• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Pemimpin menurut Islam

Dalam dokumen Materi Makesta IPNU-IPPNU (Halaman 30-35)

KEPEMIMPINAN 1. Pengertian

6. Sifat Pemimpin menurut Islam

Sifat pemimipin menurut Islam minimal memenuhi empat kriteria sebagai berikut :

1. Amanah (Dapat Dipercaya) 2. Tabligh (Komunikatif) 3. Fathonah (Berintelektual) 4. Sidiq (Benar/ Jujur).

Dalam kepemimpinan dikenal beberapa tipologi diantaranya, pertama tipe Otoriter, pemimpin demikian memiliki karakteristik sesuai dengan kemauannya, memaksakan kehendak, bertindak represif, tidak menerima pendapat orang

lain, anti kritik dan baginya seolah semua adalah miliknya. Kedua tipe yang memberikan kebebasan yang sangat luas kepada anggotanya. Kebebasan yang kadang terlalu berlebihan sehingga hampir saja pemimpin demikian tidak memiliki inisiatif untuk mencapai kemajuan. Akibatnya timbul persaingan tidak sehat antar anggota karena lemahnya pemimpin mereka. Ketiga adalah tipe demokratis dimana pemimpin memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan gagasan-gagasan dinamis dan bertindak bijaksana dalam memecahkan persolan yang dihadapi.

Pemimpin yang demokratis akan bertindak sebagai manager yang mengelola semua potensi sesuai dengan konsep organisasi wajar. Dalam PRAMUKA dan OSIS pemimpin hendaknya juga menjadi manajer untuk mengelola organisasi termasuk didalam mengelola konflik yang terjadi dalam tubuh organisasi agar tidak menjurus pada persolan yang membawa mufsadat/negative.

Organisasi yang eksistensinya berada dalam ruang public biasanya memiliki sifat dinamis. Sifat demikian bisa menjadi positif dan kadangkala timbul persoalan negative. Dalam percaturan demikian organisasi yang dinamis dengan nuansa positif menjadi sebuah kekuatan/power yang menjadi spirit organisasi untuk maju dan berkembang. Biasanya organisasi demikian kiprahnya ditengah public/masyarakat benar-benar dirasakan manfaatnya. Organisasi ini dipenuhi oleh ide-ide/gagasan, konsep yang bervariasi dari anggotanya sehingga menjadi kekayaan intelektual dan bersama-sama diimplementasikan dalam karya nyata.

Namun proses dinamis yang berlebihan kadangkala menjadi mufsadat apabila justru dipenuhi konflik internal karena masing-masing mempunyai unsur emosional. Kerap terjadi problem ini melanda organisasi yang berbasis pemuda karena kondisi mereka yang masih labil dan dipenuhi oleh gejolak emosional, sehingga rawan memunculkan konflik. Konflik akan memunculkan persaingan yang tidak sehat dan berakibat terjadi perseteruan internal. Menurut Hammer dan Hogan dalam bukunya How To Manage Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud konflik adalah segala macam bentuk petikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antar individu, antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok yang bersifat antagonis. Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa kepentinganya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik dibiarkan maka akan menghancurkan kemajuan organisasi, namun juga dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik.

2. Anggota organisasi menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut diselesaikan,

3. Anggota saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang sebenarnya, selalu beroperasi dan tidak mau kompromi,

4. Anggota saling menyerang langsung kepribadinya. Konflik akan bertambah merebak apabila :

a. Tindakan bermusuhan;

 Anggota organisasi memasuki permainan kalah menang

 Mereka lebih senang memenangkan kemenangkan pribadi dari pada pemecahan masalah

b. Memegang posisinya dengan kuat

 Anggota tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan mereka memegang teguh posisinya, mempersempit komunikasi dan membatasi keterlibatannya satu sama lain.

c. Keterlibatan emosional

 Anggota mempertahankan posisinya secara emosional. Agar konflik tidak berlarut larut maka perlu adanya pemecahan

masalah/problem solving sehinga organisasi dapat berjalan dengan baik. Langkah –langkah penyelesaian menurut Richart Y.Cang adalah :

1. Mengakui adanya konflik

2. Mengidentifikasi konflik secara sebenarnya 3. Dengar semua pendapat

4. Bersama-sama mencari cara untuk menyelesaikan konflik

5. Mendapatkan kesepakatan dan tanggungjawab untuk menemukan solusinya

6. Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.

Dalam menanggapi konflik biasanya mempunyai respon yang berbeda-beda. Menurut Robert B. Maddux mengklasifikasikan kedalam 5 gaya respon yaitu ;

1. Menghindar

Cirinya : tidak mau konfrontasi, mengabaikan atau melewatkan pokok permasalahan,menyangkal bahwa hal tersebut merupakan masalah. Alasan penyesuian : perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu besar untuk diselesaikan. Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya hubungan atau menciptakan masalah yang lebih kompleks. 2. Mengokomodasi

Cirinya : bersikap menyetujui, tidak agresif, kooperatif bahkan, dengan mengorbankan keinginan pribadi.

merusak hubungan dan menimbulkan ketidakselarasan secara keseluruhan.

3. Menang/kalah

Cirinya : konfrontatif, menutut dan agresif. Harus menang dengan cara apapun.

Alasan penyesuaian : yang kuat menang, harus membuktikan suprioritas,paling benar secara etis dan profesi.

4. Kompromi

Cirinya : mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta memelihara hubungan baik. Agresif namun kompromi.

Alasan penyesuaian : tidaka ada ide perorangan yang sempurna seharusnya ada lebih satu cara yang baik dalam melakukan sesuatu anda harus berkorban untuk dapat menerima.

5. Penyelesaian masalah ( Kolaborasi win-win solution)

Cirinya : kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting.

Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung. Tegas dan kooperatif.

Alasan penyesuaian : ketika pihak-pihak yang terlibat mau

membicarakan secara terbuka pokok permasalahan, solusi yang saling menguntungkan dapat ditemukan tanpa pihakpun dirugikan.

Pemimpin dan pengurus serta anggota dalam oraganisasi dapat menciptakan komunikasi respektif untuk membangun suasana organisasi yang saling

mendukung dan berjalan dinamis. Maka pemimpin perlu memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi respektif, karena banyak program dan kegiatan sering tidak dapat berjalan atau respon positif bahkan reaksi yang negative dari sesama pengurus dan anggota, karena komunikasi yang kurang baik.

Prinsisp-prinsip komunikasi respektif tersebut adalah :

1. Positive thinking ( berprasangka positif). Lebih baik menguraikan atau mendiskripsikan keadaan yang apa adanya daripada mengevaluasi berita atau pesan untuk mencari-cari kelemahan orang lain. Memberi informasi dan bertanya tentang informasi lebih baik daripada sekedar menghargai atau memuji, memberikan pendapat, atau menyatakan secara tidak langsung bahwa penerima seharusnya tidak merubah pesan.

2. Solution oriented (beroreintasi pada solusi) beroreintasi pada pemecahan masalah dengan cara berkolaborasi dalam menggali masalah bersama yang dihadapi jauh lebih baik daripada mencoba mengawasi atau mengontrol pendengar atau dengan membesar-besarkan sikap dari komunikator.

melibatkan orang lain untuk memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi.

4. Emphaty. Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam

mendengarkan daripada sekedar memperlihatkan ketidakseriusan atau bersikap netral.

5. Feeling. Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih baik dari pada melebih-lebihkan apa yang disampaikan pendengan. Berikan isyarat bahwa kita masuk sebagai bagian dari hubungan, tidak hanya mendominasi hubungan timbal balik.

6. Communicate. Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba prilaku dan ide-idenya daripada sekedar mengikuti saja. Mereka tidak akan

memberikan kesan kalau mereka tahu akan jawabannya, karena mereka akan memerlukan bantuan orang lain.

Dalam perspektif doktrin Aswaja ala NU kepemimpinan selalu berpijak dengan memegang teguh konsep tasamuh (toleransi), tawasuth (jalan tengah ), ta’adul ( adil), tawazun (keseimbangan). Konsep ini bermuara pada karakteristik Jam’iyyah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang moderat dan jauh dari warna Islam garis keras. Wallahu alam bishowab.

Dalam dokumen Materi Makesta IPNU-IPPNU (Halaman 30-35)

Dokumen terkait