• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

T E S I S

Oleh

CHANDRA WIJAYA 107003006 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHANDRA WIJAYA 107003006 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH SEKITARNYA

Nama Mahasiswa : Chandra Wijaya Nomor Pokok : 107003006

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA)

Ketua Anggota

(Dr. Rujiman, SE, MA)

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)

Direktur,

(4)

Tanggal Lulus : 04 Agustus 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 04 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA Anggota : 1. Dr. Rujiman, SE, MA

2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si 3. Ir. Supriadi, MS

(5)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

ABSTRAK

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di kota ini serta memiliki skala pelayanan yang regional. Keberadaan suatu institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah, profil usaha kecil yang berkembang di sekitar Kampus serta menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tata ruang di wilayah peletian berkembang secara interstisial serta kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis (Zahnd, 1999). Usaha kecil pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana di dominasi oleh jasa fotocopy dan penjilidan (30%) dimana sebagian besar usaha memiliki jumlah karyawan sebanyak 2 (dua) orang (40%). Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa usaha kecil yang berada di sekitar kampus telah lama memiliki usaha yaitu berkisar 6-10 tahun (43,33%) , serta sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya tersebut (56,67%). Dari sisi status bangunan, sebagian besar unit usaha kecil merupakan milik sendiri yang diperoleh dari warisan orangtua (63,33%). Keberadaan Kampus UHN berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha di sekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan saat masa libur semester.

(6)

THE IMPACT OF THE EXISTENCE OF UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR TO THE INCOME OF SMALL

SCALE BUSINESS AND THE PATTERN OF SPACE IN THE SURROUNDING AREA

ABSTRACT

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar is one of the universities having the biggest number of students in this city and regional-scale service. The existence of a university is expected to be able to be “the symbol or the face” of a city/region. This shows that educational sector can be an identity of a city as well as one of the generators of urban economy in the framework of regional development.

The purpose of this study was to identify and analyze the pattern of regional spatial structure, the profile of small businesses developing in the vicinity of the campus, and to analyze the impact of the existence UHN Campus on the income of small businesses in its vicinity by comparing the level of income during active school days and during semester holiday.

The result of this study showed that the pattern of space in the research location had developed interstitially and the impression of urban space formed was neutral or harmonious (Zahnd, 1999). The small businesses in the research location included in micro business category are dominated by photocopy and bookbinding services (30%) and most of the businesses had 2 (two) employees (40%). 43.33% of the small businesses around the campus have been run for about 6 – 10 years. Most of the business owners (56.67%) domicile in the location of their business and 63.33% of these businesses are obtained from the parents’ legacy. The existence of UHN Campus had a positive impact to the increase of the income of the businesses in its vicinity indicated by the higher income generated during the active school days compared to that generated during semester holiday.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah dan rahmat-Nya, penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Tesisi berjudul “Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya”, dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara (USU).

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dalam penyusunan tesis ini

3. Bapak Dr. Rujiman , MA sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penyusunan tesis ini

4. Bapak Dr.Ir.Rahmanta, MS sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

5. Bapak Ir. Supriadi, MS selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

6. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

7. Bapak/Ibu dosen di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan

8. Bapak/Ibu Staf Administrasi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi serta semangat

9. Kedua orangtua beserta adik-adik saya sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’a.

10.Teman-Teman Seperjuangan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 yang selalu hidup dalam suka dan duka

(8)

Akhirnya dengan berserah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tesis ini dipersembahkan kepada semua pihak yang memerlukannya dengan harapan dapat memberi koreksi yang konstruktif sebab tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Chandra Wijaya dilahirkan di Kota Pematangsiantar pada tanggal 27 Oktober 1986. Anak pertama dari pasangan Bapak Drs.Tuahman Saragih dan Ibu Ir.Dameria Damanik dengan memiliki empat (4) orang saudara. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada SD Sultan Agung Kota Pematangsiantar Tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama pada SMP Cinta Rakyat I Kota Pematangsiantar Tahun 2001, Sekolah Menengah Atas pada SMA Budi Mulia Kota Pematangsiantar Tahun 2004. Memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Diponegoro Jurusan Teknik Sipil Tahun 2010.

(10)

ABSTRAK ... 1.2.Perumusan Masalah ... 1.3.Tujuan Penelitian ... 1.4.Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1.Pengembangan Wilayah Kota ... 2.2.Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota ... 2.3.Pola dan Struktur Ruang Perkotaan ... 2.4.Tata Guna Lahan Perkotaan ... 2.5.Peran Institusi Pendidikan Sebagai Sektor Penggerak

Ekonomi ... 2.6.Sektor Kegiatan Pendidikan Dalam Pandangan Teori

Lokasi ... 2.7.Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro ... 2.8.Penelitian Sebelumnya ... 2.6.Kerangka Pemikiran ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1.Lokasi Penelitian ... 3.2.Jenis dan Sumber Data ... 3.3.Populasi dan Sampel ... 3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 3.5.Teknik Analisa Data ... 3.6.Defenisi Operasional ...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...

(11)

4.4.Tata Guna Lahan dan Jaringan Jalan ... 4.5.Gambaran Aktivitas Ekonomi Masyarakat ... 4.5.1 Gambaran Perekonomian Wilayah Penelitian ... 4.5.2.Profil Usaha Kecil di Sekitar Kampus UHN ... 4.6.Analisa Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap

Pendapatan Usaha Kecil Di Sekitarnya ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1.Kesimpulan ... 5.2.Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

49 53 53 54

56

61 61 62

(12)

4.1

Luas Wilayah Per Kelurahan Di Kec. Siantar Timur ...

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kelurahan Di Kec.

Siantar Timur ...

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Anggota

Rumah Tangga Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ...

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kelurahan

Di Kec.Siantar Timur ...

Banyaknya Rumah Tangga Miskin Penerima BLT Per

Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ...

Jumlah Fasilitas Industri Per Kelurahan Di Kec.Siantar

Timur ...

Analisa Frekuensi Karakteristik Usaha Kecil Berdasarkan

Jenis Usaha ...

Rata-Rata Pendapatan Pelaku Usaha Kecil Di Sekitar

Kampus Pada Saat Aktif Perkuliahan Dengan Pada Masa

Libur Semester ...

Tabel Output Analisis SPSS ...

(13)

2.1

Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005) ..

Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd,1999) ...

Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas

Place Secara Vertikal (Zahnd,1999) ...

Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan ...

Bagan Alir Kerangka Pemikiran ...

Peta Wilayah Administrasi ...

Rencana Pola Ruang Kota Pematangsiantar ...

Struktur Ruang Kota Pematangsiantar ...

Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar ...

Jaringan Jalan Kota Pematangsiantar ...

Sebagian Jenis Usaha Yang Berada Di Sekitar Lokasi

(14)

1

2

3

4

5

6

Halaman DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Formulir Daftar Pertanyaan Penelitian (Kuisioner) ...

Tabel Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 ...

Tabel Analisa Frekuensi Karakteristik Usaha Kecil

Berdasarkan Jumlah Karyawan, Lama Usaha, Tempat

Domisili Pemilik, Status Bangunan ...

Tabel Distribusi t ...

Analisa Foto Skala Perkotaan ...

Dokumentasi Foto Hasil Survei Lapangan ...

66

71

72

74

75

(15)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

ABSTRAK

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di kota ini serta memiliki skala pelayanan yang regional. Keberadaan suatu institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah, profil usaha kecil yang berkembang di sekitar Kampus serta menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tata ruang di wilayah peletian berkembang secara interstisial serta kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis (Zahnd, 1999). Usaha kecil pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana di dominasi oleh jasa fotocopy dan penjilidan (30%) dimana sebagian besar usaha memiliki jumlah karyawan sebanyak 2 (dua) orang (40%). Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa usaha kecil yang berada di sekitar kampus telah lama memiliki usaha yaitu berkisar 6-10 tahun (43,33%) , serta sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya tersebut (56,67%). Dari sisi status bangunan, sebagian besar unit usaha kecil merupakan milik sendiri yang diperoleh dari warisan orangtua (63,33%). Keberadaan Kampus UHN berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha di sekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan saat masa libur semester.

(16)

THE IMPACT OF THE EXISTENCE OF UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR TO THE INCOME OF SMALL

SCALE BUSINESS AND THE PATTERN OF SPACE IN THE SURROUNDING AREA

ABSTRACT

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar is one of the universities having the biggest number of students in this city and regional-scale service. The existence of a university is expected to be able to be “the symbol or the face” of a city/region. This shows that educational sector can be an identity of a city as well as one of the generators of urban economy in the framework of regional development.

The purpose of this study was to identify and analyze the pattern of regional spatial structure, the profile of small businesses developing in the vicinity of the campus, and to analyze the impact of the existence UHN Campus on the income of small businesses in its vicinity by comparing the level of income during active school days and during semester holiday.

The result of this study showed that the pattern of space in the research location had developed interstitially and the impression of urban space formed was neutral or harmonious (Zahnd, 1999). The small businesses in the research location included in micro business category are dominated by photocopy and bookbinding services (30%) and most of the businesses had 2 (two) employees (40%). 43.33% of the small businesses around the campus have been run for about 6 – 10 years. Most of the business owners (56.67%) domicile in the location of their business and 63.33% of these businesses are obtained from the parents’ legacy. The existence of UHN Campus had a positive impact to the increase of the income of the businesses in its vicinity indicated by the higher income generated during the active school days compared to that generated during semester holiday.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak kota di Indonesia bahkan di dunia yang tumbuh dan berkembang

dimana struktur perekonomian kota/wilayahnya di dukung dari sektor pendidikan.

Bahkan pada beberapa kota, keberadaan suatu Institusi Pendidikan diharapkan

dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah tersebut.

Sebagai contoh kecil Kota Surakarta dengan Universita Negeri Solo (UNS), Kota

Malang dengan Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Kota Manado dengan

Universitas Sam Ratulangi dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus

diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka

pengembangan wilayah.

Dari sisi pengembangan wilayah keberadaan sebuah lembaga pendidikan

yang cukup besar merupakan salah satu daya tarik atau merupakan salah satu

alasan terjadinya proses urbanisasi pada suatu wilayah. Dimana peningkatan

jumlah populasi sebagai akibat langsung proses urbanisasi menjadi peluang pasar

baru bagi kegiatan ekonomi masyarakat seiring dengan meningkatnya jumlah

permintaan barang-barang kebutuhan. Selain hal tersebut terkonsentrasinya

populasi pada satu titik lokasi tentunya juga akan membawa dampak bagi pola

tata ruang di wilayah tersebut.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal

(18)

strategis yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

bermutu. Keadaan persaingan yang cukup kompetitif antarperguruan tinggi

menuntut lembaga pendidikan memperhatikan mutu pendidikan dan kelembagaan

sehingga mampu serta unggul dalam persaingan tersebut. Perguruan tinggi harus

melakukan langkah antisipasi guna menghadapi persaingan yang semakin

kompetitif serta bertanggung jawab untuk menggali dan meningkatkan segala

aspek pelayanan yang dimiliki. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No.20

Pasal 1 Tahun 2003 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi semua

negara, baik negara berkembang atau pun negara maju sehingga menjadi budaya

bagi masyarakat untuk terus menerus meningkatkan diri melalui berbagai sarana

pendidikan yang tersedia. Taylor menyatakan bahwa mutu pendidikan tinggi

harus didasarkan pada empat pilar pokok sumber daya di bidang pendidikan tinggi

yaitu sumber daya fisik/physical resources, keuangan/financial resources,

informasi/information resources, dan sumber daya manusia/human resources

(Semiawan, 1998).

Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tentunya harus

menyelaraskan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut yang secara implisit

menekankan pada pentingnya kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan

(19)

konsekuensinya perguruan tinggi dituntut memiliki kualitas yang memadai pula,

sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada. Tidak dapat disangkal lagi bahwa

upaya peningkatan keunggulan kompetitif tersebut berkaitan erat dengan

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang notabene tidak bisa

lepas dari peran pendidikan di Indonesia.

Hakikatnya, pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan

dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah atau lembaga pendidikan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia seyogyanya menjadi salah satu fokus

utama dalam sistem pendidikan nasional, terutama yang berkaitan dengan

penyelenggaraan proses pendidikan oleh lembaga pendidikan, khususnya

perguruan tinggi. Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas dan terserap dalam

dunia kerja tentunya memiliki implikasi pada terciptanya keungulan kompetitif

secara nasional. Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi sebagai salah satu

bagian dari ruang kota semakin berat. Perguruan tinggi harus mampu menjawab

kebutuhan masyarakat yang senantiasa tumbuh dan mampu memfasilitasi

kegiatan belajar dengan standar yang terus meningkat.

Menurut Richardson (1972), proses pembangunan ekonomi dengan adanya

kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersedian fasilitas, maka investasi di

wilayah ini pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisiensi usaha

(economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan

keuntungan-keuntungan eksternal. Pelaksanaan suatu usaha atau program

pembangunan ekonomi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap keadaan

ekonomi peserta/pelaksana usaha tersebut, tetapi juga memberikan dampak positif

(20)

atau usaha/program pembangunan ekonomi dalam suatu lingkup perekonomian

yang semakin luas/berkembang akan menciptakan keterkaitan yang semakin kuat

dan dinamis diantara berbagai sektor ekonomi.

Di wilayah Kota Pematangsiantar, Universitas HKBP Nommensen

merupakan universitas favorit dilihat dari sisi jumlah mahasiswanya dibandingkan

dengan universitas lain yang ada di Kota Pematangsiantar. Dari jumlah populasi

mahasiswa, karyawan dan dosen ditambah dengan sejarah panjang yang telah

dilalui tentunya cukup memberikan indikasi bahwa kondisi tersebut seyogianya

akan mempunyai dampak terhadap proses perkembangan wilayah di sekitarnya.

Sejak didirikan 1 September 1962 sampai dengan sekarang, UHN

merupakan salah satu perguruan tinggi yang menjadi favorit para calon

mahasiswa di wilayah Kota Pematangsiantar. Keberadaan UHN sebagai lembaga

pendidikan formal telah banyak melahirkan lulusan yang berkualitas dengan

berbagai bidang disiplin ilmu yang saat ini banyak berkecimpung di bidang

pemerintahan, swasta dan kewirausahaan. Keberadaan kampus ini diharapkan

mampu untuk menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia karena hanya melalui pendidikan pembangunan bangsa ini dapat

terlaksana.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal

khususnya perguruan tinggi, menjadikan perguruan tinggi sebagai sektor strategis

yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Selain

itu kehadiran suatu institusi/lembaga pendidikan seperti UHN ini diharapkan

dapat pula memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak yang

(21)

adanya multiplier effect dari keberadaan UHN ini terhadap masyarakat sekitarnya.

Melihat kondisi wilayah di sekitar kampus UHN menunjukkan bahwa beberapa

kegiatan ekonomi yang berkembang antara lain adalah unit-unit usaha percetakan,

jasa perumahan atau rumah-rumah kos, rumah makan serta jasa-jasa lain.

Pembangunan pada suatu wilayah dapat mendatangkan dampak berupa

manfaat yang positif atau juga manfaat yang negatif, terutama kepada masyarakat

yang tinggal di dekat sekitar kegiatan lokasi pembangunan sebagai penerima

akibat. Dalam hal ini komunitas lokal harus mencari peluang agar terjadi

penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Anwar, 1995).

Oleh sebab itu berdasarkan dari beberapa uraian tersebut, penelitian tentang

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN)

Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di

Wilayah Sekitarnya menjadi perlu dilakukan guna mengetahui potensi serta

masalah yang ada sebagai bentuk interaksi antara keberadaan Kampus UHN

dengan wilayah sekitarnya.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan

dilihat oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu

a. Bagaimana Gambaran Pola Tata Ruang Wilayah Di Sekitar Kampus

UHN?

b. Bagaimana Profil Usaha Kecil Yang Berkembang Di Sekitar Kampus

(22)

c. Bagaimana Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap Pendapatan

Usaha Kecil Di Sekitarnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah di

sekitar Kampus UHN

b. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis profil usaha kecil yang

berkembang di sekitar Kampus UHN

c. Untuk menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN

terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan

tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur

semester.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak kampus dalam rangka perencanaan

dan pengembangan kampus ke depan sehingga memiliki kontribusi

positif bagi masyarakat sekitarnya

b. Sebagai reverensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam perencanaan bidang pendidikan yang berkaitan dengan

(23)

c. Membuka peluang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

lanjutan dan lebih mendalam yang berkaitan dengan keberadaan suatu

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Wilayah Kota

Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata

sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang matrealistis atau dapat pula

diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan

non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Beberapa

aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial sebagai pusat pendidikan, pusat

kegiatan ekonomi , dan pusat pemerintahan. Ditinjau dari hirarki tempat, kota itu

memiliki tingkat atau rangking yang tertinggi, walaupun demikian menurut

sejarah perkembangannya kota itu berasal dari tempat-tempat pemukiman

sederhana.

Kota juga memiliki banyak ikon yang memungkinkan terjadinya

perubahan dan perkembangan, sehingga kita dapat menemukan pola yang pasti

untuk menentukan perencanaan pembangunan yang lebih terarah. Sehingga sudah

semestinya jika perbedaan-perbedaan yang penting antara satu kota dengan kota

lainnya akan menarik perhatian untuk dikaji lebih jauh. Misalnya ada perbedaan

mengenai penulisan tema kota diharapkan akan memperkaya pengetahuan dan

wawasan kita tentang keadaan kota yang dikaji itu secara lebih kompleks.

Di dalam pembangunan ekonomi, perencanaan wilayah sangat perlu untuk

menetapkan suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai

(25)

kebutuhan fasilitasnya pun berbeda. Pada dasarnya untuk melihat apakah daerah

itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan

yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Menurut

Robinson Tarigan (2005:158-159) fasilitas perkotaan atau fungsi perkotaan antara

lain adalah sebagai berikut :

1. Pusat perdagangan, yang digunakan untuk melayani masyarakat kota itu

sendiri, melayani masyarakat kota dan daerah pinggiran, melayani

beberapa kota kecil (pusat kabupaten), melayani pusat provinsi dan pusat

beberapa provinsi sekaligus

2. Pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa perusahaan

3. Tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik,

jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air minum, pelayanan sampah,

sistem drainase, taman kota, atau pasar

4. Pusat penyediaan fasilitas sosial atau seperti prasarana pendidikan

(universitas, akademi, SLTP, SD), prasarana kesehatan, tempat ibadah,

prasarana olahraga, prasarana sosial seperti gedung pertemuan, dan

lain-lain

5. Pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan turut mempercepat tumbuhnya

suatu kota karena banyak masyarakat yang perlu datang ke tempat itu

untuk urusan pemerintahan

6. Pusat komunikasi dan transportasi

7. Lokasi pemukiman yang tertata

Menurut Wibowo, dkk, (1999), pengembangan wilayah merupakan suatu

(26)

interaksi antarsistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat

lingkungan hidup dan sember daya alam. Kondisi ini dapat diterjemahkan dalam

bentuk pengembangan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan

keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, kselerasan dan

kesesuaian.

Menurut Sirojuzilam (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya

merupakan peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu,

mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak

sarana/prasana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha

masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun

kualitasnya.

Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas/dasar

berdasarkan tujuan penerapan masing-masing teori. Berbagai paradigma teori

pengambangan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut (Purboyo, 2001),

1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local

prosperity)

2. Teori yang menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam

yang dinilai dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan

produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok

penganut teori ini sering disebut sangat peduli dengan pembangunan

berkelanjutan (sustainable development)

3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses

(27)

terfokus kepada good governance yang bisa bertanggungjawab dan

berkinerja bagus

4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang

tinggal di suatu lokasi (people prosperity)

Menurut Misra (1977), pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar

(tetraploid discipline) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi.

Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana

dimana aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi

maupun teori lokasi. Oleh karena itu, menurut Budiharsono (2005),

pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar, yaitu (1)

aspek biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek sosial budaya; (4) aspek

kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.

Gambar 2.1 Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005)

Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan

terhadap pengembangan wilayah yaitu aspek biogeofisik melindungi kandungan

sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan

prasarana yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan aspek ekonomi meliputi

(28)

kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya,

polotik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia,

budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi menunjukkan

keterkaitan antar wilayah yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan

dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan

meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah

merusak atau tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang

ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak.

Aspek pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat

dari aspek ekonomi dan aspek lokasinya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat

unsur pendapatan masyarakat sekitar dan didalam aspek lokasi terdapat unsur

keterkaitan antara keberadaan lokasi kegiatan jasa pendidikan dengan wilayah

sekitarnya.

2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota

Sebuah perguruan tinggi yang berdiri di suatu kota mempunyai pengaruh

yang cukup signifikan terhadap kota secara fisik dan juga secara non fisik.

Dampak kota secara non fisik adalah perekonomian khususnya harga perumahan,

sosial (kelompok-kelompok perumahan permanen berganti fungsi menjadi

pemondokan sementara), jumlah penduduk kelas menengah, budaya (selera yang

seragam serta penyediaan layanan). Dampak secara fisik adalah alih fungsi

bangunan (Allison, 2006).

Dampak fisik dan non fisik tersebut mempunyai pengaruh yang cukup

(29)

Perguruan tinggi sering didefinisikan sebagai mesin pembangunan ekonomi.

Perguruan tinggi merupakan suatu bisnis yang menguntungkan bagi pemerintah

setempat. Dengan adanya perguruan tinggi, suatu kota dapat menarik minat siswa

untuk datang dan pada akhirnya mendatangkan pendapatan bagi kota tersebut.

Ada multiplier effect dari perguruan tinggi terhadap kawasan sekitar, disamping

peluang bisnis yang menguntungkan juga prestige yang didapatkan jika memiliki

Pendidikan Tinggi yang prestige (Bromley, 2006).

Adanya pendidikan tinggi juga mempengaruhi kota, dalam hal ini daya tarik

kota sebagai kawasan perguruan tinngi. Hal ini akan mengakibatkan adanya

migrasi yang masuk bukan saja melanjutkan studi tetapi juga mencari kesempatan

dan peluang kerja. Selain itu juga akan memberi dampak terhadap pelayanan

infrastruktur yang ada seperti jaringan air bersih, jalan dan drainase (Purcahyono,

2002).

Keberadaan perguruan tinggi memberi pengaruh pada kawasan sekitarnya

khususnya kawasan yang berbatasan langsung dengan perguruan tinggi tersebut.

Hal ini akan memberi dampak peningkatan kepadatan bangunan dan jumlah

penduduk. Perubahan ini akan mempengaruhi pola penggunaan lahan dan fungsi

rumah sebagai kegiatan sosial. Adanya alih fungsi rumah tinggal menjadi rumah

dengan kegiatan ekonomi (sewa/kontrak kamar), perubahan/penambahan ruang

dan bangunan guna menambah kapasitas (Riyanto, 2002).

Menurut Krier dan Trancik (Zahnd, 2002) ruang perkotaan atau urban space

terdiri atas street/jalan dan square/ruang, sehingga keberadaan gedung-gedung

dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang berbentuk massa bangunan dan

(30)

keseluruhan. Secara lebih rinci deskripsi tentang ruang kota dapat dilihat dari sisi

fisik morfologis, fungsi dan kepemilikan. Dari sisi fisik morfologis kota

dipandang sebagai susunan dari street dan square. Secara fungsi, aktifitas yang

berlangsung di ruang perkotaan adalag aktifitas sosial, aktifitas pergerakan dan

aktifitas ekonomi. Dari segi kepemilikan, suatu ruang perkotaan dapat secara

penuh dimiliki suatu publik, yangmana dalam hal ini adalah pemerintah daerah

setempat.

Dalam pandangan Zahnd, kota dapat dianalisis sebagai suatu produk fisik

yang terdiri atas street dan square dimana secara teoritis dapat dipahami sebagai

berikut:

a. Teori Figure/Ground

Teori ini dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara

bentuk yang dibangun dan ruang terbuka.

b. Teori Linkage

Teori ini dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap

sebagai generator kota.

c. Teori Place

Teori ini dipahami dari segi seberapa besar kepentingan tempat-tempat

perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya dan sosialisasinya.

Dalam pandangannya, Zahnd (1999) menyimpulkan bahwa pola

perkembangan dasar fisik kota dikenal dengan tiga istilah teknis yaitu :

1. Perkembangan Horizontal dimana cara perkembangannya mengarah

keluar, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian dan kuantitas

(31)

sering terjadi di pinggir kota dimana lahan masih lebih murah dan dekat

jalan raya yang mengarah ke kota.

2. Perkembangan Vertikal dimana cara perkembangannya mengarah

keatas, artinya daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap

sama sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan dengan

cara ini sering terjadi di pusat kota dan di pusat-pusat perdagangan yang

memiliki potensi ekonomi.

3. Perkembangan Interstisial dimana cara perkembangannya dilangsungkan

kedalam, artinya daerah dan ketinggian bangunan rata-rata tetap sama

sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah.

Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan antara

pusat dan pinggir kota yang kawasannya sudah dibatasi dan hanya dapat

dipadatkan.

Gambar 2.2 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd,1999)

Proses perkembangan fisik kota akan membentuk skala perkotaan yang akan

menciptakan kesan terhadap konteks suatu kota. Skala perkotaan merupakan

perbandingan hubungan antara lebar/panjang dan tinggi ruang pada suatu tempat

dan McClusky dalam Zahnd (1999) memberikan suatu standar umum skala Perkembangan

Interstisial

Perkembangan Horizontal

(32)

perkotaan yang dapat menciptakan 3 kategori kesan, yaitu kesan sempit, kesan

netral atau harmonis dan kesan luas atau sunyi.

Gambar 2.3 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal (Zahnd,1999)

Ruang perkotaan merupakan tempat berkumpulnya sebagian besar

masyarakat ketika berada di dalam bangunan (Madanipour,1996). Inti dari ruang

perkotaan adalah kegiatan dan ruang pedesaan, oleh sebab itu perencanaan fisik

kota merupakan suatu pemikiran sistematis mengenai penataan ruang sehubungan

dengan adanya kegiatan manusia dan kebutuhannya. Kebutuhan ruang akan selalu

(33)

wilayah, sedang keberadaan dan ketersediaan ruang bersifat bebas. Dalam

menyeimbangkan kebutuhan (demand) dan ketersedian (supply) lahan agar

mendekati kondisi optimal, maka perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan ruang

yang komprehensif melalui perpaduan pendekatan sektoral dan pendekatan

regional.

2.3. Pola dan Struktur Ruang Perkotaan

Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang

didalamnya memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia,

maka ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 (tiga) proses

utama, yakni :

a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata

ruang wilayah (RTRW). Disamping sebagai “guidance of future actions

RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar

interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan

serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk

hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan

(development sustainability)

b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi

rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri

c. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme

perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap

(34)

Dengan demikian, selain merupakan proses untuk mewujudkan

tujuan-tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan produk yang

memiliki landasan hukum (legal instrument) untuk mewujudkan tujuan

pengembangan wilayah. Chapin (dalam Soekonjono, 1998) mengemukakan ada 2

hal yang mempengaruhi tuntutan kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan

perubahan penggunaan lahan yaitu adanya perkembangan penduduk dan

perekonomian serta pengaruh sistem aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem

lingkungan.

Rencana pola ruang merupakan elemen penting dalam rencana tata ruang

wilayah kota, dimana didalamnya ditunjukkan alokasi ruang bagi berbagai

kegiatan perkotaan. Rencana pola ruang ini dirumuskan sesuai dengan hasil

analisis serta dengan mempertimbangkan arahan kebijakan dari stakeholders

Kota.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (Pasal 1 UU No.

27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang). Perencanaan struktur ruang diarahkan

untuk menentukan hirarki dan fungsi pusat-pusat permukiman serta sistem

jaringan prasarana dan sarana, sehingga dapat menciptakan tingkat perkembangan

fisik, ekonomi dan sosial yang diinginkan selama kurun waktu perencanaan. Suatu

kota pada dasarnya terbentuk dari pusat-pusat kegiatan yang membentuk hirarki

dan pola keterkaitan satu dengan lainnya. Karena itu rencana sistem pusat

kegiatan dirumuskan dengan menentukan hirarki serta fungsi setiap pusat kegiatan

(35)

Sesuai Permen PU No. 17/PRT/M/2009, rencana sistem pusat kegiatan

dirumuskan dengan kriteria:

a. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang

berbatasan

b. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu

perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan

c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus

berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta

saling terkait menjadi satu kesatuan sistem

Gambar 2.4 Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan

2.4. Tata Guna Lahan Perkotaan

Perkembangan suatu kota oleh jaringan transportasi otomatis akan

memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mencapai lokasi di pusat kota.

Pusat kota akan semakin padat dengan bertambahnya manusia yang menempati

lokasi tersebut. Dan ketika manusia sudah tidak memperoleh tempat lagi di pusat

kota, maka mereka akan menempati lokasi-lokasi di dekat pusat kota agar tetap

Gambar. 6.4.

1. Central Business District (CBD) 2. Wholesale light manufacturing 3. Low-class residential 4. Medium-class residential 5. High-class residential 6. Heavy manufacturing 7. Outlying business district 8. Residential sub-urban 9. Industrial sub-urban 10. Commuters zone

(36)

bisa mencapai pusat kota dengan mudah. Selanjutnya perkembangan ini akan

menimbulkan dampak dalam penggunaan lahannya. Lokasi di sepanjang tepi jalan

merupakan lokasi yang strategis untuk melakukan aktivitas. Lokasi tersebut

memiliki aksesibilitas yang tinggi karena mudah dijangkau. Dengan semakin

banyaknya aktivitas di tempat tersebut, maka lahan yang jumlahnya terbatas akan

diperebutkan agar manusia tetap bisa memperoleh keuntungan yang maksimal.

Persaingan tersebut secara langsung akan menjadikan nilai lahan perkotaan

menjadi meningkat. Nilai lahan adalah suatu penilaian atas lahan yang didasarkan

pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan

produktivitas dan strategi ekonominya (Drabkin dalam Yunus, 2000 : 89). Nilai

lahan merupakan nilai ruang secara horizontal (distance decay principle from the

center) berdasarkan Urban Growth Model (Brotosunaryo, 2005 : 6).

Teori mengenai nilai lahan sudah ada sejak abad 19. Tokoh yang pertama

kali mencetuskan teori mengenai nilai lahan adalah David Ricardo (1821) dalam

bukunya “Principle of Political Economy and Taxation”. Teori Ricardo merujuk

pada sewa lahan (land rent) yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan

mengabaikan faktor lokasi dari pusat kota. Selanjutnya teori nilai lahan

dikembangkan oleh Von Thunen (1826). Von Thunen menyatakan bahwa pola

penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan

dengan jarak dan sifat barang dagangan khususnya hasil pertanian. Von Thunen

mengkondisikan ada empat hal yang harus dipenuhi, yaitu : (1) isolated state; (2)

uniform plain; (3) “transportation costs” berbanding lurus dengan jarak; dan (4)

maximise profits (Yunus, 2002 : 90 - 91). Dari sinilah maka muncul istilah

(37)

lain bahwa semua kota tidak memiliki kondisi fisik lingkungan yang sama

(uniform plain). Sehingga kota akan memiliki pola penggunaan lahan yang

berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

Menurut Kurdinanto, (Cholis 1995, dalam Luky 1997) nilai tanah terbentuk

oleh faktor - faktor yang mempunyai hubungan, pengaruh serta daya tarik yang

kuat terhadapnya yang diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu :

1. Faktor - faktor terukur (tangible factors)

Faktor terukur adalah faktor pembentuk harga tanah yang bisa diolah

secara ilmiah menggunakan logika – logika akademik. Faktor ini

kemunculannya terencana dan bentuk fisiknya ada di lapangan, misalnya

aksesbilitas (jarak dan transportasi) dan jaringan infrastruktur (sarana dan

prasarana kota seperti jalan, listrik, perkantoran dan perumahan).

2. Faktor - faktor tak terukur (intangible factors)

Faktor tak terukur adalah faktor pembentuk harga tanah yang muncul tiba

– tiba/dengan sendirinya dan tidak bisa dikendalikan di lapangan. Oleh

Wilcox (1983) dalam Luky (1997), faktor tak terukur ini dibagi menjadi

tiga, yaitu :

a. Faktor adat kebiasaan (custom) dan pengaruh kelembagaan

(institutional factors)

b. Faktor estetika, kenikmatan dan kesenangan (esthetic amenity factors)

seperti tipe tetangga dan kesenangan

c. Faktor spekulasi (speculation motives), seperti antisipasi perubahan

(38)

2.5. Peran Institusi Pendidikan Sebagai Sektor Penggerak Ekonomi

Jasa pelayanan pendidikan skala regional merupakan pasar potensial bagi

kegiatan sektor ekonomi lain yang terkait dengannya. Peningkatan jumlah

populasi sebagai akibat migrasi karena pendidikan berarti peningkatan akan

permintaan barang-barang kebutuhan. Menurut Pappas dan Hirschey (1995),

permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang mampu dibeli oleh para

pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu.

Dengan kata lain, permintaaan adalah jumlah total yang mampu dibeli oleh para

pelanggan.

Untuk kegiatan ekonomi lainnya yang berorientasi pasar fokus utamanya

adalah pada permintaan pasar, tetapi semata-mata merupakan gabungan dari

permintaan individu atau pribadi dan gagasan tentang hubungan permintaan pasar

yang diperoleh dengan memahami sifat permintaan individual. Terdapat dua

model dasar untuk permintaan individual yaitu, pertama, yang dikenal sebagai

tokoh perilaku konsumen yang berkaitan dengan permintaan langsung untuk

produk-produk konsumsi pribadi.

Kedua, barang dan jasa yang diperoleh bukan karena nilai konsumsi

langsung mereka melainkan karena merupakan masukan penting dalam

pembuatan atau distribusi produk. Barang dan jasa yang diminta bukan untuk

konsumsi pribadi akhir secara langsung tetapi untuk penggunaan mereka dalam

(39)

2.6. Sektor Kegiatan Pendidikan Dalam Pandangan Teori Lokasi

Teori Ekonomi Wilayah mencakup didalamnya teori lokasi sebagai ilmu

yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi atau dapat juga diartikan sebagai

ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka serta

hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau

kegiatan lain (Tarigan, 2006). Dalam pandangan teori ekonomi wilayah, suatu

institusi pendidikan dikategorikan sebagai salah satu aktivitas ekonomi sektor jasa

yang memiliki kontribusi terhadap penyediaan tenaga kerja terdidik sebagai

produknya dan juga sekaligus sebagai pasar potensial bagi kegiatan ekonomi

lainnya apabila suatu institusi pendidikan memiliki jumlah populasi yang cukup

besar.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang turut mempengaruhi

apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat

aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat menudahan di dalam

mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain disekitarnya

(Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,

kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung

termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui

jalur tersebut.

Keberadaaan institusi pendidikan dilihat dari sisi permintaan dianggap

sebagai suatu pasar. Lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah

konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin

enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan

(40)

Institusi pendidikan adalah pasar, dengan keberadaannya maka wilayah

sekitarnya merupakan lokasi produksi dimana mahasiswa datang ke “pasar” untuk

memenuhi kebutuhannya seperti makan minum, tempat kos, fotocopy, warnet,

wartel dan bahkan membeli segala kebutuhan kuliahnya. Untuk memenuhi

kebutuhan mahasiswa, masyarakat membuka usaha di sekitar institusi pendidikan

agar mahasiswa dapat lebih mudah mendapatkan segala kebutuhannya.

Selain hal tersebut diatas, dalam pandangan teori basis ekonomi secara

umum dan sederhana dijelaskan oleh Bendavid-Vall bahwa basis ekonomi daerah

diartikan sebagai sektor atau sektor-sektor ekonomi yang aktivitasnya

menyebabkan suatu daerah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sektor

ekonomi yang pokok di suatu daerah yang dapat menghidupi daerah tersebut

beserta masyarakatnya.

Teori basis ekonomi (economic base theory) adalah suatu teori atau

pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan

daerah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu daerah

secara khusus merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti

pertumbuhannya memimpin dan menentukan perkembangan daerah secara

keseluruhan, sementara aktivitas-aktivitas lainnya yang non-basis adalah secara

sederhana merupakan konsekuensi dari keseluruhan perkembangan daerah

tersebut menurut Hoover and Giarratni dalam Sirojuzilam (2006). Dengan

demikian perekonomian daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

aktivitas-aktivitas basis dan aktivitas-aktivitas-aktivitas-aktivitas non-basis.

Inti dari teori basis ekonomi adalah proposisinya yang beranggapan bahwa

(41)

(demand) dari luar terhadap produk-produknya, Suatu daerah tumbuh dan

menurun serta tingkat perkembangannya ditentukan oleh aktivitas basisnya

sebagai pengekspor terhadap daerah-daerah lain. Produk-produk daerah yang

diekspor ke daerah-daerah lain bisa berbentuk barang-barang dan jasa-jasa,

termasuk tenaga kerja mengalir ke luar daerah, atau dalam bentuk bahan-bahan

dagangan yang dibeli oleh orang-orang di luar daerah yang bersangkutan.

Dari pembahasan diatas, maka terkait dengan penelitian yang sedang

dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan suatu institusi pendidikan yang

memiliki skala pelayanan regional dapat menjadi sektor basis bagi pertumbuhan

wilayah sekitarnya dimana produk yang dihasilkan adalah sumber daya manusia

yang terdidik yang nantinya akan dikirim ke daerah lain. Dalam proses

memproduksi sumber daya manusia terdidik tersebut membawa pengaruh kepada

munculnya sektor kegiatan ekonomi ikutan sebagai pendukung dalam proses

pendidikan pada suatu instansi pendidikan. Dengan adanya ketergantungan sektor

kegiatan ikutan terhadap sektor basis juga menimbulkan multiplier effect bagi

sektor kegiatan ekonomi lainnya.

Konsep multiplier didasarkan pada perputaran uang dan pendapatan dalam

suatu sistem kota atau daerah. Uang akan mengalir dari suatu kota sebagai

pengembalian dari penjualan dan pada waktu yang sama, uang mengalir ke luar

kota, misalnya sebagai upah buruh dari luar daerah. Perputaran uang ini

berhubungan dengan pembelian barang dan jasa dari daerah lain yang erat

kaitannya dengan aktivitas sektor ekonomi tertentu. Efek multiplier tidak dengan

sendirinya terjadi secara terus-menerus tanpa batas, tetapi semakin lama nilainya

(42)

ekonomi regional. Adanya uang yang mengalir keluar masuk wilayah dengan

bebas turut mempengaruhi besarnya kebocoran ini.

Ada tiga efek multiplier yang dihasilkan dalam suatu sistem perekonomian

yaitu pengaruh langsung (direct multiplier), pengaruh tidak langsung (indirect

multiplier), dan total effect. Yang dimaksud dengan pengaruh langsung yaitu

pengaruh yang ditimbulkan terhadap suatu sektor secara langsung yaitu pengaruh

kenaikan permintaan terhadap sektor itu sendiri. Pengaruh tidak langsung yaitu

pengaruh yang ditimbulkan terhadap sektor lain akibat kenaikan permintaan di

suatu sektor. Jumlah dari pengaruh ini dinamakan pengaruh total (Herawati,

1993).

Kegiatan basis merupakan kegiatan yang pertumbuhannya akan mendorong

dan menetukan pola pembangunan daerah secara keseluruhan, sedangkan kegiatan

non-basis merupakan kegiatan yang perkembangannya diakibatkan oleh

pembangunan daerah secara keseluruhan. Menurutnya teori ekonomi basis dapat

berfungsi untuk melihat peranan suatu sektor di dalam efek tenaga kerja maupun

efek pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sektor itu merupakan

sektor basis atau bukan (Sirojuzilam, 2008). Disamping itu, ekonomi basis dapat

digunakan untuk :

1. Mengindentifikasi kegiatan daerah yang bersifat ekspor

2. Meramal pertumbuhan yang mungkin terjadi dalam aktivitas basis

3. Mengevaluasi pengaruh kegiatan ekspor tambahan terhadap kegiatan

(43)

2.7. Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro

Menurut Maryatmo dan Susilo (1996), pendapatan merupakan jumlah

seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu

tertentu dan biasanya dalam satu tahun. Pendapatan masyarakat dengan demikian

adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima pada satu tahun tertentu baik itu

dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil produksi industri dan perdagangan

serta sektor-sektor lainnya.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan

yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikutsertakan modal atau keterampilan

yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, pada akhirnya akan mampu

memberikan pendapatan yang lebih besar (Kasasyono, 1988).

Menurut Djojohadikusumo (1960), bila pendapatan ditinjau dari sudut

penerimaan, maka yang termasuk pendapatan adalah (a) upah/gaji, (b) sewa

rumah dan sewa tanah, (c) laba perusahaan, (d) bunga yang diterima dari

pinjaman, saham, obligasi. Sedangkan menurut Todaro (1998), yang termasuk

dala pendapatan adalah gaji, bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang,

hadiah atau warisan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah defenisi dari Usaha Mikro adalah

usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro, yaitu

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

(44)

b. memiliki hasi penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus

juta rupiah)

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima

ratus juta rupiah)

Usaha mikro diartikan sebagai model usaha yang paling kecil, biasanya

dilakukan di rumah (Wikipedia, 2008). Jika dikaitkan dengan jumlah pekerja,

usaha mikro menurut defenisi Amerika dan Eropa sama yaitu jumlah pekerja

dibawah 10 pekerja. Usaha mikro termasuk dalam kategori usaha kecil, sedangkan

usaha kecil didefenisikan sebagai usaha dengan pekerja kecil. Defenisi kecil

bervariasi menurut negara dan industri, namun biasanya dibawah 100 pekerja

untuk Amerika dan dibawah 50 pekerja untuk Eropa. Contoh usaha kecil adalah

toko kecil, salon, pedagang, ahli hukum, akuntan, restoran, penginapan,

(45)

2.8. Penelitian Sebelumnya

Hariyani (2006), dengan judul Tesis “Pengaruh Kampus Terhadap Ruang

Urban: Kasus Ruang Urban Pada Akses Masuk Kampus Universitas Gajah

Mada”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah keberadaan kampus UGM

berpengaruh terhadap terbentuknya ruang urban oleh deretan bangunan yang

mengapit akses-aksesnya, tetapi tidak menciptakan karakter enclosure. Rasio

ruang yang terbentuk oleh lebar bangunan terhadap tinggi bangunan adalah 1,6 : 1

hingga 2,5 : 1. Ruang urban yang terbentuk di sekitar kampus UGM memiliki

grain halus karena pengguna ruang urban didominasi oleh mahasiswa yang

memiliki keterbatasan pendapatan. Skala perkotaan yang terbentuk masih

memiliki skala yang manusiawi dengan dibuktikan oleh lebar jarak antarbangunan

dan tinggi bangunan yang rata-rata memiliki rasio 1,9 : 1 atau 23m : 12m.

Suharyanto (2007), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan IPB

Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya Terhadap

Perekonomian Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat

dirasakan. Oleh karena itu, pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu

dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan terutama masyarakat sekitar

kampus, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.

John Ester Lase (2010), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan Kampus

Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung

Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya”. Kesimpulan dari penelitian tersebut

(46)

usaha dan warung kecil disekitarnya dimana pendapatan rata-rata usaha yang ada

kurang lebih Rp.714.666 per hari atau sekitar Rp. 260.853.090 per tahun.

2.9. Kerangka Pemikiran

Berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar kampus (dalam

penelitian ini dibatasi pada kegiatan jasa usaha kecil) bila ditinjau dari teori

pendekatan pasar disebabkan karena letak lokasinya yang berada dalam daerah

jangkauan pasar yaitu kampus UHN. Jangkauan pasar (range) adalah jarak yang

diperlukan seseorang untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh lagi

dari jarak standar yang ditentukan maka orang akan mencari wilayah lain yang

lokasinya lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama.

Menurut Hanafiah (1982), salah satu indikator yang dapat dipakai dalam

mengidentifikasi perkembangan suatu wilayah adalah jumlah perusahaan kecil,

usaha kecil dan warung lainnya sehingga keterkaitan penelitian ini adalah

kegiatan sektor informal yang termasuk dalam kategori indikator tersebut diatas.

Dampak fisik keberadaan kampus UHN dalam penelitian ini akan dianalisis

secara deskriptif daripada pola tata ruang wilayah yang ada di sekitar kampus

UHN. Salah satu pandangan dalam teori perancangan kota (urban design), bahwa

kota dilihat sebagai produk. Selanjutnya kerangka berpikir dijelaskan dalam bagan

(47)

Gambar 2.5 Bagan Alir Kerangka Pemikiran

KEBERADAAN KAMPUS UHN

TUMBUHNYA AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS

PENDAPATAN USAHA KECIL POLA TATA RUANG

Uji Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Analisis Deskriptif Pendapatan pada masa aktif

perkuliahan

Pendapatan pada masa libur semester

Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap Wilayah

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada wilayah sekitar kampus yang berlokasi

di sekitar pintu masuk/gerbang utama Kampus UHN yang didominasi oleh

kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa serta berada dalam wilayah administratif

Kelurahan Pahlawan Kecamatan Siantar Timur.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden dan pihak-pihak yang

berkompeten terhadap permasalah yang ada melalui kuisioner, interview dan juga

pengamatan/observasi langsung pada kawasan sekitar kapus yang menjadi objek

studi. Data sekunder diperoleh dari berbagai data/laporan instansi seperti BPS,

Bappeda, Dinas PU, Dinas Tata Kota, Kantor Camat serta instansi terkait lainnya.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang membuka kegiatan

usaha di sekitar kampus UHN. Jumlah populasi yang dijadikan parameter dalam

penelitian ini ditentukan sesuai dengan jumlah aktifitas yang ada di lokasi

penelitian.

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2003), penetapan ukuran sampel

(49)

layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 samapi 500 sampel.

Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap

kategori minimal 30.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil

untuk mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian yaitu 30 sampel mengingat

kecilnya luasan wilayah penelitian. Berkaiatan dalam penelitian ini yang menjadi

sampel atau responden dari kuisioner yang akan disebar adalah para pemilik atau

pengelola usaha kecil yang ditemui di lapangan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Field Research dan

Library Research.

a. Field Research adalah teknik pengumpulan data primer yang dilakukan

dengan teknik menggunakan daftar isian tentang seluruh aspek

pelayanan yang disusun dan digandakan sebanyak jumlah responden,

untuk kemudian disebarkan dengan cara mendatangi langsung perguruan

tinggi tersebut

b. Library Research adalah teknik pengumpulan data sekunder yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan dokumentasi dari

berbagai instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Catatan Sipil,

Badan Pusat Statistik, instansi terkait lainnya, serta perpustakaan

mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu serta literatur yang mendukung

(50)

3.5. Teknik Analisa Data

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan

mengumpulkan data, mengklasifikasikannya, menganalisanya serta

menginterpretasikan sehingga mendapat gambaran yang lebih relevan dari

objek-objek yang diteliti. Data yang diperoleh nantinya, selanjutnya akan diolah dan

dianalisis sebagai berikut :

1. Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan dengan metode

deskripif yaitu mendeskripsikan kondisi eksisting tata ruang wilayah

sekitar Kampus UHN dan rencana tata ruang wilayah sekitar Kampus

UHN berdasarkan kebijakan tata ruang Kota Pematangsiantar

2. Untuk menjawab permasalahan kedua dilakukan dengan metode deskriptif

yaitu dengan mendeskripsikan profil usaha kecil yang ada di sekitar

Kampus UHN

3. Sementara untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah

pendapatan masyarakat pelaku usaha di sekitar kampus maka dilakukan

dengan analisis statistik deskriptif (uji parametrik) melalui survei langsung

kepada responden di lokasi penelitian dengan menggunakan kuisioner.

Pembuktian hipotesis menggunakan analisis statistik deskriptif dengan

metode Pengujian Sampel Berpasangan ( paired sampel T Test ), yaitu untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang

berpasangan. Dengan demikian maka pada penelitian ini pembuktian hipotesis

dilakukan dengan pengujuan terhadap tingkat pendapatan masyarakat pada saat

(51)

libur semester. Metode ini dapat digunakan dengan rumus dibawah in ini

= tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan masyarakat pelaku

usaha kecil yang ada disekitar Kampus UHN pada saat masa

perkuliahan dengan rata-rata pendapatan masyarakat pada masa libur

semester

1

Dasar pengambilan keputusan pada uji sampel berpasangan (paired sample

T test) bisa diperoleh dengan menggunakan t hitung dengan melakukan uji 2 sisi dengan tingkat signifikansi (α) adalah 5%, sedangkan t tabel dicari pada α = 5% :

2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 60-1=59.

= ada perbedaan antara rata-rata pendapatan masyarakat pelaku usaha

kecil yang ada disekitar Kampus UHN pada saat masa perkuliahan

dengan rata-rata pendapatan masyarakat pada masa libur semester

Adapun kriteria pengujian :

H0

H

diterima jika t hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05

1

Selanjutnya pengolahan data untuk pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

(52)

3.6. Definisi Operasional

1. Kampus UHN merupakan salah satu perguruan tinggi swasta

penyelenggara pendidikan formal yang ada di Kota Pematangsiantar

yang dalam penelitian ini berlokasi di Kelurahan Pahlawan Kecamatan

Siantar Timur Kota Pematangsiantar

2. Keberadaan Kampus UHN diartikan sebagai adanya aktivitas

mahasiswa/i, karyawan dan dosen pada masa aktif perkuliahan

3. Tata ruang wilayah sekitar adalah pola tata guna lahan, pola jaringan

jalan dan pola bangunan yang menyangkut tempat berlangsungnya semua

usaha kegiatan masyarakat di sekitar kampus

4. Aktivitas ekonomi masyarakat sekitarnya adalah segala bentuk kegiatan

jual beli barang dan jasa yang berlangsung di sekitar Kampus UHN

5. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi

6. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada

perguruan tinggi tertentu

7. Pengembangan wilayah adalah proses perkembangan kegiatan ekonomi

usaha kecil yang didikuti dengan perubahan pola tata ruang wilayah di

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat Kampus HKBP Nommensen (UHN)

Suara untuk mendirikan Universitas HKBP Nommensen pertama kali lahir

di

dan tugas pelayanan yang diemban. Sinode Agung menerima usulan tersebut dan

membentuk suatu Panitia Persiapan Pendirian dengan jangka waktu kerja satu

tahun. Pada

mereka yang kemudian diterima dan disahkan oleh sinode tersebut. Selama dua

tahun bekerja, panitia tersebut mempersiapkan alat-alat perlengkapan yang

dibutuhkan yaitu kompleks universitas (gedung untuk ruangan kuliah termasuk

sidalamnya perumahan staf pengajar) di bekas Kompleks

berakhir. Pada tanggal

HKBP, Universitas HKBP Nommensen diresmikan. Waktu pembukaannya,

universitas ini memiliki tiga (3) fakultas yaitu:

a. Fakultas Hukum dengan jumlah mahasiswanya delapan belas (18) orang.

Karena kesulitan tenaga dosen, pada tahun 1955 fakultas ini terpaksa ditutup.

Akan tetapi untuk memenuhi permintaan masyarakat, pada tahun 1980 fakultas

ini dibuka kembali di kampus Medan.

(54)

c.

1978 fakultas ini sesuai dengan keputusa

diasuh oleh pucuk pimpinan HKBP sebagai

Kemudian menyusul dibuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahum

1961, FKIP Tahun 1962, Fakultas Teknik Tahun 1975, Fakultas Peternakan

Tahun 1976, Fakultas Pertanian Tahun 1984, Fakultas Bahasa dan Seni Tahun

1987, Fakultas Psikologi Tahun 2001, Program Pasca Sarjana Tahun 2003 dan

Fakultas Kedokteran Tahun 2008.

Kampus UHN yang menjadi lokasi penelitian berlokasi di Kelurahan

Pahlawan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar yang menaungi

Fakultas Keguruan dan Pendidikan dan Fakultas Pasca Sarjana untuk program

Magister Manajemen (MM) dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) adalah salah satu dari

Fakultas yang ada di lingkungan Universitas HKBP Nommensen yang

berkedudukan di Pematang Siantar dan yang merupakan unsur pelaksana sebagian

tugas pokok dan fungsi dari Universitas. Dalam hal ini yang khusus bertugas

menghasilkan tenaga pengajar yang terampil dan bertanggung jawab dalam

tugasnya sebagai guru, pendidik di sekolah lanjutan dalam berbagai bidang studi.

Untuk tugas dan fungsi ini, FKIP harus melaksanakan, mengembangkan dan

membina program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

menurut bidang ilmu pendidikan.

FKIP UHN didirikan pada tanggal 1 September 1962 dengan dua (2)

jurusan, yaitu : Jurusan Pendidikan Umum dan Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris.

Gambar

Tabel Output Analisis SPSS  ................................................
Gambar 2.1 Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005)
Gambar 2.2 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd,1999)
Gambar 2.3 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENEGAKAN HUKUM MENYALAKAN LAMPU UTAMA DI SIANG HARI BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Studi Kasus

Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Elok (2010), dimana pengembangan karir berpengaruh positif.. terhadap kepuasan kerja karyawan. Oleh karena

Tanggung jawab Sosial kepada komunitas. • Sponsori acara

Ho : b1 = b2 = 0, artinya variabel yaitu Peningkatan Volume Produksi dan Peningkatan Biaya Pemeliharaan secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

Untuk membuat iklan melalui media cetak, televisi ataupun internet diperlukan suatu iklan yang harus dibuat semenarik mungkin, salah satu caranya dengan menggunakan animasi.

[r]

Permainan Ular Panjang permainan yang hanya dimainkan oleh satu pemain, dimana pemain ditugaskan untuk memakan makanan dan menghindari pembatas area permainan. Di dalam permainan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengirimkan Tim Kesenian berjumlah 20 (dua puluh) orang, yang terdiri dari pemuda binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta (penari