• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARAD 2.1 Pendahuluan

2.3 Hasil dan Pembahasan 1 Sifat fisika tanah

2.3.3 Sifat biologi tanah

Sifat biologi tanah merupakan parameter yang penting karena mikroorganime tanah merupakan pemecah primer bahan organik sehingga siklus karbon dan siklus unsur hara antara sistem tanah-tanaman dapat berlangsung secara berkesinambungan (Alexander, 1977). Tabel 2.7 menunjukkan bahwa jumlah mikroorganisme dan jumlah fungi di bekas jalan sarad masing-masing mengalami penurunan sebesar 79% dan 49% dibanding hutan bekas tebangan. Jumlah pelarut fosfat di bekas jalan sarad mengalami peningkatan 207% dibanding hutan bekas tebangan.

Tabel 2. 7 Sifat biologi tanah di bekas jalan sarad dan hutan bekas tebangan di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat

Lokasi Jumlah Mikroorganisme (SPK/g 106) Jumlah fungi (SPK/g 104) Jumlah pelarut fosfat (SPK/g 103) Respirasi Mg-C(CO2/kg tanah/hari) Hutan bekas tebangan 30.7±0.4b 13.2±0.3a 1.3±0.3ab 7.0±0.5b Bekas jalan sarad 6.3±0.4b 6.7±0.3a 4.0±0.3a 6.7±0.5b

LRB 122.5±29.0a 16.7±21.0a 0 b 16.0±3.0a

Pada Tabel 2.7 menunjukkan bahwa pada lokasi hutan bekas tebangan jumlah total mikroorganisme tanah lapisan atas rata-rata sebesar 30.7 x 106 SPK/g tanah, sedangkan di jalan sarad tampak bahwa total mikroorganisme tanah rata- rata 6.3 x 106 SPK/g tanah dan di LRB sebesar 122.5 x 106 SPK/g tanah. Penurunan jumlah mikroorganisme di jalan sarad disebabkan oleh perbedaan penutupan tajuk dan bahan organik. Penutupan tajuk menyebabkan kelembaban lantai hutan lebih tinggi daripada di jalan sarad. LRB telah diisi dengan serasah dan serbuk arang sebanyak 2/3 volume LRB, sehingga kelembaban di LRB lebih tinggi daripada di permukaan jalan sarad. Dengan demikian jumlah mikroba di LRB lebih tinggi daripada di jalan sarad maupun di hutan bekas tebangan. Serbuk arang berfungsi sebagai unsur pembenah tanah dan menyediakan serapan oksigen serta memperbaiki aerasi tanah yang dibutuhkan oleh kehidupan mikroba tanah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ogawa (2009) yang menyatakan bahwa arang bersifat porous, memiliki kemampuan menyerap air dan udara sehingga arang menjadi habitat yang cocok untuk pertumbuhan mikroba dan meningkatkan serapan hara di tanah. Alexander (1977) mengemukakan bahwa salah satu faktor

penting untuk hidup dan berkembangbiaknya mikroorganisme tanah adalah adanya “sumber energi” bagi mikroorganisme yaitu: (a) bahan organik tanah (b) persenyawaan-persenyawaan tanah dan (c) cahaya. Salah satu yang dapat memacu perkembangan mikroorganisme di LRB adalah tersedianya seresah dan arang kayu. Di lubang resapan biopori, mikroba membuat pori-pori kecil dan akan mempercepat proses biogeokimia agar pelepasan unsur hara dari kondisi terikat menjadi tersedia. Apabila bahan organik cukup, mikroba dapat mempercepat proses pemulihan kepadatan tanah dan kesuburan tanah. Salah satu mikroba tanah yang berasosiasi dengan tanaman adalah cendawan ektomikoriza. Cendawan ini membentuk hifa eksternal yang disebut rhizomorf. Rhizomorf berdeferensiasi membentuk organ multi hifa dengan diameter 200 milimikron. Hifa tersebut masuk ke pori-pori tanah (biopori) untuk mentranslokasikan nutrisi dan air dari jarak yang cukup jauh dan menyalurkannya ke tanaman inang melalui jaringan mantel dan hartig net. Mantel membungkus akar tanaman inang dan mengeluarkan hormon seperti IAA yang memacu pembelahan sel akar sehingga akar bermikoriza bercabang-cabang dan pendek-pendek hal ini berarti permukaan serapan hara dan air menjadi luas. Akar bermikoriza mengeluarkan eksudat yang mempunyai kekuatan chemotactic terhadap pertumbuhan ektomikoriza. Eksudat tersebut juga menarik bakteri lain karena mengandung karbohidrat yang berasal dari tananam. Jika eksudat dari tanaman bersifat toksin maka akan menghalangi kompatibilitas antara tanaman dengan mikoriza. Eksudat yang dimanfaatkan oleh bakteri seperti azospirillum dan mikroba lain sehingga aktivitas mikroba diLRB meningkat. Mikoriza pada tanaman akan memiliki akses yang bagus terhadap fosfor dan nitrogen walaupun pada kondisi nutirisi yang terbatas. Jika mikoriza menjadi efektif didalam menyalurkan unsur hara atau nutrisi bukan merupakan faktor pembatas dalam tanaman tidak bermikoriza dan intervensi mikoriza lain tidak ada maka mikoriza akan menghambat pertumbuhan akar ketika terjadi kompetisi dalam memanfaatkan karbohidrat.

Total fungi dalam tanah

Fungi disebut juga sebagai mikro flora tanah adalah agen terpenting pendekomposer bahan organik, terutama untuk tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) sebagaimana tanah lahan areal studi HPH Suka Jaya Makmur, Ketapang, Kalimantan Barat, yang ber pH < 4,5 sebelum perlakuan LRB. Jadi fungi di dalam tanah baik secara total populasi maupun susunan genera dan spesies dari mikro flora ini sangat berperan dalam melancarkan siklus dan pelepasan unsur- unsur hara pada proses dekomposisi (pemecahan) sisa-sisa bahan organik tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanahnya.

Hasil analisis mikroorganisme tanah (Tabel 2.7) menunjukkan bahwa total fungi tanah sedikit menurun populasinya di bekas jalan sarad: 6.7 x 104 SPK/g tanah vs 13.2 x 104 SPK/g pada hutan bekas tebangan. Kisaran total fungi di bekas jalan sarad (3 ulangan) lebih lebar dari site hutan bekas tebangan (3 ulangan) memperlihatkan tingkat gangguan tekanan yang lebih bervariasi terhadap lokasi bekas jalan sarad yang satu ke bekas jalan sarad yang lain (Tabel 2.7). Oleh sebab pertumbuhan fungi tanah dipengaruhi nyata oleh aerasi (kesarangan) tanah (Alexander 1977). Lebih rendahnya total fungi pada site bekas jalan sarad diduga disebabkan oleh tingkat kepadatan tanah bagian top soil yang sedikit meningkat karena aktivitas-aktivitas di bekas jalan sarad. Disamping itu,

status kadar bahan organik dan kelembaban tanah yang berubah diduga merupakan faktor lain yang merubah total fungi.

Total mikro organisme pelarut fosfat

Unsur hara P (fosfat) adalah unsur hara makro esensil kedua setelah N (nitrogen) bagi pertumbuhan tanaman. Fosfat diserap akar dari larutan tanah dalam bentuk anion-anion fosfat (PO4-3, H2PO4 dan H2PO4) (Hall, 1976). Tingkat

kelarutan anion fosfat sangat terbantu oleh adanya aktivitas-aktivitas mikroorganisme tanah dalam memecah (dekomposisi) bahan organik tanah. Disamping digunakan untuk tumbuh dan berkembang biaknya mikroorganisme itu sendiri, penggunaan bahan organik tanah sebagai sumber energi oleh mikroorganisme tanah terutama dalam sintesis sel-sel dan reduksi menyebabkan terbebasnya unsur hara P dalam bentuk ion fosfat (PO4-3) dari bahan organik tanah

yang didekomposisi tersebut sehingga menjadi tersedia juga bagi akar pohon. Golongan mikroorganisme pelarut fosfat dibawah kondisi tanah hutan bekas tebangan di areal studi secara total rata-rata adalah 1.3 x 103 SPK/g. Faktor keterbukaan cahaya untuk lokasi bekas jalan sarad diduga menyebabkan kenaikan sedikit total mikroorgnisme pelarut fosfat menjadi rata-rata 4.0 x 103 SPK/G tanah (Tabel 2.7). Jadi aktivitas hutan berupa penggunaan bekas jalan sarad berpengaruh positif dari segi ketersediaan unsur hara P akibat sedikit meningkatnya jumlah populasi golongan mikroorganisme pelarut fosfat. Untuk media tidak ada (nol) hal ini dikarenakan belum tumbuh mikroorganisme atau tidak terdektesi karena sangat kecil sekali.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2011) bahwa efektifitas LRB mampu mengembalikan keseimbangan flora dan fauna di dalam tanah dengan pembentukan pori alami dan menunjukkan kemampuan resapan air ke dalam tanah semakin besar sehingga dapat mengurangi genangan air yang terdapat di permukaan.

Respirasi di LRB

Sebagaimana telah dikemukakan di atas hasil sampingan pemecahan bahan- bahan organik tanah oleh mikroorganisme di dalam tanah (terutama bakteri dan fungi) adalah gas CO2. Oleh sebab itu respirasi tanah adalah parameter praktis

dalam menggambarkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah.

Tampak pada Tabel 2.7 bahwa laju respirasi (emisi gas CO2 di bawah

tegakan hutan bekas tebangan produksi di areal studi adalah rata-rata 7.0 mg CO2/g tanah/hari dan menjadi lebih cepat sedikit untuk bekas jalan sarad menjadi

6.7 mg CO2/g tanah /hari. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan bekas jalan

sarad berpengaruh negatif terhadap kondisi kesuburan mikrobiologik tanah, yaitu turunnya aktivitas mikroorganisme tanah. Hal ini diduga oleh sebab naiknya radiasi cahaya yang dapat mencapai permukaan tanah oleh faktor keterbukaan lahan di bekas jalan sarad dibanding di hutan bekas tebangan. Namun penambahan LRB telah meningkatkan respirasi tanah sebesar 16.0 mg CO2/g

tanah/hari yang disebabkan oleh peningkatan jumlah mikroorganisme misal dalam LRB sebesar 122.5 x 106 SPK/g. Penambahan serasah dan arang kayu di dalam LRB telah meningkatkan jumlah degadator serasah seperti fungi dan bakteri untuk menghasilkan nutrisi yang siap diserap oleh cendawan mikoriza untuk memenuhi kebutuhan tanaman S. leprosula dan S. parvifolia.

Dokumen terkait