commit to user
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ERLANGGA PATI KAWA
F 0307009
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Surakarta, 29 Desember 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Skripsi
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Y. Anni Aryani, M.prof, Acc.,Ph.D., Ak. (...) NIP. 19650918 199203 2 002 Ketua
2. Drs. Hanung Tiatmoko, M.Si.,Ak. (...)
NIP. 19661028 199203 1 001 Pembimbing
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Seorang ayah yang bernama Setyobudi dan seorang
ibu yang bernama Nanik Iriani. Terima kasih atas
didikan, kasih sayang dan perhatian yang telah
commit to user
v MOTTO
Kita tidak akan sampai kepada fajar, kecuali melalui malam.
(Kahlil Gibran)
Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, sekali
berarti cukup.
(Joe E. Lewis)
Hidup penuh dengan pilihan, Pilih dan jalani, jangan pernah tengok ke
belakang, karena yang ada nantinya hanyalah penyesalan.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah Swt., Tuhan Sekalian Alam, atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada hentinya dikaruniakan kepada kita semua. Semoga
kita termasuk hambaNya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah
Ia berikan, dan bersabar ketika menghadapi cobaan. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahlimpahkan kepada junjungan kita, Rasul dan Nabi Muhammad
Saw., yang telah menjadi suritauladan umat manusia. Semoga kita termasuk umat
yang selalu menjaga Sunnah-sunnah beliau. Atas rahmat dan ridha Allah Swt.,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik
Kemakmuran Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pasca
Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah (Studi pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia)” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa
hambatan yang dihadapi. Namun dengan dukungan, bantuan, serta bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
commit to user
vii
2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Pembimbing Skripsi, yang
telah banyak membantu dengan tulus memberikan bimbingan dan arahan
dalam penulisan skripsi ini.
4. Dra. Y. Anni Aryani, M.prof, Acc.,Ph.D., Ak.dan Dra. Falikhatun,
M.Si.,Ak. selaku penguji skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.
6. Papa dan Mama tercinta atas kasih sayang, motivasi, serta doanya yang
tulus dan ikhlas yang senantiasa diberikan tanpa mengenal henti.
7. Dik Amanda, adikku tersayang, ingatlah bahwa hasil yang sempurna
selalu didapat dari buah perjuangan yang tidak mudah.
8. Sofia Agustina, terima kasih atas semangat dan doanya. Takkan kau
sadari bahwa senyuman lembutmu merupakan suntikan semangat untuk
jalani hari-hariku.
9. Pak Halim, Mas Agnes, Cuwie, Jarmiatun, dan Bimo, terimakasih atas
pengalaman magang kerja yang tak akan saya jumpai di bangku kuliah.
10.KTB (adi, angga, ayu, nani, irla, ndoki, dan rudi), thanks buat
persahabatan yang indah ini, aku bakal kangen touring pake avanza
commit to user
viii
11.Temen-temen HMJA, thanks buat pengalaman organisasi yang telah
banyak merubah saya menjadi sosok yang lebih dewasa dalam berpikir,
berkata, dan bertindak. Who is the best? Accounting society!
12.Patrner terbaikku dalam penelitian ini, Hernani Maryulianti, jujur kamu
selalu membuat tidurku tak nyenyak, namun melihat akhir dari perjuangan
kita ini akhirnya aku hanya bisa berucap terimakasih. Makasih ya, darl.
13.Pak Timin dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta., terimakasih tak henti-hentinya saya ucapkan
atas bantuannya selama ini.
14.Rekan-rekan personil AGEN 007 (Accounting Generation 2007), terima
kasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin. Ingat selalu semboyan
kita, “Tahun berapa pun kita lulus, ingat slalu Tahun berapa kita masuk,
We are 2007, The agent of change.”
15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Mohon maaf, karena satu dan lain hal, tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki beberapa kelemahan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun yang
berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Desember 2010
commit to user
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAK ... ii
HALAMAN ABSTRACT ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 8
commit to user
x
a. Pengertian Otonomi Daerah ... 9
b Tujuan Otonomi Daerah ... 10
c. Dasar Hukum Otonomi Daerah ... 11
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) ... 12
a. Laporan Realisasi Anggaran ... 14
b. Neraca ... 19
c. Laporan Arus Kas ... 21
d. Catatan Atas Laporan Keuangan ... 22
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 24
a. Rasio Kemandirian ... 26
b. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah ... 27
c. Rasio Efisiensi ... 28
d. Rasio Keserasian (aktivitas) ... 28
4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 29
B. Kerangka Pemikiran ... 32
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 34
1. Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 34
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 35
commit to user
xi
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional
sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ... 36
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 39
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 39
C. Jenis dan Sumber Data ... 40
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
1. Variabel Independen ... 41
2. Variabel Dependen ... 44
E. Metode Analisis Data ... 45
1. Statistik Deskriptif ... 46
2. Uji Asumsi Klasik ... 46
a. Uji Normalitas ... 46
b. Uji Multikolonieritas ... 47
c. Uji Autokorelasi ... 47
d. Uji Heteroskedastisitas ... 48
3. Uji Hipotesis ... 50
a. Model Regresi ... 50
commit to user
xii
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 52
1. Seleksi Sampel ... 52
2. Statistik Deskriptif ... 54
B. Pengujian Hipotesis... 58
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 58
a. Uji Normalitas ... 58
b. Uji Multikolonieritas ... 61
c. Uji Autokorelasi ... 62
d. Uji Heteroskedastisitas ... 63
2. Analisis Regresi Berganda ... 64
a. Model Regresi ... 65
b. Uji Koefisien Determinasi ... 66
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 68
C. Pembahasan ... 70
1. Pengaruh Rasio Kemandirian Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 70
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 71
commit to user
xiii
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional
terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 73
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76
B. Keterbatasan ... 77
C. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Perbedaan Struktur APBD Berdasarkan Kepmendagri No. 29/2002
dengan Permendagri No. 13/2006 ... 15
2.2 Kerangka Pemikiran ... 33
4.1 Grafik Histogram ... 59
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Keterangan Persamaan Regresi Berganda ... 49
4.1 Proses Pemilihan Daerah Penelitian ... 53
4.2 Statistik Deskriptif Variabel ... 55
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 61
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 63
4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 64
4.7 Hasil Uji Signifikansi-F ... 66
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 67
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 DAFTAR DAERAH PENELITIAN
2 DATA PERTUMBUHAN EKONOMI
3 DATA RASIO EFEKTIVITAS PAD
4 DATA RASIO EFISIENSI ANGGARAN
5 DATA RASIO KESERASIAN BELANJA MODAL
6 DATA RASIO KESERASIAN BELANJA OPERASIONAL
7 DATA RASIO KEMANDIRIAN
commit to user
ABSTRAK
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Erlangga Pati Kawa NIM F0307009
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi pada pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan pertumbuhan PDRB berdasarkan persentase.
Terdapat lima hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yaitu (1) rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (3) rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (4) rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (5) rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pemerintah daerah kabupaten dan kota dengan kriteria terpilih. Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 68 daerah penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dengan nilai signifikansi di bawah 10%.
commit to user ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENT ON THE REGIONAL ECONOMIC GROWTH AFTER IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY LAW
(Case Study on Local Government in Indonesia)
Erlangga Pati Kawa NIM F0307009
This research is empirical research that aims to determine the effect of local government financial performance as measured by the ratio of local independence, the ratio of PAD effectiveness, the ratio of budget efficiency, the ratio of operational expenditure, and the ratio of capital expenditure on economic growth in the government district and city in Indonesia. Economic growth measured by GDP growth by percentage.
There are five hypotheses to be tested in this study, they are: (1) the ratio of local independence affects the economic growth, (2) the ratio of PAD effectiveness affect the economic growth, (3) the ratio of budget efficiency affect the economic growth, (4) the ratio of operational expenditure affect the economic growth, and (5) the ratio of capital expenditure affect the economic growth.
The scope of this research are local government district and city with selected criteria. Based on the results obtained 68 selection of the study area. Testing hypotheses using multiple linear regression with the help of SPSS 16.0 software for Windows. The study provides empirical evidence that the financial performance of local government as measured by the ratio of operational expenditure and the ratio of capital expenditure has positive influence on the financial performance of local governments with significant value below 10%.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1996 dan puncaknya
pada tahun 1997 mendorong pemerintah pusat mendelegasikan sebagian
wewenang dalam hal pengelolaan keuangan kepada daerah sehingga
diharapkan daerah dapat membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar
keuangan sendiri (Anzar, 2008). Otonomi daerah merupakan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola
pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat
(Fitriyanti dan Pratolo, 2009). Otonomi daerah diberlakukan dengan
diterbitkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang kemudian direvisi
melalui UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dengan
demikian, pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dan melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik sehingga
akan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (Handra
dan Maryati, 2009).
Pengelolaan pemerintahan yang harus dilakukan sendiri oleh
pemerintah daerah menuntut adanya kemandirian daerah dalam menggali
potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya. Kemandirian daerah
ini dicerminkan dengan kemampuan daerah menghasilkan penerimaan
commit to user
ekonomi daerah. Potensi-potensi ekonomi daerah ini juga disebut dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak, retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah dapat dialokasikan untuk kegiatan
pelayanan kepada publik yang merupakan salah satu harapan masyarakat
kepada pemerintah di dalam era desentralisasi fiskal ini. Peningkatan
pelayanan publik yang dimaksud salah satunya adalah dengan memberikan
proporsi belanja modal yang lebih besar.
Belanja Modal (BM) merupakan belanja yang dipergunakan untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun (atau disebut jangka panjang) untuk
mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni: peralatan, bangunan,
infrastruktur dan harta tetap lainnya dengan cara membeli, yang umumnya
dilakukan dengan proses lelang atau tender yang cukup rumit (Abdullah,
2004).
Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan
diantaranya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor
pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat pun turut
menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya infrastruktur
yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai
sektor tersebut, produktifitas masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan
pada akhirnya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut
commit to user
(2000) bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi modal guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Tetapi otonomi daerah yang saat ini sudah berjalan di tiap kabupaten
dan kota di Indonesia tetap menimbulkan persoalan baru, karena ternyata
potensi fiskal pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
masih sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh kesiapan fiskal dari
masing-masing daerah yang berbeda-beda dalam pelaksanaan otonomi daerah
(Nordiawan, Iswahyudi, dan Maulidah, 2007). Perbedaan yang terjadi ini
akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang
dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga
pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi
daerah dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Harianto
dan Adi, 2007).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang
dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu
(BPS, 2008). Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, karena pertumbuhan ekonomi
mengindikasikan bahwa suatu daerah tersebut dapat dikatakan maju dan
berkembang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai
commit to user
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kinerja
keuangan pemerintah daerah. Kinerja itu sendiri merupakan pencapaian atas
apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah,
2008). Untuk menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Ada
beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
bersumber dari APBD antara lain rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio
efektivitas PAD, rasio efisiensi, dan rasio keserasian belanja (Widodo, 2001
dalam Halim, 2002).
Hasil dari beberapa penelitian mengenai pengaruh antara pendapatan
asli daerah, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi menujukkan hasil
yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2007) yang meneliti
pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal menujukkan hasil
yang signifikan, namun menurut hasil penelitian Halim (2002) menemukan
bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja
modal. Pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi menujukkan
hasil yang signifikan seperti yang diungkapkan oleh Harianto dan Adi
(2007) namun berdasarkan penelitian Fitriyanti dan Pratolo (2007)
menujukkan hasil yang tidak signifikan.
Penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi juga memiliki hasil yang beragam, berdasarkan hasil
penelitian Harianto dan Adi (2007) menemukan bahwa pendapatan asli
commit to user
berdasarkan hasil penelitian Fitriyanti dan Pratolo (2009) pendapatan asli
daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian mengenai kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi
sebelumnya juga pernah dilakukan, dan hasil pengujian secara langsung
antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio
kemandirian, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Hamzah,
2008). Hal ini menjadikan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kinerja
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi masih sangat menarik untuk
dilakukan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(2008) dengan perbedaan dalam tiga hal. Perbedaan pertama, peneliti
menggunakan tambahan rasio keserasian belanja modal dan belanja
operasional sebagai variabel independen. Perbedaan kedua, peneliti
menggunakan rentang waktu antara tahun 2006 sampai dengan 2008.
Perbedaan terakhir adalah daerah penelitian yang penulis pilih lebih luas,
bukan hanya kabupaten dan kota di Jawa Timur, namun sejumlah 68
kabupaten/kota yang tersebar di indonesia yang memenuhi kriteria tertentu.
Alasan pemilihan ini dikarenakan untuk lebih menggeneralisasi hasil
temuan, agar diperoleh hasil yang lengkap dan akurat. Serta mengakomodir
commit to user
Dari keseluruhan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI
DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Apakah Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pasca Pelaksanaan
Undang-Undang Otonomi Daerah berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh kinerja keuangan
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan bagi dunia
commit to user
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya dalam hal
analisis kinerja keuangan pemerintah daerah dan pertumbuhan
ekonomi daerah pasca otonomi daerah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan referensi
serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas
permasalahan yang diteliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
konkrit/nyata bagi para pengambil kebijakan terutama pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat oleh
Pemerintah Daerah seperti SKPD, Pemerintah Kabupaten/Kota,
DPRD, dan masyarakat. Manfaat yang lain bahwa hasil dari
penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi proses
pembelajaran dalam pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pengelolaan keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap
nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan
berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak
berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya. Pengelolaan daerah
yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi value
for money serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi jumlah
pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan
daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia, tetapi juga sumber
daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu anggaran
pemerintah daerah.
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah.
Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan
besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat bantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa
commit to user
koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran sebagai
instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral harus memuat kinerja,
baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(2008) dengan pengembangan berupa tambahan rasio keserasian belanja
modal dan belanja operasional sebagai variabel independen pada rentang
waktu antara tahun 2006 sampai dengan 2008. Di samping itu, daerah
penelitian yang penulis pilih lebih luas, bukan hanya kabupaten dan kota di
Jawa Timur, namun sejumlah 68 kabupaten/kota yang tersebar di indonesia
yang memenuhi kriteria tertentu. Alasan pemilihan ini dikarenakan untuk
lebih menggeneralisasi hasil temuan, agar diperoleh hasil yang lengkap dan
akurat, serta mengakomodir keterbatasan-keterbatasan dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Penjelasan hal-hal dan variabel yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah secara umum yaitu hak, wewenang,
dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna
commit to user
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UU No. 22
Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan otonomi daerah maka
Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian kewenangan kepada
Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengambil
tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada
masyarakat setempat.
Menurut kamus Webster’s Third New International Dictionary
dalam Saragih (2003), kata autonomy berasal dari bahasa Yunani,
yakni dari kata autonomia, yang artinya adalah independen, bebas,
dan mengarahkan/menentukan nasib sendiri.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 1 ayat 5, disebutkan bahwa:
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Jadi yang dimaksud otonomi daerah pada pokoknya selalu
melihat otonomi itu sebagai hal, wewenang, dan kewajiban daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Tujuan Otonomi Daerah
Menurut UU No. 22 Tahun 1999, tujuan otonomi daerah dilihat
dari sudut pandang desentralisasi fiskal adalah untuk mendorong
commit to user
daerah, mendorong efisiensi alokatif penggunana dana pemerintah
melalui desentralisasi kewenangan dan pemberdayaan daerah.
Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa otonomi
daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam
undang-undang tersebut. Selain itu juga dilaksanakan pula dengan
prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi
nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa urusan
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang pada dasarnya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan
daerah. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung
jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannnya harus
benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi
yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan
nasional.
c. Dasar Hukum Otonomi Daerah
Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pelaksanaan Otonomi Daerah adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
commit to user
2) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah,
3) Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
4) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,
5) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
6) Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan
7) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan
definisi laporan keuangan sebagai laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
commit to user
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah,
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah,
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi,
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya,
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya,
f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan,
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang
commit to user
keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai indikasi
apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran, dan indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan
sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan arus kas.
Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah
tersebut, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan
Keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/ daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan (PP RI No.
24 Tahun 2005)
Pada era reformasi struktur APBD pun mengalami
perubahan-perubahan, yakni struktur APBD yang didasarkan pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 kemudian berubah
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
commit to user
perubahan yang signifikan antara susunan laporan APBD
sebagaimana diatur dalam Permendagri 13 Tahun 2006 dengan
Kepmendagri 29 Tahun 2002 dapat dilihat pada gambar 2.1. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan juga mengeluarkan struktur APBD
berdasarkan PP No 24 tahun 2005 mengenai Standar Akuntasi
Pemerintah yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Perbedaan Struktur APBD sesuai Kepmendagri No. 29/2002
commit to user
Dengan demikian, Laporan Realisasi Anggaran harus menyajikan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Pengertian dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan
a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara
Umum Negara/ Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas
pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk
dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d) Unsur Pendapatan Daerah terdiri dari:
(1) Pendapatan Asli Daerah:
(a) Pajak Daerah,
(b) Retribusi Daerah,
(c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan,
commit to user
(2) Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan:
(a) Dana Bagi Hasil,
(b) Dana Alokasi Umum, dan
(c) Dana Alokasi Khusus.
(3) Lain-lain Pendapatan yang Sah:
(a) Dana Darurat,
(b) Hibah.
2) Belanja
a) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh
Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
b) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
c) Unsur Belanja Daerah terdiri dari:
(1) Belanja Operasi:
(a) Belanja Pegawai,
(b) Belanja Barang,
(c) Bunga,
(d) Subsidi,
(e) Hibah,
commit to user (2) Belanja Modal:
(a) Belanja Tanah,
(b) Belanja Peralatan dan Mesin,
(c) Belanja Gedung dan Bangunan,
(d) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan,
(e) Belanja Aset Tetap Lainnya,
(f) Belanja Aset Lainnya.
(3) Belanja Tak Terduga.
3) Pembiayaan
a) Pembiayaan (basis kas) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
b) Unsur Pembiayaan Daerah terdiri dari:
(1) Penerimaan Pembiayaan:
(a) Penggunaan SiLPA,
(b) Pencairan Dana Cadangan,
(c) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
(d) Penerimaan Pinjaman,
commit to user (2) Pengeluaran Pembiayaan:
(a) Pembentukan Dana Cadangan,
(b) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah,
(c) Pembayaran Pokok Pinjaman,
(d) Pemberian Pinjaman.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
pada tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana (PP RI No. 24 Tahun 2005). Pengertian
dari masing-masing unsur Neraca sebagai berikut:
1) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
commit to user
pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja
bagi pemerintah.
2) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah.
Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang
akan datang.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa
lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau
lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau
dengan pemberi jasa lainnya.
Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan
perundang-undangan. Kewajiban dikelompokkan ke dalam
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
commit to user
diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok
kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
3) Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas
Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan
kewajiban jangka pendek,
b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah
yang tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan,
dikurangi dengan kewajiban jangka panjang,
c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasional, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan
transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah daerah
commit to user
Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan
sebagai berikut:
1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke
Bendahara Umum Daerah,
2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Daerah.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,
ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang
APBN/Perda APBD,
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
commit to user
3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya,
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan,
5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas, dan
6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka
(on the face) laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Lampiran I-D
menjelaskan bahwa sistematika Catatan atas Laporan Keuangan
terdiri dari Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target Undang-Undang APBN/Perda APBD, ikhtisar pencapaian
kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan penjelasan atas perkiraan
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana untuk
mewujudkan good governance (Sadjiarto, 2000). Hal ini dikarenakan
commit to user
good governance dapat terpenuhi (Wiratraman, 2009). Pada
perkembangannya, usaha pemerintah dalam mencapai good
governance masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari fenomena yang
terjadipada tahun 2004 dimana terjadi korupsi secara massal dengan
dalih studi banding, proyek penggusuran, dan manipulasi anggaran
(Wiratraman, 2009). Belakangan ini, berkembanglah tuntutan
masyarakat mengenai akuntabilitas yang tidak hanya sekedar dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban, namun masyarakat
menginginkan adanya pengukuran kinerja keuangan pemerintah
(Sadjiarto, 2000).
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja sering didefinisikan sebagai prestasi yang dicapai oleh
organisasi dalam periode tertentu, yang merupakan pencapaian atas apa
yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah,
2008). Kinerja diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas
selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan
pekerjaan (Anzar, 2008). Pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah proses pengawasan secara terus menerus dan
pelaporan capaian kegiatan, khususnya kemajuan atas tujuan yang
direncanakan (Westin, 1998).
Penilaian kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak hanya
commit to user
melainkan juga perlu dilakukan pada lembaga atau organisasi non profit.
Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana pemerintah
menjalankan tugasnya dalam roda pemerintahan dan melaksanakan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dengan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban keuangan.
Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah ini berujung pada kebutuhan pengukuran kinerja
pemerintah daerah. Pengukuran kinerja pemerintah daerah mempunyai
banyak tujuan, tujuan tersebut paling tidak untuk meningkatkan kinerja
dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah. Untuk itu
pemerintah daerah dituntut untuk mampu membangun ukuran kinerja
yang baik. Ukuran yang disusun tidak dapat hanya dengan menggunakan
satu ukuran, oleh karena itu perlu ukuran yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda. Hal inilah yang kadang membuat konflik. Ukuran kinerja
mempengaruhi ketergantungan antar unit kerja yang ada dalam satu unit
kerja (Mardiasmo, 2002).
Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat digunakan untuk
memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan sehingga akan meningkatkan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Alat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD
commit to user
dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui
bagaimana kecenderungan yang terjadi.
Analisis rasio keuangan sebagai salah satu alat analisis telah
banyak digunakan untuk menilai kinerja lembaga atau organisasi yang
bersifat profit oriented, namun masih jarang dilakukan pada lembaga
atau organisasi non-profit oriented khususnya pemerintah daerah. Hal ini
terjadi karena penyajian laporan keuangan pemerintah daerah
mempunyai keterbatasan serta sifat dan cakupan yang berbeda.
Penyusunan APBD selama ini berdasarkan asas keseimbangan atau
incrimental budget dimana masing-masing kelompok pendapatan dan
belanja besarnya dihitung dengan meningkat sejumlah prosentase
tertentu (berdasarkan tingkat inflasi) sehingga menyebabkan adanya
rasio keuangan dalam APBD (Halim, 2002).
Berdasarkan penelitian dari Widodo (2001) dalam Halim (2002),
ada beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan
yang bersumber dari APBD antara lain rasio kemandirian (otonomi
fiskal), rasio efektifitas PAD, rasio efisiensi, dan rasio keserasian
(aktivitas).
a. Rasio Kemandirian
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
commit to user
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ini dapat diukur
dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah terhadap
jumlah Dana Alokasi Umum ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK (Pada Fihak Ketiga) dan utang pajak PPn/PPh).
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap
pihak luar (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah
dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga
menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah.
b. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah.
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan
efektif apabila rasio yang dicapai sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun
demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran
yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu dibandingkan dengan
commit to user
c. Rasio Efisiensi
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi
(Bastian, 2006). Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur
dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Penilaian efisiensi sangat penting dilakukan karena akan
berdampak pada standar hidup masyarakat.
Semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintah daerah
semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara
cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui
apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau
tidak.
d. Rasio Keserasian (aktivitas)
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan
belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang
dialokasikan untuk belanja operasional berarti belanja modal yang
digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi
masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio
keserasian itu dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Rasio Keserasian Belanja Operasional,
commit to user
Belum ada standar yang pasti mengenai besarnya rasio belanja
operasional maupun modal terhadap APBD yang ideal, karena sangat
dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya
kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan
yang ditargetkan.
4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau perubahan dalam struktur ekonomi berlaku
atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat kegiatan ekonomi
yang berlaku dari tahun ke tahun (Sukirno, 2002). Pertumbuhan ekonomi
dapat meliputi penggunaan lebih banyak input dan lebih efisien, yaitu
setiap penambahan satu satuan input dapat menghasilkan output yang
lebih banyak (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Menurut pandangan para ekonom klasik maupun ekonom
neoklasik, pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang
modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
commit to user
Menurut Suparmoko (1994), faktor produksi yang mendorong
pertumbuhan ekonomi, yaitu: a) tenaga kerja, b) kapital, dapat terbentuk
melalui berbagai sumber di antaranya tabungan masyarakat, pajak,
pinjaman pemerintah dan inflasi, c) sumber daya alam dan lingkungan,
d) teknologi, dan e) faktor sosial, di antaranya adalah keamanan politik,
adat-isitiadat, agama, dan sistem pemerintahan.
Pertumbuhan ekonomi diukur menggunakan pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) untuk negara dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) untuk provinsi dan kabupaten atau kota. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu
wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi
tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh
sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang dikenal sebagai
PDB untuk negara dan PDRB untuk provinsi dan kabupaten atau kota
(BPS, 2008).
PDB atau PDRB merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian di suatu wilayah dalam satu tahun
yang dinyatakan dalam harga pasar (Suparmoko, 1994). PDRB
merupakan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh
penduduk dalam suatu daerah tertentu dalam satu wilayah negara dan
dalam jangka waktu satu tahun (Lincolin, 1999).
PDRB berdasarkan pengertian BPS (2008) merupakan jumlah nilai
commit to user
usaha, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB ini dapat didasarkan pada
harga berlaku dan berdasarkan harga konstan. PDRB berdasarkan harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
karena menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
berdasarkan harga berlaku pada setiap tahun. PDRB berdasarkan harga
konstan digunakan untuk dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi
secara riil dari tahun ke tahun karena menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai dasar, tahun dasar yang digunakan saat ini
adalah tahun 2000.
Cara menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan
(Sukirno, 2002), yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah NTB (Nilai Tambah Bruto) atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha,
diantaranya adalah: sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa
commit to user
b. Pendekatan pendapatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang terdiri dari
pendapatan sewa (Rent), gaji dan upah (Wage), pendapatan bunga
(Interest), dan keuntungan/laba (Profit).
c. Pendekatan pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
pengeluaran konsumsi rumah tangga (Consumption), pembentukan
modal tetap domestik bruto (Investment), konsumsi pemerintah
(Government), perubahan stok, dan ekspor neto (Expor minus
Impor).
Secara konsep tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka
yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang
dan jasa akhir yang dihasilkan harus sama pula dengan jumlah
pendapatan untuk faktor-faktor produksi.
B. Kerangka Pemikiran
Jenis penelitian ini adalah penelitian hipotesis karena bertujuan untuk
commit to user
fenomena dalam pengaruh antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran
yang menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang
commit to user
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah.
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap pihak
luar (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah dan
demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin
tinggi rasio kemandirian daerah maka pembangunan daerah akan
semakin maju, sehingga pertumbuhan ekonomi pun dapat meningkat
(Halim, 2002).
Dari uraian di atas, maka hipotesis pertama pada penelitian ini
adalah:
H1 : rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
commit to user
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD sebagai Alat Ukur Kinerja
Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah (Widodo, 2001 dalam Halim, 2002).
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan efektif
apabila rasio yang dicapai sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian
semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah
yang semakin baik. Semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah
merealisasikan PAD yang dianggarkan, maka semakin meningkat pula
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
. Dari uraian di atas, maka hipotesis kedua pada penelitian ini
adalah:
H2 : rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Anggaran sebagai Alat Ukur Kinerja
Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian,
2006). Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur dengan
commit to user
Penilaian efisiensi sangat penting dilakukan karena akan berdampak
pada standar hidup masyarakat.
Semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintah daerah
semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara
cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak.
Sehingga dapat dikatakan jika semakin kecil rasio efisensi, berarti
menandakan bahwa pemerintah semakin cermat dalam mengeluarkan
biaya untuk merealisasikan seluruh pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan yang berhasil direalisasikan tentunya semakin dapat
memenuhi kebutuhan belanja pembangunan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini
adalah:
H3 : rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan belanja
commit to user
untuk belanja operasional berarti belanja modal yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung
semakin kecil. Sehingga rasio belanja operasional yang semakin tinggi
akan berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis keempat pada penelitian ini
adalah:
H4 : rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Belanja modal dipergunakan untuk membiayai penambahan
infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada atau sarana dan
prasarana yang memadai. Pembangunan sarana dan prasarana oleh
pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi
(Kuncoro, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2007)
melihat sampai sejauh mana kebijakan pemerintah daerah dalam
mengalokasikan DAU yang diterima untuk kepentingan belanja modal
dan bagaimana dampak alokasi belanja ini terhadap peningkatan kualitas
pembangunan manusia.
Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah
memainkan peranan yang tidak kalah penting guna meningkatkan
commit to user
terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih
ditingkatkan. Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah
diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari
pembangunan daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis kelima pada penelitian ini
adalah:
H5 : rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis
testing) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti
mengenai pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur
dengan rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran,
rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Sekaran (2006), pengujian
hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami
perbedaan antar kelompok atau independensi dua variable atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi adalah total kumpulan elemen atau unsur yang kita harapkan
untuk membuat kesimpulan (Cooper, 2009). Populasi adalah keseluruhan
orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran,
2000). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipalajari lalu ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2006–
commit to user
Sampel adalah bagian populasi yang akan dipalajari secara detail
(Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
judgement-sampling, yang berarti sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan (Jogiyanto, 2005). Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Sampel adalah laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit
oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dengan pendapat wajar
dengan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian,
2. Pada sampel tersebut, tersedia data-data non keuangan seperti PDRB
(Pendapatan Domestik Regional Bruto), dan Pertumbuhan Ekonomi
daerah.
Kriteria di atas digunakan karena tidak semua pemerintah daerah
menyediakan informasi yang dibutuhkan.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sekaran (2006), data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari individu-individu, kelompok-kelompok tertentu, dan
juga responden yang telah ditentukan secara spesifik yang memiliki data
secara spesifik. Penelitian ini mengumpulkan data sekunder dari responden,
website, dan pihak-pihak terkait seperti BPK RI dan BPS. Alasan
penggunaan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mempunyai
validitas data yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk digunakan