• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Sertifikasi Halal Sebagai Upaya Perlindungan Hak atas

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Hak atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam

mengkonsumsi barang dan jasa diatur dalam ketentuan Pasal 4 huruf a Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Ketentuan ini, memiliki pengertian bahwasanya hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan mengandung makna konsumen berhak

mendapatkan produk yang nyaman, aman, dan memberikan

keselamatan. Sehingga konsumen harus dilindungi dari segala bahaya yang mengancam baik jiwa maupun harta bendanya akibat mengkonsumsi suatu produk ( Janus Sidabalok, 2010:40). Sertifikasi halal disamping bertujuan melindungi ketentraman batin umat, khususnya umat Islam dalam memenuhi perintah agamanya, juga bertujuan memberikan rasa nyaman bagi konsumen non muslim, karena halal bukan hanya berarti bebas dari bahan-bahan yang dilarang Syariat Islam namun juga diproses secara beretika dan manusiawi demi kesehatan.

Sebagai satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang melakukan sertifikasi halal, LPPOM MUI dalam mengaudit suatu produk memperhatikan tiga aspek penting yakni aspek bahan, aspek proses, dan aspek poduk. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing aspek :

1. Aspek Bahan

Ditinjau dari bahan baku suatu produk, LPPOM MUI akan menentukan apakah bahan yang digunakan terkontaminasi unsur haram atau tidak. Bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi syarat kehalalan sesuai Syariat Islam, yaitu :

a. Tidak mengandung babi atau produk yang berasal dari babi serta

tidak menggunakan alkohol sebagai ingredient yang sengaja

commit to user

b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang

disembelih menurut tata cara Syariat Islam.

c. Tidak mengandung bahan-bahan yang berasal dari organ

manusia, darah, maupun kotoran-kotoran.

2. Aspek proses

Aspek proses meliputi kegiatan proses produksi, penyimpanan, penanganan, dan pegepakan barang. Dalam proses ini, auditor dari LPPOM MUI akan memeriksa apakah dalam menjalankan kegiatan produksi ini perusahaan telah berpedoman pada sistem jaminan halal dan prosedur baku pelaksanaan (SOP). Harus dapat dipastikan bahwasanya dalam proses produksi sampai tahap pengepakan semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya. Tempat-tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut Syariat Islam.

3. Aspek Produk

Pemeriksaan terhadap produk yang sudah jadi dilakukan untuk mengetahui apakah sebuh produk yang sudah jadi terkontaminasi unsur haram atau tidak. Adakalanya ketika suatu bahan diproses dan menjadi barang jadi mengalami suatu perubahan sehingga perlu pula mengetahui status kehalalannya.

LPPOM MUI dalam melakukan proses auditing ini, sangat mempermasalahkan prosentase unsur haram yang mengkontaminasi baik

dalam bahan baku pada saat processing bahkan ketika telah menjadi

sebuah produk. Seberapa kecilnya unsur haram yang mencemari, LPPOM MUI akan menyatakan bahwa produk tersebut tidak halal. Dalam pelaksanaan sertifikasi halal ini terdapat koordinasi antara LPPOM MUI dengan BPOM setempat. Kooordinasi yang terjadi adalah bahwasanya LPPOM MUI baru akan melakukan prosedur sertifikasi halal apabila perusahan yang bersangkutan telah mendapatkan sertifikat keamanan pangan dan nomor registrasi MD dari BPOM. Sedangkan

commit to user

labelisasi halal yang dilakukan oleh BPOM dengan logo halal dari MUI baru akan diberikan saat pelaku usaha telah mendapatkan sertifikat halal. Pencantuman label halal yang berasal dari sertifikasi halal dan tidak melalui sertifikasi halal jelas mempunyai perbedaan. Perbedaannya yaitu apabila tidak melalui sertifikasi halal terlebih dahulu, maka pelaku usaha wajib membuat laporan yang mencantumkan proses pengolahan dan komposisi bahan yang digunakan, untuk disampaikan kepada Departeman Kesehatan. Selanjutnya pengawasan terhadap suatu produk tersebut dilakukan oleh Tim Penilaian Pendaftaran Makanan pada Departemen Kesehatan RI cq. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Pelaksanaan sertifikasi halal oleh LPPOM MUI memang pada dasarnya memiliki koordinasi dengan lembaga lain yakni BPOM. Namun teknis pelaksanaanya dilakukan secara terpisah oleh para auditor dan tenaga ahli dari masing-masing lembaga. Dalam hal ini LPPOM MUI menjalankan tugasnya dengan mengaudit dari segi kehalalan berdasarkan kaidah agama. Sedangkan BPOM, melakukan audit dari aspek keamanan pangan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan dan keamanan konsumsi bagi masyarakat.

Berdasarkan data-data tersebut, diketahui bahwasanya proses sertifikasi halal hanya terbatas memeriksa baik bahan, proses, dan produk yang mengandung unsur haram atau tidak. LPPOM MUI dalam menjalankan tugasnya tidak meneliti komposisi bahan yang digunakan, apakah sesuai takaran kesehatan, membahayakan kesehatan atau tidak. Karena kewenangan memeriksa komposisi bahan dan menguji dari sisi kesehatan dilaksanakan oleh BPPOM. LPPOM MUI hanya memeriksa ada tidaknya unsur haram yang terkandung didalamnya. Sehingga sertifikasi halal selain untuk jaminan halal juga dapat digunakan sebagai salah satu upaya melindungi hak atas keamanan dan keselamatan konsumen ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen. Karena sertifikasi halal yang dilakukan oleh

commit to user

LPPOM MUI dengan mengaudit baik bahan maupun proses dari segi kehalalan, memiliki syarat utama bahwasanya suatu produk yang akan disertifikasi harus terlebih dahulu lolos dari ketentuan BPOM.

Pemahaman pelaku usaha terhadap ketentuan halal pada dasarnya dimaknai sebagai suatu pembebasan, yakni bebasnya produk dari unsur- unsur yang dilarang syariat Islam. Dalam konteks ini berarti harus ada jaminan halal dari pelaku usaha bahwa produk yang mereka produksi adalah bebas dari unsur-unsur haram sehingga dapat pula membebaskan konsumen dari keragu-raguan dalam mengkonsumsi suatu produk. Dengan adanya label halal, maka ada jaminan kehalalan yang diberikan pelaku usaha kepada konsumen. Adanya kewajiban pencantuman label halal, diharapkan tidak hanya dijadikan pelaku usaha sebagai suatu formalitas demi menguntungkan diri sendiri. Dengan adanya jaminan

halal dari pelaku usaha, berarti pelaku usaha tidak hanya profit oriented

tetapi juga ikut mengakomodasi kepentingan spiritual konsumen. Karena itu sangat relevan apabila ketentuan halal dalam suatu produk menjadi

sebuah langkah awal dan hal yang dapat meningkatkan produktivitas

produk di pangsa pasar.

Sertifikasi halal disamping dapat sebagai upaya melindungi hak atas keamanan dan keselamatan konsumen, juga mempunyai manfaat baik bagi pelaku usaha maupun konsumen. Adapun manfaat sertifikasi halal adalah :

1. Bagi Pelaku Usaha

Melalui sertifikasi halal produk halal yang beredar akan lebih diminati konsumen sehingga hal ini akan meningkatkan citra produk dan mampu memperluas jaringan pasar serta dapat dijadikan sebagai cara merebut pangsa pasar. Disamping itupula akan tumbuh hubungan yang baik antara pelaku usaha dan konsumen karena pelaku usaha dinilai telah mampu mengakomodasi kepentingan konsumen dalam hal ini adalah dengan memberikan ketentraman

commit to user

batin sehingga konsumen akan terus-menerus mengkonsumsi produk yang sama.

2. Bagi Konsumen

Adanya label halal yang diperoleh melalui sertifikasi halal akan dijadikan dasar bagi konsumen untuk membeli suatu produk. Disamping itu adanya lebel halal yang diperoleh melalui sertifikasi halal dapat dijadikan konsumen sebagai standart menentukan jaminan halal dari pelaku usaha. Hal ini akan menumbuhkan rasa kepercayaan konsumen kepada pelaku usaha karena telah memberikan produk yang terbaik. Sedangkan bagi umat Islam pada khususnya sertifikasi halal ini mampu memberikan ketentraman batin dalam menjalankan perintah agamanya

Sertifikasi halal yang dilakukan mengandung makna bahwa hak atas keamanan dan keselamatan konsumen bisa terpenuhi. Karena dalam hal ini terdapat koordinasi antara LPPOM MUI dengan BPOM dimana LPPOM MUI hanya memeriksa dari segi kehalalan baik bahan, proses, maupun produk seedangkan pemeriksaan dari segi kesehatan dan kelayakan konsumsi dilakukan oleh BPOM. Walaupun pemeriksaan tersebut dilakukan secara terpisah namun syarat utama sebelum pengajuan sertifikasi halal adalah suatu produk harus terlebih dahulu telah diperiksa oleh BPOM. Makna lain yang terkandung dari sertifikasi halal ini adalah adanya informasi yang dibutuhkan konsumen terkait dengan kehalalan suatu produk yang akan dikonsumsi. Dengan adanya label halal yang diperoleh melalui sertifikasi halal maka akan terjamin kehalalan dari suatu produk.

commit to user

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan sertifikasi halal sebagai upaya perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur Sertifikasi Halal Yang Dilakukan LPPOM MUI Yogyakarta

Prosedur sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI Yogyakarta didasarkan pada SK02/Dir/LPPOM MUI/IX/07 Tentang Pedoman Mendapat Sertifikat Halal. Pelaksanaan sertifikasi halal ini dilakukan

untuk memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

924/Menkes/SK/VII/1996 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan No. 82 Menkes/SK/I/1996 Tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan. Prosedur sertifikasi halal yang dilakukan

LPPOM MUI Yogyakarta mempunyai standart operating porcedur

(SOP) yang baku dan harus dilakukan secara ketat. Dengan demikian prosedur sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI Yogyakarta memiliki aspek kepastian hukum yang kuat. Penerapan prosedur sertifikasi halal yang kuat secara langsung dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha dan konsumen yakni :

a. Bagi pelaku usaha, dapat meningkatkan citra produk dan mampu

memperluas jaringan pasar serta dapat dijadikan sebagai cara merebut pangsa pasar.

b. Bagi Konsumen, dapat dijadikan dasar bagi konsumen untuk

membeli suatu produk serta sebagai standart menentukan jaminan halal dari pelaku usaha. Sedangkan bagi umat Islam pada khususnya sertifikasi halal ini mampu memberikan ketentraman batin dalam menjalankan perintah agamanya

commit to user

2. Sertifikasi Halal Sebagai Upaya Perlindungan Hak atas Keamanan dan

Keselamatan Konsumen Ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Proses sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI dapat menjadi penunjang terwujudnya perlindungan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen karena salah satu syarat sertifikasi halal adalah bahwa produk yang diajukan sertifikasi halal sudah lolos uji BPOM yang menyangkut aspek kadar bahan yang digunakan dan tata cara produksi. Pemeriksaan suatu produk yang dilakukan meliputi pemeriksaan bahan, proses, dan produk guna mengetahui ada tidaknya kontaminasi unsur haram dapat dijadikan sebagai salah satu upaya memberikan ketentraman batin serta mewujudkan hak atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam menjalankan Syariat agama khusunya bagi umat Islam

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang didapat penulis, pada akhirnya penulis dapat mengajukan saran kepada para pihak yang terkait diantaranya sebagai berikut :

1. Agar prosedur sertifikasi halal mempunyai kekuatan hukum yang lebih

tinggi, pemerintah perlu menetapkan dalam sistem perundang-undangan tentang petunjuk teknis prosedur sertifikasi halal sehingga pelaksanaan sertifikasi halal dapat dipaksakan bagi pelaku usaha yang menyatakan bahwa produk yang diproduksinya halal. Bagi pelaku usaha yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut dapat diberi sanksi, karena selama ini pelaksanaan sertifikasi halal hanya bersifat sukarela.

2. Perlu adanya peraturan pelaksana mengenai sertifikasi halal suatu

produk yang secara tegas mensyaratkan bahwa sertifikasi halal hanya bisa dilakukan apabila produk tersebut telah lolos uji BPOM yang menyangkut aspek kadar bahan yang digunakan dan tata cara produksi. Karena selama ini syarat tersebut hanya berdasarkan SK02/Dir/LPPOM MUI/IX/07 Tentang Pedoman Mendapat Sertifikat Halal.

Dokumen terkait