• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Pemaknaan Dalam Kaver

3. Semiotika

Semiotika secara etimologi berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologi, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk dari tanda-tanda. Semiotika juga mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.

Semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982: ix).13

Semiotika berupaya menemukan tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita).Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.14

Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat sebagai pemuka-pemuka semiotika moderen. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika moderen, yang satu

13

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra,2011), h. 3.

14

Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 262.

menggunakan konsep Peirce dan yang lain menggunakan konsep Saussure. Ketidak samaan itu mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Peirce adalah ahli filsafat dan logika, sedangkan Saussure adalah cikal bakal linguistik umum. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tetang semiotika.

Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.15 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tesusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri terkait dengan pikiran manusia.16 Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.

Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda -tanda di dalam masyarakat ”Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.

Semiotika menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakang sistem tanda pembedaan

15

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 11.

16

dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dengan demikian bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.17

Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual.

Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah sebuah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para penerima (reciever) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.

Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).18

17

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3.

18

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 9.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya desain komunikasi visual disosialisasikan pada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal adalah aspek bahasa, tema dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.19

Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain komunikasi visual harus menawarkan eksklusivisme, keistimewaan, dan kekhususan yang kemudian dapat memberikan akibat berupa ketertarikan calon konsumen untuk membeli. Contohnya adalah kaver majalah, kaver majalah harus dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah tersebut, karena biasanya sebelum membeli calon pembaca melihat terlebih dahulu kavernya, apakah menarik atau tidak. Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain komunikasi visual, yang salah satunya adalah kaver majalah hanyalah sekedar “alat pembius” bagi produsen untuk berburu konsumen.20

19

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 9-10.

20

Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.21

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.22 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan tanda lebih diperlihatkan daripada proses komunikasinya, karena tujuan dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.

Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini penuh dengan tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita menciptakan tanda sekaligus makna. Dalam perspektif semiotika, pada akhirnya komunikasi aka menjadi suatu ilmu untuk mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu sendiri.

Dokumen terkait