• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sensitivitas Pembenihan Kerapu Macan a. Penurunan Harga Benih Sebesar 40 persen

b. Cara Panen Rotifer

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

2. Biaya Operasional

7.3.1 Sensitivitas Pembenihan Kerapu Macan a. Penurunan Harga Benih Sebesar 40 persen

Penurunan harga benih berdampak pada penurunan pendapatan dari pengusaha HSRT. Pendapatan penjualan yang diperoleh pada tahun pertama dan kedua berturut turun menjadi Rp 108.000.000,- dan Rp 144.000.000,- dari Rp 180.000.000,- dan Rp 240.000.000,-. Harga jual benih ikan kerapu turun dari Rp 1.000,- menjadi Rp 600,- juga berdampak pada penurunan pendapatan tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 16 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan Harga Benih Kerapu Macan Sebesar 40 persen

Kriteria Kondisi awal Besar Perubahan Kondisi setelah perubahan NPV Rp 330.405.688,- Rp -340.581.714,- Rp-10.176.026,-

IRR 72 persen -60 persen 12 persen

Net B/C 3,719 -2,78 0,939

PBP 3 Tahun 4 Tahun 8,4 Bulan 7 Tahun 8,4 Bulan

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa apabila terjadi penurunan harga benih sebesar 40 persen, maka nilai NPV turun sebesar Rp 340.581.714,- menjadi

97

Rp -10.176.026,-. Berarti usaha ini dapat dikatakan kurang layak dilakukan karena keuntungan yang didapat selama umur proyek bernilai negatif. Nilai IRR turun sebesar 60 persen menjadi 12 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 12 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 2,78 menjadi 0,939. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,939. Payback Period yang diperoleh meningkat 4 tahun 8,4 bulan sehingga menjadi 7 tahun 8,4 bulan. Nilai-nilai tersebut belum memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi penurunan harga benih kerapu macan sebesar 40 persen, maka usaha pembenihan kerapu macan masih tidak layak untuk dilaksanakan.

b. Penurunan Tingkat Keberhasilan Pembenihan (Survival Rate) menjadi 5 Persen

Penurunan Survival Rate (SR) dari 10 persen menjadi 5 persen berdampak pada penurunan pendapatan dari pengusaha HSRT. Pada satu siklus HSRT mampu panen sebanyak 180.000 ekor kemudian turun menjadi 90.000 ekor. Hal ini juga berdampak pada penurunan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 17.

Tabel 17 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan

……Tingkat Keberhasilan Pembenihan Kerapu Macan Sebesar 5

...persen

Kriteria Kondisi awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 330.405.688,- Rp -425.727.143,- Rp-95.321.455

IRR 72 persen -72,389 persen -0.389 persen

Net B/C 3,719 -3,258 0,461

98

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa apabila SR kerapu macan turun menjadi 5 persen maka nilai NPV yang diperoleh mengalami penurunan sebesar Rp 425.727.143,- menjadi Rp -95.321.455,- yang berarti usaha ini memperoleh kerugian sebesar Rp -95.321.455,-. Nilai IRR yang diperoleh sebesar -0,389 persen, yaitu turun sebesar 72,389 persen dari 72 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat diskonto -0,389 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh turun sebesar 3,258 menjadi 0,461. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 0,461. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka dapat dinyatakan usaha ini tidak layak dilakukan jika SR yang diperoleh turun sebesar 5 persen dan dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ini memiliki resiko tinggi.

c. Kenaikan Harga Telur 100 Persen

Kenaikan harga telur kerapu macan sebanyak 100 persen mengakibatkan penurunan pendapatan pengusaha HSRT. Harga telur kerapu sunu dari Rp 2,- menjadi Rp 4,- meningkatkan biaya produksi berupa telur. Pada tahun pertama

biaya produksi berupa telur meningkat dari Rp 3.600.000,- menjadi Rp 7.200.000,- Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 biaya produksi

berupa telur meningkat dari Rp 4.800.000,- menjadi Rp 9.600.000,- kenaikan biaya produksi juga berpengaruh pada penurunan pendapatan tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 18.

99

Tabel 18 Hasil Perhitungan Sensitivitas terhadap Peningkatan Harga Telur Kerapu Macan Sebesar 100 persen

Kriteria Kondisi Awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 330.405.688,- Rp-17.029.086,- Rp 313.376.602,-

IRR 72 persen -4 persen 68 persen

Net B/C 3,719 -0.186 3,533

PBP 3 Tahun 1,2 Bulan 3 Tahun 1,2 Bulan

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa apabila terjadi kenaikan harga telur sebesar 100 persen, maka nilai NPV turun sebesar Rp 17.029.086,- menjadi Rp 313.376.602,-. Berarti usaha ini masih layak dilakukan tetapi keuntungan yang diperoleh berkurang sebesar Rp 17.029.086,-. Nilai IRR turun sebesar 4 persen menjadi 68 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 68 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 0,186 menjadi 3,533. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,533. Selain itu, PBP yng diperoleh meningkat 1,2 bulan menjadi 3 tahun 1,2 bulan. Nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi kenaikan harga telur sebesar 100 persen, maka usaha pembenihan kerapu macan masih tetap layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan kerapu macan sangat sensitif terhadap penurunan harga benih ikan kerapu macan sebesar 40 persen dan penurunan tingkat keberhasilan atau

survival rate (SR) dari 10 persen menjadi 5 persen. Hal tersebut dapat terlihat dari

hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha yang tidak memenuhi syarat kelayakan. Perbandingan nilai kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu macan jika terjadi perubahan harga benih, SR, dan harga telur dapat dilihat pada Tabel 19.

100

Tabel 19 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu Macan

Kriteria Kondisi Awal

Kondisi setelah Perubahan Harga Benih (turun 40 persen) SR (turun 5 persen) Harga Telur (naik 100 persen) NPV Rp 330.405.688,- Rp-10.176.026,- Rp-95.321.455 Rp 313.376.602,-

IRR 72 persen 12 persen -0.389 persen 68 persen

Net B/C 3,719 0,939 0,461 3,533

PBP 3 Tahun 7 Tahun 8,4 Bulan 13 Tahun 4,8 Bulan 3 Tahun 1,2 Bulan 7.3.2 Sensitivitas Pembenihan Kerapu Bebek

a. Penurunan Harga benih Sebesar 30 persen

Penurunan harga benih berdampak pada penurunan pendapatan dari pengusaha HSRT. Pendapatan penjualan yang diperoleh pada tahun pertama dan kedua berturut turun menjadi Rp 108.000.000,- dan Rp 162.000.000,- dari Rp 162.000.000,- dan Rp 243.000.000,-. Harga jual benih ikan kerapu turun dari Rp 2.700,- menjadi Rp 1.800,- juga berdampak pada penurunan pendapatan tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 20 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan Harga Benih Kerapu Bebek Sebesar 30 persen

Kriteria Kondisi awal Besar Perubahan Kondisi setelah perubahan NPV Rp 448.428.815,- Rp -283.208.320,- Rp 165.220.495,-

IRR 96 persen -57 persen 39 persen

Net B/C 4,867 -2,76 2,107

PBP 2 Tahun 2,9 Bulan 1 Tahun 5,7 Bulan 3 Tahun 8,6 Bulan

Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa apabila terjadi penurunan harga benih sebesar 30 persen, maka nilai NPV turun sebesar Rp 283.208.320,- menjadi Rp 165.220.495,-. Berarti usaha ini masih layak dilakukan tetapi keuntungan yang diperoleh berkurang sebesar Rp 283.208.320,-. Nilai IRR turun sebesar 57 persen

101

menjadi 39 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 39 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 2,76 menjadi 2,107. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,107. Selain itu, PBP yng diperoleh meningkat 1 tahun 5,7 bulan menjadi 3 tahun 8,6 bulan. Nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi penurunan harga benih kerapu bebek sebesar 30 persen, maka usaha pembenihan kerapu bebek masih tetap layak untuk dilaksanakan. b. Penurunan Tingkat Keberhasilan Pembenihan (Survival Rate) Menjadi 3 persen

Penurunan survival rate (SR) dari 5 persen menjadi 3 persen berdampak pada penurunan pendapatan dari pengusaha HSRT. Pada tahun pertama HSRT mampu panen sebanyak 60.000 ekor kemudian turun menjadi 36.000 ekor. Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 hasil panen turun dari 90.000 ekor kemudian turun menjadi 54.000 ekor Hal ini juga berdampak pada penurunan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan

cash flow dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 21 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan

...Tingkat Keberhasilan Pembenihan Kerapu Bebek Menjadi

...Sebesar 3 persen

Kriteria Kondisi Awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 448.428.815,- Rp -339.849.984,- Rp 108.578.831,-

IRR 96 persen -66 persen 30 persen

Net B/C 4,867 -3,17 1,697

PBP 2 Tahun 2,9 Bulan 2 Tahun 0,7 Bulan 4 Tahun 3,6 Bulan

Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa apabila SR kerapu bebek turun menjadi 3 persen maka nilai NPV yang diperoleh mengalami penurunan sebesar

102

Rp 339.849.984,- menjadi Rp 108.578.831,-. Nilai tersebut berarti usaha ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 108.578.831,-. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 30 persen, yaitu turun sebesar 66 persen dari 96 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat diskonto 30 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh turun sebesar 3,17 menjadi 1,697. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,697. Kemudian, PBP meningkat dari 2 tahun 0,7 bulan menjadi 4 tahun 3,6 bulan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut maka dapat dinyatakan usaha ini tetap layak dilakukan jika SR yang diperoleh turun menjadi sebesar 3 persen.

c. Kenaikan Harga Telur 75 persen

Kenaikan harga telur kerapu bebek sebanyak 75 persen mengakibatkan penurunan pendapatan pengusaha HSRT. Harga telur kerapu bebek dari Rp 4,- menjadi Rp 7,- meningkatkan biaya produksi berupa telur. Pada tahun pertama biaya produksi telur meningkat dari Rp 4.800.000,- menjadi Rp 8.400.000,-. Kemudian pada tahun ke-2 hingga tahun ke-10 biaya produksi berupa telur meningkat dari Rp 7.200.000,- menjadi Rp 12.600.000,-. Kenaikan biaya produksi juga berpengaruh pada penurunan pendapatan tenaga kerja dan penyewa lahan. Rincian perhitungan cash flow dapat dilihat pada Lampiran 21.

Tabel 22 Hasil Perhitungan Sensitivitas terhadap Peningkatan Harga Telur Kerapu Bebek Sebesar 75 persen

Kriteria Kondisi Awal Besar Perubahan Kondisi setelah Perubahan NPV Rp 448.428.815,- Rp -18.880.554,- Rp 429.548.261,-

IRR 96 persen -5 persen 91 persen

Net B/C 4,867 -0,232 4,635

103

Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa apabila terjadi kenaikan harga telur sebesar 75 persen, maka nilai NPV turun sebesar Rp 18.880.554,-menjadi Rp 429.548.261,-. Berarti usaha ini masih layak dilakukan tetapi keuntungan yang diperoleh berkurang sebesar Rp 18.880.554,-. Nilai IRR turun sebesar 5 persen menjadi 91 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto 91 persen, maka nilai NPV sama dengan nol. Nilai Net B/C yang diperoleh juga turun sebesar 0,232 menjadi 4,635. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 4,635. Selain itu, PBP yng diperoleh meningkat 0,9 bulan menjadi 2 tahun 3,8 bulan. Nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat kelayakan, sehingga jika terjadi kenaikan harga telur sebesar 75 persen, maka usaha pembenihan kerapu bebek masih tetap layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan kerapu bebek jika terjadi penurunan harga benih sebesar 30 persen, penurunan SR dari 5 persen menjadi 3 persen, dan penurunan harga telur sebesar 75 persen masih tetap layak dilaksanakan. Perbandingan nilai kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan kerapu bebek jika terjadi perubahan harga benih, SR, dan harga telur dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Perbandingan Hasil Perhitungan Sensitivitas Pembenihan Kerapu Bebek

Kriteria Kondisi Awal

Kondisi Setelah Perubahan Harga Benih (turun 30 persen) SR (turun 2 persen) Harga Telur (naik 75 persen) NPV Rp 448.428.815,- Rp 165.220.495,- Rp 108.578.831,- Rp 429.548.261,-

IRR 96 persen 39 persen 30 persen 91 persen

Net B/C 4,867 2,107 1,697 4,635

104

7.3.3 Sensitivitas Pembenihan Kerapu Sunu

Dokumen terkait