• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbeda dengan masa pemerintahan sebelumnya, seragam pramusaji pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut antara lain tampak pada penutup kepala yang berupa ikat kepala ala Bali dan baju jas panjang dengan krah sanghai berwarna hitam, dan celana panjang berwarna hitam. Perbedaan yang lain adalah terdapat kain sarung ala Bali yang diikatkan di pinggang. Namun demikian pemakaiannya lebih mirip dengan pakaian melayu (lihat foto 4.14 dan 4.15).

Foto 4.14 dan 4.15 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Megawati (Sumber: Dok. Pribadi)

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seragam pramusaji Istana Kepresidenan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut terdapat pada baju lengan panjang yang berwarna putih ditambah pelisir hitam pada bagian kerah dan ujung lengan, sedangkan celana panjang tetap berwarna hitam (lihat foto 4.16).

Foto 4.16 Seragam Pramusaji Pada Masa Pemerintahan Presiden SBY (sumber: Dok. Pribadi)

4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan

Kebiasaan pada jamuan resmi berlainan dengan makan-makan biasa, dimana kadang-kadang tidak dipakai kain penutup meja yang panjang, akan tetapi alas kecil sebesar serbet untuk tiap orang. Pada jamuan resmi harus dipakai kain penutup meja yang panjang, dihiasi dengan jambangan bunga yang indah sebagai center piece. Nama-nama makanan dicantumkan dalam bahasa Perancis, dan tiap tempat harus ditandai dengan kartu nama (tertulis lengkap). Paling sedikit harus ada enam macam hidangan. Perjamuan makan resmi pada waktu siang hari tidak boleh diadakan sebelum jam 13.30 dan waktu makan malam tidak diadakan sebelum jam 20.00 (Rumah Tangga Kepresidenan,1993:12).

Susunan alat-alat makan dalam suatu jamuan kenegaraan dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Kleinsteuber, 1997: 59)

4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan (kartu udangan, daftar menu ) dalam Acara Jamuan Kenegaraan.

Sehubungan dengan kegiatan Jamuan Kenegaraan, ada beberapa kelengkapan yang perlu disiapkan selain peralatan makan. Kelengkapan-kelengkapan tersebut antara lain berupa kartu undangan, daftar menu, dan daftar nama tamu yang akan mengikuti Jamuan Kenegaraan. Kartu undangan merupakan hal yang sangat mutlak disiapkan, mengingat tidak sembarang orang dapat mengikuti Jamuan Kenegaraan di Istana Kepresidenan, sehingga hanya orang yang memiliki undangan saja yang dapat hadir dalam acara Jamuan Kenegaraan. Daftar menu dimaksudkan agar tamu yang hadir pada Jamuan Kenegaraan tersebut mengetahui jenis menu yang dihidangkan dalam jamuan tersebut. Sementara itu kartu nama digunakan untuk pengaturan tata tempat (preseance). Sebagai gambaran, contoh benda cetakan berupa kartu undangan dalam Jamuan Kenegaraan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan)

4.3.3 Pameran

Dalam merancang pameran, Museum Istana Kepresidenan Jakarta dapat menentukan presentasi seperti apa yang akan digunakan. Salah satu pendekatan komunikasi yang dikemukakan oleh Barry Lord dan Gail Dexter Lord, berikut ini dapat menjadi alternatif dalam perancangan pameran museum, yaitu:

a. Pendekatan Kontemplatif

Pendekatan ini umumnya digunakan pada galeri seni, tetapi untuk meningkatkan rasa kekaguman terhadap koleksi juga dapat diterapkan di museum. Dalam pendekatan ini koleksi museum dipresentasikan dari segi estetika yang mengutamakan perasaan emosional.

b. Pendekatan Tematik

Pendekatan ini mengelompokkan obyek museum dalam tema-tema tertentu menggunakan grafis dan sarana penjelasan lainnya. Pendekatan ini sering dikatakan pendekatan yang bersifat didaktis. Umumnya pendekatan ini digunakan dalam museum sejarah atau museum ilmu pengetahuan.

c. Pendekatan Environmental

Pendekatan ini memanfaatkan setting ruangan berskala besar untuk menampilkan suasana yang sebenarnya dari koleksi.

d. Pendekatan Sistematik

Pameran ini menyajikan berbagai jenis koleksi yang beragam dilengkapi informasi yang lengkap dalam berbagai sarana seperti kartu maupun komputer.

e. Pendekatan Interaktif

Pendekatan ini melibatkan pengunjung untuk berperan secara aktif dalam kunjungannya seperti, penggunaan computer layar sentuh (touch screen).

f. Pendekatan hand-on

Pendekatan ini mendukung pengunjung untuk belajar melalui pengalaman fisik. Dalam pameran ini pengunjung diizinkan untuk menyentuh dan menggunakan koleksi sebagai bagian dari proses pembelajaran (Lord dan Lord, 1997:88).

Selanjutnya pendekatan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan media. Media yang dapat digunakan untuk display museum dibedakan menjadi media statis dan media dinamis. Secara rinci pengelompokan jenis display museum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jenis Display Museum

Statis Dinamis

(Sumber: Ambrose dan Paine, 2006:80)

Pemilihan media yang akan digunakan tersebut di atas akan sangat ditentukan oleh obyek yang akan ditampilkan, disamping itu juga ditentukan oleh sasaran pada pengunjung. Teknik-teknik tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat baku, melainkan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dapat dikreasikan

dalam inovasi yang baru. Untuk mendukung informasi mengenai koleksi, selain label dan deskripsi yang sudah ada juga ditunjang dengan keterangan-keterangan lain yang bisa diperoleh melalui teknologi layar sentuh (touch screen) (lihat foto 4.17 dan foto 4.18).

Foto 4.17 Displai Karya yang dilengkapi dengan Label

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.18 Perangkat Teknologi Layar Sentuh (Touch Screen)

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Untuk memamerkan pakaian seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan pakaian seragam Pramusaji Istana Kepresidenan dapat dilakukan dengan menggunakan lemari display yang berisi boneka manequin.

Cara semacam ini sudah dilakukan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta (lihat foto 4.19 dan foto 4.20).

Foto 4.19 Display Pasukan Keraton

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.20 Display Pasukan Keraton

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Sementara itu,untuk pen–display-an berbagai macam koleksi secara optimal dengan dukungan pencahayaan dan informasi tentang koleksi yang ditampilkan dapat dilihat dalam foto 4.21 dan 4.22 sebagai berikut:

Foto 4.21 Display Deskripsi Karya

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.22 Display Koleksi

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab1 bahwa Istana Kepresidenan Jakarta tidak mungkin diubah sebagai museum yang sebenarnya. Sementara itu disisi lain pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta sangat membutuhkan berbagai informasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta yang selama ini tidak dapat dilihat dan dialami secara langsung oleh para pengunjung. Oleh sebab itu untuk memberikan solusi atas permasalahan ini perlu dibuat Museum Istana Kepresidenan Jakarta.

Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta.

Hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya (Bab 4), merupakan upaya dalam rangka mewujudkan pendirian museum tersebut. Setelah para pengunjung memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, maka para pengunjung dapat secara bebas mengkonstruk berbagai pengetahuan mereka. Disinilah proses konstruktivis berlangsung.

Dengan demikian, konsep konstruktivis sebenarnya ditujukan/dimaksudkan bagi siapa saja yang datang melakukan kunjungan ke Istana Kepresidenan Jakarta.

BAB 5 PENUTUP

Di akhir tulisan ini kiranya perlu dikemukakan kembali masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Selanjutnya dikemukakan pula hasil-hasil yang dicapai melalui penelitian. Sebagaimana dikemukakan pada bab 1 masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kegiatan komunikasi dan edukasi yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa konsep komunikasi dan edukasi yang ideal dapat dilakukan apabila di Istana Kepresidenan Jakarta terdapat museum.

Saat ini, kondisi yang terjadi adalah bahwa Istana Kepresidenan Republik Indonesia yang merupakan living monument, masih digunakan untuk kepentingan Pemerintahan Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik diatur secara ketat sehingga berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak dapat secara leluasa untuk memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang cukup lama, seperti halnya kalau mereka mengunjungi museum pada umumnya.

Pengunjung tidak dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang ada di dalamnya karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengelola Wisata Istana Kepresidenan Jakarta.

Berdasarkan kajian yang dilakukan dalam tulisan ini, kiranya perlu dipikirkan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai berikut:

1. Konsep komunikasi yang ada saat ini, yang dapat dilihat dalam bentuk kegiatan panduan keliling dan pemutaran film sejarah Istana Kepresidenan Jakarta, masih mengarah pada model komunikasi searah, bukan model komunikasi dua arah. Pengunjung sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi, mereka lebih banyak hanya menerima informasi yang disampaikan oleh pemandu, dapat dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang disampaikan oleh Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8).

Dalam model komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang

melibatkan tiga buah unsur penting yaitu museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan para pengunjungnya. Dalam kegiatan komunikasi tersebut pesan disampaikan menggunakan dua buah media yang berupa media primer yaitu koleksi (obyek) yang ditampilkan dan media sekunder berupa penjelasan tentang koleksi (obyek) yang ditampilkan tersebut. Peran pengunjung sebagai penerima pesan tidak hanya bersikap pasif, tetapi dapat memberikan tanggapan berupa umpan balik. Untuk dapat merealisasikan hal ini maka Istana Kepresidenan Jakarta perlu menyiapkan sebuah museum khusus yang terletak di luar Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga para pengunjung dapat mengeksplorasi materi apa saja yang ingin diketahuinya tanpa mengganggu jalannya aktivitas pemerintahan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta.

2. Konsep edukasi yang ditawarkan untuk diterapkan pada Museum Istana Kepresidenan Jakarta adalah konsep pendidikan konstruktivis. Dalam pandangan konstruktivis, peran pendidik di museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret. Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang berbeda tentang pengenalan material. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang disajikan oleh Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan keleluasaan kepada para pengunjung untuk berinteraksi secara langsung dengan koleksi yang disajikan. Dengan demikian maka koleksi yang dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau dipegang sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya.

Oleh karena itu pendekatan pembelajaran aktif sebagai suatu bentuk strategi yang akan diterapkan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa; (2) memiliki penekanan pada menemukan; (3) memberdayakan semua indera dan potensi siswa; (4)

menggunakan berbagai macam media; dan (5) disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian penataan pameran yang harus dilakukan oleh pengelola Museum Istana Kepresidenan Jakarta harus memperhatikan hal-hal seperti yang dikemukakan oleh Hein, sebagai berikut:

a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak ada permulaan dan akhir;

b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran aktif (active learning);

c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);

d. memungkinkan para pengunjung untuk berhubungan dengan obyek dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki;

e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan menarik kesimpulan-kesimpulan(Hein,1998:35).

3. Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta.

4. Acara Kenegaraan dan koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan Jakarta dapat ditampilkan menggunakan pendekatan interaktif. Melalui pendekatan ini maka pengunjung akan terlibat dan berperan aktif dalam museum. Adapun teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dengan menggunakan :

a. Teknologi komputer layar sentuh (touch screen).

b. Pendekatan hand-on, yaitu pengunjung diizinkan menyentuh dan memegang koleksi.

c. Tata pamer (display) benda koleksi yang dilengkapi dengan informasi lengkap dalam berbagai sarana, seperti label dan komputer.

5. Proses konstruktivis sebenarya terjadi pada saat pengunjung masuk dan berkeliling di dalam Istana Kepresidenan Jakarta, setelah mereka memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh dari Museum Istana Kepresidenan Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ambrose, Timothy dan Paine, Crispin. (2006). Museum Basic , 2nd edition, London and New York: Routledge.

Asiarto, Luthfi.( 1980). Dasar-Dasar Bimbingan Edukatif Museum, Jakarta.

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Beer, Valorie. (1994). “The Problem and Promise of Museum Goals”, dalam K.Moore (ed), Museum Management, Routledge.

Consuelo G. Sevilla etal. (1993). Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Pres.

Dermawan T, Agus. (2004). Koleksi Benda-Benda seni Istana Kepresidenan, Jakarta: Sekretariat Presiden RI.

Dinas Museum dan Sejarah. (1993). Gedung Tua di Jakarta, Jakarta.

Direktorat Museum. (2008). Pedoman Museum Indonesia, Jakarta

Echols John M. dan Shadily, Hassan. (1976). Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:

PT.Gramedia.

Edson, Gary dan David Dean. (1996). The Handbook for Museums, London and New York: Routledge.

Fong, Lee Man. (1964). Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno Dari Republik Indonesia, Tokyo: Toppan Printing Co., Ltd.

Hardiati, Endang Sri. (2000). Pengelolaan Museum sebagai Objek Wisata Budaya dalam Museografia jilid XXIX No.1, Depdiknas.

Hein, George E. (1998). Learning in The Museum, New York: Routledge.

Hein, George E dan Alexander. (1998). Museum Place of Learning, Washington DC: AAM

Hooper-Greenhill, Eilean. (1994). The Educational Role of The Museum, 2nd edition, New York: Routledge.

Hooper-Greenhill, Eilean. (1996). Museum and Their Visitors, London:

Routledge.

Istana Kepresidenan Jakarta. (1978). Puri Bhakti Renatama Museum Istana Kepresidenan Indonesia, Jakarta: PT Intermasa.

Kleinsteuber, Asti dan Rusdi, Ahmad. (2008). Duta Bangsa: Istana Merdeka, Istana Negara, Jakarta: AS Production Indonesia.

Kleinsteuber, Asti. (1997). Seri Etiket Table Manners (Etiket Makan), Jakarta: PT Primamdeia Pustaka.

Kotler Neil dan Kotler Philip. (1998). Museum Strategy and Marketing, San Francisco: Jossey-Bas A Wiley Imprint.

Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKIS.

Lumintang, Yayah B. (2004). Istana Kepresidenan Republik Indonesia Jakarta, Jakarta: Sekretariat Presiden RI.

Macdonald, Sharon. (2006). A Companion to Museum Studies, Malden:

Blackwell.

Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Refisi, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rumah Tangga Kepresidenan. (1993). Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengaturan Meja dan Makanan Pada Suatu Jamuan.

Sadiman, Arief. (1986). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sekretariat Presiden Republik Indonesia. (2004). Rumah Bangsa: Istana-Istana Presiden Republik Indonesia dan Koleksi benda Seni.

Sekretariat Negara, Rumah Tangga Kepresidenan Republik Indonesia. (2010).

Nasionalisme Museum Istana Presiden Yogyakarta.

Susanto, Mikke. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa: Wajah dan Tata Pameran Seni Rupa, Yogyakarta:Galang Press.

Sutaarga, Amir. (1996). Studi Museologi, Museum Sebagai Alat Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Depdiknas.

Sutaarga, Amir. (2000). Kapita Selekta Museografi dan Museologi, Jakarta:

Depdiknas.

Van Mensch, Peter. (1992). Toward a Methodology of Museology, Phd thesis, University of Zagreb.

Walshtrom, Billie J. (1992). Perspectives on Human Communication, Dubuque:

Wm.C Brown Publishers.

Winarno, Bondan . (2002). Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka, Jakarta: TSA Komunika.

Tesis

Aprianingrum, Archangela Yudi. (2009). “Interpretasi dan Komunikasi: Studi Kasus Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Hanum, Yusinah. (2004). “Pengelolaan Koleksi Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Pemanfaatannya untuk Pendidikan”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sulistyowati, Dian. (2009). “Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Supriyanto, Budi. (2009). “Museum Negeri Provinsi Lampung Sebagai Institusi Pendidikan Informal Pendukung Pembelajaran IPS Tingkat SMP”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Internet

(http://www. Setneg.go.id.).

Andrea Palladio The free encyclopedia, 25 Februari 2010 pukul 09.30 WIB <

http: // en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio >.

“Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi” History kemerdekaan, 25 Februari 2010 pukul 09.40 WIB <http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/

Detik-detik-pembacaan-naskah-proklamasi#more-39>.

“Istana Negara” official website, 15 Februari 2010 pukul 09:16 WIB < http: //

setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1293 >.

Mitologi Yunani Ensiklopedia Bebas, 15 Maret 2020 <http://id.wikipedia.org /wiki/Mitologi_Yunani>.

Artikel Jurnal

Gasong, Dina. ( 2007). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran.

Hartono. (2008). “Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)” Suatu Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered.

Magetsari, Nurhadi. (2008).“Filsafat Museologi”, dalam Museografia Vol.II No.2 (Oktober 2008).

Suriaman. (2000). Bimbingan Edukasi Museum dan Peningkatan Pariwisata Budaya, dalam Museografia Jilid XXIX No.1.Th.2000.

Peraturan dan Perundang-Undangan

Anonim. (1995). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum.

Anonim. (2005). Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia Rumah Tangga kepresidenan.

Anonim. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anonim. (1990). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan.

Anonim. (2005). Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

1 Gajah Mada Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Koridor 2 P. Diponegoro Memimpin Pertempuran Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Koridor

3 Imam Bonjol Harijadi S. C.Minyak-Kanvas Koridor

4 Jenderal Sudirman Gambir Anom C.Minyak-Kanvas Koridor

Pemandangan Gunung &

Memandikan Kerbau

6 Wanita Bali Menabur Bunga Rudolf Bonnet Pastel Ruang Jepara

7 Air Pasang Simonetti C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

8 Penggilingan Padi Wakidi C.minyak Ruang Jepara

9 Membajak Sawah Maukade C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

10 Pemandangan Candi Ceto Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

11 Istana Negara Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara

12 Istana Merdeka Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara

13 Bunga Mawar T. Massimo C.minyak-Harboard R. Terima Tamu Ibu Negara

14 Tari Betawi Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

15 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 16 Upacara Melasti Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

17 Pantai Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Ibu Negara

18 Bunga Kaca Piring Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

19 Bunga Sepatu Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

20 Teuku Cik Ditiro Dullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

21 Gatutkaca Dengan Anak-Anak Arjuna,

i d i i

Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

22 Penangkapan Diponegoro Raden Saleh C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

23 DR. Cipto Mangunkusumo Sudarso C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

24 Awan Berarak Jalan Bersimpang Harijadi S. C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

25 Mengungsi S. Sudjojono C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

26 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono b

Li Shu Ji C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

27 Danau Panjalu Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

28 Pemandangan Gunung Sumbing Baharrizky C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

29 Piagam Abdul Manaf C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

30 Ada Bunga Sepatu Ditelinganya Lee Man Fong Pastel-Kertas R. Kerja Presiden

31 Ni Najas Rudolf Bonnet Pastel-Kertas R. Kerja Presiden

32 Jendral Sudirman/ Tongkat Komando Sumardi C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden 33 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

34 Barong Bali Sukadana C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

35 Ni Made Koppor Han Snel Pastel - Kertas K.Tidur Presiden

36 Petani Bunga tak terbaca C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

5

37 Sepasang Ayam Kate dan Kutu Adam Lay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

38 Tanah Lot Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

39 Joged A A. Gede Sobrat C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

40 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

41 Pemandangan Gunung JSP C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

42 Halimah Gadis Aceh Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

43 Dua Gadis Bali Fadjar Sidik C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

44 Kebun Istana Presiden Sewaktu di Yogya Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

45 Wisnu Naik Garuda W. Susilo C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

46 Gatutkaca Dan Pergiwa Warso Susilo C.Air-Kertas R. Kerja Ibu Negara

47 Mercusuar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

48 Wanita Yogya Sudarso C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

49 Menunggu Hidangan Holleman, Frida C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

50 Keluarga Terwelu Josephine Linggar C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

51 Pelangi / Rainbow Kiboh Kodama C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

52 Upacara Larung Laut M. Sukawan C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

53 Upacara Larung Laut M. Sukadana C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

54 Wayang (Batik) Anonim Batik Lorong Timur

55 Bpk Susilo Bambang Yudhoyono Gultom C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

56 Tsunami Syumidjo C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

57 Rangkaian Bunga Dullah C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

58 Bunga Mawar Putih Lee Man Fong C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

59 Tarian Muang Thai Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

60 Mencari Kutu Hendra Gunawan C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

61 Pemandangan Ernest Dezentje C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

62 Kaligrafi Surat Al-Ihklas Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

63 Pantai Henk Ngantung C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

64 Potret Wanita M.Thamdjidin C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

65 Bunga Matahari Gunawan Hanjoyo C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

66 Alat Musik Marijani C.minyak-hardboard R. Kesehatan

67 Lingkungan Alam Laut Anonim C.Air-Kertas R. Kesehatan

68 Pemandangan Gunung dan Sawah JSP C.Minyak-Kanvas R. Kesehatan

69 Gadis Remaja Agus Djaya C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

70 Di Sungai Ciliwung S. Toetoer C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

71 Bunga Mawar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

71 Bunga Mawar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur