• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Pemaknaan Dalam Kaver

4. Semiotika Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari Amerika Serikat yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Perice terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce,

21

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 12.

22

sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.

Sebuah tanda atau represemtamen (representamen) menurut Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama yang pada gilirannya mengacu pada objek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau represetamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering juga disebut sebagai signifikasi (signification).23

Peirce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (tiangle meaning). Menurutnya semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign

atau represetamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretant).

Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.24

23

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.17.

24

Sign

Interpretant Object

Gambar 2.1 Semiotika Peirce Sumber: Rachmat Krisyantono (2006)

Karena proses semiosis seperti tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, menjadi representamen lagi dan seterusnya. Gerakan yang tak berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida kemudian dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.25

Upaya klasifikasi yang dikerjakan oleh Peirce terhadap tanda-tanda sungguh tidak bisa dibilang sederhana, melainkan sangatlah rumit. Meskipun demikian, pembedaan tipe-tipe tanda yang agaknya paling simple dan fundamental adalah diantara ikon (object), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen dan objeknya.26

Berdasarkan objeknya peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama

25

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 18.

26

dengan apa yang dimaksudkan.27 Misalnya, gambar cicak dan buaya yang ditampilkan pada kaver majalah Tempo adalah ikon dari KPK dan POLRI. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Misalnya, teks yang ada pada kaver majalah Tempo yang mewakili keterangan atas gambar yang ditampilkan. Teks “KPK adalah kita, setelah menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka, KPK digebuk dari pelbagai penjuru”

adalah indeks dari gambar cicak yang seolah-olah diserang oleh hewan lain. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati bersama.Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.28 jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.29 Misalnya, gambar yang ditampilkan pada kaver majalah Tempo adalah simbol dari perseteruan antara KPK dan POLRI.

Menurut interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi atas

rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.30 Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak pula salah.31 Rema merupakan tanda yang memungkinkan orang

27

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutea, 2008), h.17.

28

Ibid, h. 17

29

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h.41-42

30 Ibid, h. 42

31

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 81.

menafsirkan berdasarkan pilihan.32 Misalnya, gambar cicak yang dikelilingi binatang lain pada kaver majalah Tempo dapat menandakan bahwa gambar tersebut adalah KPK yang diserang dari berbagai penjuru. Kedua, dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, pada kaver majalah tersebut ditambahkan teks yang menyatakan bahwa gambar tersebut adalah gambar KPK yang diserang dari berbagai penjuru. Ketiga,

argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya teks yang menyatakan bahwa itu adalah gambar KPK yang diserang dari berbagai penjuru.

Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Menurutnya, tanda adalah sesuatu yang dapat mewkili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.33 Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi oleh Peirce disebut ground. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign,

sinsign¸dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hjan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.34

32

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.42.

33

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 13.

34

Titik sentral dari semiotika Peirce adalah sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi “menggantikan” (stands for) di antara tanda dengan objeknya melalui interpretan. Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi (perceptible) atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretan, yakni suatu tanda lain yang ekuivalen dengannya, di dalam benak seseorang (interpreter). Dengan kata lain, baik representamen maupun interpretan pada hakikatnya tidak lain dan tidak bukan adalah tanda, yakni sesuatu yang menggantikan sesuatu yang lain. Hanya saja, representamen muncul mendahului interpretan, sementara adanya interpretan dibangitkan oleh representamen.35

Dokumen terkait