• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Makesta IPNU-IPPNU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Makesta IPNU-IPPNU"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

SEKAPUR SIRIH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan karunia, taufiq, hidayah dan ‘inayah-Nya kepada kita semua. Proses kehidupan tak akan lepas dari segala usaha dan upaya kita dengan selalu memanjatkan doa kepada-Nya. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya.

Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan Nabi agung Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya Iman dan Islam kepada kita semua. Beliaulah teladan bagi kita semua sang pembawa risalah kenabian dan pejuang reformis sejati bagi peradaban Islam. Mudah-mudahan kelak dihari akhir kita akan mendapatkan syafaat udhma kelak. Amin Ya Robbal ‘alamiin

Rekan-rekanita yang kami banggakan,

Proses perjuangan sebuah organisasi tak akan pernah lepas dari dinamika kaderisasi yang bermuara untuk memiliki kader yang handal dan loyal secara mental dan kemampuan individu serta kelompok terhadap organisasi agar mampu menggerakkan segenap kemampuan dan kompetensi organisasi. IPNU dan IPPNU sebagai organisasi kader dan pelajar sudah selayaknya membangun konsep “student movement” yang membekali diri dengan kemampuan-kemampuan konseptual dan praksis sebagai prasyarat terbangunnya budaya organisasi pelajar.

Dengan diterbitkannya buku materi pokok dalam proses kaderisasi dan pembentukan idiologi pelajar yang berlandaskan ahlussunah waljamaah bagi kader IPNU-IPPNU Kabupaten Pekalongan, diharapkan proses pembentukan karakter dan keilmuwan serta aktivis pelajar NU dapat terwujud secara matang yang didasari dengan budaya organisasi pelajar yang mandiri, berwawasan luas, bersikap kritis dan memahami kondisi sosial serta siap untuk belajar dan berjuang yang muaranya adalah ketaqwaan kepada Tuhan YME.

Akhirnya atas nama Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Pekalongan mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga diterbitkannya buku modul materi pengkaderan dan mudah-mudahan buku ini dapat menjadi “stock of knowledge” bagi kader-kader IPNU-IPPNU di Kabupaten Pekalongan demi eksistensi dan perjuangan menuju kejayaan organisasi di masa mendatang. Amin

Wallahulmuwafiq ila aqwamithorieq

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekalongan, 2014 Editor : Muhammad Rifda Ujza PC IPNU-IPPNU Kabupaten Pekalongan

(2)

Abraham Usman

(3)

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH ASWAJA ALA NU (Menumbuhkan Semangat Aswaja ala NU)

I. PENGERTIAN ASWAJA

Sejarah ASWAJA

Sewaktu Rasulullah masih hidup umat Islam merupakan satu barisan yang kuat, satu aqidah, satu wawasan dan berada dibawah bimbingan dari Rasul, begitu pula pada masa sahabat empat, pada masa ini umat Islam mulai tidak seutuh pada masa Nabi.

Menurut para ahli sejarah mulai adanya firqoh yaitu mulai tahun 30 H, atau pada masa akhir tahun kekuasaan Usman bin Affan. Rasulullah bersabda : “Sungguh beriman lah engkau kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qodar baik dan buruknya adalah dari Allah Taala”.

Hadist tersebut menjelaskan bahwa diakhir zaman umat Islam akn pecah menjadi firqoh firqoh, satu dengan yang lain sulit didamaikan apalagi dipersatukan. Hal ini sudah menjadi fakta yang telah tercantum dalm kitab kitab ushuluddin. Firqoh firqoh itu ada 73 golongan yaitu; Syiah menjadi 22 aliran, Khawarij menjadi 20 aliran, Murjiah menjadi 5 aliran, Mu’tazilah menjadi 20 aliran, Najjariyah menjadi 3 aliran, Jabbariyah tetap satu golongan, Musabikhah satu aliran dan Alu Sunah wal Jamaah satu aliran.

Istilah Ahlussunah wal Jama’ah terdiri dari tiga kata, yaitu ahl, as-sunah dan al-jama’ah.

1. Dalam Kamus al-munjid fil Lughah wal A’alam kata ahl mnegandung dua makna. Selain bermakna keluarga dan kerabat, ahl juga dapat berarti pemeluk aliran atau pengikut madzhab.

2. Menurut istilah syara’ as-sunah ialah sebutan bagi jalan yang disukai dan dijalani dalam agama, sebagaimana dipraktikkan Rasulullah SAW, baik

perkataan, perbuatan ataupun persetujuan Nabi Muhammad SAW,

3. sedangkan al-jama’ah menurut syara’ ialah kelompok mayoritas dalam golongan islam.

Dari pengertian etimologis di atas, maka makna Ahlussunnah wal Jama’ah dalam sejarah islam adalah golongan terbesar umat islam yang mengikuti system pemahaman islam, baik dalam tauhid dan fiqih dengan mengutamakan dalil Al-Qur’an dan hadist daripada dalil akal.

Untuk menguatkan pengertian diatas terdapat bebarapa hadits yang diantaranya diriwayatkan oleh imam ibnu majah yang artinya “menyampaikan Rasulullah SAW akan pecah umatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu golongan, dan sisanya akan hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah? Beliau menjawab Ahlussunnah wal Jama’ah, beliau ditanya lagi apa maksud dari

(4)

Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunahku dan sunah shahabatku”.

Dalam hadist lain juga disebutkan “berpegang teguhlah kamu semua dengan sunah mu dan sunah khulafaur rasyidin yang semuanya memnperoleh petunjuk sesudahkau” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

II. PRINSIP-PRINSIP AJARAN MADZHAB DALAM NU a. Ajaran Ahlus Sunnah Wal jama’ah di Bidang Aqidah

Golongan ahlussunah wal jama’ah dalam bidang akidah mengikuti rumusan imam Al-Asya’ari yang meliputi enam perkara yang lebih dikenal degan rukun iman.

Beberapa contoh rumusan akidah Ahlus sunnah wal jama’ah adalah sebagai berikut :

1. Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna, sifat wajib adalah sifat-sifat yang harus ada pada Allah SWT yang berjumlah 20, sifat mustahil adalah sifat-sifat yang tidak boleh ada pada Allah yang berjumlah 20, dan sifat jaiz bagi Allah yang berjumlah 1 (satu) yaitu Allah itu boleh menciptakan sesuatu atau tidak.

2. Ahli kubur dapat memperoleh manfaat atas amal sholeh yang dihadiahkan orang mukmin yang masih hidup kepadanya seperti bacaan Al-Qur’an, dzikir, dan lain-lain.

3. Orang mukmin yang berdosa dan mati, nasibnya diakhirat terserah Allah, apakah akan diampuni atau mendapat siksa dahulu neraka yang bersifat tidak kekal.

4. Rezeki, jodoh, ajal, semuanya telah ditetapkan pada zaman azali. Perbuatan manusia telah ditakdirkan oleh Allah, tetapi manusia wajib berikhtiar untuk memilih amalnya yang baik.

5. Surga dan neraka serta penduduknya akan kekal selama-lamanya. Dan masih banyak prinsip-prinsip pokok akidah yang lain.

b. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang Syari’ah

Dalam bidang syari’ah (fiqih) kaum Ahlus sunnah Wal jama’ah berpedoman pada empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali). Hal-hal yang perlu diketahui adalah :

1. Membaca sholawat berarti menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.

2. Menyentuh dan membawa Al-Qur’an harus suci dari hadats kecil dan besar.

3. Membaca tahlil, sholawat, surat yasin disunnahkan.

a. Tahlil berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca kalimat la ilaha illa llallah. Dimasyarakat NU sendiri berkembang

(5)

pemahaman bahwa setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama dikhususkan untuk almarhum/almarhumah disebut majelis tahlil. Sebagaimana yang ercantum dalam hadits :

Yasin adalah jantung Al-Qur’an, tidak membacanya seseorang yang mencari Ridho Allah dan pahala akhirat melainkan Allah

mengampuninya, dan bacakanlah Yasin atas orang-orang mati kalian semua. (HR. Imam Ahmad)

b. Dibaiyah adalah suatu acara pembacaan kitab Diba’, kitab yang isinya biografi, sejarah hidup dan kehidupan Rasulullah.

Landasan dianjurkannya dibaiyah adalah dari hadits berikut : “Tersebut dalam sebuah atsar, Rasulullah pernah bersabda:”Siapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama artinyamenghidupkannya kembali seolah-olah dia sedang

mengunjunginya, siapa yang mengunjunginya Allah akan memberinya surga”.

c. Membaca do’a qunut pada sholat shubuh disunnahkan. Dalam kitab Mughnil Muhtaj juz awal terdapat hadits berikut:

Diriwayatkan dari imam Abu Hurairoh R. A , berkata : “Rosulullah SAW ketika bangun dari rukuk pada Roka’at yang kedua dalam sholat subuh beliau mengangkat kedua tanganNya dan membaca doa berikut: Allahummah ……”

d. Ziarah kubur hukumnya sunnah bila bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengingat akhirat dan untuk mendo’akan orang Islam. Seperti diterangkan dalam hadits berikut:

“berziaroh ke kuburlah kamu semua karena sesungguhnya dapat mengingatkan Akhirat. Dan Nabi Muhammad SAW telah berziarah ke kuburanyya sahabat-sahabat yang mati syahid dalam perang uhud dan kekuburan Ahlil Baqi’ kemudian beliau mengucapkan salam dan

mendoakan mereka” (HR. Muslim, Imam Ahmad, Ibnu Majah)

e. Mentalqin mayit disunahkan, adapun mentalqin mayit itu ialah mendiktekan si mayit yang baru saja dimakamkan untuk menirukan kata-kata tertentu dari si penuntun. Karena sesungguhnya si mayit bisa mendengar suara sandal orang-orang yang pulang sehabis mengantar jenazahnya, sebagaimana keterangan hadits berikut:

Artinya : “seorang hamba ketika telah diletakkan kedalam kuburnya, dan ketika teman-temannya telah meninggalkannya sesungguhnya dia bisa mendengar suara sandal teman-temannya teersebut” (HR. Imam Bukhori muslim, Abu Dawud, Nasa’i)

f. Sholat Tarawih 20 Roka’at, karena sesungguhnya Rasulullah SAW telah melakukan sholat tarawih sebanyak 20 Roka’at.

(6)

harinya ada tamu-tamu yang bersilaturrahmi, baik tetangga dekat maupun jauh. Mereka ikut belasungkawa atas segala yang barusan menimpa, sambil mendoakan orang yang meninggal ataupun yang ditinggalkan juga ingin mengambil iktibar bahwa kita segera akan menyusul dikemudian hari, tradisi tersebut biasanya setelah mencapai 40 hari, 100 hari, 100 hari, setahun dan 1000 hari. Hadits yang dapat dibuat pegangan dalam masalah ini ialah:

Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan jamuan makan(sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sampai kata-kata : dari sahabat Ubaid ibn Umair, dia berkata: seorang mukmin dan seorang munafik sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selama 7 hari sedang seorang munafik selama 40 hari diwaktu pagi.

h. Istighotsah

Asal kata Istighotsah adalah Al- Ghauts yang berarti meminta pertolongan

Telah menjadi tradisi di kalangan para ulama Salaf dan Khalaf bahwa ketika mereka menghadapi kesulitan atau ada keperluan mereka mendatangi kuburan orang-orang Sholeh untuk berdoa disana dan mengambil berkahnya dan setelahnya permohonan mereka dikabulkan oleh Allah.

Dalam kitab ‘Uddahal-Hishn al-Hashin disebutkan;

“Diantara tempat dikabulkannya do’a adalah kuburan orang-orang Sholeh”

c. Ajaran Ahlussunnah Wal jama’ah di Bidang Akhlaq

Kaum Ahlus sunnah Wal Jama’ah dalam bidang akhlaq atau tasawuf mengikuti imam Abu Qasim Al-Junaidi dan Imam Ghozali berkata “bahwa tujuan memperbaiki akhlaq itu adalah untuk membersihkan hati dari kotoran hawa nafsu dan marah, sehingga hati menjadi suci bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan”.

Menurut imam Junaidim ada tiga tingkat dasar dalam menempuh tarekat : 1. Takhali, yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela baik

lahir maupun batin.

2. Tahali, yaitu mengisi diri dan membiasakan diri dengan sifat-sifat terpuji.

3. Tajalli, yaitu mengamalkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(7)

d. Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Politik

Dalam bidang sosial kemasyarakatan dan politik, kaum Ahlus Sunnah Wal jama’ah mampunyai prinsip dan ciri khas yang berbeda dengan golongan lain. Dalam beberapa hal ada persamaan pendapat dan dalam hal lainnya ada perbedannya. Hal ini tampak jelas dalam beberapa masalah, antara lain : 1. Masalah Khilafiyah

Dalam masalah kepemimpinan dan pemerintahan wajib ditegakkan sebagai pewaris kepemimpinan Rasulullah SAW. namun bentuk kongkritnya diserahkan kepada umatnya sendiri, sebab dalam mengurus urusan dunia, ajaran Islam menyerahkannya pada umat dengan jalan bermusyawarah untuk memperoleh hasil yang terbaik dan bermanfaat.

Allah berfirman yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman Taatlah kamu sekalian kepada Allah dan kepada Rasul-nya dan ulil Amri dari kamu sekalian” (Qs. An-Nisa’ : 59)

Yang dimaksud ulil amri adalah khalifah penguasa yang kepemimpinannya wajib diikuti oleh rakyatnya, kewajiban mentaati disini dengan syarat pemerintahan harus dijalankan atas dasar prinsip kebenaran dan berlaku adil.

2. Masalah Persaudaraan dan Perbedaan Pendapat

Pendirian Ahlussunnah Wal jama’ah bahwa semua muslim adalah bersaudara dan jika, terjadi perbedaan pendapat (perselisihan) diusahakan “islah” (berdamai), menurut prosedur yang telah ditetapkan. Jika terjadi perselisihan dan kesalahan hasur dicari jalan keluarnya dan diperbaiki menurut tata cara yang disepakati.

3. Masalah Dosa

Perbuatan dosa adalah perbuatan yang dilakukan tidak berdasarkan perintah agama dan bertentangan dengan ajaran agama ahlus Sunnah Wal Jama’ah berpendirian bahwa setiap orang yang menyekini kebenaran syahadatain. Betapa besar dosanya, dia tetap dianggap sebagai muslim. Agar supaya kita tidak terjerumus dalam perbuatan dosa baik kecil maupun besar, maka perlu menyadari akibat perbuatan dosa yang kita lakukan. Dengan demikian kita dapat mengendalikan hawa nafsu dan berpikir lebih jauh setiap tindakan yang akan dilakukan dan akibatnya.

(8)
(9)

MENGENAL NAHDLATUL ULAMA

"Melestarikan Perjuangan Para Ulama dan Kyai" PENDAHULUAN

Berdirinya NU tidak lepas dari peran penting dua orang tokoh besar yaitu KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah,. Pada sekitar tahun 1913 Pondok pesantren Tebu ireng diserng oleh tentara Belanda bangunan pondok dihancurkan berkeping – keping kitab – kitab agama dirampas dan kemudian dibakar dan dimusnahkan, kemudian pemerintah Kolonial mengumumkan bahwa Pondok Pesantren Tebu Ireng adalah Sarang pemberontok dan ekstrimis, Kepada Para santri KH Hasyim Asyari’ mengatakan “ Justru kejadian ini menambah semangat kita untuk berjuang menegakkan islam dan kemerdekaan yang Hakiki “

Kejadian tersebut diketahui oleh seluruh pondok pesantren diseluruh pulau jawa dan Madura,maka berdatanganlah bantuan moril dan materiil yang tidak sedikit yang kemudian dapat dpergunakan untuk membangun kembali pondok pesantren yang telah hancur lumat, dalam waktu singkat sekitar 8 bulan pondok pesantren Tebu ireng telah pulih bahkan lebih megah.

Pada Tahun 1914 seorang pemuda bernama Wahab hasbullah kembali dari menuntut ilmu dari kotamakkah kemudian ia menikah denga putrid seorang kyai dari Surabaya bernama Kyai Musa, ia kemudian menetap di kertopaten,kemudin selang beberapa lama iapun tertarik dengan perkembangan Sarekat Islam ( SI ) yang maju pesat untuk ikut bersama – sama berperan, kemudian bersama – sama dengan partisipasi para dermawan yang ada di Surabaya yang dipelopori oleh KH Abd Kahar berdirilah gedung bertingkatdi Surabaya ( Kampung Kawatan Gg. IV ) yang kemudian dikenl dengan Nahdlatul Wathan dan pada 1916 perguruan ini mendapat Rechtpersoon ( Pengakuan resmi berbadan hukum “ dengan susunan pengurus : KH Abdul Kahar sebagai direktur, KH Wahab Hasbullah sebagai Pemimpin Sekolah ( Ke – Ulama-an ) dan KH Mas Mansur diangkat sebagai Kepala sekolah, dibantu KH Ridwan Abdullah.

Pada perjalanannya KH Wahab Hasbullah memimpin Nahdlatul Wathan dengan seluruh kelompok islam secara umum baik yang berhaluan tradisionil ( Bermadzhab ) dan kelompok modernis ( Non Madzhab ). Perlu diketahui bahwa mulai dasa warsa pertama di abad XX , timbul 2 kelompok gerakan islam yang pola pemikirannya tidak dapat dipersatukan yaitu kelompok timbul 2 kelompok gerakan islam yang pola pemikirannya tidak dapat dipersatukan yaitu kelompok islam modernis dan kelompok islam tradisionalis, kaum modernis pada pokoknya anti madzhab dan kelompok tradisionalis tetap mempertahankan madzhab, pada era selanjutnya,sering terjadi perdebatan pedebatan yang diakibatkan oleh perbedaan

(10)

pemikiran diantara keduanya, KH Wahab Hasbullah sering kali mendapat serangan – serangan dari kelompok modernis yang berada di SI maupun dari KH Mas Mansur itu sendiri, Meski tujuan dari kelompok ini adalah memperjuangkan rasa nasionalisme, serangan – serangan teramat sering di8lancarkan oleh kaum reformis modernis sehingga KH Wahab Hasbullah terpaksa melayaninya, mulai dari perdebatan itu aka terlihat jelas adanya perbedaan pandangan antara KH Mas Mansur dengan KH Wahab Hasbullah yang pada akhirnya KH Mas Mansur lebih memilih untuk bergabung dengan kelompok modernis opada tahun 1921 hal ini berawal ketika KH Ahmad Dahlan sering datang ke Surabaya memberikan ceramah – ceramah,dan beliau berhasil menggaet KH Mas mansur untuk memasuki kelompok Muhammadiyyah yang berhaluan Modernis yang anti madzhab. Dan perbedaan mencapai puncaknya pada tahun 1922 ,KH Mas Mansur secara jelas menyatakan bahwa ia berpisah dengan KH Wahab Hasbullah.

Serangan demi serangan terus bermunculandari kelompok modernis dan akhirnya KH Wahab Hasbullah menyadari bahwa serangan – serangan tersebut tidak mungkin beliau hadapi sendiri,maka pada tahun 1924 KH Wahab Hasbullah mendirikan kursus “Masailud Diniyyah “ guna menambah pengetahuan bagi ulama – ulama muda yang mempertahankan faham ahlussunnah wal jamaah dengan tetap bermadzhab.

Kegiatan kursus ini kemudian dipusatkan di madrasah Nahdlatul Wathon dengan insensitas pertemuan 3 kali seminggu, peserta diskursus ini tidaknya dari wilayah Jawa Timur tetapi juga dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, kemudian beliau memohon bantuan sahabat-sahabatnya untuk membantu,seperti KH Bisri SYansuri ( Jombang ) KH Abdul Halim ( Leuwi Munding Cirebon ) dan KH Mas Alwi Abdul Aziz dan KH Ridwan Abdullah dari Surabaya, KH Maksum dan KH kholil dari Lasem Rembang, sedangkan dari kelompok muda seperri KH wahab dan Abdulla Ubaid dari KawatanSurabaya, serta Hasan Nawawi juga dari Surabaya.

Dan pada akhirnya kelompok diskursus itu merupakan kelompok yang kuat dan ampuh sebagai senjata untuk memerangi faham modernis, memang sepertinya mereka dipersiapkan untuk menepis serangan kelompok modernis, terutama perdebatan masalah khilafiyah, . Tetapi KH Wahab agaknya masih kurang yakin terhadap keampuhan pertahanan maka pada tahun 1924 , beeliau mengusulkan terbentuknya organisasi ulama kepada KH Hasyim Asy’ari, berawal sari sinilah maka kemudian lahir organisasi ulama di bawah kepemimpinan KH Hasyim Asyari. Sebelumnya KH Wahab Hasbullah terlibat dalam SI, Indronesische Studest Club, Nahdlatyul Wathon,Subanul Wathon,dan dalam diskursus itu tidak lepas dari tujuan utama memupuk rasa Nasionalisme, dan tekad itu,terbukti pada saat undangan Komite Hijaz diedarkan pada tanggal 31 Januari 1926, Maka setelah itu sepakat

(11)

untuk mendirikan Jamiyah Nahdlatul Ulama. ( NU ) adapun kepengurusan pad NU 1926 adalah sebaai berikut :

SYURIYAH :

Rais Akbar : KH Hasyim Asyari Jombang

Katib Rais : KH Abdul Wahab Hasbullah Kertopaten MUSTAYAR : KH. Moh Zubair Gresik

TANFIDZIYAH :

Ketua : KH Hasan Gipo Surabaya Wakil Ketua : H Soleh Samil, Surabaya

Sekretaris : Moh Sodiq ( Sugeng ) Surabaya Wakil sekretaris : H. Nawawi Surabaya Bendahara : H. Muhammad Burhan Surabaya

: H. Jafar Surabaya KOMISARIS : K . Nahrowi Surabaya

Sedang pada tahap berikutnya disepakatilah lambang Nahdlatul Ulama sesuai dengan mimpi KH Ridwan Abdullah dari Jombang Jawa Timur.

Selama Ini yang kita ketahui, NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau 14 tahun sesudah Muhammadiyah berdiri karena Muhammadiyah berdiri pada Tahun 1912. Tetapi, secara tradisi, budaya, cara keberagamaan NU sudah ada sejak berabad – abad yang lalu bersamaan dengan awal perkembangan Islam di Indonesia yang disebarkan oleh Walisongo. Dalam mengembangkan dakwah Islam di Nusantara, para wali tersebut menggunakan cara – cara yang santun, pendekatan akhlaq, Uswah dan sangat menghormati semua tradisi masyarakat yang sudah ada / hadir di masyarakat. Namun demikian bukan berarti semua tradisi yang ada dianggap benar, melainkan secara perlahan – lahan dimasuki dan diganti dengan unsur – unsur Islam. Sebagai bukti adalah beberapa tradisi budaya yang saat ini masih ada di kalangan Nahdhiyyin sebagai berikut :

1. Dalam masyarakat Syiwa – Budha ajaran Yoga tantra dari sekte Sakhta ada tradisi yang dinamakan Upacara Pancamakara / Ma – Lima / 5 M : Mamsya (daging), Matsya (ikan), Madya (Minuman keras), Maituna (bersetubuh), Mudra (semadi). Peserta upacara terdiri dari laki – laki dan perempuan membentuk lingkaran. Kemudian di tengahnya terdapat makanan, lauk pauk dan Miras. Nah, para wali kemudian mengubah upacara ini dengan tetap membentuk lingkaran tetapi makanan diganti dengan berbentuk makanan dan minuman yang halal serta tidak ada semadi tetapi diganti dengan sekian rapalan doa tahlil. Tradisi inilah yang sekarang kita kenal dengan istilah kenduri. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa persia yaitu “ Kandhuri” yang berarti Upacara. Di persia ada Upacara Kandhuri untuk memperingati Fatimatuzzahro.

(12)

2. Dulu ketika masyarakat beribadah namanya “Sembah Yang”. Sulit rasanya mengubah menjadi “Shalat”. Makanya diganti dengan kata Sembayang. Begitu juga kata Sanggar yang digunakan sebagai tempat sembahyang diganti dengan kata Langgar agar tidak kesulitan mengucapkan Mushalla. Dalam Masyarakat juga ada tradisi menahan makan dan minum yang disebut Upawasa. Kata Shoum tentu sulit diterima. Maka yang digunakan adalah puasa.

Ada beberapa konsep pembinaan umat dan para alim ulama kita yang perlu kita pahami dan kita pedomani dalam membina umat Nahdlatul Ulama serta menumbuhkan dinamika perjuangan NU ke depan.

Konsep – konsep tersebut adalah :

1. Pengertian Mabadi Khoiru Ummah ( KH. Mahfudz Siddiq ) 2. Pengertian panca Gerakan NU ( KH. Ali Ma’shum ) 3. Pengertian Khittah NU 1926 ( KH. Akhmad Shiddiq ) 4. Perkembangan dan Dinamika Perjuangan NU

A. Mabadi Khoiru Ummah

Mabadi khoiru Ummah adalah nilai – nilai keteladanan yang membentuk karakter warga NU melalui upaya pemahaman keagamaan NU yang bertumpu pada 5 (lima) sendi , yaitu : Al shidqu, Al Amanah, Al Adalah, Al Ta’awun, Al Istiqomah : a Al Shidqu Artinya kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan di

dalam menampilkan suatu masalah

b Al Shidqu Artinya dapat dipercaya, setia dan tepat janji c Al Adalah Artinya sikap Adil

d Al Ta’awun Artinya tolong menolong, setia kawan dan gotong royong

e Al Istiqomah Artinya Keajekan atau konsisten, kesinambungan dan berkelanjutan

Buah dari pemahaman keagamaan dan sikap kemasyarakatan membentuk tingkah laku dan nilai – nilai keteladanan NU yang dapat membedakan antara karakter NU dengan tingkah laku organisasi lain di luar NU.

B. Pengertian Panca Gerakan NU

Doktrin Panca Gerakan NU merupakan konsep pembinaan umat dari KH Ali Ma’shum, untuk menumbuhkan pemahaman terhadap kesadaran warga Nahdliyyin tentang tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan.

Konsep tersebut Intinya : a. Al Tsiqoh Bi NU

Setiap warga NU harus yakin dan percaya penuh terhadap NU sebagai satu – satunya tuntunan hidup yang benar

(13)

Setiap warga NU harus benar-benar memberi bobot ilmiah tentang NU dengan sungguh-sungguh

c. Al Amal Bi Al Ta’lim Bi NU

Setiap warga NU harus mempraktekkan ajaran dan tuntunan NU d. AL Jihad Fi Sabil NU

Setiap warga NU harus memperjuangkan NU agar tetap lestari dan terus berkembang pesat

e. Al Shabru Fi Sabil NU

Setiap waraga NU harus bersabar dalam melakukan tugas, menghadapi rintangan kegagalanmaupun sabar terhadap rayuan – rayuan atau paksaan paksaan untuk meninggalkan NU

C. Pengertian Khittah 1926

Khittah adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku baik perorangan maupun organisasi atau dalm setiap proses pengambilan keputusan. Khittah adalah faham Islam Aswaja yang digali dari sejarah perjalanan NU dari masa kemasa dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Ada 9 ( sembilan ) butir isi Khittah Nahdliyyin 1. Mengenal sejarah berdirinya NU

2. Khittah sebagi landasan perjuangan NU 3. Paham Keagamaan NU

4. Sikap keagamaan NU 5. Perilaku dan cirri khas NU

6. Ikhtiar melakukan program garapan NU

7. Ulama sebagi pemegang pimpinan tertinggi NU 8. Keberadaan NU sebagai organisasi kemasyarakatn 9. Semangat ( ghiroh ) dalam mengamalkan khittah NU

Keberhasilan cita – cita perjuangan NU adalah tergantung dari pengamalan khittah para pimpinan dan warganya dalam meresapi, menghayati, gdan mengamalkan butir – butir khittah NU yang merupakan landasan perjuangan NU.

Kembali ke khittah NU berarti kembali ke garis – garis perjuangan NU, embali ke organisasi jamiyyah Diniyyah Islamiyyah, meninggalkan kegiatan politik praktis balik menekuni kembali bidang agama, social, kemasyarakatan untuk berkhidmah kepada agama, negara dan bangsa.

D. Perkembangan dan Dinamika Perjuangan NU

NU sebagai wadah perjuangan adalah alat untuk mempertahankan diri, memelihara, melestarikan dan mengamalkan ajaran islam ala ahlussunnah wal jamaah menuju rahmatan lil alamin.

(14)

Dinamika perjuangan NU adalah berkhidmat demi agama, bangsa dan Negara tidak pernah mengalami surut sejak berdirinya tahun 1926 hingga sekarang, hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan dan dinamika tersebut dibawah ini ; Tahun 1918 : Mendirikan Nahdlatuttujjar ( Penggalangan Ekonomi )

Tahun 1922 : Mendirikan Taswirul Afkar ( Penggalangan budaya ) Tahun 1924 : Mendirikan Nahdlatul wathon ( Penggalangan bangsa )

Tahun 1926 : Mendirikan NU ( Nahdlatul Ulama/Kebangkitan Ulama ) diproklamirkan di Muktamar NU ke -1 di Surabaya, dan mengangkat Roisul Akbar Hadlatus Syaikh Hasyim Asy’ari

Tahun 1945 : Turut aktif dalam persiapan Kemerdekaan RI dan turut membidani lahirnya partai Masyumi

Tahun 1952 : NU Keluar dari Masyumi ( karena tidak ada Kecocokan ) Tahun 1954 : NU berubah menjadi partai politik ( Hasil Muktamar ke -20 ) Tahun 1955 : NU mengikuti pemilu pertam di Indonesia zaman orde lama Tahun 1971 : NU mengikuti pemilu ke 2 zaman Orde baru

Tahun 1973 : NU diharuskan fusi meleburkan diri ke PPP

Tahun 1984 : NU menyatakan keluar dari PPP dan kembali ke khittah 1926 ( hasil muktamar NU ke 27 di Situbondo Jatim)

Tahun 1998 : NU memfasilitasi berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB ) di era reformasi, jamiyyah NU tetap netral/khittah

Tahun 1999 : PKB partai yang difasilitasi PBNU mengikuti pemilu pertama di era reformasi. KH Abdurahman Wachid ( Gus Dur ) mantan Ketua PBNU terpilih sebagi presiden RI ke IV. NU mencanangkan kebangkitan ke II di Muktamar NU ke-30 di Lirboyo Kediri Jatim

Demikian sekilas perkembangan dan dinamika perjuangan NU yang tanpa mengenal berhenti patah dan tumbuh hilang berganti. Tua tua keladi semakin tua semakin jadi, tua tua kelapa semakin tua semakin berjasa.

(15)

DEMI IPNU IPPNU

(Menyiapkan Pelajar dan Santri yang beriman, bertaqwa, berilmu, kreatif dan mandiri)

Ke IPNU an Latar Belakang Berdirinya IPNU

1. Faktor Aqidah

Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam ala Ahlussunnah Wal jamaah.

2. Faktor pendidikan

Karena pendidikan merupakan media yang efektif untuk melakukan pengkaderan, sehingga kader-kader muda terdidik dan terarah untuk menciptakan kader yang professional. Pelajar memiliki usia, pemahaman dan latar pendidikan yang relatif sama sehingga akan mudah memberikan sebuah informasi atau pelajaran.

Tujuan lahirnya IPNU

1. Mempersatukan antar pelajar umum dan agama (santri). 2. Mengumpulkan anak-anak NU.

3. Mengembangkan pengetahuan agama dan umum.

4. Mempersiapkan pemimpin NU dan bangsa di masa datang. 5. Mengembangkan syari’at Islam Ala ASWAJA.

Organisasi yang lahir sebelum IPNU

1. Tsamrotul Mustafidin, lahir di Surabaya 11 Oktober 1936. 2. Persatuan Murid Nahdlotul Oelama (PAMNO) tahun 1936.

3. Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlotul Oelama (IKSIMINO), lahir di Semarang 1952. 4. Persatuan Pelajar Nahdlotul Oelama (PERPENO) lahir di Kediri.

5. Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPINO).

6. Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPNO) di Surakarta. Sejarah singkat lahirnya IPNU

Pada dasarnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan sebagai organisasi kesiswaan dan kesantrian, ia dimasukkan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyyin.

Ketika Kongres LP Ma’arif NU di Semarang tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H atau 24 Februari 1954 M, M. Tholhah Mansur mengusulkan dibentuknya ikatan bagi pelajar NU yang mana anggotanya adalah putra NU dan usulan tersebut diterimaoleh forum. Detik itu pula IPNU dilahirkan di kota Semarang.

(16)

Dalam perjalanannya, IPNU mengalami 3 fase perubahan. Yang pertama, IPNU lahir dari basis pelajar dan santri, kedua IPNU berbasis umum dan ketiga IPNU kembali pada habitatnya yaitu basis pelajar dan santri. Pada saat fase kedua, IPNU mempunyai persoalan yang cukup besar dimana IPNU hampir kehilangan jati dirinya sebagai kader. Hal itu terjadi akibat adanya tekanan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru dengan strategi penerapan UU nomor 8 tahun 1985 tentang ideologi ormas yang menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas serta dipolitisasi (penghapusan) dengan mewadahi semua OKP dalam KNPI. Selai itu dengan adanya SKB tiga menteri yang salah satu poinnya pelarangan organisasi kesiswaan selain OSIS dan Pramuka.

Dengan demikian, IPNU berbenah diri dan mengubah orientasi dan garis perjuangan pasca diberlakukannya UU tersebut. Hal itu teraktualisasi dan terformulasi dalam Keputusan IPNU-IPPNU X tahun 1988 di Jombang, dengan mengganti huruf ”P” yang semula Pelajar menjadi Putra/Putri. Hal tersebut menjadikan segmentasi IPNU lebih luas.

Pasca Kongres tersebut, disadari maupun tidak disadari perluasan orientasi ternyata berdampak kurang baik terhadap kinerja dan aktifitas IPNU secara konstitusional maupun operasional. Maka pada Kongres IPNU tahun 2000 di Makasar mengeluarkan deklarasi Makasar lewat rekomendasi Komisi A (organisasi) yang mencetuskan keputusan :

 Mengembalikan IPNU pada visi keterpelajaran sebagimana tujuan awal.

 Menumbuhkembangkan IPNU pada basis perjuangan yaitu di sekolah dan Ponpes.

 Mengembalikan Corp Brigade Pembangunan sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepencintaalaman di sekolah-sekolah)

Fase ketiga merupakan Implementasi dari isi deklarasi Makasar tahun 2000. Tepatnya pada Kongres XIV IPNU di Sukolilo Surabaya 18-21 Juni 2003 IPNU kembali ke habitatnya. Mengembalikan IPNU ke basis pelajar dan santri merupakan salah satu bentuk pembenahan diri untuk menata organisasi. Oleh karena itu, dengan menggarap kalangan pelajar diharapkan akan lebih cepat dan efektif dalam memberikan pemahaman terhadap konsep dan ajaran NU sehingga kan melahirkan kader-kader professional sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Tokoh pendiri IPNU

1. Tolchah Mansoer (Mahasiswa UGM) 2. Ismail Makky (Mahasiswa IAIN Kalijogo) 3. Mahbub Junaidi (Mahasiswa UI).

(17)

5. A. Ghani Farida 6. M. Uda

7. M. Sahal Makmun (Mahasiswa UI) 8. Abdurrohman Wahid (Jawa Timur) 9. Ilyas Ru’at (Jawa Barat).

Sifat IPNU  Keterpelajran  Kekeluargaan  Kekaderan  Kemasyarakatan  Keagamaan Fungsi IPNU

1. Wadah berhimpun untuk melanjutkan semangat dan nilai-nilai nahdliyah. 2. Wadah komunikasi untuk menggalang ukhuwah islamiyah.

3. Wadah aktualisasi dalam pelaksanaan dan pengembangan syari’at islam. 4. Wadah kaderisasi untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.

Lima pedoman yang harus diperhatikan dalam pengembangan IPNU (Mabadi Al-Khomsah)

1. Ash-Shidqu : Jujur/keberanian, kesungguhan dan keterbukaan. 2. Al-Amanah : Dapat dipercaya, setia dan tepat janji.

3. Al-Adalah : Adil.

4. Ta’awun : Tolong menolong, setia kawan dan gotong royong. 5. Istiqomah : Tetap, berkesinambungan dan berkelanjutan. Visi IPNU

Terwujudnya pelajar yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlakul Karimah, menguasai IPTEK, memiliki kesadaran dan tanggungjawab terhadap tatanan masyarakat yang berkeadilan dan demokratis atas dasar ajaan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Misi IPNU

Pembinaan dan pemberdayaan terhadap pelajar dan santri serta mempengaruhi pihak-pihak terkait dengan pembinaan dan pemberdayaan para pelajar dan santri putra.

(18)

Anggota IPNU adalah para pelajar, santri dan remaja putri yang telah berumur 13 s/d 30 tahun.

Jenjang Pengkaderan

a. Masa Kesetiaan Anggota ( MAKESTA )

b. Latihan Kader Muda ( LAKMUD )

c. Latihan Kader Madya ( LAKMAD )

d. Latihan Kader Utama ( LAKUT )

Jenjang Kepengurusan IPNU

1. Tingkat Nasional disingkat PP (Pempinan Pusat), Katua Umum Khoirul Anam dari Makasar.

2. Tingkat Provinsi Jawa Tengah disingat PW (Pimpinan Wilayah), dengan Ketua Muhaimin dari Wonosobo.

3. Tingkat Kabupaten disingkat PC (Pimpinan Cabang) dengan Ketua Abraham Usman dari Karangdadap.

4. Tingkat Kecamatan disingkat PAC (Pimpinan Anak Cabang) 5. Tingkat Desa disingkat PR (Pimpinan Ranting).

6. Tingkat sekolah disingkat PK (Pimpinan Komisariat).

Tokoh-tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPPNU adalah:

1. Rekan Tolchah Mansoer 1954-1960

2. Rekan Ismail Makky 1960-1963

3. Rekan Asnawi Latief 1963-1970

4. Rekan Tosari Wijaya 1976-1981

5. Rekan Ahsin Zaidy 1981-1988

6. Rekan Zainut Tauhid 1988-1996

7. Rekan Hilmy Muhammadiyah

1996-2000

8. Rekan Abdullah Azwar Anas

2000-2003

9. Rekan Mujtahidur Ridho

2003-2006

10. Rekan Idy Muzayyad 2006-2009

11. Rekan Achmad Syauqi 2009-2012

12. Rekan Khoirul Anam 2012-2015

Lambang IPNU

(19)

a. Warna hijau : subur, warna kuning : hikmah yang tinggi, warna putih : suci, warna kuning di antara putih : hikmah dan cita-cita yang tinggi

b. Bentuk bulat : kontinyu, terus menerus

c. Titik tiga di antara kata I.P.N.U : Iman , Islam, Ihsan d. Enam strip mengapit huruf IPNU : rukun Iman e. Bintang : ketinggian cita-cita

f. Sembilan bintang : lambang keluarga Nahdlatul Ulama, yaitu :

1) Lima bintang di atas yang satu besar di tengah : Nabi Muhammad, yang empat kanan kiri : Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

2) Empat bintang di bawah : madzhab empat ,: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali

g. Dua kitab : AL Qur’an dan Al Hadits

h. Bulu : lambang ilmu, dua bulu angsa bersilang : sintesa antara ilmu umum dan ilmu agama

(20)

Ke IPPNU an LATAR BELAKANG KELAHIRAN IPPNU

Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini NU beserta banomnya seperti Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Anshor, IPNU dan banom NU lainnya membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur. Selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang dinamakan IPNU putri.

Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan secara alot. Semula direncanakan secara adminiftratif hanya menjadi departemen didalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah yaitu (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) melakukuan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapahari tersebut telah membuat keputusan sebagai berikut :

1. Tanggal 28 Februari - 5 Maret 1955 terbentuknya IPNU Putri di Malang.

2. Pembentukan Organisasi Putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dengan IPNU.

3. Tanggal 2 Maret 1955 M / 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.

4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama SYAMSIYAH MUTHOLIB.

5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.

6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi dan pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).

(21)

Sejalan dengan adanya kongres dari beberapa zaman (Kemerdekaan, Orla, Orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPPNU dari masa ke masa antara lain :

1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta.

2. Tanggal 1-4 Januari 1957b padaMuktamar NU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU.

3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan keorganisasian, kemahasiswaan, pendidikann islam serta bahasa arab.

4. Tahun 1964 dilaksanakan konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan menghasilkan Doktrin Pekalongan dan mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan.

5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam kongres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon kepada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom.

6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang.

7. Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus utuk organisasi ekstra pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka pada kongres IX IPPNU di Jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganny IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI NAHDLATULM ULAMA.

8. Bulan Oktober 1990 pada konbes IPPNU di Lampung, menghasilkan citra diri dan memantapkan PPOA IPPNU.

9. Pada kongres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH Lasem Jawa Tengah, telah menguatkan indenpendensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.

10. Tanggal 10-14 Juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah Garut Jabar mengadakan kongres XI IPPNU, yang menekankan yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda yang lain. 11. Konbes bulan September 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang sangat menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggunakan nama NU.

12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan kongresb XII IPPNU di Makasar Ujung Panjang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis kepelajaran dan wacana gender.

(22)

13. Tanggal 18- 23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji Sukolilo Surabaya mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

14. Juli 2006 kongres XIV IPPNU ponpes Darunnajah Jakarta.

15. Tanggal 19-23 Juni kongres XV IPPNU di ponpes Al Hikmah Brebes Jawa Tengah mempertahankan misi kepelajaran IPPNU.

Tokoh-tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPPNU adalah: 1. Rekanita Umroh Mahfudhoh (Gresik Jatim. 1955-1956)

2. Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1956-1958) 3. Rekanita Basyiroh Soimuri (Solo Jateng. 1958-1960)

4. Rekaniata Mahmudah Nachrowi (Malang Jatim. 1960-1963) 5. Rekanita Farida Mawardi (Surakarta. 1963-1966)

6. Rekanita Mahsanah Asnawi (Rembang. 1966-1970)

7. Rekanita Ratu Ida Mawaddah (Serang Banten. 1970-1976) 8. Rekanita Misnar Ma’ruf (Padang Sumbar. 1976-1981) 9. Rekanita Titin Asiyah (Jakarta. 1981-1988)

10. Rekanita Ulfah Masfufah (Jatim. 1988-1991;1991-1996) 11. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996-2000) 12. Rekanita Ratu Diah Hatifah (Banten. 2000-2003) 13. Rekanita Siti Soraya Devi (Cirebon. 2003-2006) 14. Rekanita Wafa Patria Ummah (Jatim. 2006-2009)

15. Rekanita Margareth Aliyatul Maemunah ( Jatim, 2009-2012) 16. Rekanita Farida Faricha (Jateng, 2012-2015)

LAMBANG IPPNU

Arti lambang

a. Warna hijau : kebesaran, kesuburan serta dinamis b. Warna putih : kesucian, kejernihan, serta keberhasilan c. Warna kuning : hikmah yang tinggi / kejayaan

d. Segitiga : Iman, Islam, dan Ihsan

e. Dua buah garis mengapit warna kuning : dua kalimat syahadat

f. Sembilan bintang : keluarga Nahdlatul Ulama yang diartikan :

1) Empat bintang besar paling atas : Nabi Muhammad SAW, empat bintang di sebelah kanan : empat sahabat Nabi ( Abu Bakar, Umar. Usman, dan Ali )

2) Empat bintang di sebelah kiri : empat madzhab yang diikuti ( Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali )

g. Dua kitab : Al Qur’an dan Al Hadits

(23)

i. Dua bunga melati : perempuan dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umumdan agama

j. Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U : rukun Islam TUJUAN IPPNU

Tujuan IPPNU Adalah kesempurnaan kepribadian bagi pelajar putri Indonesia sehingga akan terbentuk pelajar putri Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah Waljama’ah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

AZAS

IPPNU berakidah Islam yang berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah dengan mengikuti salah satu madzhab : Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Adapun azaznya adalah Pancasila.

KEANGGOTAAN

Anggota IPPNU adalah para pelajar, santri dan remaja putri yang telah berumur 12 s/d 30 tahun.

JENJANG PENGKADERAN

a. Masa Kesetiaan Anggota ( MAKESTA ) b. Latihan Kader Muda ( LAKMUD ) c. Latihan Kader Madya ( LAKMAD ) d. Latihan Kader Utama ( LAKUT ) STRUKTUR ORGANISASI

a. Pimpinan Pusat ( PP ), berkedudukan di Ibu Kota Negara b. Pimpinan Wilayah ( PW ), berkedudukan di tingkat Propinsi c. Pimpinan Cabang ( PC ), berkedudukan di tingkat Kota /

Kabupaten

d. Pimpinan Anak Cabang ( PAC ), berkedudukan di tingkat kecamatan

(24)

e. Pimpinan Ranting ( PR ), berkedudukan di tingkat Kelurahan / Desa

f. Pimpinan Komisariat ( PK ), berkedudukan di Pondok Pesantren atau di setiap sekolah / madrasah di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan di tingkat Perguruan Tinggi

HUBUNGAN IPNU-IPPNU DAN ORMAS LAIN

Kaitan IPNU- IPPNU dan NU, bahwa IPNU dan IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil MuktamarNU Lirboyo Jawa Timur yang mana bahwa IPNU dan IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain.

Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU dan IPPNU dengan ormas lain, bahwa IPNU dan IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).

(25)

MANAJEMEN ORGANISASI

(Sebuah Aktualisasi Diri Dalam Bermasyarakat) Pengertian organisasi:

Dalam arti statis :

Organisasi adalah wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam arti dinamis :

Organisasi adalah sebuah sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Penyakit-penyakit organisasi

1. Tujuan telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci 2. Pembagian tugas tidak adil, merata, tuntas dan jelas

3. Anggota semata-mata bekerja sesuai dg tugasnya tanpa kerjasama antar divisi/bidang atau departemen.

4. Perasaan bahwa bidang/divisi/departemennya yang paling penting 5. Tidak seimbangnya tanggung jawab dengan wewenangnya

6. Terlalu banyak anggota/bawahan hingga sulit diawasi.

7. Bawahan diberi satu tugas dari atasan yg berbeda dg perintah yg berbeda Prinsip-prinsip organisasi

Menurut Max Weber:

1. Pembagian tugas & kerja 2. Kesatuan pengarahan 3. Sentralisasi

4. Jenjang organisasi Menurut Fayol:

1. Kegiatan berbasis skill/kemampuan yang dimiliki SDM 2. Keseuaian tugas dg kebijakan, prosedur dan peraturan 3. Tanggung jawab tugas

4. Decision making/Pembuatan Keputusan dibuat secara formal, tdk subyektifitas pribadi

5. Tugas berdasar sistem kecakapan. Fungsi Dan Tujuan Organisasi

(26)

1. Agar tujuan tercapai dg efektif keterlibatan anggota dalam perumusan tujuan organisasi

2. Terdapat pembagian tugas dalam perumusan tujuanTujuan bidang/divisi tdk boleh bertentangan dg tujuan umum organisasi.

3. Tujuan harus serealistis mungkin : sesuai dg kondisi organisasi. 4. Kejelasan batasan yg hendak dicapai dari tujuan.

5. Melakukan antisipasi jika tujuan tdk tercapai, dan leader melakukan koreksi/evaluasi dalam organisasi

Pembagian Tugas Dan Pekerjaan Memiliki Pedoman :

1. Tujuan harus dijabarkan dalam tugas-tugas pokok 2. Tugas pokok dijabarkan dalam fungsi

3. Fungsi diikuti dengan kegiatan

4. Tiap koordinator departemen/kabid diberi daftar tugas yg harus dijalankan 6. Meski tugas bervariasi, namun antar divisi/bidang/departemen saling berkaitan 7. Penempatan posisi orang harus sesuai dg keahlian, kecakapan & kemampuan

(the right man in the right place)

8. Beban tugas disusun semerata mungkin

9. Pengukuran jumlah anggota secara kuantitatif/ kualitatif dan berkala

10. Penentuan anggota/ketua/koordinator bidang/divisi harus mempertimbangkan aspek pendidikan dan kemampuannya.

Wewenang & tanggung jawab organisasi

Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian otoritasi seorang pemimpin organisasi kepada anggota bawahannya secara structural yang secara jelas terjabarkan dalam fungsi dan tugas serta tanggungjawab untuk menjalankan tugasnya.

Pedoman pelimpahan wewenang

1. Batas wewenang, tugas dan tanggung jawab harus JELAS 2. Memperhatikan pendapat calon penerima wewenang

3. Keyakinan penerima wewenang dapat menjalankan dengan baik 4. Pemberi otoritas tetap melakukan pengawasan

(27)

PERENCANAAN DALAM ORGANISASI Pengertian PLANNING

Fungsi manajemen yg berkaitan dg pemilihan alternatif pencapaian tujuan, pelaksanaan kebijakan, prosedur dan program organisasi.

Hakekat PLANNING

1. Planning = proses berkesinambungan

2. Planning = melibatkan semua elemen organisasi 3. Planning = disusun secara bertingkat

4. Planning = kegiatan dimasa mendatang

5. Planning = jawaban dr keadaan organisasi tertentu Macam-macam perencanaan

Berdasarkan Wujud

Perencanaan fisik berkaitan dg fasilitas fisik Perencanaan jangka pendek antara 1 – 2 tahun Berdasarkan Waktu

Perencanaan non fisik perencanaan menyeluruh tapi tidak berkaitan dengan yang fisik

Perencanaan jangka menengah antara 2 – 10 tahun Perencanaan umum-kombinasi

Kombinasi antara unsur fisik dan non fisik

Perencanaan jangka panjangUntuk 10 tahun ke atas Prinsip-prinsip perencanaan :

☺ Prinsip Kontribusi sasaran

☺ Prinsip sehat dan teraturnya organisasi

☺ Prinsip faktor pembatas

☺ Prinsip keterikatan organisasi

☺ Prinsip perencanaan yang terkoordinasi

☺ Prinsip penggunaan waktu

☺ Prinsip efisiensi

☺ Prinsip keluwesan

☺ Prinsip perubahan situasi dan kondisi secara terkendali

(28)

Setidaknya bagi seorang kader organisasi harus memahami analisa SWOT yang dikemukakan oleh William N. Dunn yaitu :

Munculnya SWOT karena :

1. Individu/kelompok/organisasi 2. lingkungan (internal & eksternal) Analisa SWOT perencanaan/ pemecahan masalah

SWOT awalnya muncul sebagai instrumen bagi organisasi profit menyusun perencanaan & penyelesaian problemnya. SWOT memiliki corak analisis 3-1-5

Artinya : analisis saat ini (1) mengumpulkan data 3 tahun yang lalu (3) untuk menemukan strategi bagi 5 tahun kedepan (5)

SWOT = (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Strength (kekuatan) sumberdaya, keterampilan atau keunggulan khas atas orang/ organisasi lain.

Weakness (kelemahan) keterbatasan ataukekurangan sumberdaya, keterampilan, kapabilitasyg menghambat.

Opportunity (peluang) situasi penting ygmenguntungkan.Threat (tantangan) situasi penting yg tidak menguntungkan.

(29)

KEPEMIMPINAN 1. Pengertian

Adalah suatu sikap tertentu atau keahlian khusus mengenai hubungan interpersonal (antar individu) untuk mengelola, memberdayakan dan mengarahkann seluruh komponen serta sumber daya organisasi menuju pada tujuan atau cita-cita bersama yang diinginkan. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan suatu proses dan seni dalam berhubungan dengan sesama manusia. Kepemimpinan dapat kita jumpai dalam kehidupan seehari-hari seperti, kepemimpinan dalam rumah tangga, di dalam kelas, lingkungan masyarakat, partai politik, organisasi masa, dll.

2. Tugas dan Fungsi Pemimpin 1. Perencana 2. Organisator 3. Koordinator 4. Dinamisator 5. Motivator 6. Supervisor 7. Pengambil Keputusan 8. Penanggungjawab 3. Jenis Kepemimpinan

1. Kepemimpinan Struktural (Formal)

Contoh : Presiden, Lurah, Kepala Sekolah, Pratama, dll. 2. Kepemimpinan Kultural

Contoh : Ulama, Ketua Adat, Pemimpin Genk, Korlap Demo, Juru Kampanye, dll.

4. Aspek Kepemimpinan dalam Organisasi 1. Aspek Internal

Kemampuan pemimpin dalam memahami kondisi organisassi secara utuh dan menyeluruh (komprehenshif). Meliputi antara lain :

- Memahami tujuan organisasi

- Memahami struktur/mekanisme kerja organisasi - Memahami peraturan organisasi

- Mampu memetakan dan menyelesaikan konflik dan persoalan secara sistematis

- Mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan memberikan motivasi pada anggotanya.

2. Aspek Eksternal

(30)

kepentingan semua basis pendukungnya, masyarakat, anggota, stake holder, relasi maupun jaringan yang secara langsung maupun tidak langsung

terpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin harus mempunyai kecakapan dan kemampuan:

a. Komunikasi, lobi dan diplomasi yang baik dengan pihak-pihak pendukung (stake holder).

b. Komunikasi massa, komunikasi publik dan komunikasi media yang baik.

c. Mobilitas atau daya jelajah yang baik dengan wilayah kerjanya. 5. Tipe Kepemimpinan

1.Tipe Otokratis

Tipe kepemimpinan dengan kekuasaan tak terbatas/absolut, Contoh : Kerajaan (monarkhi absolut), rezim militer (misal : Rezim Nazi Hitler). 2.Tipe Oligarkis

Tipe kepemimpinan persekutuan/koalisi para pemimpin. Misal : Pemerintah Triumphirat pada zaman Romawi terdiri dari Oktavianus, Marc Anthony dan Brutus.

3.Tipe Aristokratis

Tipe kepemimpinan yang berorientasi pada golongan profesional. Misal : politikus, teknokrat, akademisi, pengusaha, dll.

4.Tipe Demokratis

Tipe kepemimpinan berdasarkan pada mekanisme dan partisipasi rakyat atau anggota.

5.Tipe Paternalis

Tipe kepemimpinan yang bersifat kharismatis.Biasanya dijumpai pada model kepemimipinan kultural. Misal : Pemuka Agama, Ketua Adat, Pemimipin Organisasi masa, dll.

6. Sifat Pemimpin menurut Islam

Sifat pemimipin menurut Islam minimal memenuhi empat kriteria sebagai berikut :

1. Amanah (Dapat Dipercaya) 2. Tabligh (Komunikatif) 3. Fathonah (Berintelektual) 4. Sidiq (Benar/ Jujur).

Dalam kepemimpinan dikenal beberapa tipologi diantaranya, pertama tipe Otoriter, pemimpin demikian memiliki karakteristik sesuai dengan kemauannya, memaksakan kehendak, bertindak represif, tidak menerima pendapat orang

(31)

lain, anti kritik dan baginya seolah semua adalah miliknya. Kedua tipe yang memberikan kebebasan yang sangat luas kepada anggotanya. Kebebasan yang kadang terlalu berlebihan sehingga hampir saja pemimpin demikian tidak memiliki inisiatif untuk mencapai kemajuan. Akibatnya timbul persaingan tidak sehat antar anggota karena lemahnya pemimpin mereka. Ketiga adalah tipe demokratis dimana pemimpin memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan gagasan-gagasan dinamis dan bertindak bijaksana dalam memecahkan persolan yang dihadapi.

Pemimpin yang demokratis akan bertindak sebagai manager yang mengelola semua potensi sesuai dengan konsep organisasi wajar. Dalam PRAMUKA dan OSIS pemimpin hendaknya juga menjadi manajer untuk mengelola organisasi termasuk didalam mengelola konflik yang terjadi dalam tubuh organisasi agar tidak menjurus pada persolan yang membawa mufsadat/negative.

Organisasi yang eksistensinya berada dalam ruang public biasanya memiliki sifat dinamis. Sifat demikian bisa menjadi positif dan kadangkala timbul persoalan negative. Dalam percaturan demikian organisasi yang dinamis dengan nuansa positif menjadi sebuah kekuatan/power yang menjadi spirit organisasi untuk maju dan berkembang. Biasanya organisasi demikian kiprahnya ditengah public/masyarakat benar-benar dirasakan manfaatnya. Organisasi ini dipenuhi oleh ide-ide/gagasan, konsep yang bervariasi dari anggotanya sehingga menjadi kekayaan intelektual dan bersama-sama diimplementasikan dalam karya nyata.

Namun proses dinamis yang berlebihan kadangkala menjadi mufsadat apabila justru dipenuhi konflik internal karena masing-masing mempunyai unsur emosional. Kerap terjadi problem ini melanda organisasi yang berbasis pemuda karena kondisi mereka yang masih labil dan dipenuhi oleh gejolak emosional, sehingga rawan memunculkan konflik. Konflik akan memunculkan persaingan yang tidak sehat dan berakibat terjadi perseteruan internal. Menurut Hammer dan Hogan dalam bukunya How To Manage Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud konflik adalah segala macam bentuk petikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antar individu, antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok yang bersifat antagonis. Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa kepentinganya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik dibiarkan maka akan menghancurkan kemajuan organisasi, namun juga dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik.

(32)

2. Anggota organisasi menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut diselesaikan,

3. Anggota saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang sebenarnya, selalu beroperasi dan tidak mau kompromi,

4. Anggota saling menyerang langsung kepribadinya. Konflik akan bertambah merebak apabila :

a. Tindakan bermusuhan;

 Anggota organisasi memasuki permainan kalah menang

 Mereka lebih senang memenangkan kemenangkan pribadi dari pada pemecahan masalah

b. Memegang posisinya dengan kuat

 Anggota tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan mereka memegang teguh posisinya, mempersempit komunikasi dan membatasi keterlibatannya satu sama lain.

c. Keterlibatan emosional

 Anggota mempertahankan posisinya secara emosional. Agar konflik tidak berlarut larut maka perlu adanya pemecahan

masalah/problem solving sehinga organisasi dapat berjalan dengan baik. Langkah –langkah penyelesaian menurut Richart Y.Cang adalah :

1. Mengakui adanya konflik

2. Mengidentifikasi konflik secara sebenarnya 3. Dengar semua pendapat

4. Bersama-sama mencari cara untuk menyelesaikan konflik

5. Mendapatkan kesepakatan dan tanggungjawab untuk menemukan solusinya

6. Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.

Dalam menanggapi konflik biasanya mempunyai respon yang berbeda-beda. Menurut Robert B. Maddux mengklasifikasikan kedalam 5 gaya respon yaitu ;

1. Menghindar

Cirinya : tidak mau konfrontasi, mengabaikan atau melewatkan pokok permasalahan,menyangkal bahwa hal tersebut merupakan masalah. Alasan penyesuian : perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu besar untuk diselesaikan. Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya hubungan atau menciptakan masalah yang lebih kompleks. 2. Mengokomodasi

Cirinya : bersikap menyetujui, tidak agresif, kooperatif bahkan, dengan mengorbankan keinginan pribadi.

(33)

merusak hubungan dan menimbulkan ketidakselarasan secara keseluruhan.

3. Menang/kalah

Cirinya : konfrontatif, menutut dan agresif. Harus menang dengan cara apapun.

Alasan penyesuaian : yang kuat menang, harus membuktikan suprioritas,paling benar secara etis dan profesi.

4. Kompromi

Cirinya : mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta memelihara hubungan baik. Agresif namun kompromi.

Alasan penyesuaian : tidaka ada ide perorangan yang sempurna seharusnya ada lebih satu cara yang baik dalam melakukan sesuatu anda harus berkorban untuk dapat menerima.

5. Penyelesaian masalah ( Kolaborasi win-win solution)

Cirinya : kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting.

Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung. Tegas dan kooperatif.

Alasan penyesuaian : ketika pihak-pihak yang terlibat mau

membicarakan secara terbuka pokok permasalahan, solusi yang saling menguntungkan dapat ditemukan tanpa pihakpun dirugikan.

Pemimpin dan pengurus serta anggota dalam oraganisasi dapat menciptakan komunikasi respektif untuk membangun suasana organisasi yang saling

mendukung dan berjalan dinamis. Maka pemimpin perlu memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi respektif, karena banyak program dan kegiatan sering tidak dapat berjalan atau respon positif bahkan reaksi yang negative dari sesama pengurus dan anggota, karena komunikasi yang kurang baik.

Prinsisp-prinsip komunikasi respektif tersebut adalah :

1. Positive thinking ( berprasangka positif). Lebih baik menguraikan atau mendiskripsikan keadaan yang apa adanya daripada mengevaluasi berita atau pesan untuk mencari-cari kelemahan orang lain. Memberi informasi dan bertanya tentang informasi lebih baik daripada sekedar menghargai atau memuji, memberikan pendapat, atau menyatakan secara tidak langsung bahwa penerima seharusnya tidak merubah pesan.

2. Solution oriented (beroreintasi pada solusi) beroreintasi pada pemecahan masalah dengan cara berkolaborasi dalam menggali masalah bersama yang dihadapi jauh lebih baik daripada mencoba mengawasi atau mengontrol pendengar atau dengan membesar-besarkan sikap dari komunikator.

(34)

melibatkan orang lain untuk memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi.

4. Emphaty. Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam

mendengarkan daripada sekedar memperlihatkan ketidakseriusan atau bersikap netral.

5. Feeling. Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih baik dari pada melebih-lebihkan apa yang disampaikan pendengan. Berikan isyarat bahwa kita masuk sebagai bagian dari hubungan, tidak hanya mendominasi hubungan timbal balik.

6. Communicate. Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba prilaku dan ide-idenya daripada sekedar mengikuti saja. Mereka tidak akan

memberikan kesan kalau mereka tahu akan jawabannya, karena mereka akan memerlukan bantuan orang lain.

Dalam perspektif doktrin Aswaja ala NU kepemimpinan selalu berpijak dengan memegang teguh konsep tasamuh (toleransi), tawasuth (jalan tengah ), ta’adul ( adil), tawazun (keseimbangan). Konsep ini bermuara pada karakteristik Jam’iyyah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang moderat dan jauh dari warna Islam garis keras. Wallahu alam bishowab.

(35)

ADMINISTRASI IPNU IPPNU

(Sebuah Aktualisasi Diri Dalam Berkhidmat)

a. ADMINISTRASI UMUM

Pengertian administrasi berasal dari bahasa Yunani ‘ad’-’minis’-’trare’Pengabdian, pelayanan atau servise. Administrasi umumnya dinisbahkan dengan tata usaha yang berarti segala bentuk pekerjaan dalam kantor meliputi tulis menulis, mengetik, korespondensi (surat menyurat), kearsipan dan sebagainya.

Pengertian Administrasi

Dalam Arti sempit : Tata usaha atau office work yang meliputi kegiatan catat mencatat, tulis menulis, mengetik, korespondensi, kearsipan dan sebagainya Dalam Arti luas : Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

IPNU IPPNU merupakan sebuah organisasi besar sehingga mutlak memerlukan administrasi untuk mencapai tujuan bersama yang ditetapkan.

(36)

Adminstrasi secara sempit mencakup :

a. Surat – menyurat

b. Pengarsipan ( penyimpanan )

c. Perencanaan kegiatan dan evaluasi

( proposal dan LPJ ) d. Pelaporan

e. Inventarisasi f. Notulensi

Administrasi secara luas mencakup : a. Organisasi b. Manajenem c. Komunikasi d. Keanggotaan e. Keuangan f. Inventarisasi g. Tata usaha h. Humas

II. ADMINISTRASI IPNU IPPNU

Dalam sebuah organisasi administrasi dan surat-menyurat memegang peranan yang sangat penting. IPNU IPPNU sebagai organisasi profesional mempunyai pedoman tersendiri dalam hal administrasi. Berikut ini beberapa pedoman administrasi IPNU IPPNU sebagaimana tertuang dalam Peraturan Organisasi dan Administrasi (POA) yang kami sesuaikan dengan poin-poin perubahan hasil RAKERNAS IPNU di Samarinda Kalimantan Timur pada tanggal 22 – 25 Agustus 2007. RAKERNAS tersebut merubah istilah POA menjadi POPA (peraturan organisasi dan pedoman administrasi). Sampai sekarang hasil RAKERNAS tersebut masih dalam tahap pencetakan oleh Pimpinan Pusat IPNU.

A. PEDOMAN SURAT MENYURAT IPNU

1.

Ukuran, warna dan jenis surat

 Ukuran kertas yang dipakai dalam surat menyurat IPNU adalah 33 X 22 cm ( ukuran folio ).

 Warna kertas putih.

 Jenis kertas HVS antara 60 – 80 gram.

 Surat diketik dengan font Arial.

2.

Kepala

surat

 Setiap surat dari PP, PW, PC, PAC dan PR / PK harus menggunakan kepala surat yang tercetak.

 Kepala surat memuat :

a. Lambang IPNU.

b. Tingkat kepengurusan organisasi. (Font Garamond)

(37)

e. Alamat sekretariat lengkap (Font Times New Roman Italic/miring).

 Kepala surat dicetak dengan dasar putih dan huruf warna hitam, kecuali tulisan IPNU, dicetak dengan warna hijau.

 Tulisan kepala surat tercetak disebelah kanan lambang semua ( kecuali alamat sekretariat ) dan dengan posisi simetris dan bergaris bawah atau format indonesia baru.

3.

Nomor

, lampiran dan hal surat

 Nomor surat terdiri dari 7 ( tujuh ) kolom, masing – masing dipisah dengan garis miring sebagai berikut : a/b/c/d/e/f/g

a. Nomor urut surat keluar pada buku agenda. b. Kode tingkat kepengurusan, dengan ketentuan :

b.1. Untuk surat-surat yang bersifat keputusan memakai kode : KPP untuk Pimpinan Pusat, KPW untuk Pimpinan Wilayah, KPC untuk Pimpinan Cabang, KPAC untuk Pimpinan Anak Cabang, KPR/KPK untuk Pimpinan Ranting/Pimpinan Komisariat.

b.2. Selain surat-surat yang bersifat keputusan memakai kode PP, PW, PC, PAC, PR/PK, masing – masing dipergunakan sebagaimana ketentuan surat yang bersifat keputusan. c. Kode indeks surat, dengan ketentuan sebagai berikut :

c.1. Kode indeks umum :

A. Surat untuk lingkungan internal IPNU B. Surat untuk lingkungan eksternal IPNU

C. Surat untuk NU, banom lain, lembaga atau lajnah di lingkungan NU

c.2. Kode indeks keputusan :

SK : Surat Keputusan SP : Surat Pengesahan

SR : Surat Rekomendasi

Sp : Surat Pengangkatan / pemberhentian SM : Surat Mandat

Spt : Surat Pengantar

PPP : Peraturan Pimpinan Pusat PPW : Peraturan Pimpinan Wilayah PPC : Peraturan Pimpinan Cabang IPP : Instruksi Pimpinan Pusat IPW : Instruksi Pimpinan Wilayah IPC : Instruksi Pimpinan Cabang SPP : Siaran Pimpinan Pusat SPW : Siaran Pimpinan Wilayah

(38)

romawi.

e. Dua angka terakhir tahun kelahiran IPNU : 73 ( 1373 ) H dan 54 ( 1954 ) H.

f. Bulan pembuatan surat dengan angka romawi. g. Dua angka terakhir tahun pembuatan surat.

 Lampiran disingkat lamp : diisi apabila pada surat itu disertakan surat – surat lain.

h. Jumlah lampiran cukup disebut dengan angka.

i. Angka tersebut menunjukkan beberapa macam lampiran bukan berapa jumlah lembar halaman.

j. Bila jumlah halaman ingin disebutkan, maka ditambah angka di dalam kurung.

 Hal : diisi dengan initi persoalan surat secara singkat dan mudah dimengerti, ditulis dengan dengan huruf besar tanpa garis bawah dan tidak diakhiri dengan tanda titik.

 Untuk nomor surat kepanitiaan tertentu yang dibuat olah tingkat kepengurusan, pengaturannya disesuaikan dengan tingkat kepengurusan.

4.

Alamat surat

 Alamat adalah kepada siapa surat itu ditujukan dan harus ditulis dengan lengkap dan jelas, kecuali surat – surat yang bersifat masal.

 Alamat surat yang bersifat massal, jika diperlukan dapat disebutkan pada lampiran berikutnya.

 Penulisan alamat cukup mempergunakan kata yang sopan.

a. Bila surat dikirim menggunakan amplop, penulisan alamat surat adalah Yang terhormat atau disingkat Yth dengan diakhiri tanda titik dua.

b. Bila surat dikirim tanpa memakai amplop, maka penulisannya adalah Kepada yang terhormat atau disingkat Kepada yth dengan diakhiri tanda titik dua.

 Pengetikan tujuan / alamat adalah tiga spasi di bawah hal surat

Misal :

Di bawah kepala surat, berturut- turut dicantumkan : Nomor : 001 / PC/ A / XV / 7354 / VI / 10

Lamp : 2 ( 6 ) artinya lampiran dua macam, jumlah lembarannya enam macam

(39)

5.

Pembuka dan penutup surat

 Kalimat pembuka surat-surat IPNU adalah

Assalamu’alaikum Wr. Wb., dan dibawahnya

Bismillahirrahmanirrahim dengan diberi garis bawah diantara kedua kalimat tersebut.

Contoh :

Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirahim

 Kalimat penutup untuk surat-surat IPNU adalah Wallahulmuwafiq ila aqwamithariq, dan di bawahnya Wassalamu’alaikum Wr.Wb., dengan diberi garis diantara kedua kalimat tersebut.

Contoh :

Wallahulmuwafiq ila aqwamitthariq Wassalamu’alaikum Wr. Wb

 Kata pembuka dan penutup untuk dipakai pada setiap surat IPNU, kecuali pada surat keputusan tanpa menggunakan salam.

 Kata pembuka dan penutup terletak digaris tepi sebelah kiri.

6. Isi surat

 Isi surat adalah uraian daripada isi / pokok hal surat

 Isi surat agar dijaga tetap hormat dan sopan tidak berlebihan

 Isi surat menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti serta tidak meragukan dari isi dan bobot surat.

 Bila memakai singkatan kata-kata, hendaknya yang lazim dipakai umum

7. Tanggal surat

 Setiap penutup surat, dibagian bawah sebelah kanan ditulis tanggal pembuatan surat

 Tanggal surat harus disesuaikan dengan tempat / kedudukan organisasi

 Selain tanggal pembuatan, surat – surat IPNU memuat bulan dan tahun hijriah dan masehi.

 Letak kalender hijriah dibagian atas, sedang dibagian bawahnya kalender masehi, dengan dipisah garis.

Referensi

Dokumen terkait

16 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga, Departemen Pendidikan Nasional, (Balai Pustaka, 2002), hal.. dan strategi, metode, peran yang dilakukan oleh ketua IPNU-IPPNU

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Generasi Emas 100 Tahun Indonesia Merdeka Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

1. Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya

kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, dan mengajarkan santri untuk hidup sederhana dan menyucikan