• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pemikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Hak cipta tidak melindungi ide, akan tetapi melindungi ekpresi dari hasil karya cipta tersebut. 70

Di Indonesia sering sekali terjadi kasus sengketa hak cipta, seperti yang terjadi baru-baru ini yaitu kasus antara koreografer Roy Yulius Tobing dengan artis yang bernama Minati Atmanegara. Kasus ini bermula ketika Roy Tobing melaporkan Minati ke Polda Metro Jaya tersangkut kasus pelanggaran hak cipta. Penyebabnya adalah karena Roy merasa Minati memakai gerakan yang ia ciptakan dan lantas dicatatkan sebagai hak ciptanya.

Roy merupakan seorang koreografer yang menciptakan body language exercises, salah satu bentuk senam. Roy mulai merintis senam ini di Indonesia dari tahun 1981, sedangkan Minati menggunakan gerakan tersebut sebelum tahun 1994. 71

Roy mengaku bahwa Minati mengambil salah satu instrukturnya (pria) dan baru mencatatkan hak cipta body performnya pada tahun 2014 lalu dengan sinematografi72. Sedangkan Roy menciptakan dengan sebuah diktat manual dengan sebuah judul karya tulis dan foto cara gerak.

Minati Atmanegara sendiri menanggap hal ini dengan santai. Ia menyatakan bahwa gerakan senam itu adalah hal yang umum sehingga setiap orang dapat menggunakannya termasuk dirinya. Laporan yang dilakukan oleh Roy Tobing sejak pada November 2014 silam ini ternyata sempat ingin

70

Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. 7. 71

Kapan Lagi.com, “Ini kronologi maestro senam laporkan hak cipta gerakan Minati”

http://www.merdeka.com/artis/ini-kronologi-maestro-senam-laporkan-hak-cipta-gerakan-minati.html (diakses tanggal 6 Oktober 2015).

72

Sinematografi adalah ciptaan yang berupa gambar bergerak (moving image), antara lain film documenter, film iklan, reportase, atau film cerita yang dibuat dengan scenario, dan film kartun. Lihat penjelasan Pasal 40 huruf m Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

diselesaikan secara kekeluargaan oleh Minati Atmanegara tetapi tidak berhasil karena pada bulan Agustus lalu, ia mendapatkan surat penetapan dirinya sebagai tersangka. Selain itu Minati juga mengaku bahwa ia mempunyai bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Ia mempunyai surat dari HKI yang menyatakan senamnya dengan senam Roy berbeda.73

Kini Minarti ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 116 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2014 tentang hak cipta dengan ancaman empat tahun hukuman penjara. Roy berharap agar kasus ini bisa memberikan efek jera kepada Minarti. Apalagi Minarti meraup banyak keuntungan karena menggunakan gerakan ini juga di sanggar senamnya.

Pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam ciptaan, yang namanya dinyatakan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, yang namanya disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan, dan tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai ciptaan.74 Merujuk pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kasus diatas dapat diselesaikan dengan memeriksa daftar pencatatan ciptaan, melalui cara tersebut dapat ditentukan siapa pemegang hak ciptanya dengan melihat siapa yang melakukan pencatatan hak cipta terlebih dahulu.

2. Sanksi yang diberikan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta.

Setiap orang yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap perlindungan hak cipta dikenakan sanksi. Berikut sanksi pidana atas pelanggaran hak ekslusif

73ScreenSay, “Minati Atmanegara Jadi Tersangka Kasus Pelanggaran Hak Cipta”

http://screensay.com/article/2196/minati-atmanegara-jadi-tersangka-kasus-pelanggaran-hak-cipta (diakses tanggal 6 Oktober 2015).

74

terhadap perlindungan hak cipta berdasarkan Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.

Sanksi yang diberikan kepada orang yang melakukan pelanggaran hak cipta tergantung kepada jenis pelanggaran yang ia lakukan. Jenis pelanggaran dibagi atas beberapa bagian yaitu:75

a. Pelanggaran terhadap informasi manajemen hak cipta (Pasal 7 (3) dan/atau Pasal 52) untuk penggunaan secara komersial.

Kegiatan yang termasuk ke dalam bagian ini adalah menghilangkan, mengubah, atau merusak informasi manajemen hak cipta tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta, untuk penggunaan secara komersial. Pelaku diancam dua tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

b. Pelanggaran terhadap hak ekonomi Pencipta (Pasal 9).

1) Kegiatan yang termasuk ke dalam bagian ini adalah penyewaan ciptaan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta, untuk penggunaan secara komersial.

Pelaku diancam satu tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2) Tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta untuk penggunaan secara komersial, dalam hal:

a) Penerjemahan ciptaan

b) Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan c) Pertunjukan ciptaan , dan

75

d) Komunikasi ciptaan.

Pelaku diancam tiga tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

3) Tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta untuk penggunaan secara komersial, dalam hal:

a) Penerbitan ciptaan,

b) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya c) Pendistribusian ciptaan atau salinannya, dan d) Pengumuman ciptaan

Pelaku diancam empat tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

4) Penggunaan secara komersial yang dilakukan dalam bentuk: a) Penerbitan ciptaan,

b) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, c) Pendistribusian ciptaan atau salinannya, dan d) Pengumuman ciptaan.

Pelaku diancam empat tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

c. Pelanggaran terhadap pengelola tempat perdagangan (Pasal 10).

Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini adalah membiarkan penjualan atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta ditempat perdagangan yang dikelolanya. Pelaku dikenakan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

d. Pelanggaran terhadap hak ekonomi atas potret (Pasal 12) untuk penggunaan komersial.

Kegiatan yang termasuk ke dalam bagian ini adalah penggunaan secara komersial atas penggandaan, pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi atas potret untuk kepentingan periklanan, baik media elektronik maupun non elektronik, tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya. Pelaku dikenakan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

e. Pelanggaran terhadap hak ekonomi pelaku pertunjukan (Pasal 23) untuk penggunaaan komersial.

1) Kegiataan yang termasuk ke dalam bagian ini adalah penyewaaan atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada publik tanpa izin pelaku pertunjukan, untuk penggunaan secara komersial. Pelaku diancam satu tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2) Tanpa izin pelaku pertunjukan untuk penggunaan secara komersial, dalam hal :

a) Penyiaran atau komunikasi atas pertunjukkan pelaku pertunjukkan,

b) Fiksasi dari pertunjukan yang belum difiksasi, dan

c) Penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik. Pelaku diancam tiga tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

3) Tanpa hak atau seizin pelaku pertunjukkan untuk penggunaan secara komersial, dalam hal:

a) Penggandaan atas fiksasi pertunjukan dengan cara atau bentuk apapun, dan

b) Pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya.

Pelaku diancam empat tahun penjara dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

4) Penggandaan atas fiksasi pertunjukan dengan cara atau bentuk apapun, serta pendistribusian atas fiksasi pertunjukkan atau salinannya.

Pelaku diancam sepuluh tahun penjara dan denda paling banyak Rp.4.000.000.000,- (empat milyar rupiah).

f. Pelanggaran terhadap hak ekonomi produser fonogram (Pasal 24) untuk penggunaan komersial.

1) Kegiatan yang termasuk ke dalam bagian ini adalah penyewaan kepada publik atas salinan fonogram dengan sengaja dan tanpa izin produser fonogram untuk penggunaan secara komersial. Pelaku diancam satu tahun penjara dan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2) Dengan sengaja atau tanpa izin produser fonogram untuk penggunaan secara komersial, dalam hal ini:

a) penggunaan atas fonogram dengan cara atau bentuk apapun, b) pendistribusian atas fonogram asli atau salinannya, dan

c) penyediaan atas fonogram dengan atau tanpa table yang dapat diakses publik.

Pelaku diancam empat tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

3) Penggandaan atas fonogram dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas fonogram asli atau salinannya, dan penyediaan atas fonogram dengan atau tanpa kabel yang dapat diakses publik. Pelaku diancam sepuluh tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.4.000.000.000,- (empat milyar rupiah).

g. Pelanggaran terhadap hak ekonomi lembaga penyiaran (Pasal 25) untuk penggunaan komersial.

1) Dengan sengaja dan tanpa izin lembaga penyiaran untuk penggunaan secara komersial, yang termasuk dalam hal ini antara lain penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran, fiksasi siaran, dan penggandaan fiksasi siaran. Pelaku diancam empat tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

2) Penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran, fiksasi siaran, penggandaan fiksasi siaran dalam bentuk kegiatan pembajakan, pelaku diancam sepuluh tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.4.000.000.000,- ( empat milyar rupiah.

h. Pelanggaran terhadap izin operasional lembaga manajemen kolektif Pasal 88 (3) dalam hal ini kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah lembaga managemen kolektif tidak memiliki izin operasional dari menteri dan melakukan kegiatan penarikan royalty. Pelaku diancam empat tahun penjara dan dikenakan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

Dokumen terkait