• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Aspek Pengembangan

2.2.3 Sektor kegiatan Pendidikan dalam Pandangan Teor

Teori Ekonomi Wilayah mencakup didalamnya teori lokasi sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (Tarigan, 2006). Dalam pandangan teori ekonomi wilayah suatu institusi pendidikan dikategorikan sebagai salah satu aktivitas ekonomi sektor jasa yang memiliki kontribusi terhadap penyediaan tenaga kerja terdidik sebagai produknya. Dan juga sekaligus sebagai pasar potensial bagi kegiatan ekonomi lainnya apabila suatu institusi pendidikan memiliki jumlah populasi yang cukup besar.

Dalam pandangan teori pendekatan pasar, Palander menyatakan bahwa barang dan jasa dapat diproduksi berdasarkan pertimbangan batas penduduk minimal dan jangkauan pasar. Batas minimal penduduk adalah penduduk minimum yang dibutuhkan untuk kelancaran dan kesinambungan penawaran barang. Kalau jumlahnya di bawah jumlah tertentu maka pelayanan akan mahal dan kurang efisien, jika meningkat di atas jumlah standar maka pelayanan akan menjadi kurang baik dan kurang efektif. Sedangkan jangkauan pasar (range) adalah jarak yang diperlukan seseorang untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh lagi dari jarak standar yang ditentukan maka orang akan mencari wilayah lain yang lokasinya lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama. Dalam konteks penelitian ini maka batas penduduk minimal adalah jumlah seluruh populasi kampus USU (Mahasiswa/i, karyawan dan dosen) sebagai pasar yang menyerap produksi kegiatan

usaha di sekitarnya. Sedangkan jangkauan pasar merupakan jarak antara kampus USU dengan lokasi kegiatan usaha.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang turut mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi di tinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Keberadaan Institusi Pendidikan dilihat dari sisi permintaan (pasar) dianggap sebagai suatu pasar. Lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada dipasar.

Institusi pendidikan adalah Pasar, dengan keberadaan Institusi pendidikan maka wilayah sekitarnya merupakan lokasi produksi dimana mahasiswa datang ke “pasar” untuk memenuhi kebutuhannya akan makan minum,tempat tinggal sementara (tempat kos), fotocopy,warnet,wartel, membeli segala kebutuhan kuliahnya dan lain- lain. Untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, masyarakat membuka usaha di sekitar

Institusi pendidikan agar mahasiswa dapat lebih mudah mendapatkan segala kebutuhannya, aksesibility mudah, lebih efektif dan efisien.

Selain hal tersebut diatas, dalam pandangan teori basis ekonomi secara umum dan sederhana dijelaskan oleh Bendavid-Vall bahwa basis ekonomi daerah diartikan sebagai sektor atau sektor-sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu daerah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sektor ekonomi yang pokok di suatu daerah yang dapat menghidupi daerah tersebut beserta masyarakatnya. Sedangkan menurut teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangam suatu daerah tergantung kepada adanya permintaan dari luar terhadap produksi daerah tersebut sehingga perekonomian daerah dibagi menjadi sektor basis atau basis ekspor dan sektor non - basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya ke luar daerah disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar daerah terhadap sektor basis meningkat, maka sektor basis tersebut berkembang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non-basis di dalam daerah tersebut.(Sirojuzilam,2006).

Teori basis ekonomi (economic base theory) adalah salah satu teori atau pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan pertumbahan daerah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu daerah secara khusus merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya memimpin dan menentukan perkembangan daerah secara keseluruhan, sementara aktivitas-aktivitas lainnya yang non-basis adalah secara sederhana merupakan konsekuensi dari keseluruhan perkembangan daerah tersebut

menurut Hoover and Giarratani dalam Sirojuzilam (2006). Dengan demikian perekonomian daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas-aktivitas basis dan aktivitas-aktivitas bukan basis atau non-basis. Glason (1978) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas basis adalah aktivitas-aktivitas yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Sedangkan aktivitas-aktivitas non-basis adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan barang- barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas- batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Ruang lingkup produksi dan daerah pasar sektor non-basis terutama adalah daerah yang bersangkutan atau bersifat lokal.

Inti dari teori basis ekonomi adalah proposisinya yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah pada akhirnya tergantung kepada permintaan (demand)

dari luar terhadap produk-produknya. Suatu daerah tumbuh atau menurun, serta tingkat perkembangannya ditentukan oleh aktivitas basisnya sebagai pengekspor terhadap daerah-daerah lain. Produk-produk daerah yang diekspor ke daerah-daerah lain bisa berbentuk barang-barang dan jasa-jasa, termasuk tenaga kerja mengalir ke luar daerah, atau dalam bentuk bahan-bahan dagangan yang dibeli oleh orang-orang di luar daerah yang bersangkutan. Dalam bahasan teori basis ekspor, aktivitas- aktivitas atau industri-industri yang mengekspor ke daerah lain merupakan basis ekonomi atau sektor basis dari daerah yang bersangkutan. Bila permintaan terhadap ekspor daerah tersebut meningkat, maka sektor basis tersebut akan berkembang. Hal ini pada gilirannya akan mendorong suatu perluasan di dalam aktivitas-aktivitas

pendukung sektor non-basis. Fenomena inilah yang menjadi pokok perhatian penting dari analisis teori basis ekonomi.

Dari pembahasan tersebut diatas, maka terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan suatu institusi pendidikan yang memiliki skala pelayanan regional dapat menjadi sektor basis bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya. Dimana Produk yang dihasilkan adalah SDM terdidik yang nantinya akan dikirim (migrasi) ke daerah daerah lain. Dan dalam proses memproduksi SDM terdidik tersebut membawa pengaruh kepada munculnya sektor kegiatan ekonomi ikutan sebagai pendukung dalam proses pendidikan pada suatu institusi pendidikan. Dengan adanya ketergantungan sektor kegiatan ikutan terhadap sektor basis juga menimbulkan multiplier efek bagi sektor kegiatan ekonomi lainnya.

Konsep multiplier didasarkan pada perputaran uang dan pendapatan dalam suatu sistem kota atau daerah. Uang mengalir dari suatu kota sebagai pengembalian dari penjualan. Pada waktu yang sama, uang mengalir ke luar kota misalnya sebagai upah buruh dari luar daerah. Perputaran uang ini berhubungan dengan pembelian barang dan jasa dari daerah lain yang erat kaitannya dengan aktivitas sektor ekonomi tertentu. Efek multiplier tidak dengan sendirinya terjadi secara terus menerus tanpa batas, tetapi semakin lama nilainya semakin kecil. Alasan ini ditunjukkan dengan adanya kebocoran dalam sistem ekonomi regional. Adanya uang yang mengalir keluar masuk wilayah dengan bebas, turut mempengaruhi besarnya kebocoran ini.

Ada tiga efek multiplier yang dihasilkan dalam suatu sistem perekonomian yaitu pengaruh langsung (direct multiplier), pengaruh tidak langsung (indirect

multiplier), dan total effect. Yang dimaksud dengan pengaruh langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap suatu sektor secara langsung yaitu pengaruh kenaikan permintaan terhadap sektor itu sendiri. Pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap sektor lain akibat kenaikan permintaan di suatu sektor. Jumlah dari kedua pengaruh ini dinamakan pengaruh total (Herawati, 1993).

Menurut Hoover dan Giarratani dalam Sirojuzilam (2008) apabila aktivitas- aktivitas atau sektor basis telah dapat diidentifkasi, maka kemudian suatu penjelasan tentang pertumbuhan daerah dapat terdiri dari dua bagian yaitu : 1). Penjelasan tentang aktivitas-aktivitas atau sektor basis dan 2) gambaran tentang proses bagaimana aktivitas-aktivitas basis di suatu daerah dapat menyebabkan berkembangnya aktivitas-aktivitas non-basis. Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu studi tentang basis ekonomi suatu daerah pada umumnya bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas ekspor

2. Memperkirakan dengan beberapa cara berbagai kemungkinan pertumbuhan dari aktivitas-aktivitas tersebut, dan

3. Mengkaji dampak aktivitas ekspor terhadap aktivitas-aktivitas lainnya (non-basis) di daerah tersebut.

Kegiatan basis merupakan kegiatan yang pertumbuhannya akan mendorong dan menentukan pola pembangunan daerah secara keseluruhan, sedangkan kegiatan non-basis merupakan kegiatan yang perkembangannya diakibatkan oleh pembangunan daerah secara keseluruhan. Menurutnya teori ekonomi basis dapat berfungsi untuk melihat peranan suatu sektor di dalam efek tenaga kerja maupun efek

pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sektor itu merupakan sektor basis atau bukan (Sirojuzilam, 2008). Di samping itu, ekonomi basis dapat digunakan untuk :

1. mengidentifikasi kegiatan daerah yang bersifat ekspor

2. meramal pertumbuhan yang mungkin terjadi dalam aktivitas basis

3. mengevaluasi pengaruh kegiatan ekspor tambahan terhadap kegiatan bukan basis. Meningkatnya kegiatan basis di dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa di dalamnya, menimbulkan volume kegiatan non-basis. Peningkatan kegiatan basis disebabkan antara lain oleh a). perkembangan jaringan pengangkutan dan komunikasi, b). perkembangan pendapatan atau permintaan dari luar daerah dan, c). perkembangan teknologi dan usaha-usaha pemerintah pusat atau daerah setempat untuk mengembangkan prasarana sosial ekonomi. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non-basis. Pengurangan ini disebabkan oleh :

a). penurunan permintaan dari luar daerah, b). berkurangnya sumber daya alam,

c). perubahan teknologi yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan input. Dengan demikian, kegiatan sektor basis mempunyai peranan sebagai penggerak pertama (prime mover role), dimana setiap perubahan dalam kegiatan

ekonomi tersebut akan mempunyai efek pengganda terhadap perubahan perekonomian daerah.

2.3 Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro

Secara leksikal pendapatan diartikan sebagai hasil kerja atau usaha baik dalam bentuk uang maupun barang. Salah satu bentuk pendapatan adalah upah atau gaji, yang berarti uang yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995).

Menurut Maryatmo dan Susilo (1996), pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan masyarakat dengan demikian adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima pada satu tahun tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil produksi industri dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikutsertakan modal atau ketrampilan yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, pada akhirnya akan mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Kasasyono,1988).

Pendapatan masing-masing orang (personal distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom untuk menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah

tangga. Terdapat dua cara pendekatan untuk mengetahui atau mengukur pendapatan seseorang, yaitu melalui nilai produksi dan nilai penerimaan (Warpani, 1984).

Menurut Djojohadikusumo (1960), bila pendapatan ditinjau dari sudut penerimaan, maka yang termasuk pendapatan adalah: (a) upah, gaji; (b) sewa rumah dan sewa tanah; (c) laba perusahaan; (d) bunga yang diterima dari pinjaman, saham, obligasi dan sebagainya. Sedangkan menurut Todaro (1998), yang termasuk dalam pendapatan adalah gaji, bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun warisan. Pendapatan dengan demikian bukan hanya terdiri dari penawaran tenaga an sich, melainkan juga oleh penguasaan aset-aset sumber pendapatan seperti tanah dan modal (baik secara fisik maupun finansial).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah defenisi dari Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, yaitu (pasal 6) :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Dari Wikipedia (2008), usaha mikro diartikan sebagai model usaha yang paling kecil, biasanya dilakukan di rumah (definisi ini juga digunakan oleh Bank Dunia). Jika dikaitkan dengan jumlah pekerja, usaha mikro menurut definisi Amerika dan Eropa sama, yaitu jumlah pekerja di bawah 10 pekerja. Usaha mikro termasuk dalam kategori usaha kecil. Sedangkan usaha kecil didefinisikan sebagai usaha dengan jumlah pekerja kecil. Definisi kecil bervariasi menurut negara dan industri, namun biasanya di bawah 100 pekerja untuk Amerika Serikat dan di bawah 50 pekerja untuk Eropa. Usaha kecil biasanya dimiliki secara pribadi, atau kongsi (persekutuan), atau sole proprietorship (secara hukum tidak dipisahkan dengan pemiliknya). Contoh-contoh usaha kecil adalah toko kecil, salon, pedagang, ahli hukum, akuntan, restoran, penginapan, fotografer, industri skala kecil. Usaha kecil biasanya independent.

2.4 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Soegijoko, dkk., 1997). Menurut Wibowo, dkk., (1999), pengembangan wilayah merupakan usaha mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antarsistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat (social system) lingkungan hidup dan sumberdaya alam (ecosystem). Kondisi ini dapat diterjemahkan ke dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian.

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Beberapa indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasi perkembangan suatu wilayah menurut Hanafiah (1982) antara lain :

2. Pasar tradisional.

3. Jumlah perusahaan kecil, usaha kecil dan warung lainnya. 4. Persepsi penduduk dan peran sertanya.

5. Tingkat kesejahteraan.

6. Jumlah relatif pengusaha seperti pedagang, penjaga toko dan lain-lain. 7. Jumlah relatif sarana dan prasarana transportasi.

Meskipun banyak konsep tentang wilayah akan tetapi para pakar ekonomi regional sependapat bahwa tujuan pengembangan wilayah adalah pembangunan dalam wilayah itu sendiri untuk menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor industri dan perdagangan, pertanian, pariwisata, jasa dan perkantoran serta sektor lainnya.

Pembangunan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak memperhatikan sekelilingnya. Artinya pembangunan itu harus dapat mempertinggi produktivitas pada suatu wilayah. Miraza (2005) menyimpulkan bahwa, dalam pengembangan wilayah yang terpenting adalah bagaimana memberdayakan potensi yang ada bagi kesejahteraan warga, sebagai akhir daripada pembangunan dan pengembangan tersebut.

Menurut Purboyo ( Akil, 2001), teori-teori pengembangan wilayah, menganut berbagai azas atau dasar berdasarkan tujuan penerapan masing-masing teori. Berbagai paradigma teori pengembangan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut:

2. Teori yang menekankan pada sumberdaya lingkungan dan faktor alam yang dinilai dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok penganut teori ini sering disebut sangat peduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal, sehingga kajian teori ini terfokus kepada good governance yang bisa bertanggungjawab (responsible) dan berkinerja bagus. 4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di

suatu lokasi (people prosperity).

Beragam paradigma teori pengembangan wilayah di atas, bukan saling bertentangan, namun dalam penggunaannya dapat bersinergi. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mengandung muatan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya. Konsep dasar penataan ruang wilayah dan kota dengan pendekatan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan comparative advantage di suatu wilayah, serta mengeleminir kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal.

Purnomosidi mengatakan bahwa Strategi pengembangan wilayah mempunyai prinsip dasar; bahwa pembangunan berasal dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Untuk merealisir target dan tujuan pengembangan wilayah, prosesnya harus berakar pada kemampuan sumberdaya dan kreativitas seluruh pelaku pembangunan. Maka seluruh usaha yang menjurus pada perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses berkembangnya wilayah (Hermansyur, 1996).

Menurut Misra (1977) pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar (tetraploid discipline) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana. Aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi maupun teori lokasi. Oleh karena itu menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar/aspek, yaitu (1) aspek

GEOGRAFI PERENCANAAN KOTA EKONOMI TEORI LOKASI PENGEMBANGAN WILAYAH

biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek sosial budaya; (4) aspek kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.

Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan terhadap pengembangan wilayah, yaitu aspek biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi disekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi tawar ( bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan

ASPEK BIOGEOFISIK ASPEK KELEMBAGAAN ASPEK EKONOMI ASPEK LINGKUNGAN ASPEK SOSIAL ASPEK LOKASI PENGEMBANGAN WILAYAH

dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada diwilayah tersebut.

Analisa Pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari aspek ekonomi dan aspek lokasinya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat unsur pendapatan masyarakat sekitar (hal ini unit kegiatan usaha) dan didalam aspek lokasi terdapat unsur keterkaitan antara keberadaan lokasi kegiatan jasa pendidikan denagan wilayah sekitarnya.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Suharyanto (2007), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian

Kabupaten Bogor”, dimana metode penelitiannya menggunakan analisis deskriptif

dan analisis regresi untuk melihat kontribusi keberadaan kampus IPB terhadap masyarakat sekitar serta analisis I-O untuk melihat peran keberadaan IPB dalam menunjang perekonomian wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga, dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat

dirasakan. Oleh karena itu pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat sekitar IPB, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Santoso (2009), dengan judul penelitian “Karakteristik dan Persebaran Warung makan di sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2009 (Studi kasus di Desa Pabelan dan Gonilan Kecamatan Kertasura Kabupaten

Sukoharjo)”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran persebaran

warung makan di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta serta karakteristik pewarung dan usahanya. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pewarung yang mengusahakan warung makan. Metode analisa yang digunakan adalah metode analisa tabel frekuensi dan tabel silang, sedangkan untuk mengetahui persebaran digunakan analisa tetangga terdekat. Hasil penelitiannya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah bahwa sebagian besar pewarung memanfaatkan tempat tinggal dalam berjualan (58,1%). Sebagian besar pewarung berusaha lebih dari 3 tahun (55,9%). Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar dari keluarga (53,8%) dan kebanyakan jumlah antara 1 – 2 orang (43,0%). Penjualan per hari kurang dari Rp. 150.000 (69,9%).

Hariyani (2006), judul penelitian “Pengaruh Kampus Terhadap Ruang

Urban: Kasus Ruang Urban Pada Akses Masuk Kampus Universitas Gajah Mada”.

Dalam penelitiannya kajian spasial dilakukan pada akses-akses masuk kawasan kampus yang berupa penggal jalan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa keberadaan kampus UGM berpengaruh terhadap terbentuknya ruang urban oleh

Dokumen terkait