ο

dan TA =αpada bidang XYZ (a), bidang XZ (b), dan bidang XY (c) ... 43

36 Sistem pemutaran sumbu Z untuk menentukan disk angle

satu tunggul tebu yang digeser menggunakan sistem koordinat polar ... 46

38 Penempatan dan penyusunan rumpun tunggul tebu untuk

percobaan pengeprasan pada bak uji ... 48

39 Contoh susunan rumpun tunggul tebu pada saat uji pengeprasan... 48

40 Alat uji pengeprasan tunggul tebu menggunakan piring yang

diputar skala laboratorium beserta seperangkat instrumentasinya ... 49

41 Pemasangan strain gages (sensor torsi) yang disusun dalam bentuk

rangkaian jembatan wheatstone pada poros pisau alat uji... 50 42 Skema metode pengukuran torsi pada uji pengeprasan tebu

menggunakan piring pengolah tanah yang diputar beserta

diagram blok sistem penginderaan dan perekaman data... 52

43 Pencabutan penjepit rumpun tunggul tebu dari bak uji menggunakan

tenaga hidrolik traktor ... 53

44 Serasah sisa penebangan yang menutupi lahan di PG Jatitujuh (a) dan

tunggul tebu sisa penebangan yang relatif masih tinggi (b) ... 56

45 Kondisi lahan dan pertumbuhan tebu hasil cut and go di PG Jatitujuh (a), hasilkepras manual di PG Jatiroto (b), dan

pertumbuhan tebu setelah satu bulan kepras manual di PG Jatiroto (c) ... 57

46 Profil guludan tebu R3 (a) dan untuk R1 dan R2 (b) di PG Jatitujuh ... 58

47 Profil guludan tebu untuk R1 di PG Jatiroto (a) dan di PG Jatitujuh (b) .... 58

48 Cone index pada lahan R1, R2,dan R3 di PG Jatitujuh ... 59

49 Garis mata bajak piring berbentuk lingkaran untuk bidang XZ pada TA = 0o dan DA = 0o (a) serta untuk bidang YZ pada TA = 0o dan DA = 90o (b) ... 62

50 Bentuk elips pada bidang XY, YZ,dan XZ untuk TA = 15o dan

DA = 35o (a) serta TA = 25o dan DA = 35o (b) ... 63

51 Bentuk kurva dari gerakan sebuah titik pada mata bajak piring (piring bentuk rata) dalam bidang XY dengan TA = 15o, DA = 35o, N = 60 rpm,

dan V = 0.15 m s-1... 64 52 Feed pemotongan dari sebuah titik pada mata bajak piring bentuk

rata sebesar 0.018 m per putaran untuk TA = 15o, DA = 35o, N = 500 rpm,

dan V = 0.15 m s-1... 65 53 Feed pemotongan dari sebuah titik pada mata bajak piring bentuk

rata sebesar 0.009 m per putaran untuk TA= 25o, DA = 45o, N = 1000 rpm,

piring bentuk coak, TA = 15o, DA = 45o, N = 60 rpm, V = 0.15 m s-1,

dan jumlah coakan pada mata garu piring (k) = 12 ... 68 55 Feed pemotongan sebesar 0.0015 m per putaran dari garu piring atau

piring bentuk coak, TA = 15o, DA = 45o, N = 500 rpm, V = 0.15 m s-1,

dan jumlah mata bajak piring (k) =12 ... 69 56 Referensi posisi penampang satu batang tunggul tebu sebelum digeser (a)

dan setelah digeser (b) serta beberapa parameter yang relevan ... 71

57 Contoh hasil simulasi persamaan kurva elips mata piring dan

kurva lingkaran tunggul tebu menggunakan sistem koordinat polar ... 72

58 Garis kurva mata piring yang memotong kurva tunggul setiap saat

untuk menentukan posisi titik potong kedua kurva ... 73

59 Pola torsi pengukuran (a) dan gaya pemotongan (b) satu tunggul tebu varietas PA 198 berdiameter 3.0 cm menggunakan bajak piring,

TA= 15o, DA= 45o, N= 1000 rpm, dan V = 15 cm s-1 ... 77 60 Pola gaya pemotongan satu tunggul tebu untuk varietas PA 183 (a)

dan Triton (b) menggunakan bajak piring, TA = 15o, DA = 45o,

N = 1000 rpm, V = 0.15 m s-1, dan kadar air 20.28% ... 77 61 Pola gaya pemotongan satu tunggul tebu untuk varietas PA 022

menggunakan bajak piring, TA = 15o, DA = 45o, N = 1000 rpm,

V = 0.15 m s-1, dan kadar air 20.28% ... 78 62 Pola torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu varietas PA 198

menggunakan bajak piring, TA = 15o, DA = 45o, N = 500 rpm,

dan V = 0.30 m s-1 ... 79 63 Pola torsi pengeprasan rumpun tebu menggunakan garu piring

(k=12), TA=25o, DA=40o, N =1000 rpm, dan V = 0.15 m s-1 ... 79

64 Besarnya torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu yang dihasilkan oleh mata piring bentuk rata (bajak piring) dan mata piring bentuk coak

(garu piring) pada sejumlah kombinasi perlakuan ... 81

65 Besarnya torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu menggunakan mata piring bentuk coak (garu piring) dengan kecepatan maju 0.15 m s-1

dan 0.30 m s-1 pada sejumlah kombinasi perlakuan ... 82

66 Besarnya torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu menggunakan mata piring bentuk rata (bajak piring) dengan kecepatan maju 0.15 m s-1

dan 0.30 m s-1 pada sejumlah kombinasi perlakuan ... 83

67 Besarnya torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu menggunakan piring bentuk coak (garu piring) dengan kecepatan putar piring 500 rpmdan

68 Efek disk angle terhadap torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu pada

tiga level tilt angle ... 84 69 Efek tilt angle terhadap torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu pada

tiga level disk angle ... 85 70 Posisi garis mata piring dan penampang tunggul tebu pada saat

pengeprasan rumpun tunggul tebu yang terdiri atas enam tunggul tebu .... 88

71 Pola gaya hasil pendugaan berdasarkan luas pemotongan dan hasil pengukuran pada pengeprasan rumpun tebu varietas PA 198 yang

terdiri atas tiga tunggul tebu menggunakan bajak piring. ... 88

72 Pola gaya hasil pendugaan berdasarkan panjang pemotongan dan hasil pengukuran pada pengeprasan rumpun tebu varietas PA 198

yang terdiri atas tiga tunggul tebu menggunakan bajak piring ... 89

73 Pola gaya hasil pendugaan berdasarkan luas pemotongan dan hasil pengukuran (a) dan perbandingan antara gaya hasil pendugaan dan hasil pengukuran (b) pada pengeprasan rumpun tunggul tebu

varietas PA 198 yang terdiri atas enam tunggul tebu ... 90

74 Pola gaya hasil pendugaan berdasarkan panjang pemotongan dan hasil pengukuran pada pengeprasan rumpun tebu varietas PA 198

yang terdiri atas enam tunggul tebu menggunakan bajak piring... 90

75 Pola gaya hasil pendugaan berdasarkan luas (a) dan panjang pemotongan (b) dibandingkan dengan gaya hasil pengukuran pada pengeprasan rumpun tebu varietas PA 198 yang terdiri atas tiga tunggul tebu

Dokumen terkait