• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Low Angle ( Frog Eye View )

2.4 Semiotika Roland Barthes

Menurut Deddy Mulyana yang dikutip oleh Nawiroh Vera dalam bukunya Semiotika dalam Riset Komunikasi, semiotika atau semiologi merupakan studi tentang hubungan antara tanda (lebih khusus lagi simbol atau lambang) dengan apa yang dilambangkan40. Tanda dan simbol merupakan alat dan materi yang digunakan dalam interaksi. Komunikasi merupakan proses transasional dimana pesan (tanda) dikirimkan dari seseorang pengirim (sender) kepada penerima

39

Ibid. hal.7

_________Dikutip dari Mencari Akar Fanatisme Ideologi oleh Haryatmoko pada tahun 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia

40

(receiver). Supaya pesan tersebut dapat diterima secara efektif maka perlu adanya proses interpretasi terhadap pesan tersebut, karena hanya manusialah yang memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memaknai simbol-simbol, oleh karenanya lahirlah semiologi. Semiologi adalah ilmu yang digunakan untuk menginterpretasikan pesan (tanda) dalam proses komunikasi41.

John Fiske mengemukakan bahwa semiotika adalah studi tentang pertanda dan makna dari sitem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam „teks‟ media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna42.

Dari beberapa definisi yang telah dituturkan maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan semiotika adalah ilmu tentang tanda atau ilmu yang menelaah suatu „tanda‟. Semiotika dan komunikasi tentunya saling berkaitan. Dalam proses komunikasi manusia, penyampaian pesan menggunakan bahasa, baik verbal maupun nonverbal. Bahasa terdiri atas simbol-simbol, yang mana simbol tersebut perlu dimaknai agar terjadi komunikasi yang efektif. Manusia memiliki kemampuan dalam mengelola simbol-simbol tersebut. Kemampuan ini mencakup empat bagian, yakni menerima, menyimpan, mengolah, dan menyebarkan simbol-simbol. Kegiatan-kegiatan ini yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya43.

41

Ibid., hal.1-2

42

Ibid., hal. 2

“Mengutip buku John Fiske “Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling

Komprehensif” . Yogyakarta: Jalasutra. 2006, hal. 282”

43

Selain bahasa verbal, yang tak kalah penting adalah bahasa nonverbal. Samovar dan kawan-kawan menyatakan, komunikasi nonverbal memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini seringkali tidak kita sadari44. Untuk memahami bahasa verbal maupun nonverbal maka dibutuhkan suatu ilmu yakni semiologi, ilmu tentang tanda-tanda. Disinilah pentingnya mempelajari semiotika. Kaitan penting antara komunikasi dan semiotika adalah komunikasi secara sederhana didefinisikan sebagai proses pertukaran pesan, dimana pesan terdiri atas tiga elemen terstruktur, yaitu tanda dan simbol, bahasa dan wacana45.

Kelompok kritis maupun konstruktivis memiliki pandangan bahwa tanda yang tersebar dalam bentuk pesan-pesan dalam komunikasi massa misalnya dikemas dalam bungkus ideologi yang tersamar. Tanda sering dikemas dalam selimut bahasa yang dapat bermakna denotasi maupun konotasi. Sebagai contoh, seorang peneliti lirik lagu mencurahkan ide, gagasan, maupun kritik sosial melalui susunan kata berupa tanda yang kadang sulit dimaknai. Disinilah peran semiotika

“Dikutip dari Samovar, A. Larry and Porter, E. Richard. “Communication Between Cultures”.

California: Wadsworth Publishing Company. 1981, hal. 135”

44

Ibid. hal.7

“Dikutip dari Samovar, A. Larry and Porter, E. Richard. “Communication Between Cultures”.

California: Wadsworth Publishing Company. 1981, hal. 155”

45

Ibid. hal. 7

“Dikutip dari Littlejohn, Stephen. “Theories of Human Communication” . Albuquerque:

sebagai sebuah metode untuk membongkar makna-makna terselubung pengarang46.

Dalam membongkar makna-makna yang terselubung tersebut terdapat model semiotika salah satunya adalah model semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Menurut Barthes yang dikutip oleh Kurniawan dalam bukunya Semiologi Roland Barthes , semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai , dalam hal ini tidak dapat disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes, dengan demikian melihat signifikansi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur. Signifikansi tak terbatas pada bahasa, tetapi juga pada hal-hal lain diluar bahasa. Barthes menganggap kehidupan sosial sebagai sebuah signifikansi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri47.

Menurut Barthes yang dikutip oleh Diki Umbara, melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari

46 Ibid. hal.11

47

semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh48.

Teori semiotika Roland Barthes merupakan turunan dari teori bahasa menurut de Saussure. Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat.49

48

Diki Umbara, Ada Makna dibalik Shoot , http://docslide.us/documents/ada-makna-di-balik-shoot.html , diakses pada tanggal 19 April 2016, pukul 07.48 WIB dikutip dalam buku Roland Barthes yang berjudul The Semiotics Challenge (1998) hal. 172-173

49

Berikut merupakan peta tanda yang dikemukakan oleh Roland Barthes, Tabel 2.1 Peta Tanda Roland Barthes

1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Pertanda) 3. Denotatif Sign (Tanda Denotatif)

4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif)

5. Connotative Signified (Pertanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) 2.5.

Sumber : Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, hal.69

Dari peta tanda Roland Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri dari atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4) Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya50 .

Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang

50

disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas. Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-penafsiran baru. Dalam semiologi Barthes, Denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sedangkan konotasi merupakan sistem signifikansi tingkat kedua. Denotasi dapat dikatakan merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan konotasi merupakan makna subjektif dan bervariasi. Contohnya jika kita membaca kalimat „Mawar seperti bunga desa‟, secara denotasi orang akan memaknai bahwa mawar adalah bunga yang tumbuh di desa, tetapi secara konotasi maknanya berubah, bunga berarti seorang gadis dan mawar adalah nama gadis tersebut. Bunga dan gadis awalnya tidak ada hubungannya sama sekali, tetapi dapat diinterpretasikan memiliki sifat kesamaan, yaitu cantik dan indah 51.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan. Jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru, menurut Barthes mitos merupakan tingkatan tertinggi penandaan. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Mitos dalam pandangan Barthes adalah bahasa, maka mitos adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Ia

51

mengemukakan bahwa mitos dalam pengertian khususnya ini merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama dimasyarakat itulah mitos. Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia52. Secara sederhana, mitos merupakan konotasi yang telah berbudaya. Sebagai contoh ketika kita mendengar pohon beringin, denotasinya adalah pohon besar yang rindang, tetapi ketika sudah menyentuh makna lapis kedua, pohon beringin dapat memiliki makna menakutkan dan gelap. Pohon beringin juga dapat memiliki makna yang lebih dalam lagi seperti lambang pada sila ketiga, persatuan Indonesia, makna ini sudah sampai hingga ideologi karena menyentuh kehidupan sosial manusia sehari-hari hal tersebut lah yang dinamakan mitos, dimana makna konotasi yang telah berkembang menjadi makna denotasi 53.

Dokumen terkait