4.8. Analisis Data
5.1.4. Sifat Kimia Tanah pada Hutan Primer dan Areal TPTJ
Sifat kimia tanah di hutan primer dan areal bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun)
TPTJ yang dianalisis meliputi reaksi tanah (pH H2O) dan aluminium dapat
dipertukarkan (Al-dd), bahan organik (Corganik, Ntotal), basa-basa kation (kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K)) dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasil analisis sifat kimia tanah pada hutan primer dan areal bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun) TPTJ disajikan pada Tabel 15 - 17.
5.1.4.1. Reaksi Tanah dan Aluminium dapat Dipertukarkan (Aldd)
Reaksi tanah (pH H2O) pada areal bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun) TPTJ
dan hutan primer berkisar antar 4,35 – 4,77. pH H2O terendah pada areal bekas
tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara sedangkan pH H2O
tertinggi pada areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur
antara. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa pH H2O tanah pada seluruh plot
penelitian termasuk dalam kategori sangat masam sampai masam (berdasarkan kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu dalam Hardjowigeno (2003)) dan memiliki kecenderungan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah pada plot penelitian.
pHH2O Aldd Plot penelitian
0–20 20-40 0–20 20-40 Hutan primer 4,555abc 4,76c 2,635ab 1,615b
Jalur tanam
ABT0 4,725c 4,65abc 1,055a 0,88a ABT2 4,56abc 4,665bc 4,665b 2,055c ABT3 4,53abc 4,575abc 2,875ab 2,11c ABT4 4,385a 4,43ab 3,585ab 3,3d Jalur antara ABT0 4,65bc 4,5abc 1,265a 1,095a ABT2 4,77c 4,735c 1,88ab 1,535b ABT3 4,42ab 4,575abc 2,86ab 2,325c ABT4 4,35a 4,385a 4,11ab 3,165d
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05 ABT0 = Areal bekas tebangan 0 tahun
ABT2 = Areal bekas tebangan 2 tahun ABT3 = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT4 = Areal bekas tebangan 4 tahun
Uji statistik menunjukkan bahwa perubahan pH H2O tanah di hutan primer
berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun) TPTJ. Kecuali, di hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm tidak berbeda nyata
jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman
20 cm – 40 cm untuk jalur antara. Perubahan pH H2O tanah di hutan primer tidak
berbeda nyata juga pada kedalaman 20 cm – 40 cm, jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 untuk jalur antara serta areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman.
Aluminium dapat dipertukarkan (Al-dd) pada areal TPTJ dan hutan primer berkisar antar 0,88 me/100 g – 4,665 me/100 g. Nilai Al-dd terendah pada areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 20 – 40 cm untuk jalur tanam sedangkan nilai Aldd tertinggi pada areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam.
Uji statistik, menunjukkan bahwa perubahan Al-dd pada kedalaman 0 – 20 cm di hutan primer berbeda nyata jika dibandingkan areal bekas tebangan 0
tebangan 2 tahun untuk jalur antara.
5.1.4.2. Bahan Organik
Tabel 16 menunjukkan bahwa kandungan Corganik di hutan primer dan areal
bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun) TPTJ berkisar antara 1,39 % - 3,805 %, dari
kisaran tersebut dapat diketahui bahwa kandungan Corganik dalam tanah di seluruh
plot penelitian termasuk dalam kategori rendah sampai tinggi berdasarkan kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu dalam Hardjowigeno (2003).
Tabel 16. Bahan organik tanah pada hutan primer dan areal TPTJ
C-organik N-total Plot penelitian 0–20 20-40 0–20 20-40 Hutan primer 2,885a 1,51a 0,285ab 0,15a Jalur tanam ABT0 1,39a 1,55a 0,13ab 0,15a ABT2 2,04a 1,6a 0,195ab 0,15a ABT3 3,095a 1,745a 0,245ab 0,17a ABT4 2,925a 1,985a 0,27ab 0,185a Jalur antara ABT0 1,815a 1,685a 0,07a 0,15a ABT2 2,025a 1,415a 0,18ab 0,13a ABT3 3.765a 1,6a 0,305b 0,15a ABT4 3,805a 1,73a 0,32b 0,155a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom
yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05 ABT0 = Areal bekas tebangan 0 tahun
ABT2 = Areal bekas tebangan 2 tahun ABT3 = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT4 = Areal bekas tebangan 4 tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kegiatan pemanenan kayu dan
perlakuan silvikultur TPTJ pada kandungan Corganik tidak berbeda nyata bila
dibandingkan dengan hutan primer dan memiliki kecenderungan meningkat pada seluruh areal bekas tebangan.
dari kisaran tersebut dapat diketahui bahwa kandungan Ntotal dalam tanah di seluruh plot penelitian termasuk dalam kategori rendah sampai tinggi berdasarkan kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu
dalam Hardjowigeno (2003). Kandungan Ntotal dalam tanah tidak berbeda nyata
pada areal TPTJ untuk jalur tanam, dan jalur antara pada areal bekas tebangan 2 tahun jika dibandingkan dengan hutan primer (Tabel 16).
5.1.4.3. Kation Basa dan KTK
Kandungan kalsium (Ca) di hutan primer dan areal bekas tebangan (0, 2, 3, 4 tahun) TPTJ berkisar antara 0,28 me/100 g – 0,58 me/100 g, sehingga dapat diketahui bahwa kandungan kalsium (Ca) dalam tanah di seluruh plot penelitian termasuk dalam kategori sangat rendah (berdasarkan kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu dalam Hardjowigeno (2003)).
Kandungan kalsium (Ca) dalam tanah tidak berbeda nyata pada seluruh
plot penelitian dan kedalaman, baik pada kedalaman 0 – 20 cm maupun 20 cm – 40 cm (Tabel 17).
Tabel 17. Kation basa dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah pada hutan primer dan areal TPTJ
Ca Mg K KTK Plot penelitian 0–20 20-40 0–20 20-40 0–20 20-40 0–20 20-40 Hutan primer 0,555a 0,465a 0,325b 0,235ab 0,055a 0,03a 8,107bc 7,8ab Jalur tanam ABT0 0,39a 0,49a 0,3ab 0,33b 0,045a 0,03a 4,67ab 5,2ab ABT2 0,51a 0,28a 0,31ab 0,225ab 0,115a 0,115b 2,98a 2,95a ABT3 0,33a 0,4a 0,185ab 0,21ab 0,035a 0,02a 7,56abc 8,5ab ABT4 0,525a 0,54a 0,265ab 0,19ab 0,025a 0,03a 10,585c 10,2b Jalur antara ABT0 0,45a 0,325a 0,25ab 0,235ab 0,045a 0,04a 5,42ab 4,42ab ABT2 0,45a 0,315a 0,15a 0,135a 0,025a 0,06ab 5,97abc 5,595ab ABT3 0,495a 0,25a 0,255ab 0,155a 0,035a 0,03a 9,6bc 5,98ab ABT4 0,58a 0,41a 0,235ab 0,18ab 0,025a 0,04a 10,935c 8,285ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05
ABT0 = Areal bekas tebangan 0 tahun ABT2 = Areal bekas tebangan 2 tahun ABT3 = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT4 = Areal bekas tebangan 4 tahun
diketahui bahwa kandungan kalium (K) dalam tanah di seluruh plot penelitian termasuk dalam kategori sangat rendah sampai rendah berdasarkan kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu dalam Hardjowigeno (2003).
Kandungan magnesium (Mg) di seluruh plot penelitian berkisar antara 0,15 me/100g – 0,33 me/100g. Menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) di acu dalam Hardjowigeno (2003) kandungan magnesium (Mg) dalam tanah di seluruh plot penelitian tersebut termasuk dalam kategori sangat rendah.
Tabel 17 menunjukkan bahwa kandungan magnesium (Mg) tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan hutan primer, kecuali areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara, areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara dan areal bekas tebangan plot penelitian.
Adanya kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ ternyata tidak berpengaruh secara nyata terhadap kandungan basa-basa kation (kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K)) bila dibandingkan dengan hutan primer.
Kapasitas tukar kation (KTK) pada areal TPTJ dan hutan primer berkisar antar 4,42 me/100g – 10,935 me/100g. Kapasitas tukar kation (KTK) terendah pada areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 20 – 40 cm untuk jalur antara sedangkan Kapasitas tukar kation (KTK) tertinggi pada areal bekas tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara (Tabel 17).
Dari hasil uji statistik, menunjukkan bahwa perubahan kapasitas tukar kation (KTK) tanah di hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan TPTJ (0, 2, 3, 4 tahun), kecuali dengan areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam.