• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.4 Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data yang menunjang atau terkait dengan program Raskin yangsedang diteliti.Dalam pengumpulan data sekunder ini, peneliti secara bertahap mengumpulkannya. Diawali dengan pengumpulan berkas akan gambaran umum Kecamatan Bilah

Setelah beberapa hari melakukan penelitian di Kecamatan Bilah Barat, peneliti juga diajak dan dilibatkan oleh pihak Kecamatan untuk turun kelapangan agar dapat melihat secara langsung terkait tentang pendistribusian raskin yang diberikan kepada masyarakat.

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan informan dari Kecamatan Bilah Barat sebagai pelaksana Program Beras Miskin (RASKIN), dan juga beberapa masyarakat yang terkait dalam program tersebut. Data yang telah diperoleh oleh penulis telah disusun secara sistematis pada bab sebelumnya, baik melalui wawancara, observasi di lokasi penelitian, sekunder dan berupa berkas maupun catatan-catatan yang diperoleh penulis dilapangan sebagai data pendukung dari penelitian ini. Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang efektifitas program Beras Miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah. Dalam melakukan analisis, data yang telah disajikan pada bab selanjutnya akan disesuaikan dengan menggunakan teori-teori dalam mengukur efektivitas distribusi maupun peraturan perundang- undangan melalui variabel-variabel yang telah dirumuskan oleh penulis sebelumnya sehingga analisis data yang akan dilakukan oleh penulis dapat disajikan secara sistematis.

5.1Efektivitas distribusi dalam pelaksanaan program beras miskin (RASKIN) di keecamatan bilah barat

Pendistribusian beras miskin (RASKIN) merupakan hal penting bagi penerima manfaat raskin yang telah terdaftar di pusat, pendistribusian di lakukan dengan adanya ketentuan yang ditetapkan dari Kepmenko Kesra No. 57 Tahun 2012 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat.

Efektivitas berarti tercapainya sasaran, target, tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya tanpa mengabaikan mutu. Efektivitas menjadi sebuah konsep yang penting dalam suatu organisasi karena efektivitas memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi untuk mencapai sasarannya.Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.. Dalam penelitian ini, efektivitas yang dimaskud adalah efektivitas dalam pelaksanaan program raskin. Pendistribusian program raskin merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat atau daerah dan lingkungan badan usaha milik negara atau daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapakan.

Untuk mengukur tingkat efektivitas distribusi program raskin, maka penulis telah merumuskan indikator-indikator yang bertujuan untuk melihat tingkat efektivitas disribusi suatu pelaksanaan prorgam beras miskin (RASKIN) yang dilakukan oleh Kantor Kecamtan Bilah Barat dalam memberikan penyaluran raskin kepada masyarakat yang terkait dalam penerima manfaat raskin, adapun

indikator yang dimaksud adalahketetapan sasaran penerima manfaat, jumlah, harga, waktu, administrasi dan kualitas, hambatan dalam pelaksanaan raskin.

5.1.1. Tepat sasaran penerima manfaat

Raskin hanya diberikan kepada Rumah Tangga Miskin penerima manfaat yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM). Rumah tangga yang tidak termasuk dalam kriteria tersebut tidak berhak untuk menerima Raskin. Agar penyaluran lebih tepat sasaran, maka pendataan dilakukan secara berkala yakni diperbaharui setiap tahun dengan melibatkan kepala lingkungan serta diawasi langsung oleh aparat desa dan aparat BPS sehingga segala bentuk penyimpangan maupun penyelewengan dapat diperkecil.

Dalam penelitian ini, untuk melihat suatu kejelasan dalam tepat sasaran penerima raskin yang baik dapat dilihat dari kejelasan persyaratan dan kesederhanaan pendataan yang dilakukan sampai ke titik distribusi yang diterapkan oleh pihak Kantor Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu dalam menyelenggarakan program beras miskin (RASKIN).

Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilapangan maka diketahui bahwa ketentuan dan persyaratan dalam penerima manfaan raskin dalam program beras miskin (RASKIN) dapat dikategorikan tepat sasaran. Berdasarkan Pedoman Umum Penyaluran RASKIN 2013. Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Pedum RASKIN). Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia bahwa ketentuan tersebut berhak bagi masyarakat yang berpendapatan rendah.

Berdasarkan wawancara dari informan, maka dapat dilihat bahwa dalamkejelasan terhadap tepat sasaran penerima manfaat raskin ini seperti keterangan yang di sampaikan tim koordinasi raskin di Kecamatan Bilah Barat adalah Beras raskin hanya diberikan kepada keluarga sasaran yang terdaftar dalam penerima raskin. Pemberian atau pembelian beras miskin (RASKIN) hanya diberikan kepada keluarga yang benar-benar tidak mampu. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan pun dapat di katakan bahwa beras miskin (RASKIN) dibagikan berdasarkan hasil database dari Kabupaten dan berdasarkan hasil musyawarah Desa/Kelurahan untuk menentukan siapa sajamasyarakat yang berpendapatan rendah berhak untuk menerima raskin.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketetapan sasaran dalam progam beras miskin (RASKIN) dapat dikategorikan baik.Hal ini juga dilihat dari pendataan yang di lakukan setiap aparatur sampai ketitik distribusi penerima manfaat raskin.

5.1.2. Tepat Jumlah

Jumlah Raskin yang berhak di terima sebagai penerima manfaat Raskin adalah sebanyak 15 Kg/RTM/bulan selama 12 bulan. Jumlah tersebut sudah menjadi hak bagi setiap penerima manfaat Raskin dan sudah menjadi ketetapan pemerintah. Jumlah beras yang diterima oleh rumah tangga miskin sudah sangat membantu keluarga miskin meskipun tidak mencukupi selama sebulan, namun dapat mengurangi pengeluaran mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan.Pelaksanaan Raskin dapat dikatakan mencapai indikator tepat jumlah

jika RTS-PM menerima beras Raskin dalam jumlah yang sesuai dengan ketentuan, baik dalam setiap distribusi maupun dalam setiap tahun pelaksanaan.

Berdasarkan tepat jumlah dalam program beras raskin yang di bagikan kepada masyarakat yang terkait sebagai penerima manfaat raskin berjumlah 15 Kg setiap bulannya sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat. Dengan demikian masyarakat yang terlibat dalam penerima manfaat raskin tidak ada keluhan terhadap jumlah raskin yang di salurkan ke penerima manfaat yang sebanyak 15 kg tersebut.

Hal ini dapat di katakan dalam indikator tepat jumlah beras miskin (RASKIN) yang di bagikan kemasyarakat yang terkait dalam penerima manfaat raskin dapat di kategorikan baik karena hal ini sesuai dengan ketetapan dan ketentuan pemerintah setiap bulan dalam pendistribusian ke titik distribusi penerima manfaat.

5.1.3.Tepat Harga

Harga beras raskin adalah sebesar Rp 1,600/kg netto di titik distribusi. Harga tersebut merupakan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masing-masing rumah tanggaberhak mendapatkan harga Rp1,600/kg tersebut, namun jika terdapat biaya distribusi dalam penyaluran beras, harga beras dapat berbeda tergantungdari kesepakatan pelaksana distribusi di tingkat kelurahan dengan masyarakat penerima manfaat. Namun harga tersebut berbeda setelah sampai ke tangan penerima manfaat Raskin. Hal itu karena terdapat biaya tambahan seperti

Berdasarkan kejelasan terhadap tepat harga beras miskin (RASKIN), Harga Tebus Raskin (HTR)sebesar Rp1.600,00/kg di Titik Distribusi sesuai ketetapan pemerintah, dengan adanya biaya tambahan terhadap penyaluran raskin tidak ada sangkutan dengan aparatur pemerintah, karena dengan adanya biaya tambahan di karenakan biaya transport ke titik distribusi, tetapi tidak semua penerima manfaat mendapat biaya tambahan tersebut, hanya ada beberapa dusun yang tidak terjangkau pihak pelaksana dalam pendistribusian beras miskin (RASKIN) tersebut.

Hal ini dapat dikatakan dalam tetap harga beras miskin (RASKIN) sesuai dengan ketetapan pemerintah dengan harga tebus raskin (HTR) sebesar Rp1.600,00/kg di titik distribusi. Dengan adanya biaya tambahan tersebut untuk tahap pendistribusian beras raskin (MISKIN) selanjutnya tidak ada di pungut lagi, hal ini dapat mengurangi beban masyarakat dalam menebus beras tersebut dengan harga yang sama dengan masryakat lain nya yang terkait dalam penerima manfaat raskin.

5.1.4.Tepat Waktu

Menurut Pedoman Umum (Pedum) Beras Miskin (Raskin), ketepatan waktu pelaksanaan distribusi kepada RTS-PM tercapai apabila penyaluran Raskin dilaksanakan sesuai dengan rencana distribusi yang telah ditetapkan oleh Bulog. Waktu pelaksanaan distribusi Raskin kepada RTM penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Penyaluran Raskin sudah direncanakan oleh BULOG untuk setiap penyaluran beras setiap bulannya. Ketepatan waktu dalam penyaluran

akan sangat membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuan pangan.

Hal ini dalam penyaluran beras miskin kepada penerima manfaat raskin dapat dikatakan efektif di karenakan pendistribusian di lakukan setiap bulannya, yang hal ini di lakukan karena sangat membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan pangannya, waktu pelaksanaan distribusi tepat waktu karena pembagian Raskin selalu terjadi di awal bulan, jadi pendistribusian beras raskin ini dapat di katakan tepat pada waktunya serta dalam pendistribusian beras miskin (RASKIN) ada petugas khusus dalam pendistribusian tersebut.

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa kepuasan terhadap kerja atau petugas dalam pendisrtibusian raskinnya dengan tepat waktu dalam penyaluran setiap bulannya kepada penerima manfaat sangat baik.

5.1.5.Tepat Administrasi

Tepat administrasi diartikan sebagai terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu . Dalam administrasi pelaporan tersebut tim koordinasi Raskin kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Meskipun pelaporan administrasi Bulog tersebut telah dilaksanakan secara tertib dan berjenjang, tetapi apa yang dilakukan oleh Bulog tersebut lebih mencerminkan pelaksanaan Raskin sampai ke titik distribusi.

baik sesuai dengan pedoman umum raskin (PEDUM-RASKIN), karena dari data yang peneliti dapatkan di lapangan, dengan tertibnya administrasi ini, membuat pembagian Raskin kepada masyarakat menjadi tepat sasaran dalam artian pembagian raskinnya tepat kepada penerima manfaat yang bener-benar membutuhkan raskin. Dengan tertibnya administrasi ini juga dapat memperlancarkan pembagian raskin kepada penerima manfaat karena dari pihak Kecamatan sendiri terdapat daftar-daftar yang berhak menerima raskin tersebut.

5.1.6.Tepat kualitas

Kualitasberas adalah beras medium, dengan kondisi baik sesuai denganpersyaratan kualitas beras yang diatur dalam Inpres Kebijakan Perberasan yangberlaku. Tetapi, dalam pelaksanannya penerima manfaat beras raskin (raskin)sebagian masyarakat ada yang mendapatkan kualitas beras yang agak rendah.Namun, kualitas beras yang diterima oleh masyarakat di tahun 2015 dari awalpembagian beras sampai 2016 pembagian beras yangditerima oleh masyarakat sama maksudnya dengan beras yang agak bagus danmasih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas program beras miskin (RASKIN) ini masih layak untuk di konsumsi oleh masyarakat penerima manfaat raskin.

5.1.7.Hambatan dalam pelaksanaan RASKIN

Tahapan pelaksanaan suatu program merupakan tahapan yang paling krusial dalam mencapai keberhasilan dari suatu kebijakan publik atau program. Melalui tahapan ini akan diberikan suatu gambaran apa yang menjadi penyebab berhasilnya atau tidaknya suatu kebijakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan dari program atau kebijakan tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada pelaksanaan program Raskin di Kecamatan Bilah Barat, dimana terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi berjalannya pelaksanaan program ini.

Pada uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dalam pelaksanaan program Raskin ini terdapat beberapa hambatan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti maka yang menjadi faktor paling utama ialah terjadi hambatan dari masyarakat penerima manfaat itu sendiri karena keterlambatan dalam pembayaran dari masyakarat itu sendiri, karena belum bisa menebus raskin tersebut, karena beras raskin tersebut tidak bisa untuk diperjual belikkan tanpa tidak terdaftar di pusat.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan efektivitas distribusi dalam pelaksanaan program beras miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu

6.1.Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:

1. Program beras miskin (RASKIN) merupakan suatu kegiatan yang di berikan kepada masyarakat bagi berpendapatan rendah. Kantor Kecamatan Bilah Barat menetapkan tepat sasaran program beras miskin (RASKIN) untuk tahun 2016 sebanyak 1905 yang terdaftar sebagai penerima manfaat raskin, dilihat dari tingkat pendapatan rendah bagi masyarakat miskin.

2. Tepat sasaran

Dapat diketahui bahwa ketentuan dan persyaratan dalam penerima manfaat raskin dalam program beras miskin (RASKIN) dapat dikategorikan tepat sasaran. Berdasarkan Pedoman Umum Penyaluran RASKIN. 2013. Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Pedum RASKIN). Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

bahwa ketentuan tersebut berhak bagi masyarakat yang berpendapatan rendah.

3. Tepat Jumlah

Pelaksanaan Raskin dikatakan mencapai indikator tepat jumlah jika RTS-PM menerima beras Raskin dalam jumlah 15 kg yang sesuai dengan ketentuan, baik dalam setiap distribusi maupun dalam setiap tahun pelaksanaan.

4. Tepat Harga

Harga beras raskin adalah sebesar Rp 1,600/kg netto di titik distribusi. Harga tersebut merupakan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masing-masing rumah tangga berhak mendapatkan harga Rp1,600/kg.

5. Tepat Waktu

Pelaksanaan distribusi tepat karena pembagian Raskin selalu terjadi di awal bulan .jadi pendistribusian beras raskin tepat pada waktunya serta dalam pendistribusian beras miskin (RASKIN) ada petugas khusus dalam pendistribusian tersebut.

6. Tepat Administrasi

Tertibnya administrasi ini, membuat pembagian Raskin kepada masyarakat menjadi tepat sasaran dalam artian pembagian raskinnya tepat kepada penerima manfaat yang bener-benar membutuhkan raskin. Dengan tertibnya administrasi ini juga dapat memperlancarkan pembagian raskin kepada penerima manfaat karena dari pihak Kecamatan sendiri terdapat

7. Tepat Kualitas

Kualitas beras yang diterima oleh masyarakat di tahun 2015 dari awal pembagian beras sampai 2016 pembagian beras yang diterima oleh masyarakat sama maksudnya dengan beras yang agak bagus dan masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

8. Hambatan dalam pelaksanaan Raskin

Pelaksanaan program Raskin ini terdapat beberapa hambatan, berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti maka yang menjadi faktor paling utama ialah terjadi hambatan dari masayarakat penerima manfaat itu sendiri karena keterlambatan dalam pembayaran dari masyakarat itu sendiri, karena belum bisa menebus raskin tersebut, karena beras raskin tersebut tidak bisa untuk diperjual belikkan tanpa tidak terdaftar di pusat.

6.2.Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti terkait dengan efektivitas distribusi dalam pelaksanaan program beras miskin (RASKIN) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu adalah :

1. Bagi pemerintah Kecamatan Bilah Barat

a. Untuk menghindari pendistribusian Raskin yang salah sasaran di Kecamatan Bilah Barat, maka diharapkan pemerintah melakukan pendataan kembali calon penerima raskin.

b. Pemerintah Kecamatan bersama dengan pemerintah desa berkerja sama untuk melaksanakan Program Raskin sesuai ketentuan dan

memperjuangkan hak warga miskin sehingga dapat terpenuhi dengan sepenuhnya.

2. Bagi warga miskin Kecamatan Bilah Barat

Sebagai warga hendaknya ikut membantu dalam pelaksanaan Program Raskin ini dengan cara ikut mengawasi jalannya pendistribusian beras raskin tersebut sehingga dapat terlaksana dengan lancar dan hak masyarakat sebagai penerima manfaat dapat terpenuhi secara adil.

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengawasi berjalannya suatu program raskin tersebut sehingga dalam pendistribusian beras raskin tersebut terlaksana dengan baik untuk ke depan.

BAB II

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkap informasi dan pemahaman mendalam terhadap masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan suatu masalah. Penelitian ini bersifat Deskriptif yaitu untuk menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti (Sugiyono, 2011:11).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jenis atau tipe deskriptif kualitatif tepat dan sesuai dengan penelitian ini sebagai suatu studi awal yang tidak hanya menggambarkan sesuatu tetapi juga menafsirkan dan menganalisa data yang telah dikumpulkan oleh karena itu penulis memilih jenis penelitian ini.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bilah Barat Jalan Besar KM.4 No.5 Janji Kabupaten Labuhan Batu (INDUK), Sumatera Utara.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini kualitatif subjek penelitian yang tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007 : 76).

1. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informan pokok yamg diperlukan dala penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.

2. Informan utama adalah meraka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang akan diteliti.

3. Informan tambahan adalah mereka yang yang dapat memberikan informasi Walapun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang terdiri diatas:

1. Informan kunci adalah Camat Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu

2. Informan utama adalah Kepala Tim Koordinasi Raskin di Kecamatan Bilah Barat

3. Informan tambahan adalah masyarakat Kecamatan Bilah Barat yang terlibat langsung dalam program beras miskin.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yakni:

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung kelokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer antara lain:

a. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan catra tanya jawab yang dilakukan secara langsung oleh pihak-pihak yang terkait dan berhadapan langsung dengan informan kunci yang dianggap mengerti tentang permasalahan yang akan diteliti.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan untuk mengetahui secara tepat mengenai gambaran yang terjadi dilokasi penelitian.

2. Teknik Pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan-bahan kepustakaan, arsip dan dokumen yang dapat mendukung data primer. Adapun teknik pengumpulan data sekunder antara lain:

a. Studi kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mempelajari, memahami, dan mengutif teori-teori maupun konsep-konsep yang berasal dari buku, jurnal, maupun dokumen yang mendukung sesuai dengan topik penelitian.

b. Studi dokumentasi

Yaitu dengan memanfaatkan dokumen tertulis, gambar, maupun foto-foto yang dilakukan penulis untuk mendukung data penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, data yang diperoleh akan diorganisasikan diurutkan dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan uraian tentang permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh dari teknik wawancara akan dilakukan analisis model interaktif (interactive of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman didalam Sugiyono (2009:246) yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum dan memfokuskan hal- hal yang terpenting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinyabila diperlukan.

2. Penyajian data

Bermaksa sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan

Merupakan suatu menyimpulkan yang didukung dengan bukti-bukti dan temuan yang ditemukan peneliti dilapangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang

Setiap negara di dunia ini tentu melaksanakan pembangunan untuk Negaranya.Pembangunan merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap negara untuk terus mensejahterakan dan memajukan kehidupan warga negaranya.Pada hakekatnya negara melaksanakanpembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa secara utuh dan menyeluruh tanpa membedakan suku, agama dan jenis kelamin.Dalam Undang-undang Dasar 1945, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, karenanya seringkali terdengar istilah pembangunan oleh rakyat dan untuk rakyat.

Menurut Wanggai (2012:15) mengemukakan bahwa salah satu paradigma pembangunan Indonesia yang tertuang dalam skenario pembangunan nasional Indonesia adalah pembangunan untuk semua (Development for All). Paradigma ini menekankan pada pembangunan yang inklusif untuk segenap komponen masyarakat, baik yang di kota maupun di desa. Hal ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005- 2025. Strategi ini muncul karena Indonesia menyadari bahwa pembangunan diperuntukkan untuk masyarakat. Masyarakat Indonesia sendiri sangat beraneka ragam terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda, baik status sosial, pengetahuan, gender, budaya dan sebagainya.

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuatkesehatan yang prima, serta cerdas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Menurut Suryana (2004) dalam Hendra (2008:78) ketahanan pangan dan gizi menghendaki pasokan dan harga pangan yang stabil, merata dan berkelanjutan, serta kemampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, serta mengelolanya dengan baik agar setiap anggotanya memperoleh gizi yang cukup dari hari ke hari.

Dokumen terkait