• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sensitivitas Pembenihan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu

b. Cara Panen Rotifer

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

2. Biaya Operasional

7.3.2 Sensitivitas Pembenihan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu

a. Penurunan Harga benih Kerapu

Penurunan harga benih ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu masing-masing sebesar 40 persen, 30 persen, dan 15 persen. Penurunan harga benih ikan kerapu tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan HSRT. Pada tahun pertama pendapatan dari hasil penjualan benih yang diperoleh dari Rp 150.000.000,- turun menjadi Rp 102.000.000,- Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 pendapatan dari hasil penjualan turun dari Rp 255.000.000,- menjadi 147.000.000,-. Penurunan harga benih ini juga berdampak pada penurunan pendapatan pegawai tetap dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 25.

Tabel 28 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Benih Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu

Kriteria Kondisi awal Besar Perubahan Kondisi setelah perubahan NPV Rp 505.215.763,- Rp-416.537.148,- Rp 88.678.615,-

IRR 98 persen -71 persen 27 persen

Net B/C 4,971 -3,406 1,565

PBP 2 Tahun 0,1 Bulan 2 Tahun 9,5 Bulan 4 Tahun 9,6 Bulan Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa apabila terjadi penurunan harga benih pada kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu, maka nilai NPV turun sebesar Rp 416.537.148,- menjadi Rp 88.678.615,-. Berarti usaha ini masih layak dilakukan tetapi keuntungan yang diperoleh berkurang sebesar Rp 416.537.148,-. Nilai IRR turun sebesar 71 persen menjadi 27 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 27 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 3,406 menjadi 1,565. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan

109

menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,565. Selain itu, PBP yng diperoleh meningkat 2 tahun 9,5 bulan menjadi 4 tahun 9,6 bulan. Nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi penurunan harga benih, maka usaha penggabungan pembenihan ikan kerapu masih tetap layak untuk dilaksanakan.

b. Penurunan Tingkat Keberhasilan Pembenihan (Survival Rate)

Penurunan SR dalam usaha pembenihan gabungan antara kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu masing-masing menjadi 5 persen, 3 persen, dan 1 persen. Penurunan SR tersebut mengakibatkan penurunan hasil panen benih kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu pada tahun pertama masing-masing sebesar 60.000 ekor, 20.000 ekor, dan 8000 ekor turun menjadi 30.000 ekor, 12.000 ekor, dan 4.000 ekor. Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 masing-masing sebesar 80.000 ekor, 30.000 ekor, dan 12.000 ekor turun menjadi 40.000 ekor, 18.000 ekor, dan 6.000 ekor. Penurunan SR ini mengakibatkan penurunan penghasilan yang diperoleh pekerja tetap dan penyewa lahan. Rincian penghitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 26.

Tabel 29 Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan SR Pada Usaha Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan Kerapu Sunu Kriteria Kondisi Awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 505.215.763,- Rp-409.533.195,- Rp-95.682.568,-

IRR 98 persen -104 persen -6 persen

Net B/C 4,971 -4,539 0,438

PBP 2 Tahun 0,1 Bulan 15 Tahun 4,7 Bulan 17 Tahun 4,8 Bulan Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa apabila SR usaha pembenihan gabungan ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu turun masing-masing menjadi 5 persen,3 persen, dan 1 persen, maka nilai NPV yang diperoleh

110

mengalami penurunan sebesar Rp 409.533.195,- menjadi Rp -95.682.568,-. Nilai NPV tersebut berarti usaha ini memperoleh kerugian sebesar Rp 409.533.195,-. Nilai IRR yang diperoleh sebesar -6 persen, yaitu turun sebesar 104 persen dari 98 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat diskonto -6 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh turun sebesar 4,539 menjadi 0,438. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,438. Kemudian, PBP meningkat dari 15 tahun 4,7 bulan menjadi 17 tahun 4,8 bulan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka dapat dinyatakan usaha ini tidak layak dilakukan jika terjadi penurunan SR sebesar yang telah ditentukan.

c. Kenaikan Harga Telur

Kenaikan harga telur pada usaha penggabungan pembenihan ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu berdampak pada peningkatan biaya produksi berupa biaya telur. Kenaikan harga telur pada kerapu macan, kerapu bebek dan kerapu sunu berturut-turut sebesar 100 persen, 75 persen, dan 100 persen. Biaya pembelian bahan baku berupa telur pada tahun pertama sebesar Rp 3.200.000,- meningkat menjadi Rp 6.000.000,-. Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 sebesar Rp. 4.600.000,- meningkat menjadi Rp 8.600.000,-. Kenaikan harga telur ini pun berdampak pada penurunan penghasilan yang diperoleh pekerja tetap serta penerimaan yang diperoleh oleh pemilik yang menyewakan tanahnya. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 31.

111

Tabel 30 Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Telur pada Usaha

…..Pembenihan Gabungan Ikan Kerapu Macan, Kerapu Bebek, dan

…..Kerapu Sunu

Kriteria Kondisi Awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 505.215.763,- Rp-14.876.886,- Rp 490.338.877,-

IRR 98 persen -3 persen 95 persen

Net B/C 4,971 -0,171 4,8

PBP 2 Tahun 0,1 Bulan 0,9 Bulan 2 Tahun 0,8 Bulan

Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa apabila terjadi kenaikan harga telur pada ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu masing-masing sebesar 100 persen, 75 persen, dan 100 persen, maka nilai NPV turun sebesar Rp 14.876.886,-menjadi Rp 490.338.877,-. Berarti usaha ini masih layak dilakukan tetapi keuntungan yang diperoleh berkurang sebesar Rp 14.876.886,-. Nilai IRR turun sebesar 3 persen menjadi 95 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 95 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 0,171 menjadi 4,8. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 4,80. Selain itu, PBP yang diperoleh lebih lama 0,9 bulan yaitu menjadi 2 tahun 0,8 bulan. Nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi kenaikan harga benih, maka usaha pembenihan gabungan ini masih tetap layak untuk dilaksanakan. Dapat disimpulkan pula bahwa kenaikan harga telur tidak berpengaruh signifikan terhadap arus kas.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan gabungan ikan kerapu macan, kerapu bebek, dan kerapu sunu jika terjadi penurunan harga benih berturut-turut sebesar 40 persen, 30 persen, dan 15 persen dan penurunan harga telur berturut-turut sebesar 100 persen, 75 persen, dan 100 persen masih tetap layak dilaksanakan. Jika terjadi penurunan tingkat

112

keberhasilan pembenihan (SR) berturut-turut dari 10 persen, 5 persen, dan 2 persen menjadi 5 persen, 3 persen, dan 1 persen usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. Perbandingan nilai kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu sunu jika terjadi perubahan harga benih, SR, dan harga telur dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan

……..Gabungan

Kriteria Kondisi Awal Kondisi Setelah Perubahan

Harga Benih SR Harga Telur

NPV Rp 505.215.763,- Rp 88.678.615,- Rp-95.682.568,- Rp 490.338.877,-

IRR 98 persen 27 persen -6 persen 95 persen

Net B/C 4,971 1,565 0,438 4,8

PBP 2 Tahun 0,1 Bulan 4 Tahun 9,6 Bulan 17 Tahun 4,8 Bulan 2 Tahun 0,8 Bulan Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, diperoleh bahwa usaha pembenihan ikan kerapu macan paling sensitif dan tidak layak dijalankan jika terjadi penurunan harga benih, dikuti dengan pembenihan gabungan, pembenihan kerapu bebek, dan pembenihan kerapu sunu tetapi usaha masih layak untuk dijalankan. Jika terjadi penurunan SR, usaha pembenihan kerapu sunu dan kerapu macan merupakan usaha yang paling sensitif dan tidak layak untuk dijalankan diikuti pembenihan kerapu gabungan dan kerapu bebek tetapi masih layak untuk dijalankan. Jika terjadi kenaikan harga telur, usaha pembenihan kerapu macan merupakan usaha yang paling sensitif diikuti pembenihan kerapu bebek, pembenihan kerapu sunu tetapi usaha masih tetap layak untuk dijalankan. Dari uraian di atas maka usaha pembenihan ikan kerapu macan dapat dikatakan usaha yang paling sensitif dikarenakan ada dua variabel yang paling sensitif yaitu penurunan harga benih dan penurunan SR, kemudian diikuti oleh pembenihan kerapu gabungan karena penurunan SR mengakibatkan keuntungan bernilai

113

negatif, setelah itu diikuti dengan usaha pembenihan kerapu sunu karena sama dengan pembenihan secara gabungan yaitu jika terjadi penurunan SR maka keuntungan yang diperoleh bernilai negatif tetapi nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan usaha pembenihan gabungan. Usaha pembenihan ikan kerapu bebek merupakan usaha yang tidak sensitif jika terjadi penurunan harga benih, penurunan SR, dan kenaikan harga telur.

114

Dokumen terkait