• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Dan Warung Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Dan Warung Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

JOHN ESTER LASE

077003040/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L A H

P A

S C

(2)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TERHADAP PENDAPATAN

USAHA KECIL DAN WARUNG SERTA POLA

RUANG DI WILAYAH SEKITARNYA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JOHN ESTER LASE

077003040/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DAN WARUNG SERTA POLA RUANG DI WILAYAH SEKITARNYA

Nama Mahasiswa : John Ester Lase Nomor Pokok : 077003040

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 06 April 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE Anggota :1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

3. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Si, Ph.D 4. Drs. Rujiman, MA

(5)

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki skala pelayanan regional. Berkaitan dengan hal tersebut pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana dampak keberadaan Kampus USU terhadap Pola Tata Ruang dan Pendapatan Masyarakat di sekitarnya. Dimana fokus penelitian ini dibatasi pada pada 2 (dua) aspek pengembangan wilayah yaitu aspek lokasi dan aspek ekonomi berdasarkan 6 (enam) aspek pengembangan wilayah yang dikemukan oleh Budiharsono (2005). Pembahasan pada aspek ekonomi difokuskan pada usaha kecil dan warung sesuai dengan 7 (tujuh) indikator pengembangan ekonomi wilayah yang dikemukakan oleh Hanafiah (1982).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola tata ruang di wilayah penelitian berkembang secara interstisial dimana kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis. Usaha kecil dan warung pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana sebagian besar (23,3%) adalah jasa fotocopi dan penjilidan. 38,8% dari unit usaha memiliki karyawan sebanyak 2 (dua) Orang. 53,3% unit usaha kecil dan warung memiliki lama usaha antara 0-5 tahun. dan sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya (30%). Sebagian besar unit usaha menyewa bangunan tempat lokasi usahanya. Dan kesimpulan pokok dari penelitian ini adalah bahwa Keberadaan kampus USU berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha dan warung kecil disekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil dan warung pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan dengan pada saat masa libur semester.

(6)

ABSTRACT

`The university of sumatera utara is one of higher education institutions with regional service scale. In relation to this condition, the purpose of this study was to analyze how the existence of the University of Sumatera Utara has impacted the Pattern of land Use planning and the income of the community in its vicinity. The focus of this study was limited in two aspects of regional development such as the aspects of location and economy based on teh 6 (six) aspects of development developed by Budiharsono (2005). The discussion on the aspect of economy was focused on the small scale businesses and vendors in accordance with the 7 (seven) indicators of economic regional development introduced by Hanafiah (1982).

The result of this study showed that the Pattern of Land Use Planning in the research location has interstitially developed where the image of the formed town space was neutral or harmonious. The small scale businesses and vendors in research location belonged to micro-business where most of existing businesses (23.3%) were photocopy and book-binding services. 38.8% of the business units had 2 years and most of the owners of the businesses (30%) domiciled in the location of their businesses. Most of the business owners rented the location of the University of Sumatera Utara has brought a positive impact in increasing the income of the small scale businesses and vendors in its vicinity and this increased is indicated through the higher income received by the small scale businesses and vendors during the active semester’s hours than during the semester holiday.

(7)

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Judul penelitian ini adalah Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara terhadap Pola Ruang serta Pendapatan Usaha Kecil dan Warung di Sekitarnya.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai .

2. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai .

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai dosen pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

4. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE, M.Si, Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.

5. Bapak Drs. Rujiman, MA, sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.

(8)

7. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama penyusun mengikuti perkuliahan.

8. Bapak/Ibu Staf Administrasi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan dan bantuan.

9. Mami tercinta Emmawaty Salim (Alm) sebagai sumber inspirasi dan motivasi dan Papi Drs. Silvester Lase yang telah memberi dorongan, semangat dan do’a.

10.Istriku tercinta Ermi Sy, ST yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi dukungan dan semangat kepada penyusun.

11.Anak-anakku Verrel Sulaiman Prihantara Lase dan Aisha Putri Dinanti Lase sebagai penguat semangat dan teman di saat jenuh dalam penyusunan tesis ini 12.Rekan-rekan satu angkatan tahun 2008 pada program beasiswa unggulan

Perencanaan Pendidikan di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara : Syahrial, Fauziah, Mariani, Susi, Mei, Kak Dian dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas dukungan semangatnya dan bersedia hadir pada saat kolokium dan seminar walaupun telah menjadi alumni.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Medan, Maret 2010 Hormat saya

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : JOHN ESTER LASE

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 18 Juni 1974

Alamat : Jl. Gunung Mas No. 2, Glugur-Medan

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Warga Negara : Indonesia

Nama Orang tua Laki-laki : Drs. Silvester Lase Nama Orang tua Perempuan : Emmawaty Salim (Alm)

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri III Gunung Sitoli-NIAS : Lulus tahun 1986 SMP Bunga Mawar G. Sitoli-NIAS : Lulus tahun 1989 SMA St. Xaverius G. Sitoli-NIAS : Lulus tahun 1992 Institut Teknologi Indonesia (Serpong) : Lulus tahun 1999

PENGALAMAN KERJA

(10)

- 2002 s/d 2004 bertugas di Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sebagai tenaga honorer.

(11)

DAFTAR ISI

2.1. Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Tata Ruang Kota 7 2.1.1 Institusi Pendidikan sebagai Infrastruktur Perkotaan .... 7

2.1.2 Penggunaan Lahan Kegiatan Sektor Jasa Pendidikan ... 9

2.1.3 Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota ... 13

2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Aspek Pengembangan Ekonomi Wilayah ... 17

2.2.1 Sektor Jasa Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 17

2.2.2 Aspek Ekonomi Pendidikan ... 18

(12)

2.4. Pengembangan Wilayah ... 34

4.1. Sejarah Singkat Kampus Universitas Sumatera Utara (USU) .. 54

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

4.4.1. Gambaran Perekonomian Wilayah Penelitian ... 70

4.4.2. Profil Usaha Kecil dan Warung disekitar Kampus USU.. 73

4.5. Analisa Dampak Keberadaan Kampus USU Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung disekitarnya ... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82

5.2. Saran ... 84

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Medan Baru Per Kelurahan ... 57 4.2 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan

Di Kecamatan Medan Baru ... 58 4.3 Jumlah Rumah Tangga Dan Rata - Rata Anggota Rumah

Tangga Per Kelurahan Di Kecamatan Medan Baru ... 60 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per kelurahan

di Kecamatan Medan Baru ... 61 4.5 Banyak Rumah Tangga Miskin Penerima BLT Per Kelurahan

Di Kecamatan Medan Baru ... 62 4.6 Jumlah Fasilitas Industri Per kelurahan Di Kecamatan Medan

Baru ... 70 4.7 Jumlah Fasilitas Perdagangan Per kelurahan Di Kecamatan

Medan Baru... 71 4.8 Analisa frekwensi karakteristik usaha kecil dan warung

Berdasarkan lama jenis usaha ... 72 4.9 Analisa Frekwensi Karakteristik Usaha Kecil Dan Warung

Berdasarkan Jumlah Karyawan ... 72 4.10 Analisa Frekwensi Karakteristik Usaha Kecil Dan Warung

Berdasarkan Lama Usaha ... 73 4.11 Analisa Frekwensi Karakteristik Usaha Kecil Dan Warung

Berdasarkan Lama Tempat Domisili Pemilik ... 73 4.12 Analisa Frekwensi Karakteristik Usaha Kecil Dan Warung

Berdasarkan Lama Status Bangunan ... 74 4.13 Analisa Tabulasi Silang Antara Pendapat Responden Tentang

(14)

Jenis Usaha ……… 75 4.14 Analisa Tabulasi Silang Antara Pendapat Responden Tentang

Pengaruh USU Dalam Penentuan Jenis Usaha berdasarkan Jenis

(15)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd, 1999) ... 15

2.2 Standar skala perkotaan dengan memperhatikan pembatas place secara vertikal (Zahnd, 1999) ... 16 2.3 Pilar-pilar Pengembangan Wilayah (Misra,1977) ... 37

2.4 Pilar-pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005) ... 38

2.5 Bagan Alir Kerangka Pemikiran ... 43

4.1 Peta Batas Administrasi Penelitian ... 59

4.2 Peta Tata Guna Lahan ... 64

4.3 Peta Pola Jaringan Jalan ... 68

(16)

DAFTAR GRAFIK

 

 

Nomor Judul Halaman 4.1 Analisa Pendapat Responden terhadap Pengaruh USU dalam

Penentuan Lokasi Usaha ... 74 4.2 Analisa Pendapat Responden terhadap Pengaruh USU dalam

Penentuan Jenis Usaha ... 76

(17)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Formulir Daftar Pertanyaan Penelitian (Kuesioner) ... 90

2 Tabulasi Data Kuesioner ... 93

3 Tabel Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 ... 96

4 Analisa Foto Skala Perkotaan ... 103

5 Dokumentasi Foto Hasil survei Lapangan ... 104

(18)

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki skala pelayanan regional. Berkaitan dengan hal tersebut pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana dampak keberadaan Kampus USU terhadap Pola Tata Ruang dan Pendapatan Masyarakat di sekitarnya. Dimana fokus penelitian ini dibatasi pada pada 2 (dua) aspek pengembangan wilayah yaitu aspek lokasi dan aspek ekonomi berdasarkan 6 (enam) aspek pengembangan wilayah yang dikemukan oleh Budiharsono (2005). Pembahasan pada aspek ekonomi difokuskan pada usaha kecil dan warung sesuai dengan 7 (tujuh) indikator pengembangan ekonomi wilayah yang dikemukakan oleh Hanafiah (1982).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola tata ruang di wilayah penelitian berkembang secara interstisial dimana kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis. Usaha kecil dan warung pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana sebagian besar (23,3%) adalah jasa fotocopi dan penjilidan. 38,8% dari unit usaha memiliki karyawan sebanyak 2 (dua) Orang. 53,3% unit usaha kecil dan warung memiliki lama usaha antara 0-5 tahun. dan sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya (30%). Sebagian besar unit usaha menyewa bangunan tempat lokasi usahanya. Dan kesimpulan pokok dari penelitian ini adalah bahwa Keberadaan kampus USU berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha dan warung kecil disekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil dan warung pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan dengan pada saat masa libur semester.

(19)

ABSTRACT

`The university of sumatera utara is one of higher education institutions with regional service scale. In relation to this condition, the purpose of this study was to analyze how the existence of the University of Sumatera Utara has impacted the Pattern of land Use planning and the income of the community in its vicinity. The focus of this study was limited in two aspects of regional development such as the aspects of location and economy based on teh 6 (six) aspects of development developed by Budiharsono (2005). The discussion on the aspect of economy was focused on the small scale businesses and vendors in accordance with the 7 (seven) indicators of economic regional development introduced by Hanafiah (1982).

The result of this study showed that the Pattern of Land Use Planning in the research location has interstitially developed where the image of the formed town space was neutral or harmonious. The small scale businesses and vendors in research location belonged to micro-business where most of existing businesses (23.3%) were photocopy and book-binding services. 38.8% of the business units had 2 years and most of the owners of the businesses (30%) domiciled in the location of their businesses. Most of the business owners rented the location of the University of Sumatera Utara has brought a positive impact in increasing the income of the small scale businesses and vendors in its vicinity and this increased is indicated through the higher income received by the small scale businesses and vendors during the active semester’s hours than during the semester holiday.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak kota-kota di Indonesia bahkan di dunia yang tumbuh dan berkembang dimana struktur perekonomian kota/wilayahnya di dukung dari sektor pendidikan. Bahkan pada beberapa kota, keberadaan suatu Institusi Pendidikan menjadi “simbol” suatu kota/ wilayah, Indonesia contohnya kota Jakarta dengan Universitas Indonesia (UI), kota Bandung dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kota Jogyakarta dengan Universitas Gajah Mada (UGM) dan lain sebagainya. Kota Yogyakarta merupakan salah satu fakta konkrit dari fenomena tersebut di atas, berdasarkan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 disebutkan bahwa visi kota Yogyakarta adalah “Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pelayanan Jasa, yang

berwawasan lingkungan” (Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2007). Hal tersebut

menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

(21)

kegiatan ekonomi masyarakat seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan barang-barang kebutuhan. Selain hal tersebut terkonsentrasinya populasi pada satu titik lokasi tentunya juga akan membawa dampak bagi pola tata ruang di wilayah tersebut. Dalam hal ini pola tata ruang merupakan penampakan fisik ruang yang terjadi sebagai akibat terjadinya aktivitas kegiatan pada suatu wilayah. Menurut Richardson (1972), proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan fasilitas, maka investasi di wilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisiensi usaha (economies of scale) dimana masing - masing individu akan memanfaatkan keuntungan - keuntungan eksternal. Pelaksanaan suatu usaha atau program pembangunan ekonomi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap keadaan ekonomi peserta/pelaksana usaha tersebut, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah/masyarakat secara keseluruhan. Adanya kegiatan atau usaha/program pembangunan ekonomi dalam suatu lingkup perekonomian yang semakin luas/berkembang akan menciptakan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis di antara berbagai sektor ekonomi.

(22)

bahwa kondisi tersebut seyognya akan mempunyai dampak terhadap proses perkembangan wilayah di Sekitarnya.

Sejak didirikan 4 Juni 1952 sampai dengan sekarang, USU adalah merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang menjadi favorit para calon mahasiswa di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan sekitarnya. Keberadaan USU sebagai lembaga pendidikan formal telah banyak melahirkan lulusan yang berkualitas dengan berbagai bidang disiplin ilmu yang saat ini banyak berkecimpung di bidang pemerintahan, swasta dan kewirausahaan. Dalam upaya meningkatkan kualitas, USU dari tahun ke tahun terus berupaya untuk mensejajarkan diri dengan universitas-universitas terkemuka yang sudah mendapatkan pengakuan dari bidang keilmuan dan kualitas lulusan. Keberadaan USU diharapkan mampu untuk menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia dan masyarakat Sumatera Utara pada khususnya. Karena melalui pendidikan pembangunan bangsa dapat dilaksanakan.

(23)

ekonomi yang berkembang antara lain adalah unit-unit usaha percetakan, jasa perumahan atau rumah-rumah kos, rumah makan serta jasa-jasa lain.

Pembangunan pada suatu wilayah dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan (dampak negatife), terutama kepada masyarakat yang tinggal di dekat sekitar kegiatan lokasi pembangunan sebagai penerima akibat (dampak.) Dalam hal ini komunitas lokal harus mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Anwar, 1995). Oleh sebab itu berdasarkan dari beberapa uraian tersebut sebelumnya penelitian tentang Dampak Keberadaan Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap Pola Tata Ruang dan Pendapatan Masyarakat di sekitarnya menjadi perlu dilakukan guna mengetahui potensi serta masalah yang mungkin ada sebagai sebuah bentuk interaksi antara keberadaan USU dengan wilayah sekitarnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji adalah:

1. Bagaimana Gambaran Pola Tata Ruang Wilayah Disekitar Kampus USU ? 2. Bagaimana Profil Usaha Kecil Dan Warung Yang Berkembang Di Sekitar

Kampus USU ?

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan beberapa pertanyaan penelitian yang telah disusun, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan Mendeskripsikan Pola Tata Ruang Wilayah di Sekitar Kampus USU.

2. Mengidentifikasi dan Mendeskripsikan Profil Usaha Kecil dan Warung Yang Berkembang di Sekitar Kampus USU.

4. Menganalisa dan Mengkaji Dampak Keberadaan Kampus USU Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung di Sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada berbagai pihak seperti :

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak kampus Universitas Sumatera Utara (USU) dalam rangka perencanaan dan pengembangan kampus ke depan sehingga memiliki kontribusi positif bagi masyarakat sekitar.

(25)
(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Institusi Pendidikan Dalam Pengembangan Tata Ruang Kota 2.1.1. Institusi Pendidikan sebagai Infrastruktur perkotaan

Grigg mendefenisikan Prasarana dan sarana atau infrastruktur sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara yang sering disebut prasarana umum (Suripin, 2004). Dalam buku laporan tentang Capacity Building in Urban Infrastructure Management

(CBUIM), Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah mendefenisikan

prasarana dan sarana sebagai berikut : ” Prasarana dan sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya”(Suripin, 2004).

(27)

Sebagai suatu sistem yang terdiri dari banyak komponen, maka perencanaan infrastruktur harus mempertimbangkan keterkaitan dan keterpengaruhan antar komponen, beserta dampak-dampaknya. Perencanaan infrastruktur merupakan proses dengan kompleksitas tinggi, multi disiplin, multi sektor, dan multi pengguna (user). Oleh karena itu perencanaan infrastruktur tidak bisa sektoral, namun juga tidak bisa terlalu global. Jika perencanaan terlalu spesifik (bersifat sektoral) tanpa mempedulikan komponen lain, maka akan banyak bertabrakan dengan komponen lainnya. Sebaliknya jika terlalu global, hasilnya tidak akan efektif menurut Grigg (Suripin, 2004). Perencanaan yang (mungkin) paling baik adalah yang berada diantaranya, yaitu perencanaan yang didasarkan pada pendekatan permasalahan secara global pada tingkatan yang tepat dengan mempertimbangkan secara matang segala dampak eksternalnya, namun masih berkonsentrasi secara spesifik pada persoalan utama yang ingin dipecahkan. Dalam pengertian diatas perencanaan sarana dan prasana pendidikan sebaiknya tidak berfokus pada sektor pendidikannya saja, tetapi juga harus juga mempertimbangakan sektor sosial-ekonomi masyarakat yang terkait dengannya.

(28)

kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di wilayah pengembangan, sehingga dilakukan penataan ruang agar terbentuk alokasi ruang yang menjamin kompatibilitas tersebut.

2.1.2. Penggunaan Lahan Kegiatan Sektor Jasa Pendidikan

Pola penggunaan lahan merupakan indikator kegiatan masyarakat dan taraf kehidupannya. Misalnya, pola penggunaan lahan pada suatu daerah yang menunjukkan mayoritas kegiatan sektor jasa, menunjukkan taraf kehidupan masyarakatnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain yang pola penggunaan lahannya adalah pertanian.

Pola penggunaan lahan sejalan dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Pada dasarnya ekonomi masyarakat yang berkembang dan kemudian beralih menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan atas lahan dan kenaikan nilai lahan. Jadi, pola penggunaan lahan secara fisik yang dimaksud adalah meningkatkan pemanfaatan, mutu dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari segi sosial ekonomi, sosial budaya, fisik dan secara hukum. Sehingga dari uraian tersebut menjadi jelas bahwa pola penggunaan lahan yang didominasi oleh fungsi pendidikan kemungkinan akan mempengaruhi aktivitas ekonomi disekitarnya.

(29)

permanen ataupun secara siklus terhadap sekumpulan sumberdaya lahan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat dari lahan, guna mencukupi kebutuhan hidupnya, baik berupa kebendaan maupun sprituil ataupun keduanya. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Mangunsukardjo (Ahmad, 1997), bahwa penggunaan lahan merupakan bentuk penggunaan oleh manusia terhadap lahan, termasuk keadaan yang belum terpenuhi untuk mencukupi kebutuhan manusia. Sementara Best dan Sinaga (Ahmad, 1997) memberikan pengertian penggunaan lahan ke dalam aspek keruangan dari semua aktivitas manusia atas lahannya dan secara adaptasi atau yang dapat diadaptasikan terhadap permukaan lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Dalam hal ini penggunaan lahan sektor jasa pendidikan merupakan bentuk intervensi manusia terhadap lahan dan bukan bersifat alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang berdampak pada meningkatnya nilai lahan.

Dalam membicarakan penggunaan lahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu pertama, penggunaan lahan yang aktual (sekarang) dan

kedua, penggunaan lahan potensial. Pengunaan lahan sekarang pada dasarnya

merupakan hasil dari berbagai faktor penyebab, sebagian besar berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Penggunaan lahan potensial tidak selalu sama dengan penggunaan lahan sekarang, bahkan sering berbeda dengan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kemampuannya.

(30)

sepusat, teori sektor dan teori pusat lipat ganda dihubungkan dengan kehidupan ekonomis (Jayadinata, 1999). Selanjutnya Jayadinata, merumuskan beberapa faktor yang menjadi penentu dalam pola penggunaan lahan yang salah satunya adalah faktor Perilaku masyarakat (social behaviour) yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dan proses sosial yaitu : Sentralisasi, (terkumpulnya penduduk disebabkan oleh prasarana ekonomi) dan desentralisasi. Dan dalam konteks penelitian ini keberadaan institusi pendidikan dapat menyebabkan sentralisasi atau pemusatan konsentrasi penduduk pada satu wilayah.

Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang, terutama yang menonjol bersamaan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Pemikiran secara intuitif dalam penggunaan lahan sebenarnya telah dilakukan sejak lama, akan tetapi pemikiran untuk menggunakan lahan secara lebih efisien atau dengan cara yang terencana baru memperoleh ujud yang lebih jelas sesudah Perang Dunia I (Sandi, 1980). Dan sesuai paradigma perencanaan pada masa itu bahwa efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan diimplementasikan dalam bentuk pembagian zona peruntukan lahan dimana pola guna lahan untuk sektor pendidikan juga dipisahkan secara tersendiri.

Sehubungan dengan itu, maka pengendalian dan pengawasan pengembangan lahan menurut Soejarto (1997), didasarkan pada:

(31)

2. Rencana tata ruang yang pengembangannya telah dilandasi oleh kesepakatan bersama masyarakat.

3. Komitmen nasional mengenai pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk kepentingan perkembangan sosial dan ekonomi.

4. Kriteria pengakomodasian dinamika perkembangan masyarakat.

Kesemua hal di atas, perlu didukung oleh fakta-fakta yang akurat, yaitu dari sistem informasi pertanahan, yang salah satunya akan memantau setiap perkembangan yang akan menjadi masukan baru bagi penyesuaian dan pengendalian perkembangan pemanfaatan dan penggunaan lahan dalam pembangunan. Sistem pengembangan lahan di perkotaan adalah sistem yang dipergunakan untuk pengembangan lahan dalam hubungannya mendukung pembangunan kota. Sistem pengembangan lahan ini sifatnya sangat teknis sehingga dapat dikembangkan model-model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu (Jayadinata, 1999). Di Indonesia, kebijakan pengaturan zona penggunaan lahan sesuai dengan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang diatur melaui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota/kabupaten dimana salah satu nomenklatur zona peruntukannya adalah zona peruntukan lahan untuk pendidikan.

Dalam pelaksanaannya, fungsi peruntukan lahan dalam RDTR tidak selalu dapat memenuhi sasaran pembangunan sebagaimana diharapkan. Karena adanya beberapa kendala antara lain:

(32)

2. Rata-rata luas penguasaan dan pemilikan tanah yang relatif sempit.

3. Kurangnya penyuluhan untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tujuan, sasaran, manfaat dan pentingnya RDTR.

4. Belum adanya tindakan pengendalian yang efektif terhadap pelaksanaan RDTR. Sebagai subsistem dari penataan ruang, maka tujuan dari penatagunaan tanah tersebut di atas dilakukan atas dasar pengaturan fungsi zona peruntukan dalam RDTR yang telah ditetapkan. Kebijakan peruntukan lahan dalam RDTR merupakan arahan lokasi kegiatan pembangunan pada wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan. Tujuan pengaturan dan penyelenggaran penatagunaan tanah dalam rangka pemanfaatan dan pengendalian ruang tersebut akan dapat tercapai apabila tersedia data dan informasi tentang penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah serta data zona peruntukan lahan dalam RDTR yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengaturan guna lahan pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem tata guna lahan perkotaan.

2.1.3. Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota

(33)

morfologis, fungsi dan kepemilikan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari sisi fisik morfologis kota dipandang sebagai susunan dari street dan square. Secara fungsional, aktifitas yang dimungkinkan berlangsung di ruang perkotaan adalah aktfitas sosial, aktifitas pergerakan dan aktifitas ekonomi. Dari segi kepemilikan, suatu ruang perkotaan dapat secara penuh dimiliki oleh public, dalam hal ini adalah pemerintah daerah setempat. Kepemilikan ruang perkotaan, meski merupakan ruang publik kota, dapat pula kepemilikan privat.Kemungkinan lain adalah kepemilikan ruang perkotaan yang berupa kepemilikan bersama antara pemerintah daerah setempat ( publik) dengan privat, yang biasa disebut sebagai Public Private

Partnership. Sehingga dengan demikian keberadaan suatu institusi pendidikan dalam

konteks ruang kota dapat dipahami dari sisi fisik morfologis, fungsi dan kepemilikan ruang.

Dalam pandangan Zahnd (2002) kota dapat dianalisis sebagai suatu produk fisik yang terdiri atas street dan square dimana secara teoritis dapat dipahami sebagai berikut :

1. Teori Figure/Ground. Teori ini dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (Building mass) dan ruang terbuka (Open space).

2. Teori Linkage. Teori ini dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap sebagai generator kota.

(34)

Dalam pandangannya, Zahn menyimpulkan bahwa pola perkembangan dasar fisik kota (lihat gambar 2.1) dikenal dengan tiga istilah teknis yaitu :

1. Perkembanngan Horizontal dimana cara perkembangannya mengarah keluar. 2. Perkembangan Vertikal dimana cara perkembangannya mengarah ke atas.

3. Perkembangan intertisial dimana cara perkembangannya dilangsungkan ke dalam.

Gambar 2.1 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd, 1999)

Proses perkembangan fisik kota akan membentuk skala perkotaan yang akan menciptakan kesan terhadap konteks suatu kota (tempat). Skala perkotaan merupakan perbandingan hubungan (perbandingan) antara lebar/panjang dan tinggi ruang pada suatu tempat, dan McClusky dalam Zahnd (1999) memberikan suatu standar umum skala perkotaan (lihat gambar 2.2) yang dapat menciptakan 3 (tiga) kategori kesan yaitu kesan sempit, kesan netral atau harmonis dan kesan luas atau sunyi.

Perkembangan Interstisial

Perkembangan Horizontal

(35)

Gambar 2.2 Standar skala perkotaan dengan memperhatikan pembatas place secara vertikal (Zahnd, 1999)

(36)

pembangunan yang bersifat regional yang pada akhirnya akan bermuara pada pengembangan wilayah secara keseluruhan

2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Aspek Pengembangan Ekonomi Wilayah 2.2.1. Sektor Jasa Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita menunjukkan kecenderungan untuk jangka panjang naik. Kebijaksanaan yang dijalankan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah melakukan industrialisasi dalam berbagai sektor sehingga dengan terciptanya industri tersebut, pertumbuhan ekonomi akan dapat dipacu setinggi mungkin. Ini akan meningkatkan aktivitas perekonomian dalam masyarakat tersebut ( Nasution 1997). Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riel terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya, atau perekonomian mengalami pertumbuhan apabila pendapatan riel masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riel masyarakat pada tahun sebelumnya.

(37)

SDM berupa tenaga kerja terdidik, disisi lain sektor pendidikan juga membutuhkan sektor jasa lainnya yang mendukung proses pendidikan itu sendiri seperti jasa kursus, jasa internet, jasa penggandaan dan percetakan, jasa penyediaan makanan dan minuman, jasa rumah-rumah sewa, dll.

2.2.2. Aspek Ekonomi Pendidikan

A. Jasa Pendidikan Sebagai Industri Tenaga kerja Terdidik

Konsep pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam tergantung konteks pengggunaanya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah Invesment in Human

Capital. Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam

melakukan pembangunan nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat.

Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi. Menurut teori ini pertumbuhan dan pembangunan memiliki 2 syarat, yaitu

1. Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien,

(38)

Sumber daya manusia seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengatahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja.

Sebagai fungsi investasi, pendidikan memberikan sumbangan yang berarti dalam kenaikan tingkat kehidupan, kualitas manusia dan pendapatan nasional, terutama dalam hal-hal berikut:

1. Proses belajar mengajar menjamin masyarakat yang terbuka (yaitu masyarakat yang senantiasa beresedia untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan dan harapan-harapan baru serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya).

2. Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai pembangunan dan hasil-hasil riset (jaminan melekat untuk pertumbuhan masyarakat modern yang berkesinambungan). Investasi pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan secara konstan menambah persediaan pengetahuan dan memungkinkan riset dan penemuan metode serta teknik baru yang berkelanjutan.

(39)

pendidikan akan menaikan pendapatan perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan. 4. Sistem pendidikan menciptakan dan mempertahankan penawaran keterampilan

manusia di pasar perburuhan yang luwes dan mampu mengakomodasi dan beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan akan tenaga kerja dan masyarakat teknologi modern yang sedang berubah Menurut Komaruddin ( Lisnawati, 2008).

Menurut Backer (1962) bahwa investasi dalam pendidikan memusatkan perhatian pada manusia sebagai sumber daya yang akan menjadi modal (human capital) bagi capital berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi real income masa yang akan datang melalui penempatan sumber daya dalam bentuk manusia. Human capital di sini merujuk pada tenaga kerja sebagai suatu faktor produksi yang menghubungkan aspek non-ekonomi pendidikan terhadap aspek ekonomi lainnya yang mempunya dua ciri esensial, (Lisnawati, 2008) yaitu :

1. Kualitas tenaga kerja sebagai suatu input produktif tidak dapat dibagi dan digunakan secara terpisah.

(40)

pihak. Model yang dimaksudkan adalah model analisis biaya dan keuntungan pendidikan (cost benefit analysis). Model ini merupakan metodologi yang sangat penting dalam melakukan analisis untuk investasi pendidikan dan dapat membantu pengambilan keputusan untuk memutuskan dan memilih diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas agar mampu memberikan kemampuan yang paling tinggi.

B. Peran Institusi Pendidikan Sebagai Sektor Penggerak Ekonomi

(41)

Untuk kegiatan ekonomi lainnya yang berorientasi pasar fokus utamanya adalah pada permintaan pasar, tetapi permintaan pasar semata-mata merupakan gabungan dari permintaan individual atau pribadi, dan gagasan tentang hubungan permintaan pasar diperoleh dengan memahami sifat permintaan individual. Permintaan individual ditetapkan oleh dua faktor :

1). Nilai yang dikaitkan dengan pemerolehan dan penggunaan barang atau jasa yang bersangkutan

2). Kemampuan untuk memperolehnya. Keduanya diperlukan untuk permintaan individual yang efektif.

(42)

preferensi (selera) individual dan kemampuan untuk membayar adalah faktor-faktor penentu yang penting dari permintaan langsung.

Kedua, Barang-barang dan jasa lainnya diperoleh bukan karena nilai konsumsi langsung mereka, melainkan karena merupakan masukan penting dalam pembuatan atau distribusi produk. Barang dan jasa yang diminta bukan untuk konsumsi pribadi akhir secara langsung tetapi untuk penggunaan mereka dalam menyediakan barang dan jasa lain. Kita mengatakan bahwa permintaan mereka diturunkan dari permintaan akan produk di mana mereka dipergunakan dalam pembuatannya. Jadi, permintaan untuk semua masukan yang dipergunakan oleh sebuah perusahaan adalah permintaan turunan. Dengan kata lain, permintaan turunan adalah permintaan untuk masukan yang dipergunakan dalam produksi.

(43)

2.2.3. Sektor Kegiatan Pendidikan Dalam Pandangan Teori Lokasi

Teori Ekonomi Wilayah mencakup didalamnya teori lokasi sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (Tarigan, 2006). Dalam pandangan teori ekonomi wilayah suatu institusi pendidikan dikategorikan sebagai salah satu aktivitas ekonomi sektor jasa yang memiliki kontribusi terhadap penyediaan tenaga kerja terdidik sebagai produknya. Dan juga sekaligus sebagai pasar potensial bagi kegiatan ekonomi lainnya apabila suatu institusi pendidikan memiliki jumlah populasi yang cukup besar.

(44)

usaha di sekitarnya. Sedangkan jangkauan pasar merupakan jarak antara kampus USU dengan lokasi kegiatan usaha.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang turut mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi di tinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Keberadaan Institusi Pendidikan dilihat dari sisi permintaan (pasar) dianggap sebagai suatu pasar. Lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada dipasar.

(45)

Institusi pendidikan agar mahasiswa dapat lebih mudah mendapatkan segala kebutuhannya, aksesibility mudah, lebih efektif dan efisien.

Selain hal tersebut diatas, dalam pandangan teori basis ekonomi secara umum dan sederhana dijelaskan oleh Bendavid-Vall bahwa basis ekonomi daerah diartikan sebagai sektor atau sektor-sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu daerah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sektor ekonomi yang pokok di suatu daerah yang dapat menghidupi daerah tersebut beserta masyarakatnya. Sedangkan menurut teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangam suatu daerah tergantung kepada adanya permintaan dari luar terhadap produksi daerah tersebut sehingga perekonomian daerah dibagi menjadi sektor basis atau basis ekspor dan sektor non - basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya ke luar daerah disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar daerah terhadap sektor basis meningkat, maka sektor basis tersebut berkembang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non-basis di dalam daerah tersebut.(Sirojuzilam,2006).

(46)

menurut Hoover and Giarratani dalam Sirojuzilam (2006). Dengan demikian perekonomian daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas-aktivitas basis dan aktivitas-aktivitas bukan basis atau non-basis. Glason (1978) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas basis adalah aktivitas-aktivitas yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Sedangkan aktivitas-aktivitas non-basis adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Ruang lingkup produksi dan daerah pasar sektor non-basis terutama adalah daerah yang bersangkutan atau bersifat lokal.

Inti dari teori basis ekonomi adalah proposisinya yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah pada akhirnya tergantung kepada permintaan (demand)

(47)

pendukung sektor non-basis. Fenomena inilah yang menjadi pokok perhatian penting dari analisis teori basis ekonomi.

Dari pembahasan tersebut diatas, maka terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan suatu institusi pendidikan yang memiliki skala pelayanan regional dapat menjadi sektor basis bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya. Dimana Produk yang dihasilkan adalah SDM terdidik yang nantinya akan dikirim (migrasi) ke daerah daerah lain. Dan dalam proses memproduksi SDM terdidik tersebut membawa pengaruh kepada munculnya sektor kegiatan ekonomi ikutan sebagai pendukung dalam proses pendidikan pada suatu institusi pendidikan. Dengan adanya ketergantungan sektor kegiatan ikutan terhadap sektor basis juga menimbulkan multiplier efek bagi sektor kegiatan ekonomi lainnya.

Konsep multiplier didasarkan pada perputaran uang dan pendapatan dalam suatu sistem kota atau daerah. Uang mengalir dari suatu kota sebagai pengembalian dari penjualan. Pada waktu yang sama, uang mengalir ke luar kota misalnya sebagai upah buruh dari luar daerah. Perputaran uang ini berhubungan dengan pembelian barang dan jasa dari daerah lain yang erat kaitannya dengan aktivitas sektor ekonomi tertentu. Efek multiplier tidak dengan sendirinya terjadi secara terus menerus tanpa batas, tetapi semakin lama nilainya semakin kecil. Alasan ini ditunjukkan dengan adanya kebocoran dalam sistem ekonomi regional. Adanya uang yang mengalir keluar masuk wilayah dengan bebas, turut mempengaruhi besarnya kebocoran ini.

(48)

multiplier), dan total effect. Yang dimaksud dengan pengaruh langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap suatu sektor secara langsung yaitu pengaruh kenaikan permintaan terhadap sektor itu sendiri. Pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap sektor lain akibat kenaikan permintaan di suatu sektor. Jumlah dari kedua pengaruh ini dinamakan pengaruh total (Herawati, 1993).

Menurut Hoover dan Giarratani dalam Sirojuzilam (2008) apabila aktivitas-aktivitas atau sektor basis telah dapat diidentifkasi, maka kemudian suatu penjelasan tentang pertumbuhan daerah dapat terdiri dari dua bagian yaitu : 1). Penjelasan tentang aktivitas-aktivitas atau sektor basis dan 2) gambaran tentang proses bagaimana aktivitas-aktivitas basis di suatu daerah dapat menyebabkan berkembangnya aktivitas-aktivitas non-basis. Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu studi tentang basis ekonomi suatu daerah pada umumnya bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas ekspor

2. Memperkirakan dengan beberapa cara berbagai kemungkinan pertumbuhan dari aktivitas-aktivitas tersebut, dan

3. Mengkaji dampak aktivitas ekspor terhadap aktivitas-aktivitas lainnya (non-basis) di daerah tersebut.

(49)

pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sektor itu merupakan sektor basis atau bukan (Sirojuzilam, 2008). Di samping itu, ekonomi basis dapat digunakan untuk :

1. mengidentifikasi kegiatan daerah yang bersifat ekspor

2. meramal pertumbuhan yang mungkin terjadi dalam aktivitas basis

3. mengevaluasi pengaruh kegiatan ekspor tambahan terhadap kegiatan bukan basis. Meningkatnya kegiatan basis di dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa di dalamnya, menimbulkan volume kegiatan non-basis. Peningkatan kegiatan basis disebabkan antara lain oleh a). perkembangan jaringan pengangkutan dan komunikasi, b). perkembangan pendapatan atau permintaan dari luar daerah dan, c). perkembangan teknologi dan usaha-usaha pemerintah pusat atau daerah setempat untuk mengembangkan prasarana sosial ekonomi. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non-basis. Pengurangan ini disebabkan oleh :

a). penurunan permintaan dari luar daerah, b). berkurangnya sumber daya alam,

(50)

ekonomi tersebut akan mempunyai efek pengganda terhadap perubahan perekonomian daerah.

2.3 Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro

Secara leksikal pendapatan diartikan sebagai hasil kerja atau usaha baik dalam bentuk uang maupun barang. Salah satu bentuk pendapatan adalah upah atau gaji, yang berarti uang yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995).

Menurut Maryatmo dan Susilo (1996), pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan masyarakat dengan demikian adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima pada satu tahun tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil produksi industri dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikutsertakan modal atau ketrampilan yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, pada akhirnya akan mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Kasasyono,1988).

(51)

tangga. Terdapat dua cara pendekatan untuk mengetahui atau mengukur pendapatan seseorang, yaitu melalui nilai produksi dan nilai penerimaan (Warpani, 1984).

Menurut Djojohadikusumo (1960), bila pendapatan ditinjau dari sudut penerimaan, maka yang termasuk pendapatan adalah: (a) upah, gaji; (b) sewa rumah dan sewa tanah; (c) laba perusahaan; (d) bunga yang diterima dari pinjaman, saham, obligasi dan sebagainya. Sedangkan menurut Todaro (1998), yang termasuk dalam pendapatan adalah gaji, bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun warisan. Pendapatan dengan demikian bukan hanya terdiri dari penawaran tenaga an sich, melainkan juga oleh penguasaan aset-aset sumber pendapatan seperti tanah dan modal (baik secara fisik maupun finansial).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah defenisi dari Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, yaitu (pasal 6) :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(52)

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(53)

2.4 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Soegijoko, dkk., 1997). Menurut Wibowo, dkk., (1999), pengembangan wilayah merupakan usaha mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antarsistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat (social system) lingkungan hidup dan sumberdaya alam (ecosystem). Kondisi ini dapat diterjemahkan ke dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian.

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Beberapa indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasi perkembangan suatu wilayah menurut Hanafiah (1982) antara lain :

(54)

2. Pasar tradisional.

3. Jumlah perusahaan kecil, usaha kecil dan warung lainnya. 4. Persepsi penduduk dan peran sertanya.

5. Tingkat kesejahteraan.

6. Jumlah relatif pengusaha seperti pedagang, penjaga toko dan lain-lain. 7. Jumlah relatif sarana dan prasarana transportasi.

Meskipun banyak konsep tentang wilayah akan tetapi para pakar ekonomi regional sependapat bahwa tujuan pengembangan wilayah adalah pembangunan dalam wilayah itu sendiri untuk menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor industri dan perdagangan, pertanian, pariwisata, jasa dan perkantoran serta sektor lainnya.

Pembangunan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak memperhatikan sekelilingnya. Artinya pembangunan itu harus dapat mempertinggi produktivitas pada suatu wilayah. Miraza (2005) menyimpulkan bahwa, dalam pengembangan wilayah yang terpenting adalah bagaimana memberdayakan potensi yang ada bagi kesejahteraan warga, sebagai akhir daripada pembangunan dan pengembangan tersebut.

Menurut Purboyo ( Akil, 2001), teori-teori pengembangan wilayah, menganut berbagai azas atau dasar berdasarkan tujuan penerapan masing-masing teori. Berbagai paradigma teori pengembangan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut:

(55)

2. Teori yang menekankan pada sumberdaya lingkungan dan faktor alam yang dinilai dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok penganut teori ini sering disebut sangat peduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal, sehingga kajian teori ini terfokus kepada good governance yang bisa bertanggungjawab (responsible) dan berkinerja bagus. 4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di

suatu lokasi (people prosperity).

(56)

Purnomosidi mengatakan bahwa Strategi pengembangan wilayah mempunyai prinsip dasar; bahwa pembangunan berasal dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Untuk merealisir target dan tujuan pengembangan wilayah, prosesnya harus berakar pada kemampuan sumberdaya dan kreativitas seluruh pelaku pembangunan. Maka seluruh usaha yang menjurus pada perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses berkembangnya wilayah (Hermansyur, 1996).

Menurut Misra (1977) pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar (tetraploid discipline) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana. Aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi maupun teori lokasi. Oleh karena itu menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar/aspek, yaitu (1) aspek

GEOGRAFI

PERENCANAAN KOTA

EKONOMI

TEORI LOKASI PENGEMBANGAN

WILAYAH

(57)

biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek sosial budaya; (4) aspek kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.

Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan terhadap pengembangan wilayah, yaitu aspek biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi disekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi tawar ( bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan

ASPEK

(58)

dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada diwilayah tersebut.

Analisa Pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari aspek ekonomi dan aspek lokasinya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat unsur pendapatan masyarakat sekitar (hal ini unit kegiatan usaha) dan didalam aspek lokasi terdapat unsur keterkaitan antara keberadaan lokasi kegiatan jasa pendidikan denagan wilayah sekitarnya.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Suharyanto (2007), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian

Kabupaten Bogor”, dimana metode penelitiannya menggunakan analisis deskriptif

(59)

dirasakan. Oleh karena itu pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat sekitar IPB, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Santoso (2009), dengan judul penelitian “Karakteristik dan Persebaran Warung makan di sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2009

(Studi kasus di Desa Pabelan dan Gonilan Kecamatan Kertasura Kabupaten

Sukoharjo)”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran persebaran

warung makan di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta serta karakteristik pewarung dan usahanya. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pewarung yang mengusahakan warung makan. Metode analisa yang digunakan adalah metode analisa tabel frekuensi dan tabel silang, sedangkan untuk mengetahui persebaran digunakan analisa tetangga terdekat. Hasil penelitiannya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah bahwa sebagian besar pewarung memanfaatkan tempat tinggal dalam berjualan (58,1%). Sebagian besar pewarung berusaha lebih dari 3 tahun (55,9%). Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar dari keluarga (53,8%) dan kebanyakan jumlah antara 1 – 2 orang (43,0%). Penjualan per hari kurang dari Rp. 150.000 (69,9%).

Hariyani (2006), judul penelitian “Pengaruh Kampus Terhadap Ruang

Urban: Kasus Ruang Urban Pada Akses Masuk Kampus Universitas Gajah Mada”.

(60)

deretan bangunan yang mengapit akses-aksesnya, tetapi tidak menciptakan karakter enclosure. Rasio ruang yang terbentuk oleh lebar bangunan terhadap tinggi bangunan adalah 1,6:1 hingga 2,5:1. Ruang urban yang terbentuk di sekitar Kampus UGM memiliki grain halus/kecil karena pengguna ruang urban didominasi oleh mahasiswa yang memiliki keterbatasan pendapatan. Skala perkotaan yang terbentuk masih memiliki skala yang manusiawi dengan dibuktikan oleh lebar jarak antar bangunan dan tinggi bangunan yang rata-rata memiliki rasio 1,9:1 atau 23 m:12 m.

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam konteks teori basis ekonomi dengan melihat skala pelayanannya, keberadaan Kampus USU dapat dikategorikan sebagai sektor basis bagi wilayah sekitarnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa basis ekonomi daerah diartikan sebagai sektor atau sektor-sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu daerah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sektor ekonomi yang pokok di suatu daerah yang dapat menghidupi daerah tersebut beserta masyarakatnya. Dalam hal ini sektor yang mempunyai pengaruh disebut sebagai sektor basis dan sektor yang dipengaruhi disebut sebagai sektor non basis. Setiap perubahan dalam sektor basis tersebut akan mempunyai efek pengganda (multiplier efek) terhadap perubahan perekonomian daerah sekitarnya.

(61)

Kampus USU. Jangkauan pasar (range) adalah jarak yang diperlukan seseorang untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh lagi dari jarak standar yang ditentukan maka orang akan mencari wilayah lain yang lokasinya lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama.

Salah satu indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasi perkembangan suatu wilayah menurut (Hanafiah., 1982) adalah Jumlah perusahaan kecil, usaha kecil dan warung lainnya. Sehingga keterkaitan penelitian ini dengan pengembangan wilayah disebabkan karena lokus dari penelitian ini adalah kegiatan sektor informal yang termasuk dalam kategori indikator tersebut diatas. Walaupun dalam penelitian ini lokus penelitian hanya membahas tentang usaha kecil dan warung di sekitar kampus USU.

(62)

Gambar 2.5 Bagan Alir Kerangka Pemikiran 2.7 Hipotesis Penelitian

Sesuai masalah, dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Aspek Pengembangan Wilayah

KEBERADAAN KAMPUS USU

TUMBUHNYA AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

KAMPUS USU

PENDAPATAN USAHA KECIL DAN WARUNG

POLA TATA RUANG SEKITAR KAMPUS

Pendapatan pada masa aktif perkuliahan

Pendapatan pada masa libur semester

Uji Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Analisis deskriptif

(63)
(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan kedekatan letak lokasi terhadap keberadaan kampus Universitas Sumatera Utara (USU) Padang Bulan. Dimana kriteria yang menjadi persyaratan dalam menentukan lokasi penelitian :

1. Wilayah sekitar kampus yang berlokasi di sekitar pintu masuk Kampus USU. 2. Koridor Jalan disekitar Kampus USU yang peruntukan lahannya didominasi

oleh kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa.

3. Secara administratif pembatasan lokasi penelitian cukup dilakukan pada 1 (satu) wilayah Kecamatan untuk efisiensi waktu dan biaya.

Setelah diidentifikasi maka lokasi-lokasi yang sesuai sebagai wilayah studi/penelitian adalah lokasi-lokasi yang berdekatan pada setiap pintu masuk/gerbang utama USU yang terdiri dari 3 pintu masuk yaitu :

1. Wilayah yang terletak di Koridor Jamin Ginting yang berlokasi di sekitar pintu gerbang Sumber.

2. Wilayah yang terletak di Sekitar Intersection jalan Jamin Ginting/Dr. Mansur yang berlokasi di sekitar pintu gerbang 1 (satu) USU.

(65)

Dari ketiga alternatif lokasi yang telah teridentifikasi tersebut diatas, maka yang memenuhi ketiga persyaratan dalam pemilihan lokasi adalah Wilayah yang terletak di koridor jalan Jamin Ginting dan wilayah di sekitar intersection jamin Ginting/Dr. Mansur yang termasuk dalam wilayah administratif kelurahan Padang Bulan dan kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru. Selanjutnya dalam penelitian ini, lokasi penelitian akan disebut sebagai Wilayah Sekitar Kampus USU.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan/ diperoleh langsung dari responden dan pihak - pihak yang berkompeten terhadap permasalahan yang ada melalui kuisioner, interview juga hasil observasi/pengamatan langsung pada kawasan sekitar USU yang dijadikan objek studi; 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dan dihimpun dari berbagai data/laporan instansi seperti dari: Bappeda, Dinas PU, dinas Tata Kota, Kantor Camat serta instansi terkait lainnya. Data lainnya dari buku-buku referensi serta sumber- sumber yang relevan.

Sementara itu pengumpulan data dilakukan dengan teknik:

(66)

2. Interview atau wawancara langsung dengan responden dalam hal ini adalah para pelaku ekonomi (pemilik/pengelola kegiatan usaha) di kawasan sekitar USU. Wawancara langsung dipandu dengan pengisian kuisioner yang kemudian dikembangkan sesuai perkembangan di lapangan dan jawaban yang diberikan oleh responden. Kuisioner dibagikan secara random/acak pada responden yang berada di jalan Jamin Ginting dan jalan Dr Mansur yang dianggap dapat mewakili objek penelitian. Hasil kuisioner dibuat rangkuman/kesimpulan yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, disesuaikan dengan kajian teoritis yang dipakai sebagai dasar pembahasan analisis dalam penelitian ini. Hasil kuisioner juga ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram sehingga memudahkan untuk mengambil rangkumannya.

3. Dokumentasi melalui pemotretan yang diambil dari pengamatan lapangan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(67)

3.2.2. Sampel

Penggunaan sampel bertujuan agar peneliti mudah memperoleh data yang dapat mencerminkan keadaan populasi dengan pertimbangan biaya lebih murah dan waktu penelitian lebih cepat. Penetapan ukuran sampel di dasarkan atas pertimbangan Roscoe dalam Sugiyono (2003) yang menyatakan : pertama, ukuran sampel sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai 500 sampel. Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30.

Dengan mempertimbangkan tidak tersedianya data sekunder yang menunjukkan besarnya jumlah populasi pada lokasi penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel gugus (Cluster sampling) yang secara spesifik dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sampel area. Sampel diambil secara proporsional pada lokasi penelitian yang telah dibagi dalam beberapa area.

Menurut Cooper dan Schindler dalam Kuncoro (2003) beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menggunakan sampel kluster adalah :

1. Membagi populasi menjadi beberapa sub kelompok berdasar kriteria yang sederhana atau tersedia dalam data.

2. Menjaga heterogenitas dalam sub kelompok dan homogenitas antar sub kelompok.

(68)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel. Jumlah ini ditentukan berdasarkan kelipatan area sub kelompok dalam lokasi penelitian seperti telah dijelaskan pada poin terdahulu bahwa lokasi penelitian terbagi menjadi 2 (dua) area yaitu wilayah sekitar pintu gerbang 1 USU dan wilayah di sekitar pintu gerbang sumber. Dengan demikian dengan merujuk dari pendapat Sugiyono (1986) bahwa jumlah sampel minimal sebanyak 30 sampel maka :

Jumlah sampel = 30 X 2 Jumlah sampel = 60.

Jamlah sampel tersebut telah dapat mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian mengingat kecilnya luasan wilayah penelitian. Sebagai bahan perbandingan bahwa jumlah kegiatan usaha kecil dan warung yang terdaftar pada tahun 2008 adalah sebanyak 129 unit kegiatan (Medan Baru Dalam Angka, 2009). Berkaitan dalam penelitian ini yang menjadi sampel atau responden dari kuesioner yang akan disebar adalah para pemilik atau pengelola usaha kecil dan warung yang ditemui di lapangan.

3.4. Teknik Analisis Data

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikannya, menganalisanya serta menginterpretasikan sehingga mendapat gambaran yang lebih relevan dari

(69)

objek yang diteliti. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian Deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1988). Penelitian deskriptif mempelajari masalah- masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan yang sedang berlaku dan pengaruh-pengaruh suatu fenomena.

Data yang nanti diperoleh dari penelitian di lapangan, selanjutnya diolah dan dianalisis sebagai berikut :

1. Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan dengan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan kondisi eksisting tata ruang wilayah sekitar Kampus USU dan rencana tata ruang wilayah sekitar Kampus USU berdasarkan kebijakan tata ruang Kota Medan.

2. Untuk menjawab permasalahan kedua maka dilakukan dengan metode deskriptif dengan mendeskripsikan profil usaha kecil dan warung yang ada di sekitar kampus USU.

(70)

keterkaitan antara hasil analisis tersebut dengan keberadaan kampus USU secara Deskriptif

Pembuktian hipotesis menggunakan analisis statistik deskriptif dengan metode Pengujian Sampel Berpasangan (Paired sample T Test), yaitu untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan. Dengan demikian maka pada penelitian ini pembuktian hipotesis dilakukan dengan pengujian terhadap tingkat pendapatan masyarakat pada saat kampus USU sedang melaksanakan aktivitas perkuliahan dan pendapatan masyarakat pada masa libur semester. Metode ini dapat digunakan dengan rumus di bawah ini (Sugiyono, 2007) :

Rumus : usaha kecil dan warung yang ada di sekitar kampus USU pada saat masa perkuliahan dengan rata-rata pendapatan pada masa libur semester.

Ha = Ada Perbedaan antara rata-rata pendapatan masyarakat pelaku usaha kecil dan warung yang ada di sekitar kampus USU pada saat masa perkuliahan dengan rata-rata pendapatan pada masa libur semester.

t =

X1 – X2

(71)

Dasar pengambilan keputusan pada Uji sampel berpasangan (paired sample T test) bisa diperoleh dengan menggunakan t hitung dengan melakukan uji 2 sisi dengan Tingkat signifikansi (α) adalah 5%. Sedangkan t tabel (tabel distribusi t) dicari pada α = 5% : 2 = 2,5 % dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 60-1 = 59. Adapun kriteria pengujian :

Ho diterima jika -t tabel < t hitung > t tabel Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Berdasar Probabilitas maka : Ho diterima jika P value > 0,05 Ho ditolak jika P value < 0,05

Selanjutnya pengolahan data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS versi 17.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Kampus USU adalah merupakan salah satu perguruan tinggi negeri

penyelenggara pendidikan formal yang ada di kota Medan. Dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kampus USU yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Kota Medan-Sumatera Utara

Gambar

Gambar  2.1 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd, 1999) Proses perkembangan fisik kota akan membentuk skala perkotaan yang akan
Gambar  2.2  Standar skala perkotaan dengan  memperhatikan pembatas place
Gambar 2.3. Pilar-pilar Pengembangan Wilayah  (Misra, 1977)
Gambar 2.4. Pilar-pilar Pengembangan Wilayah  (Budiharsono, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung Serta Pola Ruang di Wilayah Sekitarnya.. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU DAN HARGA BAHAN PENOLONG TERHADAP PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KECIL TEMPE DI DESA PANGKALAN KECAMATAN AEK NATAS KABUPATEN LABUHANBATU