• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2006–2008 di Indonesia. Data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2006-2008 tersebut diperoleh dari pengajuan data ke kantor BPK RI Pusat di Jakarta. Hasil dari pengajuan data ini, pihak BPK RI hanya menyanggupi memberikan LKPD dalam format digital yang ada di dalam database kantor humas, sehingga data yang kami peroleh sejumlah 206 LKPD auditan BPK.

Total populasi adalah 465 kabupaten/kota di bawah 33 propinsi (Data BPK RI, 2008). Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 68. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

commit to user

Tabel 4.1

Proses Pemilihan Daerah Penelitian

Kriteria Jumlah

Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD tahun 2006 hingga 2008

Data Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD namun tidak dapat diperoleh

dari BPK RI (dengan alasan tidak memenuhi kriteria time

series)

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah di audit

BPK RI selama tahun 2006-2008 dengan opini disclaimer

atau adverse

465

(259)

(138)

Jumlah Kabupaten dan Kota sebagai daerah penelitian 68

Sumber : Hasil Pengolahan Data BPK RI

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) selama tahun 2006 hingga tahun 2008 berjumlah 465 kabupaten dan kota dari 33 propinsi. Selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 hingga 2008, data yang dapat diperoleh untuk diteliti dari BPK RI Pusat hanya sejumlah 206 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Dari 206 data LKPD yang telah di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hanya terdapat 68 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria pengambilan sampel oleh penulis, yaitu LKPD yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian atau wajar dengan pengecualian selama tiga tahun yaitu 2006-2008.

commit to user

Oleh karena data yang dianalisis meliputi 68 pemerintah daerah kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria pengambilan daerah penelitian, yang mencakup periode pengamatan dalam penelitian ini dari tahun 2006 hingga 2008 (3 periode), maka data analisis dalam penelitian ini menggunakan pooled data. Pooled data atau data panel adalah gabungan antara data cross sectional dengan data time series (Jogiyanto, 2005). Dengan demikian observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 204 observasi (68 pemerintah kabupaten dan kota selama 3 periode).

2.Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang dimaksud meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum) serta nilai standar deviasi yang menggambarkan penyebaran data penelitian ini.

Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai inerja keuangan Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2006-2008, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

commit to user

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel

N Min Max Mean

Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Pertumbuhan Ekonomi 204 2,02 10,14 5,64 0,1044584 1,492 Rasio Efektifitas 204 0,43 1,98 1,11 0,0195363 0,279 Rasio Efisiensi 204 0,52 1,40 0,95 0,0460680 0,658 Rasio Belanja Operasional 204 0,25 1,11 0,68 0,0083568 0,119 Rasio Belanja Modal 204 0,02 0,55 0,29 0,0079585 0,114 Rasio Kmandirian 204 0,02 3,36 0,17 0,0219295 0,313

Valid N (listwise) 204

Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows

Berdasarkan Tabel 4.2, Pertumbuhan Ekonomi dan kota terpilih pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 memiliki nilai rata-rata sebesar 5,6427 dengan nilai minimal sebesar 2,02 (Kabupaten Bantul tahun 2006) dan nilai maximal sebesar 10,14 (Kota Pekanbaru tahun 2006).

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki rata-rata sebesar 1,1095. dengan nilai minimal sebesar 0,43 yang dimiliki oleh Kabupaten Bone pada tahun 2007 dan nilai maksimum 1,98 yang dimiliki oleh Kabupaten Pelalawan 2006. Menurut Widodo (2001) dalam Halim (2002), kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila memiliki rasio sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

commit to user

Dari hasil stastistik diatas secara keseluruhan kinerja pemerintah kabupaten/kota yang ada di Indonesia telah efektif karena memiliki rasio rata-rata lebih dari 1 (satu). Hal ini menunjukkan pemerintah kabupaten/kota telah berhasil mencapai pendapatan asli daerah yang ditargetkan di dalam anggarannya.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio efisiensi memiliki daerah rata-rata sebesar 0,9511 dengan nilai minimal sebesar 0,52 (Kabupaten Ende 2008) dan nilai maksimal 1,40 (Kabupaten Gorontalo 2008). Nilai rata-rata sebesar 0,9511 berarti bahwa pemerintah daerah di Indonesia tergolong memiliki kinerja yang kurang baik karena kurang efisien. Penelitian yang dilakukan Hamzah (2008) mengungkapkan apabila pemerintah daerah yang memiliki persentase efisiensi sebesar 90-100 maka pemerintah daerah tersebut kuang efisien. Pemerintah daerah dikatakan efisien jika memiliki persentase sebesar 60%-70%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia belum membelanjakan dana yang ada sesuai yang dianggarkan serta masih buruknya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu dalam pelaksanaan pekerjaan, pemerintah daerah Indonesia belum dapat mencapai hasil (output) dengan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan.

Rasio keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja modal adalah rasio yang saling terkait satu sama lain. Rasio ini

commit to user

menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja operasional berarti persentase belanja modal yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung kecil (Widodo, 2001 dalam Halim, 2002).

Beradasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah yang diukur melalui rasio keserasian belanja operasional memiliki nilai rata-rata sebesar 0,6813 dengan nilai minimal sebesar 0,25 (Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2007) dan nilai maksimal sebesar 1,11 (Kabupaten Ende tahun 2008), sedangkan rasio keserasian belanja modal memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2877 dengan nilai minimal sebesar 0,02 (Kabupaten Lebak tahun 2006) dan nilai maksimum sebesar 0,55 (Kabupaten Bangka Selatan tahun 2007). Dari perhitungan rasio di atas terlihat bahwa sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah daerah masih diprioritaskan untuk belanja operasional pemerintah sehingga rasio belanja modal pemerintah terhadap APBD masih kecil.

Pemerintah seharusnya melakukan perbaikan pengalokasian dana untuk belanja modal selain belanja rutin akan ikut menopang perbaikan kesejahteraan daerah. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat

commit to user

pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan manusianya.

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio kemandirian memiliki nilai rata-rata sebesar 0,1682 dengan nilai minimal sebesar 0,02 (Kabupaten Kaur tahun 2006) dan nilai maksimal sebesar 3,36 (Kabupaten Bengkalis tahun 2008). Nilai rata-rata sebesar 0,1682 menandakan bahwa secara keseluruhan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat masih tergolong rendah.

Dokumen terkait