• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Kerangka Pikir

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6. Sidang Majelis

Menurut Peraturan KPPU No.1 Tahun 2006, sidang Majelis Komisi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Komisi untuk menilai ada atau tidak adanya bukti pelanggaran guna menyimpulkan dan memutuskan telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran serta penjatuhan sanksi berupa tindakan administratif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Berdasarkan perkara No. 15/KPPU-L/2008 dan ditemukannya fakta-fakta diatas, maka Majelis Komisi menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang terjadinya persekongkolan dalam tender sebagai berikut :

a. Bahwa berdasarkan fakta dalam pemeriksaan lanjutan, dan tidak adanya pendapat dan pembelaan dari para Terlapor, maka Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan bahwa proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Terlapor I merupakan suatu proses lelang.

b. Bahwa mengenai kesamaan dokumen, Majelis Komisi berpendapat, karena Panitia Lelang tidak membuat format khusus atau standarisasi Dokumen Penawaran, maka seharusnya tidak ada kesamaan Dokumen Penawaran antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri dan CV Surya Chandra Nata, khususnya dalam format Rencana Pekerjaan (time schedule)

c. Bahwa berdasarkan fakta pemeriksaan lanjutan dan pendapat dan pembelaan dari para Terlapor tersebut, Majelis Komisi menilai, adanya kesamaan dokumen mengenai Rencana Pekerjaan (time schedule) antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata merupakan tindakan pengaturan antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata dalam bentuk penyesuaian dokumen penawaran

d. Bahwa berkaitan dengan fakta tersebut, Mejelis Komisi menilai perilaku pinjam-meminjam format Rencana Pekerjaan (time schedule) adalah perilaku yang bertujuan untuk menciptakan persaingan semu (shame competition) diantara para peserta lelang

e. Bahwa Mejelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang menyimpulkan terdapat persekongkolan horizontal antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata untuk memenagkan PT PD Sadha Agung

f. Bahwa mengenai pemberian surat dukungan, Majelis Komisi berpendapat tidak diberikannya surat dukungan kepada seluruh peserta lelang sebagaimana perintah/surat dari Panitia Lelang, merupakan hambatan bagi peserta lelang lainnya untuk berkompetisi menjadi pemenang lelang

g. Majelis Komisi berpendapat bahwa persyaratan pembayaran uang muka (down payment) untuk mendapatkan surat dukungan sebenarnya tidak ada, karena :

(1) Peserta lelang mendapatkan surat dukungan meskipun tidak ada bukti pengembalian cek dari PT Surya Bali Makmur kepada PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata, dan pengembalian uang dari PT Surya Bali Makmur kepada PT Indofarma Global Medika Cabang Denpasar

(2) PT PD Sadha Agung tetap membayar penuh pembelian alat Transducer for G50, meskipun PT PD Sadha Agung mengaku telah menyerahkan cek sebagai pembayaran uang muka (down payment)

(3) PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, CV Surya Chandra Nata tidak pernah menunjukkan cek asli sebagai bukti pembayaran uang muka kepada Tim Pemeriksa

(4) Bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan adanya pembayaran uang muka oleh PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata dalam bentuk cek kepada PT Surya Bali Makmur, sehingga persyaratan mengenai down payment tersebut dianggap tidak ada

h. Bahwa berkaitan dengan fakta tersebut, Majelis Komisi berpendapat, tidak diberikannya surat dukungan oleh PT Surya Bali Makmur kepada peserta lelang lain selain PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, CV Surya Chandra Nata, dan PT Indofarma Global Medika Cabang Denpasar, merupakan tindakan mengatur dan menentukan pemenang lelang

i. Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang menyimpulkan terdapat persekongkolan horizontal antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, CV Surya Chandra Nata, dan PT Surya Bali Makmur untuk memenangkan PT PD Sadha Agung

j. Majelis Komisi berpendapat ahwa dengan adanya hubungan kedekatan dengan PT PD Sadha Agung, maka Panitia Lelang dan Direktur RSUD Buleleng mengutamakan PT PD Sadha Agung sebagai pemenang lelang di RSUD Buleleng tahun 2007

k. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa yang menyimpulkan terdapat persekongkolan vertikal antara PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, CV Surya Chandra Nata, Panitia Lelang, dan Direktur RSUD Buleleng untuk memenangkan PT PD Sadha Agung;

Lelang, dan Direktur RSUD Buleleng untuk memenangkan PT PD Sadha Agung

l. Bahwa mengenai Berita Acara Evaluasi Penawaran, Majelis Komisi berpendapat, dengan tidak dituangkannya nilai evaluasi semua peserta ke dalam Berita Acara Evaluasi Penawaran, menunjukkan Panitia Lelang bersikap member keistimewaan terhadap peserta lelang tertentu

m. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi berpendapat Panitia Lelang mengatur untuk menentukan PT PD Sadha Agung sebagai pemenang lelang n. Majelis Komisi berpendapat bahwa Panitia Lelang dengan sengaja

memperlambat pemberitahuan pemenang lelang kepada seluruh peserta lelang agar menghambat adanya sanggahan dari peserta lelang lainnya

o. Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi sependapat dengan Tim Pemeriksa bahwa Panitia Lelang mengatur untuk menentukan PT PD Sadha Agung sebagai pemenang lelang

p. Bahwa tindakan Direktur RSUD Buleleng yang tidak memberikan nama atau identitas perusahaan atau penyalur atau sumber yang memberikan brosur, Majelis Komisi menilai bahwa tindakan tersebut dinyatakan sebagai tindakan yang menghambat proses Pemeriksaan

q. Bahwa PT PD Sadha Agung tidak memberikan surat dan atau dokumen berupa soft copy dokumen penawaran dalam bentuk compact disk yang diminta oleh Tim Pemeriksa, Majelis Komisi menilai bahwa tindakan tersebut dinyatakan sebagai tindakan yang menghambat proses pemeriksaan, karena dokumen penawaran tersebut diperlukan untuk membandingkan dokumen penawaran berupa Rencana Pekerjaan (time schedule) yang diajukan oleh UD

Azka Graha Mandiri dan CV Surya Chandra Nata, termasuk dokumen penawaran lainnya

r. Majelis Komisi menimbang bahwa dalam LHPL, Tim Pemeriksa menyimpulkan adanya pelanggaran Pasal 19 huruf d Undang-Undang Anti Monopoli dalam pelaksanaan pengadaan alat kedokteran, kesehatan, dan KB RSUD yang dilaksanakan di RSUD Buleleng, Majelis Komisi tidak sependapat dengan kesimpulan tersebut, karena Pasal 19 huruf d Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak tepat diterapkan dalam kasus lelang, karena praktek diskriminasi dalam Pasal 19 huruf d Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, adalah tindakan pelaku usaha dalam pasar untuk menguasai pasar di pasar bersangkutan, sedangkan tindakan diskriminatif dalam Perkara ini adalah salah satu bentuk tindakan pelaku usaha untuk mengatur dan menentukan pemenang lelang tertentu untuk masuk ke dalam suatu pasar s. Bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 22

Undang-Undang Anti Monopoli, Majelis Komisi mempertimbangkan unsur- unsur Pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli sebagai berikut :

(1) Unsur Pelaku Usaha, bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Anti Monopoli adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Pelaku usaha dalam perkara ini adalah PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, CV Surya Candra Nata

(2) Unsur Pihak Lain, bahwa yang dimaksud dengan Pihak Lain berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli adalah para pihak yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut. Pihak lain dalam perkara ini adalah PT Surya Bali Makmur, Direktur RSUD Kabupaten Buleleng dan Panitia Lelang (3) Unsur Bersekongkol untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender,

bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu. Persekongkolan yang terjadi berupa kesamaan dokumen penawaran berupa Rencana Pekerjaan (Time Schedule) milik PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata, perilaku PT Surya Bali Makmur tidak memberikan surat dukungan alat Transducer for G50 oleh PT Surya Bali Makmur kepada seluruh peserta, tindakan Direktur RSUD Buleleng yang tidak memisahkan alat Transducer for G 50 dari alat kesehatan lainnya, kedekatan hubungan PT PD Sadha Agung dan Direktur RSUD Buleleng, keterlambatan peserta lelang dalam menerima surat pemberitahuan pemenang, perilaku Panitia Lelang yang tidak memasukkan usulan peserta dalam Penjelasan ke dalam Berita Acara Penjelasan, perilaku Panitia Lelang yang tidak menuangkan hasil evaluasi penawaran semua peserta ke dalam Berita Acara Evaluasi Penawaran.

(4) Mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, yang dimaksud persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Anti Monopoli adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Persaingan tidak sehatnya adalah tindakan PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata yang memiliki kesamaan dokumen penawaran berupa Rencana Pekerjaan (time schedule), merupakan tindakan yang tidak jujur yang menghambat persaingan usaha, karena tindakan tersebut merupakan tindakan persaingan semu, sehingga tidak terjadi persaingan yang sehat diantara ketiga peserta lelang tersebut, dan tindakan PT Surya Bali Makmur tidak memberikan surat dukungan kepada semua peserta lelang, merupakan tindakan yang tidak jujur yang menghambat peserta lainnya tidak dapat berkompetisi secara sehat untuk menjadi pemenang lelang, karena tidak mendapatkan surat dukungan alat Transducer for G50 dari PT Surya Bali Makmur.

Berdasarkan fakta-fakta, bukti-bukti serta penilaian Majelis Komisi yang diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan, maka Majelis Komisi menyimpulkan semua unsur dalam pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli telah terpenuhi.

7. Putusan

Berdasarkan fakta dan kesimpulan Majelis Komisi, maka berdasarkan pasal 43 Ayat (3) Undang-Undang Anti Monopoli menyatakan bahwa komisi wajib

memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti Monopoli selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak dimulainya pemeriksaan lanjutan.

Untuk itu, Majelis Komis melalui Rapat Musyawarah Sidang Majelis Komisi yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 27 juni 2008 dengan Didik Akhmadi, Ak., M.Comm sebagai ketua majelisdan Dr. Ir. Benny Pasaribu, m. Ec. Dan Prof. Dr. Tresna P. Soemardi masing-masing sebagai Anggota Majelis dan Ramli Simanjuntak, S.H sebagai Panitera, dengan ini memutuskan :

a. Menyatakan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf (d) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III dan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

c. Menyatakan Terlapor V tidak terbukti melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

d. Menghukum Terlapor IV membayar denda sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan

Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha).

e. Melarang Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III untuk mengikuti tender yang dilaksanakan RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal selama 1 (satu) tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap.

Setelah membacakan putusannya, melalui Sekretariat Komisi segera memberitahukan putusannya berikut salinannya kepada para terlapor. Para terlapor dianggap telah menerima pemberitahuan petikan putusan berikut salinan putusan terhitung sejak hari/tanggal tersedianya salinan putusan yang dimaksud di website KPPU. Dan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pemberitahuan putusan Komisi, para terlapor wajib melaksanakan putusan tersebut dan melaporkan pelaksanaannya kepada Komisi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penyelidikan, pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor oleh KPPU dikategorikan sebagai pelanggaran pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli, yaitu persekongkolan dalam tender. Sehingga pelanggaran tersebut dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampai dengan putusan, KPPU menemukan fakta-fakta bahwa pelaku usaha telah melanggar pasal 22 dan telah memberikan hukuman kepada para pelaku usaha yang terbukti bersalah dan memenuhi unsur- unsur persekongkilan dalam pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli.

2. Studi Pada Putusan KPPU No. 01/KPPU-L/2008

Penyelesaian perkara persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan

Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 adalah proses atau tahapan yang dilakukan KPPU dalam melakukan pemeriksaan kasus persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 berdasarkan Undang-Undang Anti Monopoli dan Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU. Pemeriksaan perkara pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli dalam kasus ini dilakukan berdasarkan adanya laporan yang masuk ke KPPU.

Berdasarkan laopran tersebut, maka KPPU mekalukan serangkaian pemeriksaan dugaan pelanggaran pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli yang dilakukan oleh para pelaku usaha sebagai berikut :

(a) CV Guna Alkes sebagai Terlapor I

(b) PT Agung Mulya Utama sebagai Terlapor II (c) PT Inti Medika Sejahtera sebagai Terlapor III (d) PT Setio Harto sebagai Terlapor IV

(e) Panitia pengadaan barang/jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 sebagai Terlapor V. Adapun tahap-tahap pemeriksaan yang dilakukan KPPU terhadap kasus persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007

tersebut mengacu pada Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 dan dimuat dalam Putusan KPPU No. 01/KPPU-L/2008 adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dan Klarifikasi

Menurut Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, penelitian dan klarifikasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan laporan dari pelapor. Laporan yang disampaikan oleh pelapor kepada KPPU baik oleh masyarakat yang dirugikan atau atas dasar laporan dari pelaku usaha yang dirugikan mengenai telah terjadi atau dugaan terjadinya pelanggaran terhadap Undag-Undang Anti monopoli.

Pada 26 Juli 2007 Sekretariat Komisi menerima laporan tentang Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli yang berkaitan dengan pelaksanaan tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007. Diduga telah terjadi pelanggaran pasal 19 huruf d dan pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli berupa :

a. PT Setio Harto sebagai distributor tunggal endoscopy merk olympus telah memberi perlakuan yang berbeda kepada para peserta tender, yaitu dengan hanya memberikan brosur asli kepada CV Guna Alkes

b. PT Setio Harto hanya memberikan Sertifikat legalisir kepada kelompok tender antara CV Guna Alkes, PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dan tidak memberikan sertifikat legalisir kepada peserta tender yang lain sehingga menyebabkan peserta tender yang lain kalah dalam pengumpulan nilai

c. Perlakuan yang berbeda yang dilakukan oleh PT Setio Harto menyebabkan peserta tender lain tidak memiliki kesempatan untuk bersaing secara sehat yang sama dan kalah dalam pengumpulan nilai

d. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan dokumen penawaran

e. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan surat dukungan

f. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara membentuk group-group atau kelompok untuk untuk mengatur pemenang tender yaitu : 1. Apabila CV Guna Alkes tidak menang dalam suatu tender maka anggota

group yang lain akan memenangkan tender tersebut begitupun sebaliknya 2. Mengatur harga penawaran secara berbeda guna menentukan pemenang

tender

g. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara Pembagian keuntungan pemenang tender.

Majelis komisi melakukan penelitian dan klarifikasi laporan guna mendapatkan kejelasan dan kelengkapan tentang dugaan pelanggaran tersebut. Untuk mendapatkan kejelasan dan kelengkapan dugaan pelanggaran Majelis Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan penelitian terhadap laporan dan meminta klarifikasi kepada para terlapor dan pihak lain yang terkait. Setelah

Sekretariat Komisi menilai bahwa laporan tersebut telah jelas dan lengkap, kemudian dibuat dalam bentuk resume laporan diantaranya memuat uraian dan menjelaskan tentang identitas pelaku usaha, perjanjian dan atau kegiatan usaha yang diduga dilanggar, cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap pesaing, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran tersebut serta ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar. Penelitian dan klarifikasi laporan dilakukan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. Setelah resume laporan telah lengkap dan jelas maka ketua Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan monitoring kepada pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran.

Berdasarkan peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, monitoring pelaku usaha adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan mengenai pelanggaran yang diduga atau pautu diduga dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan data dan informasi yang berkembang di masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kejelasan identitas maupun atas dugaan ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau para terlapor. Kemudian Sekretariat Komisi menyimpulkan hasil penelitian serta klarifikasi tersebut dalam bentuk resume monitoring. Namun dalam putusan KPPU No. 01/KPPU-L/2008 tersebut tidak dimuat kapan sekretariat komisi melakukan penelitian dan klarifikasi.

2. Pemberkasan

Menurut peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, Pemberkasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk meneliti kembali Resume laporan atau Resume Monitoring guna menyusun laporan dugaan pelanggaran. Setelah sekratariat Komisi menuangkan dalam bentuk resume monitoring, maka untuk selanjutnya melakukan pemberkasan resume monitoring. Dalam Putusan KPPU No. 01/KPPU-L/2008 ini pemberkasan dilakukan setelah penelitian dan klarifikasi laporan dinyatakan lengkap dan jelas. Pemberkasan resume monitoring dilakukan untuk menilai layak tidaknya dilakukan gelar laporan. Untuk melakukan penelitian tersebut Sekretariat Komisi kembali melakukan penelitian terhadap kejelasan serta kelengkapan resume monitoring.

Hasil penilaian atau pemberkasan tersebut berisi data dan informasi mengenai identitas pelaku usaha, perjanjian dan atau kegiatan usaha yang diduga dilanggar, cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap pesaing, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran tersebut serta ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar.

Jangka waktu pemberkasan terhadap resume monitoring dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Hasil penelitian dan pemberkasan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor yang selanjutnya oleh Sekretariat Komisi disampaikan kepada Rapat Komisi untuk dilakukan gelar laporan. Namun dalam putusan KPPU No 01/KPPU-L/2008 tersebut tidak dimuat kapan sekretariat komisi melakukan pemberkasan.

Dokumen terkait