• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selayang Pandang

Dalam dokumen Sistem Manajemen Agribisnis Rahim and Ha (Halaman 35-40)

Sustainable agro- agro-indusrial

A. Selayang Pandang

Pembangunan ekonomi tidak lagi bertumpu pada sektor pertanian semata tetapi pada sistem agribinis. Paradigma lama hanya mengetengahkan bercocok tanam untuk petani (food producing) dan penangkapan serta budidaya untuk nelayan (food gathering and food producing). Sistem agribisnis akan melibatkan pertanian itu sendiri, agroindustri, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang yang terkait, atau dengan kata lain sistem agribisnis telah berubah menjadi sistem manajemen agribisnis dengan penerapan fungsi-fungsi atau kegiatan manajemen (planning, organizing, directing, controlling, dan evaluation) pada setiap subsistem agribisnis mulai hulu sampai dengan hilir serta sektor penunjangnya.

Ditinjau dari pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis, pada dasarnya, menunjukkan arah bahwa pengembangan manajemen agribisnis merupakan upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian; menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; menciptakan value added, meningkatkan penerimaan devisa; menciptakan lapangan kerja; dan memperbaiki pemba-gian pendapatan. Sebagai motor penggerak pembangunan pertanian, agribisnis diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, maupun stabilitas nasional. Oleh karena itu, pengembangan industri pertanian atau agroindustri dan pemasaran agribisnis perlu lebih diarahkan ke wilayah pedesaan. Peluang yang ada untuk

menumbuh- kembangkan wawasan manajemen agribisnis di pedesaan adalah lingkungan strategis, permintaan pasar, sumberdaya, dan teknologi. Kesemuanya itu tidak lepas dari peran pemerintah dan swasta sebagai sumber permodalan untuk pembangunan agribisnis.

Pertanian telah banyak berubah. Sekarang sistem pertanian merupakan jaringan yang saling berhubungan, besar, dan kompleks yang mencakup semua hal penyaluran makanan dan serat. termasuk di dalamnya orang yang bekerja di lahan, yang menyediakan input (bibit, benih,dan pupuk), yang memproses output, industri makanan, pedagang besar makanan, dan pengecer makanan. Perluasan ini diistilahkan sebagai agribisnis. Agribisnis menurut Beierlein dan Michael (1991:6) adalah three part system made of the agriculture input sector, the production sector, and the processing-manufacturing sector (gambar 1.1) (agribisnis terdiri dari tiga sistem: sektor

input pertanian sektor produksi, dan sektor pemrosesan pabrikasi). Untuk menangkap arti keseluruhan agribisnis itu penting untuk memvisualisasikan ketiga sektor tersebut sebagai bagian dari sistem yang saling berhubungan di mana kesuksesan tiap-tiap bagian tergantung pada bagian yang lain.

Agribisnis merupakan bisnis yang berbasiskan pertanian. Pelaku agribisnis selain usahanya berbasiskan pertanian, motivasinya mencari keuntungan melalui kegiatan transaksi. Bisnis dilakukan oleh banyak petani, nelayan, peternak, pekebun, pedagang, pengolah, pedagang sarana produksi (saprodi), jasa pengemasan, transportasi dan jasa-jasa yang terkait agribisnis lainnya. Usahanya dapat pribadi, seperti usaha rumah tangga (home industry) para petani/nelayan/ peternak dalam berbentuk badan usaha baik perorangan atau pribadi (single or individual proprietorship), persekutuan (partnership), dan perseroan (badan hukum) seperti swasta (CV dan PT), BUMN, dan koperasi.

Pendahuluan

The Agribusiness System

Gambar 1.1The Agribusiness System

(Beierlein dan Michael,1991:6) Istilah agribisnis (agribusiness) pertama kali dikenal di Amerika pada tahun 1955 dan oleh Davis dan Goldberg pada tahun 1957, kemudian berkembang ke seluruh dunia dan dipelopori keberadaannya oleh Business School di Harvard University, kemudian masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an. Dalam perkembangannya, istilah agribisnis telah digunakan secara luas, baik satu sistem sebagai bidang studi maupun sebagai bidang usaha. Menurut Najib (2000:2), sebagai satu sistem, agribisnis memiliki pola keterpaduan antara agroinput, produksi tanaman (farming), pengolahan hasil panen (processing), pemasaran (marketing) produk pertanian serta dukungan (agroservices); sebagai bidang studi, agribisnis merupakan ilmu manajemen lintas bidang yang mendukung bisnis seperti manajemen produksi, manajemen sumberdaya manusia, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, dan seterusnya yang diterapkan di bidang pertanian dengan segala kekhususannya; dan sebagai bidang usaha, agribisnis adalah usaha di bidang pertanian yang mencari laba dengan menghasilkan produk pertanian dengan segala karakteristik-nya. The Agriculture Input Sector The Production Sector The Processing-Manufacturin

Dari beberapa pendapat tersebutlah maka sistem manajemen agribisnis muncul karena sebagai satu sistem (hulu sampai hilir serta penunjang) dan satu bidang ilmu manajemen lintas bidang (kegiatan manajemen di setiap subsistem agribisnis) yang dapat tersinergikan dalam satu bidang ilmu dari berbagai disiplin ilmu.

Di dalam sistem manajemen agribisnis dikenal pula istilah agroindustri. Agroindustri adalah bagian dari agribisnis, yaitu proses produksi/pengolahan hasil-hasil pertanian, sedangkan agribisnis dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang terkait dengan usaha pertanian. Dari segi harfiah menurut Didu (2003:1), agroindustri adalah industri yang terkait dengan kegiatan pertanian, sedangkan agribisnis adalah usaha yang terkait dengan pertanian.

Untuk menghadapi tantangan pasar global yang semakin ketat dan kompleks, maka sistem manajemen agribisnis menuntut efisiensi yang tinggi, berorientasi pasar dan mampu bersaing di bidang mutu (quality), jumlah (quantity), kontinuitas (continuity), ketepatan waktu (delivery on time), tempat (place), harga (price) di pasar dalam negeri (domestic) maupun di pasar internasional (export). Jadi, sistem manajemen agribisnis modern tersebut merupakan usaha yang berbasis pertanian dalam suatu sistem agribisnis secara optimal, dikelola secara profesional, didukung oleh sumberdaya (financial dan manusia) yang berkualitas dengan menerapkan teknologi tepat guna, berwawasan lingkungan, dan dukungan kelembagaan agribisnis yang kokoh dari hulu sampai ke hilir.

Ditinjau dari perkembangan pengajaran ekonomi pertanian (kekhususan agribisnis), di Indonesia diberikan pada mahasiswa yang belajar di fakultas Pertanian yang memilih Jurusan Sosial Ekonomi (Sosek). Sebelumnya, tahun 1982, ekonomi pertanian juga diajarkan di Fakultas`Ekonomi. Nmanun, pengajaran ekonomi pertanian di Fakultas`Ekonomi dihentikan oleh pemerintah (c.q. Konsersium Limu-ilmu

Pendahuluan

Ekonomi). Sejak saat itu, pengajaran ekonomi pertanian hanya diberikan pada mahasiswa di Jurusan Sosek di Fakultas Pertanian. Menurut Soekartawi (1999:9), dengan dilarangnya pengajaran ekonomi pertanian di Fakultas Ekonomi, tampak bahwa sistem pendidikan kita mengacu pada sistem pendidikan barat, khususnya Amerika Serikat, jurusan ekonomi pertanian yang diselenggarakan oleh Department atau

College of Agriculture dengan minor atau spesialisasi Economics

atau Applied Economics, sedangkan Department of Economics

tidak menyelenggarakan sistem pengajaran ekonomi pertanian. Tetapi pada kenyataan sekarang, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana yang mengarah ke Ilmu Ekonomi dalam melakukan suatu research lebih banyak mengambil objek ke pertanian dengan menggunakan alat ukur/model/formulasi ekonomika, karena mereka meman-dang menarik dan masih kurang ditelitinya objek tersebut, terutama subsistem input/hulu seperti ekonomi rumah tangga petani, nelayan, dan peternak, produksi dan pemasaran produk segar, dan sebagainya yang banyak mengarah ke pertanian subsistem/ gurem, apalagi Indonesia sebagai negera agraris yang muatan lokalnya adalah sektor pertanian.

Karena itulah beberapa Fakultas Ekonomi yang ada di Indonesia masih menerapkan mata kuliah yang diajarkan di Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, seperti manajemen agribisnis, ekonomika pertanian, koperasi pertanian, kewirausahaan, serta mata kuliah yang sama dengan di Fakultas Ekonomi, seperti ilmu manajemen (produksi/operasi, pemasaran, keuangan, investasi, akuntansi, dan SDM), Ilmu ekonomi (mikro dan makro), serta ekonomi sumberdaya (manusia dan alam lingkungan).

Jadi persamaan misi antara Fakultas Pertanian Jurusan/prodi ekonomi pertanian/agribisnis dan Fakultas Ekonomi Jurusan IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) dan Manajemen adalah sama dari segi

model/formulasi/alat ukur, tetapi perbedaannya hanya objek

research-nya. Fakultas Pertanian meng-khususkan objeknya ke pertanian tetapi Fakultas Ekonomi objeknya dapat ke pertanian dan non pertanian.

Dalam dokumen Sistem Manajemen Agribisnis Rahim and Ha (Halaman 35-40)