• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Bank, manajemen telah melakukan pertimbangan profesional dan estimasi dalam menentukan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan. Beberapa pertimbangan profesional dan estimasi yang signifikan adalah sebagai berikut:

In the process of applying the Bank‟s accounting

policies, management has exercised professional judgment and estimates in determining the amounts recognized in the financial statements. The several significant uses of the professional judgment and estimates are as follows:

Usaha yang berkelanjutan

Manajemen Bank telah melakukan penilaian atas kemampuan Bank untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan berkeyakinan bahwa Bank memiliki sumber daya untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Selain itu, manajemen tidak mengetahui adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan Bank untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, laporan keuangan telah disusun atas dasar usaha yang berkelanjutan.

Going concern

The Bank‟s management has made an assessment of the Bank‟s ability to continue as a going concern

and is satisfied that the Bank has the resources to continue in business for the foreseeable future. Furthermore, the management is not aware of any material uncertainties that may cast significant doubt

upon the Bank‟s ability to continue as a going

concern. Therefore, the financial statements continue to be prepared on the going concern basis.

keuangan yang tercatat pada laporan posisi keuangan tidak tersedia di pasar aktif, nilainya ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian termasuk penggunaan model matematika. Masukan (input) untuk model ini berasal dari data pasar yang bisa diamati sepanjang data tersebut tersedia. Bila data pasar yang bisa diamati tersebut tidak tersedia, pertimbangan manajemen diperlukan untuk menentukan nilai wajar. Pertimbangan manajemen tersebut mencakup pertimbangan likuiditas dan masukan model seperti volatilitas untuk transaksi derivatif yang berjangka waktu panjang dan tingkat diskonto, tingkat pelunasan dipercepat dan asumsi tingkat gagal bayar.

financial liabilities recorded on the statements of financial position cannot be derived from active markets, they are determined using a variety of valuation techniques that include the use of mathematical models. The inputs to these models are derived from observable market data where possible, but when observable market data are not

available, management‟s judgment is required to

establish fair values. The management‟s

judgments include considerations of liquidity and model inputs such as volatility for long-term derivatives and discount rates, early payment rates and default rate assumptions.

Mulai 1 Januari 2012, dalam rangka penerapan PSAK No. 60, Bank dan entitas anak menampilkan nilai wajar atas instrumen keuangan berdasarkan hirarki nilai wajar sebagai berikut:

Starting January 1, 2012 upon the adoption of SFAS No. 60, the Bank present the fair value of financial instruments based on the following fair value hierarchy:

 Tingkat 1: dikutip dari harga pasar aktif untuk aset

atau liabilitas keuangan yang identik; 

Level 1: quoted (unadjusted) prices in active markets for identical financial assets or liabilities;

 Tingkat 2: teknik valuasi darimana seluruh input yang memiliki efek signifikan terhadap nilai wajar yang diakui dapat diobservasi baik secara langsung atau tidak langsung; dan

Level 2: valuation techniques for which all inputs which have a significant effect on the recorded fair value are observable either directly or indirectly; and

 Tingkat 3: teknik valuasi darimana seluruh input yang memiliki efek signifikan terhadap nilai wajar yang diakui tidak dapat diobservasi dari data pasar.

Level 3: valuation techniques which use inputs that have a significant effect on the recorded fair value that are not based on observable market data.

Penurunan nilai kredit yang diberikan Impairment losses on loans and receivables

Bank menelaah pinjaman yang diberikan dan piutang yang signifikan secara individual pada setiap tanggal laporan posisi keuangan untuk menilai apakah penurunan nilai harus dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif. Secara khusus, pertimbangan manajemen diperlukan dalam estimasi jumlah dan waktu arus kas di masa mendatang ketika menentukan kerugian penurunan nilai. Dalam estimasi arus kas tersebut, Bank melakukan penilaian atas kondisi keuangan peminjam dan nilai realisasi bersih agunan. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi dari sejumlah faktor dan hasil akhirnya mungkin berbeda, yang mengakibatkan perubahan di masa mendatang atas cadangan penurunan nilai.

The Bank reviews individually their significant loans and receivables at each statements of financial position date to assess whether an impairment loss should be recorded in the comprehensive statements of income. In particular, judgment by the management is required in the estimation of the amount and timing of future cash flows when determining the impairment losses. In estimating these cash flows, the Bank makes judgments about the borrower‟s financial situation and the net realizable value of collateral. These estimates are based on assumptions from a number of factors and actual results may differ, resulting in future changes to the allowance.

Bank juga membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai kolektif atas eksposur kredit yang dimiliki, dimana evaluasi dilakukan terhadap setiap kelompok kredit berdasarkan data kerugian historis.

The Bank also estimates collective impairment allowance for their loan portfolio, in which the evaluation are conducted for each loan segment based on historical loss experiences.

Bank melakukan penelaahan atas efek utang yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual pada setiap tanggal laporan posisi keuangan untuk menilai apakah telah terjadi penurunan nilai. Penilaian tersebut memerlukan pertimbangan yang sama seperti yang diterapkan pada penilaian secara individual atas kredit yang diberikan.

The Bank reviews their debt securities classified as available-for-sale financial assets at each statements of financial position date to assess whether they are impaired. This requires similar judgment as applied to the individual assessment of loans.

Imbalan pasca kerja Employee benefits

Penentuan liabilitas imbalan pasca kerja Bank bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah- jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat kematian. Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Bank langsung diakui dalam laba atau rugi pada saat terjadinya. Sementara Bank berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Bank dapat mempengaruhi secara material liabilitas imbalan pasca kerja dan beban imbalan pasca kerja bersih. Nilai tercatat atas liabilitas imbalan pasca kerja Bank pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp 148.101, Rp 136.392, dan Rp 122.445 Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 24.

The determination of the Bank‟s obligations and

cost for post-employment benefits liabilities is depend on its selection of certain assumptions used by the independent actuaries in calculating such amounts. Those assumptions include discount rates, annual salary increase rate, annual resignation rate, disability rate, retirement age and mortality rate. Actual results that differ from the

Bank‟s assumptions are recognized directly in

profit or loss as incurred. While the Bank believes that their assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Bank‟s actual experiences or significant changes in the

Bank‟s assumptions may materially affect their

estimated liabilities for employee benefits and net post-employment benefits expense. The carrying

amount of the Bank‟s estimated liabilities for post-

employment benefits as of December 31, 2012, June 30, 2012 and December 31, 2011 were Rp 148,101 Rp 136,392 and Rp 122,445 respectively. More detailed information is disclosed in Note 24.

Penyusutan aset tetap Depreciation of fixed assets

Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda (double-declining balance method), kecuali bangunan dengan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 4 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur secara umum diharapkan dalam industri dimana Bank menjalankan bisnisnya.

Based on double-declining balance method, except for buildings which are depreciated based on straight-line method over their estimated useful lives. Management estimates the useful lives of these fixed assets to be within 4 up to 20 years. These are common life expectancies applied in the industries where the Bank and conduct their businesses.

Perubahan tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya penyusutan masa depan mungkin direvisi. Nilai buku bersih aset tetap Bank pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 masing- masing sebesar Rp 726.714 Rp 160.335 dan Rp 161.155. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 15.

Changes in the expected level of usage and technological development could impact the economic useful lives and the residual values of these assets, and therefore future depreciation charges could be revised. The net book value of

the Bank‟s and its fixed assets as of December 31,

2012, June 30, 2012 and December 31, 2011 were Rp 726,714, Rp 160,335 and Rp 161,155. More detailed information is disclosed in Note 15.

Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal. Bank mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah terdapat tambahan pajak penghasilan badan.

Significant considerations made in determining the provision for income tax. There are certain transactions and computations end tax determination is uncertain during the normal business activities. Bank recognizes the income tax liability based on the estimated whether there is additional income tax.

Aset pajak tangguhan Deferred tax assets

Aset pajak tangguhan diakui atas jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Justifikasi manajemen diperlukan untuk menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang dapat diakui, sesuai dengan waktu yang tepat dan tingkat laba fiskal di masa mendatang sejalan dengan strategi rencana perpajakan ke depan.

Deferred tax assets are recognized for the future recoverable taxable income arising from temporary

difference. Management‟s judgment is required to

determine the amount of deferred tax assets that can be recognized, based upon the likely timing on level of future taxable profits together with future tax planning strategics.

4. KAS 4. CASH 31 Desember 2012/ December 31, 2012 30 Juni 2012/ June 2012 31 Desember 2011/ December 31, 2011 Rupiah 214.501 150.179 192.924 Rupiah

Mata uang asing Foreign Currency

Dolar Amerika Serikat 12.815 13.263 17.518 US Dollar

Yen Jepang 255 308 288 Japanese Yen

Dolar Singapura 2.635 4.403 1.263 Singapore Dollar

Dolar Australia 861 1.223 1.190 Australian Dollar

Dolar Hong Kong 117 97 - Hong Kong Dollar

Yuan China 416 573 - China Yuan

Euro Eropa 828 657 1.450 European Euro

Jumlah – Mata Uang Asing 17.927 20.524 21.709

Total - Foreign Currencies

Jumlah 232.428 170.703 214.633 Total

Saldo mata uang Rupiah termasuk uang pada mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) sejumlah Rp 6.546, Rp 4.258 dan Rp 7.289 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2012, 30 June 2012 dan 31 Desember 2011.

Balance in Rupiah including money in ATM (Automatic Teller Machine) amounted to Rp 6,546 Rp 4,258 and Rp 7,289 as of December 31, 2012, June 30, 2012 and December 31, 2011, respectively.

Rupiah 1.183.658 1.471.896 1.108.421 Rupiah

Dolar Amerika Serikat (AS$ 27.500.000, AS$ 24.750.000 dan AS$ 23.200.000, masing-masing pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011) 265.031 232.464 210.366 US Dollar (US$ 27,500,000, US$ 24,750,000 and US$ 3,200,000, respectively, on December 31, 2012, June 30, 2012 and December 31, 2011) Jumlah 1.448.689 1.704.360 1.318.787

Pada tahun 2010, BI menerbitkan PBI No. 12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM primer, GWM sekunder, dan GWM Loan to Deposit Ratio (LDR). GWM primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah dan GWM sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah. GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter disinsentif atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara KPMM Bank dan KPMM Insentif. GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 1% dari dana pihak ketiga dalam mata uang asing. PBI tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 November 2010. Pemenuhan GWM LDR mulai berlaku sejak tanggal 1 Maret 2011.

In 2010, BI issued PBI No. 12/19/PBI/2010 dated October 4, 2010 regarding Minimum Reserve Requirement (GWM) of General Banks at Bank Indonesia in Rupiah and Foreign Currency. In accordance with such regulation, Minimum Reserve Requirement in Rupiah consists of primary reserve, secondary reserve, and Loan to Deposit Ratio (LDR) reserve. The minimum primary reserve in Rupiah is designated at 8% of third party funds in Rupiah and minimum secondary reserve in Rupiah is designated at 2.5% of third party funds in Rupiah. The minimum LDR reserve in Rupiah is designated at the amount of computation between over and under disincentive parameters and the difference

between the Bank‟s LDR and LDR target by taking

into account the difference between the Capital Adequacy Ratio (CAR) and CAR incentive. The minimum primary reserve in foreign currencies is designated at 1% of third party funds in foreign currencies. The PBI is effective starting November 1, 2010. The minimum LDR reserve requirement should be complied since March 1, 2011.

Pada tahun 2011, BI menerbitkan PBI No. 13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011 tentang Perubahan atas PBI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada BI dalam Rupiah dan Valuta Asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM dalam Rupiah terdiri dari GWM primer, GWM sekunder, dan GWM Loan to Deposit Ratio (LDR). GWM primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah dan GWM sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah. GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara parameter disinsentif bawah atau parameter disinsentif atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank dan KPMM Insentif.

In 2011, BI issued PBI No. 13/10/PBI/2011 dated February 9, 2011 regarding the Amendment of PBI No. 12/19/PBI/2010 regarding Minimum Reserve Requirement of General Banks at Bank Indonesia in Rupiah and Foreign Currency. In accordance with such regulation, Minimum Reserve Requirement in Rupiah consists of primary reserve, secondary reserve, and Loan to Deposit Ratio (LDR) reserve. The minimum primary reserve in Rupiah is designated at 8% of third party funds in Rupiah and minimum secondary reserve in Rupiah is designated at 2.5% of third party funds in Rupiah. The minimum LDR reserve in Rupiah is designated at the amount of computation between over and under disincentive parameters and the difference

between the Bank‟s LDR and LDR target by taking

into account the difference between the Capital Adequacy Ratio (CAR) and CAR incentive.

Pemenuhan GWM dalam mata uang asing ini diterapkan secara bertahap, yaitu sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 5% dari dana pihak ketiga dalam mata uang asing dan sejak tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam mata uang asing.

currencies. Fulfillment of the minimum reserve in foreign currencies is gradually applied starting March 1, 2011 to May 31, 2011 at 5% of third party funds in foreign currencies and starting June 1, 2011 at 8% of third party funds in foreign currencies.

Rasio GWM Bank pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

The minimum primary reserve ratio on December 31, 2012, June 30, 2012 and December 31, 2011 are as follows: 31 Desember 2012/ December 31, 2012 30 Juni 2012/ June 30, 2012 31 Desember 2011/ December 31, 2011 Rupiah Rupiah GWM Primer 8,08% 8,49% 8,07% Primary GWM GWM Sekunder 10,93% 14,81% 12,35% Secondary GWM

Dolar Amerika Serikat 8,67% 8,16% 8,20% US Dollar

Pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012, dan 31 Desember 2011 Bank telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai GWM.

As of December 31, 2012, June 30, 2012, and December 31, 2011 the Bank has complied with Bank Indonesia regulation on the GWM.

6. GIRO PADA BANK LAIN 6. CURRENT ACCOUNTS WITH OTHER BANKS

a. Berdasarkan mata uang dan bank a. By currency and bank

31 Desember 2012/ December 31, 2012 30 Juni 2012/ June 30, 2012 31 Desember 2011/ December 31, 2011 Rupiah Rupiah

PT Bank Central Asia Tbk 15.029 8.944 7.025 PT Bank Central Asia Tbk

PT Bank Internasional

Indonesia Tbk 3.470 1.023 1.989

PT Bank Internasional

Indonesia Tbk

PT Bank CIMB Niaga Tbk 7 14 - PT Bank CIMB Niaga Tbk

Lain-lain 44 48 74 Others

18.550 10.029 9.088

Dolar Amerika Serikat US Dollar

Wachovia Bank, N.A., New

York 325.928 81.554 42.338

Wachovia Bank, N.A.,

New York

Standard Chartered Bank,

New York 27.135 67.987 10.729

Standard Chartered Bank,

New York

PT Bank Mandiri (Persero)

Tbk, Jakarta 59.600 24.953 8.560

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta

Bank of China, Jakarta 49.535 9.782 10.389 Bank of China, Jakarta

PT Bank Central Asia Tbk,

Jakarta 42.335 9.425 133.149

PT Bank Central Asia Tbk, Jakarta

Standard Chartered Bank,

Hong Kong 289 282 272

Standard Chartered Bank, Hong Kong

Citibank, N.A., New York - - 57.353 Citibank, N.A., New York

Citibank, N.A., Jakarta - - 48 Citibank, N.A., Jakarta

504.822 193.983 262.838

31 Desember 2012/ December 2012 30 Juni 2012/ June 2012 31 Desember 2011/ December 2011

Dolar Singapura Singapore Dollar

Standard Chartered Bank,

Singapura 3.240 32 2.047

Standard Chartered Bank, Singapura

United Overseas Bank Ltd.,

Singapura 93 217 74

United Overseas Bank Ltd., Singapura

3.333 249 2.121

Dolar Australia Australian Dollar

ANZ Bank, Melbourne 1941 2.968 1.191 ANZ Bank, Melbourne

Euro Eropa European Euro

Standard Chartered Bank,

Jerman 578 693 -

Standard Chartered Bank, Germany

Indover Bank, Amsterdam 345 460 457 Indover Bank, Amsterdam

Citibank, N.A., London - - 572 Citibank, N.A., London

923 1.153 1.029

Poundsterling Inggris British Poundsterling

Standard Chartered Bank,

London 555 772 300

Standard Chartered Bank, London

Yen Jepang Japanese Yen

Sumitomo Mitsui Banking

Corporation, Tokyo 200 223 169

Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Tokyo

Dolar Hong Kong Hong Kong Dollar

Standard Chartered Bank,

Hong Kong 166 215 162

Standard Chartered Bank, Hong Kong

Yuan China China Yuan

Bank of China, Jakarta 155 148 - Bank of China, Jakarta

Jumlah 530.645 209.740 276.898 Total

Penyisihan kerugian

penurunan nilai (345 ) (460 ) (457 )

Jumlah - Bersih 530.300 209.280 276.441 Total - Net

b. Perubahan penyisihan kerugian penurunan nilai

b. Movements in allowance for impairment losses 31 Desember 2012/ December 31, 2012 30 Juni 2012/ June 30, 2012 31 Desember 2011/ December 31, 2011 Rupiah Rupiah

Saldo awal - - - Balance at beginning

Dampak atas penerapan awal PSAK 50/55

(Revisi 2006) - - -

Effect of first adoption of PSAK 50/55 (Revised 2006)

Saldo akhir – Rupiah - - - Balance at end - Rupiah

Mata uang asing Foreign currency

Saldo awal 457 457 - Balance at beginning

Penyisihan periode

berjalan (Catatan 38) - - 457

Provision (reversal) during the year (Note 38)

Pemulihan periode

berjalan (147 )

Reversal during the period

Selisih kurs karena penjabaran mata uang

asing 35 3 -

Exchangedifferences from translation of

foreign currency

Saldo Akhir - Mata Uang

Asing 345 460 457

Ending Balance– Foreign Currencies

31 Desember 2012/ December 31, 2012 30 Juni 2012/ June 30, 2012 31 Desember 2011/ December 31, 2011 Rupiah 0,10% 0,10% 0,10% Rupiah

Mata uang asing 0,05% 0,05% 0,05% Foreign Currency

Pada tanggal 31 Desember 2012, 30 Juni 2012, dan 31 Desember 2011 saldo giro pada Bank Indover dikelompokkan macet dan Bank telah membentuk penyisihan kerugian nilai secara penuh.

As at December 31, 2012, June 30, 2012, and December 31, 2011 balance of current accounts at the Bank Indover Bank has grouped jammed and allowance for loss on fully.

Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai telah memadai.

Management believes that the allowance for impairment losses is adequate.

7. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN

Dokumen terkait