• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II. 5. Semiotika Komunikasi Visual

Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur,

termasuk desain komunikasi visual. Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah ‘sistem semiotika’ khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam semotika komunikasi visual melekat fungsi ‘komunikasi’. Yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengiriman pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan kode-kode tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi mempunyai fungsi signifakasi (signification) yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna (Tinarbuko, 2009:xi).

Semiotika komunikasi visual bertujuan mengkaji tanda verbal (judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (ilustrasi, logo, tipografi, dan tata visual) desain komunikasi visual dengan pendekatan teori semiotika. Dengan analisis semiotika visual maka akan diperoleh makna yang terkandung di balik tanda verbal dan tanda visual karya desain komunikasi visual. Dengan pendekatan teori semiotika, maka karya desain komunikasi visual akan mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode dan makna yang terkandung di dalamnya (Tinarbuko, 2009:9). Meskipun objek utama dari komunikasi visual adalah elemen-elemen komunikasi yang bersifat visual, yaitu garis, bidang, ruang, warna, bentuk dan tekstur, akan tetapi perkembangannya, desain komunikasi visual juga melibatkan elemen-elemen non visual, seperti tulisan, bunyi atau bahasa verbal.

Tanda verbal akan didekati pada aspek ragam bahasa, tama dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal atau simbolis dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, ketika karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks karya desain komunikasi visual mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem-sistem nonkebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, makapendektaan semiotika komunikasdi visual sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas makna kerya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi dan layout. Semua itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio atau audio visual kepada target sasaran. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak dan perubahan karena peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. Sebagai industri fotografi yang terkait dalam sistem ekonomi dan sosial, desain komunikasi visual juga berhadapan dengan konsekuensi sebagai produk massa dan komsumsi massa. Terklait dengan fakta tersebut, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan

rupa yang dapat dikecap orang banyak dengan pikiran maupun perasaan. Rupa yang mengandung pengertian makna, karakter, serta suasana yang mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas.

Tipografi dalam konteks desain komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan. Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran. Dalam hubungannya dengan desain komunikasi visual, huruf dan tipografi adalah elemen penting yang sangat diperlukan guna mendukung proses penyampaian pesanverbal maupun visual. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Dalam perkembangannya, ada lebih dari seribu macam huruf romawi atau latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya merupakan hasil perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut ini :

1. Huruf (Romein)

Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya.

3. Huruf Sans Serif

Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait. 4. Huruf Miscellaneous

Jenis huruf ini mementingkan nilai hiasnya daripada nilai komunikasinya. Bentuk senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental.

5. Huruf Script

Jenis huruf yang menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan.

Desain komunikasi visual digunakan untuk memperbarui atau memperluas jangkauan cakupan ilmu dan wilayah kerja kreatif desain grafis. Desain grafis dipelajari dalam konteks tata letak dan komposisi, bukan seni grafis murni. Area kerja kreatif desain grafis diantaranya ialah desain perwajahan buku, koran, tabloid, majalah dan jurnal.

Menurut Rustan Layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desian terhadap suatu bidan dalam media tertentu utnuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya. Membuat layout adalah salah satu proses tahapan kerja dalam desain (Rustan, 2008:0). Dimulai dari 25.000 S.M dimana para pemburu yang hidupnya berpindah-pindah di jaman Paleolitikum sampai Neolitikum melukisi dinding gua dengan objek-objek binatang, peristiwa perburuan dan bentuk-bentuk lain.

Terdapat beberapa prinsip layout menurut Kusrianto (2007:227) yang baik menurut Tom Linchty dalam Design Principle for Desktop Publishing ialah sebagai berikut :

• Proporsi (proportion)

Proporsi yang dimaksud adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya. Dalam dunia layout, dikenal dengan ukuran kertas atau bidang kerja yang palaing populer, yaitu dikenal dengan ukuran Letter, 8.5x11”.

• Keseimbangan (balance)

Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan elemen dalam suatu halaman memilki efek seimbang. Terdapat dua macam keseimbangan, yaitu keseimbangan informal atau tidak simetris. Keseimabangan formal digunakan untuk menata letak-letak elemen grafis agar terkesan rapi dan informal. Keseimbangan informal memilki tampilan yang tidak simetri.

Pada dasarnya, setiap elemen yang disusun memilki kesan yang seimbang, hanya saja cara pengaturannya tidak sama. Prinsip itu sering digunakan untuk menggambarkan adanya dinamika, energi dan pesan yang bersifat tidak formal. Prinsip tersebut juga sering digunakan kalangan muda. Penerapan prinsip itu berhubungan dengan prinsip-prinsip lainnya menurut Kusrianto (2007:229), yakni kesatuan dan harmoni diantaranya :

• Kontras (rhytm)

Irama atau rhytm sebenarnya bermakna sama dengan repetition yaitu pola perulangan yang menimbulkan irama yang enak diikuti. Penggunaan pola warna maupun motif yang diulang dengan irama teretentu merupakan salah satu prinsip penyusunan layout.

• Kesatuan (Unity)

Prinsip kesatuan atau unity (pakar lain menyebutkan proximity = kedekatan adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memilki fungsi baru yang utuh.

Menurut Rustan (2008:31) elemen-elemen teks pada layout umumnya terdiri dari :

1. Judul/Head/Heading/Headline

Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang diberi judul. Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen layout lainnya.

2. Deck/Blurb/Stanfirst

Deck adalah gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya antara judul dan bodytext. Biasa juga disebut dengan subline.

Fungsi deck berbeda dengan judul, yaitu sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext. Ada atau tidaknya deck dan penataan letaknya dipengaruhi oleh luas area halaman yang tersedia dan panjang pendeknya artikel.

3. Byline/Credit line/Writer’s Credit

Berisi nama penulis, kadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakkan di akhir naskah.

4. Bodytext/Bodycopy/Copy/Copytext

Isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang palaing banyak memberikan informasi terhadap topik bacaan tersebut. Keberhasilan suatu bodytext ditentukan oleh beberapa hal, antara lain: dukungan judul dan deck yang menarik sehingga memancing pembaca meneruskan keingintahuannya akan informasi yang lengkap dan gaya penulisannya yang menarik dari naskah itu sendiri.

5. Caption

Keterangan singkat yang menyertai elemen visual dan inzet. Caption biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis hurufnya dengan bodytext dan lemen text lainnya.

6. Callouts

Pada dasarnya sama seperti caption, kebanyakan callouts menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan, misalnya pada diagram. Balloon adalah salah satu bentuk callouts.

7. Kickers/Eyebrows

Kickers adalah salah satu atau beberapa kata pendek yang terletak di atasa judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik yang diinginkan dan mengingatkan lokasinya saat membaca artikel tersebut.

8. Initial Caps

naskah. Initial caps dapat juga berfungsi sebagai penyeimbang komposisi suatu layout.

Selain elemen teks, sebuah karya desain visual juga memiliki elemen- elemen visual yang berfungsi untuk menambah daya tarik dalam sebuah karya desain visual. Yang termasuk dalam elemen visual adalah semua elemen bukan teks yang kelihatan dalam suatu layout (Rustan, 2008:53). Adapun elemen-elemen visual tersebut adalah sebagai berikut:

1. Foto

Foto sering digunakan dalam karya-karya desain visual dikarenakan foto memiliki sebuah kekuatan yang tak dimiliki oleh elemen lainnya, yakni kredibilitasnya atau kemampuannya untuk member kesan sebagai ‘dapat dipercaya’.

2. Artworks

Untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih dapat diandalkan dibandingkan bila memakai teknik fotografi. Artworks adalah segala jenis karya seni bukan fotografi baik itu berupa ilustrasi, kartun, sketsa, dan lain-lain yang dibuat secara manual maupun dengan komputer.

3. Infographics

Fakta-fakta dan data-data statistik hasil dari survei dan penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik (chart), tabel, diagram, bagan, peta, dan lain-lain.

4. Garis (Rules)

Garis merupakan elemen visual yang dapat menciptakan kesan estetis pada suatu karya desain. Di dalam suatu layout, garis mempunyai sifat yang fungsional antara lain mebagi suatu area, penyeimbang berat dan sebagai elemen pengikat sistem desain supaya terjaga kesatuannya.

5. Kotak/Bingkai (Box/Border/Frame)

Umumnya berisi artikel yang bersifat tambahan/suplemen dari artikel utama dalam sebuah karya desain visual. Sering terletak di pinggir halaman dan disebut dengan sidebar. Elemen-elemen visual juga terkadang diberi kotak agar terkesan rapi.

6. Inzet (Inline Graphics)

Elemen visual berukuran kecil yang diletakkan di dalam elemen visual yang lebih besar. Fungsinya member informasi pendukung. Benyak terdapat pada informational graphic. Inzet kadang juga diserta dengan caption maupun callouts. 7. Point/Bullets

Suatu daftar/list yang mempunyai beberapa baris berurutan ke bawah, biasanya di depan tiap barisnya diberi penanda angka atau poin. Dingbats juga sering digunakan sebagai poin. Dingbats adlah simbol, tanda baca, dan ornament- ornamen.