• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERVISITIS NON GONOKOKAL ( ICD 10 : A56.0 )

Dalam dokumen 231942012-Ppk-Kulit-Kelamin.doc (Halaman 26-34)

1.

Pengertian Infeksi traktus genital pada wanita, terutama pada serviks, yang penyebabnya non spesifik atau tidak dapat ditemukan dengan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum

2. Anamnesis Gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan. Pada kasus yang simptomatis umumnya mengeluh adanya duh tubuh vagina warna kekuningan. Keluhan umumnya muncul 1 – 5 minggu paska coitus suspectus

3. Pemeriksaan Fisik Terdapat duh tubuh serviks yang mukoid atau mukopurulen. Pada serviks dapat dijumpai gambaran eritema, edema, ektopi, erosi serviks dan folikel-folikel kecil (microfollicles) yang mudah berdarah

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis : terdapat duh tubuh serviks yang mukoid atau mukopurulen. Pada serviks dapat dijumpai gambaran eritema, edema, ektopi, erosi serviks dan folikel-folikel kecil (microfollicles) yang mudah berdarah.

2. Pemeriksaan penunjang :

a. Pada pemeriksaan pulasan Gram dari apusan duh tubuh serviks ditemukan adanya peningkatan lekosit PMN > 30/lapangan pandang tetapi

tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra maupun ekstra seluler (pembesaran 1000 X)

b. Pada pemeriksaan sediaan basah tidak dijumpai adanya pergerakan

Trichomonas vaginalis

5. Diagnosis Banding Servisitis gonokokal, trikhomoniasis

6. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan pulasan Gram dari apusan duh tubuh serviks :

a. Ditemukan > 30 PMN/lapangan pandang dengan pembesaran 1000X b. Tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler 2. Enzym immunoassay (EIA) untuk dideteksi antigen dalam sekret

3. Gen –probe technique untuk deteksi asam nukleat dalam sekret 4. Biakan jaringan

7. Konsultasi

-8. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)

9. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)

1. Doksisiklin 2 x 100 mg po/hari selama 7 hari, atau 2. Azitromisin 1 gram po dosis tunggal, atau 3. Tetrasiklin 4 x 500 mg po/hari selama 7 hari, atau 4. Eritromisin 4 x 500 mg po/hari selama 7 hari 10. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

11. Penyulit Bartholinitis, endometritis, salpingitis dan perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis Syndrome) 12. Informed Consent Bila perlu

13. Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum / residen kulit, perawat yang terlatih 14. Lama Perawatan 7 – 14 hari

15. Masa Pemulihan 7 – 14 hari

16. Hasil Sembuh

17. Patologi

-18. Otopsi

-19. Prognosis Dubius ad bonam

20. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin 21. Tingkat Evidens &

Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A 22. Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium

23. Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap mitra seksual

2. Abstinensia hubungan seksual sampai klinis dan laboratorium kembali normal 3. Pasien dengan pengobatan eritromisin, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada

saat lambung kosong

24. Kepustakaan 1. Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, In : Sexually Transmitted Disease. Forth ed. New York : MacGraw-Hill, 2008

2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi PMS Indonesia (KSPMSI) tahun 2011

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS

RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI 2014-2016

SIFILIS ( ICD 10 : A51.0 )

1.

Pengertian Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Merupakan penyakit kronis, bersifat sistemik dan dapat menyerang hampir semua organ tubuh. Ada masa laten tanpa manifestasi klinis dan dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan

2. Anamnesis 1. Pada sifilis I keluhan dapat berupa ulkus pada kelamin yang tidak nyeri. 2. Pada sifilis II keluhan dapat berupa kerontokan rambut dan / atau bercak

kemerahan pada badan, telapak tangan atau telapak kaki tanpa disertai rasa gatal.

3. Pemeriksaan Fisik 1. Sifilis I : terdapat ulkus atau erosi bentuk bulat atau bulat lonjong, tepi landai, bersih, kulit sekitarnya tidak meradang, relatif tidak nyeri (indolen) dan teraba keras (indurasi). Lokasi pada sulkus koronarius (laki-laki) dan labia minora dan mayora (wanita). Kelenjar limfe regional membesar, soliter dan tidak nyeri. 2. Sifilis II : muncul 6-8 minggu sesudah infeksi, lebih banyak sebagai kelainan

kulit berupa makula, papul atau papuloskuamosa berwarna merah tembaga, kadang-kadang terdapat pustul. Lesi terutama terdapat pada badan, telapak tangan, telapak kaki, dan tidak terasa gatal. Disamping itu terdapat pula kondiloma lata, lesi pada mukosa mulut atau genital (mucous patches) dan alopesia. Terdapat limfadenopati generalisata.

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis :

a. Sifilis I : erosi atau ulkus soliter, bentuk bulat, bersih, tepi landai, tidak nyeri, teraba keras, dan kulit di sekitarnya tidak meradang. Kelenjar limfe inguinal membesar, soliter, kenyal, dan tidak nyeri.

b. Sifilis II : makulopapular atau papuloskuamosa berwarna merah tembaga tersebar pada badan, telapak tangan dan telapak kaki tidak terasa gatal. Terdapat pula kondiloma lata, mucous patches, dan limfadenopati generalisata.

2. Mikroskop lapangan gelap dengan spesimen berasal dari ulkus, lesi kulit dan / atau aspirasi kelenjar : ditemukan gerakan Treponema pallidum

3. Tes Serologis Sifilis : VDRL titer >1:8 ; TPHA positif

5. Diagnosis Banding 1. Sifilis I : herpes genitalis, ulkus mole, ulkus piogenik,scabies

2. Sifilis II : erupsi obat, morbili, pityriasis rosea, psoriasis vulgaris, kondiloma akuminata, alopesia areata

3. Sifilis III : jamur sistemik, tuberculosis kutis, keganasan

6. Pemeriksaan Penunjang 1. Mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) dengan spesimen berasal dari ulkus, lesi kulit dan / atau aspirasi kelenjar : ditemukan gerakan

Treponema pallidum

2. Pemeriksaan untuk menentukan antibodi non spesifik : test Wasserman, test Kahn, test VDRL (Venereal Disease Research Laboratory), test RPR (Rapid Plasma Reagin) dan test automated regin.

3. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu test RPCF (Reiter Protein Complement Fixation)

4. Pemeriksaan antibodi spesifik : test TPI (Treponema Pallidum Immobolization), test FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed), test TPHA (Treponema Pallidum Haemaglutination Assay) dan test Elisa (Enzym Link Immunosorbent Assay)

7. Konsultasi 1. Bagian Pediatri untuk kasus sifilis kongenital 2. Bagian Neurologi untuk kasus Neurosifilis 8. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)

9. Terapi / tindakan (ICD 9-CM)

1. Sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini)

a. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM satu kali suntikan, atau b. Prokain penisilin G 0,6 juta unit IM 1x/hari selama 10 hari c. Bila alergi penisilin diberikan :

Tetrasiklin hidroklorida 4 x 500 mg po/hari selama 30 hari atau Doksisiklin 2 x 100 mg po/hari selama 30 hari atau Eritromisin stearat 4 x 500 mg po/hari selama 30 hari (wanita hamil)

neurosifilis

a. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit i.m 1x/minggu selama 3 minggu berturut-turut atau

b. Prokain penisilin G 0,6 juta unit i.m 1x/hari selama 21 hari berturut-turut c. Bila alergi penisilin diberikan :

Tetrasiklin hidroklorida 4 x 500 mg po/hari selama lebih dari 30 hari atau Doksisiklin 2 x 100 mg po/hari selama lebih dari 30 hari atau Eritromisin stearat 4 x 500 mg po/hari selama lebih dari 30 hari (wanita hamil) 3. Pengobatan neurosifilis :

a. Diberikan aqueous benzylpenisilin 12 – 24 juta unit i.v, diberikan sebanyak 2 – 4 juta unit setiap 4 jam dalam sehari selama 14 hari atau

b. Prokain benzilpenisilin 1,2 juta unit i.m + probenesid 4 x 500 mg/hari setiap hari selama 10 – 14 hari

4. Sifilis kongenital :

Setiap bayi sebelum diberi pengobatan harus diperiksa cairan sumsum tulang belakang (CSTB) untuk memperoleh pengobatan dasar

a. Bayi yang menderita sifilis kongenital dini dengan kelainan CSTB :

a) Penisilin G kristalin 50.000 unit/kgBB i.m atau i.v 2x/hari selama 10 hari, atau

b) Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB i.m sekali suntik selama 10 hari

b. Bayi dengan CSTB normal :

i. Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB i.m sekali suntik selama 10 hari

ii. Penisilin G Benzatin 50.000 unit/kg BB i.m injeksi tunggal c. Antibiotika selain penisilin tidak dianjurkan

d. Terhadap sifilis kongenital > 2 tahun, dosis tidak lebih dari sifilis lanjut yang didapat.

e. Setelah masa neonatus, untuk yang alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin dengan dosis tidak lebih dari sifilis didapat.

10. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin 11. Penyulit 1. Neurosifilis

2. Sifilis kardiovaskular 12. Informed Consent Bila perlu

13. Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum / residen kulit, perawat yang terlatih 14. Lama Perawatan

-15. Masa Pemulihan

-16. Hasil Sembuh

-18. Otopsi

-19. Prognosis Dubius ad bonam

20. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin untuk evaluasi klinis dan serologis sesudah 3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan sesudah 6 bulan. Bila ada indikasi berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan ke 6 tersebut, dapat dilakukan evaluasi kembali pada bulan ke 12.

21. Tingkat Evidens &

Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A 22. Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium (serologis)

23. Edukasi 1. Menerangkan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebab dan perjalanan penyakit

2. Mencegah penularan kepada mitra seksualnya 3. Kemungkinan tertular HIV

4. Pemeriksaan terhadap mitra seksualnya

24. Kepustakaan 1. Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, In : Sexually Transmitted Disease. Forth ed. New York : MacGraw-Hill, 2008

2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi PMS Indonesia (KSPMSI) tahun 2011

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS

RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI 2014-2016

TRIKOMONIASIS ( ICD 10 : A59 )

1. Pengertian Penyakit infeksi pada traktus urogenitalis bagian bawah wanita maupun pria yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis

2. Anamnesis 1. Keluhan umumnya muncul 2 – 28 hari paska coitus suspectus

2. Pada pria sebagian besar asimptomatik. Pada kasus yang simptomatis dapat muncul keluhan rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing disertai keluarnya duh tubuh uretra yang biasanya keluar secara intermiten

3. Pada wanita, beberapa kasus juga dapat bersifat asimptomatis. Pada kasus yang simptomatis umumnya mengeluh adanya duh tubuh, jumlah banyak, warna kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa gatal dan perih pada vulva dan kulit sekitarnya. Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah disuria, polakisuria, dispareunia, perdarahan paska koitus dan perdarahan intermenstrual.

3. Pemeriksaan Fisik 1. Trikomoniasis pada pria : orificium urethrae exsternum tampak eritema, edema disertai keluarnya duh tubuh mukoid atau seropurulen.

2. Trikomoniasis pada wanita : dinding vagina eritema, edema, dengan duh tubuh sero purulen, berwarna kuning kehijauan, berbuih dan berbau busuk. Pada serviks dapat ditemukan bintik-bintik perdarahan sehingga menyerupai granuloma (strawberry appearance)

4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis :

a. Pada pria : orificium urethra externum tampak eritema, edema disertai keluarnya duh tubuh mukoid atau seropurulen.

b. Pada wanita : dinding vagina eritema, edema, dengan duh tubuh sero purulen, berwarna kuning kehijauan, berbuih dan berbau tidak enak. Pada serviks dapat ditemukan bintik-bintik perdarahan (strawberry cervix).

2. Pemeriksaan penunjang : pada pemeriksaan sediaan basah dapat diamati adanya Trichomonas vaginalis.

5. Diagnosis Banding 1. Pada wanita : bakterial vaginosis, kandidosis vulvovaginal 2. Pada pria : uretritis gonokokal, uretritis non gonokokal

6. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan fisiologis untuk mengamati adanya Trichomonas vaginalis

2. Biakan pada media Diamond modifikasi, Feinberg atau Kupferberg 7. Konsultasi Obstetri dan Ginekologi pada kasus trikomoniasis dengan kehamilan

8. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis) 9. Terapi / tindakan

(ICD 9-CM)

1. Pada wanita :

a. Metronidazole 2 gram per oral dosis tunggal, atau

b. Metronidazol 2 x 500 mg/hari per oral selama 7 – 14 hari, atau c. Tinidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau

d. Tinidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 – 14 hari 2. Pada pria :

a. Metronidazol 2 x 500 mg/hari per oral selama 7 – 14 hari, atau b. Tinidazol 2 x 500 mg/hari selama 7 – 14 hari

10 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin

11 Penyulit Trikomoniasis rekuren dan persisten 12 Informed Consent Bila perlu

13 Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum / residen kulit, perawat yang terlatih 14 Lama Perawatan 6 – 14 hari

15 Masa Pemulihan 7 – 14 hari

16 Hasil Sembuh

17 Patologi

-18 Otopsi

-19 Prognosis Dubius ad bonam

20 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin 21 Tingkat Evidens &

Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A 22 Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium

23 Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada mitra seksual

2. Abstinensia hubungan seksual sampai pasien dan mitra seksualnya mengalami perbaikan klinis dan laboratorium

3. Selama pengobatan dengan metronidazol, pasien diperingati untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut sampai dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir.

24 Kepustakaan 1. Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts DH, In : Sexually Transmitted Disease. Forth ed. New York : MacGraw-Hill, 2008

2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi PMS Indonesia (KSPMSI) tahun 2011.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS

RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI 2014-2016

Dalam dokumen 231942012-Ppk-Kulit-Kelamin.doc (Halaman 26-34)

Dokumen terkait