• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MOHAMMAD SANJIVA REFI HASIBUAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

77

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni R. 2011. Assessment Lanskap Sejarah Kawasan Empang Untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Awat R. 2011. Sumberdaya Budaya Keraton Buton: Nilai Penting Sejarah, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan. Fahimuddin MM, editor. Bau-bau (ID): Penerbit Respect.

[Australia ICOMOS] International Council on Monuments and Sites. 1999. The Burra Charter: The Australia ICOMOS Charter for Places of Cultural Significance. Burra (AU): Australia ICOMOS.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sungai Penuh. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031. Sungai Penuh (ID): BAPPEDA Kota Sungai Penuh.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sungai Penuh. 2013. Sungai Penuh dalam

Angka 2013. Sungai Penuh (ID): BPS Kota Sungai Penuh.

Brook I. 2013. Aesthetic Appreciation of Landscape. Howard P, Thompson I, Waterton E, editor. London (UK): Routledge.

Carlson A. 2009. Nature and Landscape: An Introduction to Environmental Aesthetics. New York (US): Columbia University Press.

Eriksson O dan Cousins SAO. 2014. Historical landscape perspective on grasslands in Sweden and the Baltic Region. Land. 3(2014):300-321. doi: 10.3390/land3010300.

Gorski AD. 2007. The Environmental Aesthetic Appreciation of Cultural Landscape [Tesis]. Arizona (US): The University of Arizona.

Hasibuan MSR. 2010. Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lanskap Budaya Rumah Larik Limo Luhah di Kota Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Heritage Council of Victoria. 2009. Landscape Assessment Guidelines for Cultural Heritage Significance. Melbourne (AU): Heritage Council of Victoria.

Ioan I, Irina S, Valentina SI, Daniela Z. 2014. Perennial values and cultural landscapes resilience. Procedia – Social and Behavioral Sciences. 122(2014):225-229. doi:10.1016/j.sbspro.2014.01.1332.

Jauhari BV dan Putra E. 2012. Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci. Sungai Penuh (ID): Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha.

Jauhari BV. 2013. Hamparan Besar Tanah Rawang Pusat Musyawarah Adat Alam Kerinci. Sungai Penuh (ID): Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha. Kivanc AM. 2013. Advances in Landscape Architecture: Visual Quality

Assessment Methods in Landscape Architecture Studies. Intech. [diunduh 2013 Sept 15]. Tersedia pada: http://www.intechopen.com/download/pdf/ 45412.

Lembaga Adat Propinsi Jambi. 2003. Dinamika Adat Jambi dalam Era Global. Jambi (ID): CV Lazuardi Indah.

Lennon J dan Mathews S. 1996. Cultural Landscape Management: Guidelines for identifying, assessing and managing cultural landscapes in the Australian

78

Alps national parks. Australia (AU): The Cultural Heritage Working Group of the AALC.

Mason R. 2008. Cultural Landscape: Balancing Nature and Heritage in Preservation Practice. Longstreth R, editor. Minneapolis (US): The University of Minnesota Pr.

McClean R. 2007. Sustainable Management of Historic Heritage: Heritage Landscape Values. New Zealand (NZ): Historic Places Trust Pouhere Taonga.

Mitchell N dan Buggey S. 2000. Landscape Stewardship: New Directions in Conservation of Nature and Culture. George Wrigth Forum. 17(1):43. Mondragon S, Company P, Vergara M. 2005. Semantic Differential applied to the

evaluation of machine tool design. International Journal of Industrial Ergonomics. 35(2005):1021–1029. doi:10.1016/j.ergon.2005.05.001.

Nassauer JI. 1995. Culture and changing landscape structure. Landscape Ecology.

10(4):229-237.

Naveh Z. 1995. Interaction of landscape and cultures. Landscape and Urban Planning. 32:43-54.

Nunta J dan Sahachaisaeree N. 2012. Cultural Landscape, Urban Settlement and

Dweller’s Perception: A Case Study of a Vernacular Village in Northern

Thailand. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 42(2012):153–158. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.04.176.

Nurdiah EA. 2011. Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau, dan Toraja [Tesis]. Surabaya (ID): Universitas Kristen Petra.

Porteous JD. 1996. Environmental Aesthetics: Ideas, Politics, and Planning. London (UK) dan New York (US): Routledge.

Rottle ND. 2008. Cultural Landscape: Balancing Nature and Heritage in Preservation Practice. Longstreth R, editor. Minneapolis (US): The University of Minnesota Pr.

Saleh MAE. 2001. Environmental Cognition in the Vernacular Landscape: Assessing the Aesthetic Quality of Al-Alkhalaf Village, Southwestern Saudi Arabia. Building and Environment. 36(2001):965–979.

Smith J. 2004. Definition and Assessment of Cultural Landscapes of Heritage

Value on NCC Lands. Canada (CA): Associates Contentworks.

Stephenson J. 2008. The Cultural Values Model: An integrated approach to values in landscapes. Landscape and Urban Planning. 84(2008):127-139. doi: 10.1016/j.landurbplan.2007.07.003.

Supriadi MA. 2010. Nilai Penting Leang Mandauseng dan Leang Tengngae.

Bulletin Somba Opu. 13(17):7-8.

Suswita D, Syamsuardi, Arbain A. 2013. Studi etnobotani dan bentuk upaya pelestarian tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat kenduri sko di beberapa kecamatan di Kabupaten Kerinci, Jambi. Jurnal Biologika. 2(1):67-80.

Swanwick C. 2002. Landscape Character Assessment: Guidance for England and Scotland. Edinburgh (GB): The Countryside Agency & Scottish Natural Heritage.

79 Tempesta T. 2010. The Perception of Agrarian Historical Landscape: A study of the Veneto Plain in Italy. Landscape and Urban Planning. 97(2010):258– 272. doi:10.1016/j.landurbplan.2010.06.010.

[UNESCO] United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. 2005. Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention. Paris (FR): World Heritage Centre.

[USDA] United States Department of Agriculture. 1995. Landscape Aesthetic: A Hanbook for Scenery Management. California (US): National Forest Management.

US Department of the Interior National Park Service. 2014. Characteristics of the Rural Landscape. National Register Bulletin. [diunduh 2014 Mei 13]. Tersedia pada: http://www.nps.gov/nr/publications/bulletins/nrb30/nrb30_5. htm

Watson CW. 1992. Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra. United Kingdom (UK): University of Kent.

Zakaria I. 1973. Kerinci Selayang Pandang. Kerinci (ID): Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci.

Zakaria I. 1984. Tambo Sakti Alam Kerinci. Volume ke-2. Kerinci (ID): Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci.

80

GLOSARIUM

anok betino Anak perempuan yang berada dalam suatu garis

keturunan sebuah keluarga atau semua wanita dalam sebuah kelompok masyarakat adat Kerinci.

ajun arah Sistem pembagian tanah milik bersama atau tanah

yang tidak diolah dalam sebuah dusun atau tanah adat yang dilakukan oleh Ninik mamak kepada seseorang yang memintanya secara resmi.

Depati Sebuah gelar kehormatan yang diberikan kepada anggota masyarakat adat untuk memimpin masyarakatnya.

dusun Area bermukim masyarakat suku Kerinci yang sudah menetap di Rumah Larik dan memiliki masjid tempat beribadah, sungai sebagai pemandian, dan area pekuburan.

jirat Makam atau kuburan nenek moyang yang terdapat di dalam permukiman Rumah Larik. makam berukuran 2x1.5x2 m dan batu nisan terbuat dari batu megalit (menhir).

kenduri Pesta atau perayaan yang disertai ritual dalam upacaranya. Seperti kenduri sko, kenduri sudah tuai, kenduri naik haji.

larik/laheik Gabungan dari beberapa rumah suku Kerinci yang sambung menyambung menjadi sebuah deretan rumah yang memanjang.

luhah Dataran tempat permukiman didirikan. Di atasnya berdiri Rumah Larik yang terdiri atas dua buah larik atau lebih.

mendapo Ketua adat yang memerintah atau memimpin

beberapa buah dusun sesuai dengan pembagian wilayah adatnya.

Ninik Mamak Orang yang dituakan dalam masyarakat suku

Kerinci.

parit bersudut empat Batas permukiman Rumah Larik berupa parit yang mengelilingi permukiman. Batas permukiman ini tidak mutlak berbentuk segi empat. Biasanya parit berukuran lebar 2-3 m dengan dalam 2.5 m.

81

pintu Sama artinya dengan keluarga. Segmen terkecil

dalam sebuah kelompok masyarakat adat suku Kerinci yang masih berasal dari satu garis keturunan dan tinggal di Rumah Larik.

plak Ladang di sekitar permukiman Rumah Larik dan

beberapa bidang tanah di tengah sawah yang ditanami berbagai tanaman bumbu untuk kebutuhan sehari-hari dan didominasi oleh pohon kelapa.

pulau negri Pulo neghoi (dalam bahasa Kerinci) adalah tanda atau pancang sebagai titik pusat permukiman. Tanda ini berupa batu tinggi (batu megalit) yang ditegakkan dan dikelilingi oleh batu-batu kecil. Kalau tidak ada pulo neghoi, maka kuburan nenek (kuburan batu) yang menjadi pulau negri.

sko Pusaka peninggalan nenek moyang masyarakat suku Kerinci yang sudah turun-temurun dapat berupa pusaka gelar, tanah, keris, tombak, piagam, dan sebagainya.

Sugindo Kepala kaum atau suku yang dipercaya oleh

masyarakat sebagai pemimpin. Pemerintahan

Sugindo berlangsung pada abad ke-9 hingga ke-13 sampai masuknya Islam abad ke-14 pemerintahan berganti menjadi Depati.

tale Nyanyian yang digunakan dalam tradisi ritual pada

beberapa kegiatan masyarakat yang liriknya berupa doa agar kegiatan yang dilakukan dapat berlangsung lancar dan berhasil. Contohnya, tale naik haji dan

tale menanam padi.

tanah mendapo Tanah yang sudah dipilih oleh penguasa sebagai

tempat pertemuan, penobatan, dan pengucapan sumpah setia bagi para pemimpin atau pemangku adat.

82

Lampiran 1 Kuesioner Semantic Differential (SD)

Judul : Penilaian Karakter Estetika Lanskap Budaya Rumah Larik Mahasiswa : Mohammad Sanjiva Refi Hasibuan

Tujuan : Menilai karakter estetika lanskap budaya Rumah Larik di Kota Sungai Penuh

Nama Responden : (L / P)

Berilah tanda (X) atau (√) pada salah satu kolom skor -3 sampai +3 untuk

setiap nomor sesuai dengan penilaian anda.

No Skala Semantic Differential

-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 K1 Buruk Indah K2 Modern Tradisional K3 Profan Sakral K4 Semrawut Harmoni K5 Biasa Unik K6 Lemah Kuat

K7 Tidak penting Penting/bernilai

K8 Palsu Asli K9 Baru Lama/antik K10 Pasif Aktif/hidup K11 Rusak Terpelihara K12 Kecil Besar Terima Kasih

83 Lampiran 2 Foto-foto Sampel Penilaian Semantic Differential

Larik Rio Mendiho (Rumah Larik Enam Luhah) Larik Dusun Baru (Rumah Larik Dusun Baru)

Rumah Larik yang masih asli di larik Rio Jayo

(Rumah Larik Enam Luhah)

Makam nenek moyang (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Rumah Larik yang masih asli (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Tabuh Sigantou Alang

(Rumah Larik Enam Luhah)

Sungai Bungkal (Rumah Larik Enam Luhah) Makam nenek moyang

84 Lampiran 2 (lanjutan)

Masjid Agung Pondok Tinggi (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Rumah Larik yang masih asli (Rumah Larik Dusun Baru)

Tanah Mendapo (Rumah Larik Enam Luhah)

Pintu masuk Luhah Dasira

(Rumah Larik Enam Luhah)

Tabuh larangan Pondok Tinggi (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Makam nenek moyang Pondok Tinggi (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Larik Rio Jayo

(Rumah Larik Enam Luhah)

Tabuh laranganRio Tamenggung (Rumah Larik Pondok Tinggi)

85 Lampiran 2 (lanjutan)

Rumah Larik yang masih asli (Rumah Larik Dusun Baru)

Makam nenek moyang Enam Luhah (Rumah Larik Enam Luhah)

Sawah (Rumah Larik Enam Luhah) Rumah Larik Pondok Tinggi

Rumah Larik semi-modern (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Surau/langgar luhah Pemangku Rajo

(Rumah Larik Enam Luhah)

Rumah Larik yang sudah tidak dihuni (Rumah Larik Dusun Baru)

Sungai kecil/selokan air (Rumah Larik Pondok Tinggi)

86 Lampiran 2 (lanjutan) Sungai Bungkal (Rumah Larik Enam Luhah)

Larik di Pondok Tinggi (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Larik di Pondok Tinggi (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Mata air Sumur Pulai

(Rumah Larik Enam Luhah)

Rumah Larik yang masih asli (Rumah Larik Pondok Tinggi)

Masjid Raya Sungai Penuh (Rumah Larik Enam Luhah)

RINGKASAN

MOHAMMAD SANJIVA REFI HASIBUAN. Penilaian Lanskap Budaya Rumah Larik di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Dibimbing oleh NURHAYATI HS ARIFIN dan KASWANTO.

Lanskap budaya Rumah Larik merupakan lanskap permukiman tradisional suku Kerinci yang terbentuk dan berkembang secara organik sebagai hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya. Permasalahan yang terjadi pada lanskap budaya ini yaitu semakin hilangnya karakter lanskap akibat perkembangan dan pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lanskap budaya ini. Hal ini juga didukung oleh rendahnya kepedulian masyarakat, para pemangku adat, serta pemerintah terhadap elemen dan lanskap peninggalan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai karakter lanskap budaya Rumah Larik Kota Sungai Penuh yang berada dalam wilayah adat Depati nan Bertujuh, menilai tingkat signifikansi atau nilai penting lanskap, dan menentukan tindakan pelestarian yang tepat untuk diterapkan pada lanskap budaya Rumah Larik ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Landscape Character Assessment (LCA), Semantic Differential (SD), dan Cultural Heritage Landscape

Assessment (CHLA).

Berdasarkan hasil penilaian dan analisis terhadap 11 karakteristik lanskap menurut Lennon dan Matthews (1996) maka disimpulkan bahwa karakter lanskap budaya Rumah Larik di Kota Sungai Penuh adalah lanskap permukiman tradisional yang berbasis pertanian dan sumberdaya alam lokal. Indikatornya adalah penggunaan lahan yang didominasi oleh lahan pertanian berupa sawah dan ladang serta aktivitas budaya masyarakat yang selalu terkait dengan pertanian dan pemanfaatan sumberdaya alam lokal. Area karakter lanskap budaya Rumah Larik adalah area permukiman Rumah Larik yang mengelompok dan berpola sejajar memanjang serta dekat dengan sumber air. Adapun karakteristik kuncinya yaitu elemen-elemen lanskap seperti Rumah Larik, masjid, surau, bilik padi, tabuh larangan, makam nenek moyang, dan sungai. Sementara karakter estetika lanskap budaya ini berdasarkan persepsi responden adalah keaslian, tradisional, dan keindahan. Hasil penilaian signifikansi lanskap menunjukkan bahwa lanskap budaya Rumah Larik Enam Luhah, Pondok Tinggi, dan Dusun Baru secara berturut-turut memiliki nilai penting 24, 22, dan 19 yaitu termasuk kategori signifikansi sedang. Artinya nilai penting lanskap yang terdiri atas nilai penting estetika, sejarah, sosial/spiritual, dan ilmiah semakin hilang sehingga diperlukan upaya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kembali nilai penting tersebut. Upaya atau tindakan yang diusulkan adalah melakukan registrasi, pemeliharaan, rekonstruksi, adaptasi, pemanfaatan, mempertahankan asosiasi dan makna, interpretasi, serta penelitian terhadap lanskap budaya Rumah Larik ini. Kata kunci: karakter, lanskap budaya, nilai penting, pelestarian, Rumah Larik

SUMMARY

MOHAMMAD SANJIVA REFI HASIBUAN. Cultural Landscape Assessment of Rumah Larik in Sungai Penuh City, Jambi Province. Supervised by NURHAYATI HS ARIFIN and KASWANTO.

Rumah Larik cultural landscape is the traditional settlement landscape of Kerincinese that shaped and developed organically as a result of interaction between people and their environment. The problem that occur on this cultural landscape is the character more and more decrease as consequence of development. This problem also caused by people and government were careless about their heritages. The objectives of this study are to assess characteristics of Rumah Larik cultural landscape in Sungai Penuh city, to assess the significant value of this landscape, and to determine the appropriate preservation efforts for this cultural landscape. The methods of this study are Landscape Character Assessment (LCA), Semantic Differential (SD), and Cultural Heritage Landscape Assessment (CHLA).

Based on the results of the assessment and analysis of 11 landscape characteristics Lennon dan Matthews (1996), it can be concluded that character of Rumah Larik cultural landscape is a traditional settlement landscape based on agriculture and local natural resources. The indicator are the land use dominated by agricultural land in the form of ricefield and ladang as well as cultural activities which always associated with agriculture and utilization of local natural resources. Rumah Larik cultural landscape character area is Rumah Larik settlement area with long-parallel cluster pattern and close by water resource. The key characteristics are the elements of landscape such as Rumah Larik, mosque,

surau, bilik padi, tabuh larangan, ancestral burial grounds, and rivers. Autenticity, traditional, and beauty become aesthetic character of the cultural landscape based on respondent perception. The result of landscape significance assessment indicate that Rumah Larik Enam Luhah, Pondok Tinggi, and Dusun Baru cultural landscape chronologically has 24, 22, and 19 values which is moderate significance category. This means that aesthetic, historic, social/spiritual, and scientific significance of the landscape is getting lost so necessary effort to maintain or even improve the value is very important. Preservation efforts or proposed actions are registration, maintenance, reconstruction, adaptation, utilization, maintain associations and meanings, interpretations, and research to Rumah Larik cultural landscape.

Keywords: assessment, character, cultural landscape, Rumah Larik, significant value

Dokumen terkait