• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

D. Sikap Ideal Keluarga Single Parent

Bagi semua bentuk keluarga yang berorang tua tunggal ada beberapa teknik khusus yang dapat dipergunakan terhadap semua bentuk kehidupan keluarga. Menurut Baruth (1971) dalam bukunya Maurice Balson “Bagaimana menjadi orang tua yang baik” memberikan teknik khusus sebagai berikut:

1. Jujur kepada anak mengenai apa yang menyebabkan ibu menjadi orang tua tunggal. Hal ini hanya dapat dilakukan dalam situasi yang khusus. Dengan sedapat mungkin menghadirkan mantan pasangan (bagi orang tua tunggal karena bercerai) sedang untuk ibu yang suaminya meninggal berusaha untuk menunjukkan makam ayahnya, dan dalam suasana yang tenang agar anak-anak benar-benar memahami. Tidak ada gunanya memberikan peringatan yang serba menakutkan tentang bekas pasangan.

2. Bila situasinya menyangkut masalah perceraian atau talak, yakinkan anak bahwa mereka tidak memikul beban tanggung jawab apapun tentang putusnya hubungan tersebut.

3. Jujur kepada diri sendiri karena hal itu akan menunjukkan kepada anak- anak bahwa menyatakan perasaan adalah suatu hal yang baik. Setelah mereka menyatakan perasaan, tindakan yang konstruktif harus dilakukan untuk menyelesaikan situasi. Penting harus disadari bahwa rasa marah,

cemas dan takut, merupakan reaksi yang berulang kali terjadi terhadap situasi tertentu. Tetapi jika perasaan semacam itu melanda dalam waktu yang berkepanjangan, bantuan secara profesional adalah cara pemecahan yang dianjurkan.

4. Memelihara keadaan dan lingkungan yang serupa dengan keadaan keluarga yang masih utuh. Karena hal ini akan memberikan perasaan aman kepada anak-anak bahwa segala sesuatunya tidak berubah.

5. Membina keluarga menjadi suatu kehidupan yang bersuasanakan team work dengan rasa tanggung jawab bersama.

6. Dalam hal perceraian atau pisah tempat tidur, sadarilah bahwa hubungan suami istri telah selesai. Jangan memberikan harapan kepada anak-anak tentang kemungkinan rujuk.

7. Anak-anak ibu harus diyakinkan bahwa mereka akan tetap disayangi/ dicintai, diperhatikan, atau dibantu. Tak cuma sekedar ucapan di mulut tetapi ibu buktikan dalam sikap dan perilaku.

8. Ibu tidak boleh menggunakan anak-anak untuk usaha melakukan tawar menawar dengan pasangan anda, perbedaan pendirian harus diselesaikan secara pribadi antara orang tua atau ruang pengadilan.

9. Mendekatkan anak dengan kakek/nenek dan anggota keluarga lainnya, sehingga anak-anak tetap merasa memiliki keluarga luas yang utuh.

19

Ada banyak sumber nasehat dan bantuan yang akan menolong dalam mengasuh anak. Banyak organisasi sosial dan jama’ah-jama’ah yang menghimpun para orang tua tunggal. Keluarga-keluarga yang berorang tua tunggal secara kolektif merupakan bagian besar dari kehidupan masyarakat dimanapun berada. Pada awal problem yang dihadapi oleh orang tua tunggal acap kali berkaitan dengan peristiwa yang membawa status baru itu. Lama kelamaan, problem mereka menjadi makin serupa dengan keluarga yang berorang tua lengkap.9

£. Pendidikan Agama Islam bagi Anak

1. Aspek Pendidikan Agama Islam

Ibu selaku pendidik tunggal di rumah mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah dari Allah kepada orang tua yang tentu saja tidak boleh diterlantarkan begitu saja. Anak harus dididik dan dibina agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Untuk mempersiapkan anak yang berkualitas perlu disiapkan pendidikan Islam yang bertujuan. Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Nahlawy yaitu:

a. Pendidikan akal dan persiapan fikiran Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada

Allah.

b. Menumbuhkan potens?-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak. Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak asing dari tabiat asal manusia, bahkan ia adalah “fitrah yang manusia diciptakan sesuai dengannya”, tidak ada kesukaran dan perkara luar biasa.

c. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik lelaki ataupun perempuan. d. Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-

bakat manusia.10

Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam antara lain sebagai berikut :

a. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam,, dasar- dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah- akidah agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama. b. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri anak terhadap agama

termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia.

c. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa dan takut kepada Allah.11

10 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologis, Filsafat dan Pendidikan, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004, him. 52

21

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu diajarkan tiga aspek di dalam keluarga, yaitu :

a. Aqidah

Aqidah Islam memiliki enam aspek yaitu, keimanan pada Allah, pada para malaikat-Nya, pada kibat-kitab yang telah diturunkanNya, iman kepada para Rasul utusanNya, pada hari akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendakiNya, apakah itu takdir baik atau buruk. Dan seluruh aspek ini merupakan hal yang ghaib, dan manusia tidak mampu menangkapnya dengan panca indra yang dimilikinya.12

Imam Al Ghazali menjelaskan secara khusus, bagaimana menanamkan keimanan pada anak. Beliau berkata, “Langkah pertama yang bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus diawali dengan memberikan hafalan terlebih dahulu. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian memahaminya akan tumbuh dalam diri anak sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang telah diyakini sebelumnya”.13

Apabila kita mencoba mempelajari proses kehidupan Rasulullah saw dengan segala yang telah beliau ajarkan, maka akan menemukan beberapa pola dasar pembinaan akidah seperti:

12 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Al Bayan, Bandung, 1997, him. 109

1) Mendiktekan kalimat tauhid

Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw bersabda:

\ j - ^ \

4^1 4j\ ^ OjJlI

“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah. Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat Laa Ilaaha Illallah” (HR. Al Hakim)14

Hadits di atas memberikan isyarat kepada orang tua yang berperan mendidik anak agar senantiasa melatih anak-anaknya untuk selalu mengingat Allah dengan melafalkan kalimat tauhid dan membiasakan anak untuk membaca kalimat tauhid di setiap waktu dimanapun anak berada.

2) Menanamkan kecintaan, meminta pertolongan, dan pengawasan kepada Allah, serta yakin akan ketentuanNya

Setiap anak pernah merasakan sebuah persoalan dalam hidupnya. Anak akan mengekspresikan persoalan yang sedang dihadapinya dengan cara yang berbeda satu sama lain. Maka dengan cara bagaimana orang tua mampu mengatasi persoalan dari dalam jiwa anak yang begitu beragam ?

23

Islam memberikan jawabannya yang tepat, yaitu dengan menanamkan kecintaan anak pada Zat yang Maha agung dan Maha kuasa, Allah SWT. yang akan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, yang selalu mengawasi segala apa yang kita lakukan. Dan menanamkan keyakinan pada anak akan adanya takdir atau kehendak Allah berupa kebaikan atau keburukan. Inilah ajaran terpenting Rasulullah, selaku utusan Allah yang telah diberikan kepada umatnya yang tiada seorangpun mampu menciptakan ajaran semacam ini. 15

3) Menanamkan kecintaan anak pada nabi Muhammad

Kecintaan pada Rasulullah saw merupakan perwujudan bentuk persaksian umat Islam yang kedua yaitu kesaksian akan Nabi Muhammad selaku utusan Allah yang diturunkan ke muka bumi ini. Para ulama besar terdahulu dan penerusnya telah berupaya untuk mencurahkan perhatiannya pada perwujudan bentuk persaksian ini dengan perhatiannya yang cukup serius dalam menanamkan kecintaan anak pada Nabi. Sebab apabila telah tertanam dalam jiwa anak kecintaannya pada Nabi akan menambah kecintaan anak pada agama Allah.16

4) Mengajarkan Al Qur'an pada anak

Setiap orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan anak-anaknya Al Qur'an sejak kecil. Karena pengajaran Al Qur'an

15 Ibid., him. 119 16 Ibid., him. 126

memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menanamkan akidah yang kuat pada jiwa anak. Pada saat pengajaran berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka, dan Al Qur'an yang tengah anak pelajari merupakan firman-firman Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad dan disebarkan pada umat manusia, agar manusia memiliki suatu undang-undang yang akan mengantarkan manusia menuju jalan kebenaran,

b. Ibadah

Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pembinaan akidah. Karena nilai ibadah yang.didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya, atau dalam istilah lain, semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki akan semakin tinggi pula keimanannya. Maka bentuk ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata dari akidahnya.

Pendidikan dalam beribadah bagi anak terbagi dalam beberapa dasar pembinaan, yang uraiannya adalah sebagai berikut:

1) Pembinaan Shalat

Ibadah shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Tetapi tidak sedikit umat Islam yang lalai melaksanakan kewajiban ini. Karena itu dibutuhkan pembinaan ibadah pada anak-anak agar mereka rajin dan giat dalam melaksanakan ibadah sholat, bahkan bisa

25

merasakan manfaat yang bisa dipetik dari pelaksanaan ibadah sholat bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Pembinaan ibadah shalat bagi anak-anak seperti perintah melaksanakan shalat, mengajarkan tata cara ibadah shalat, perintah shalat dan sanksi jika meninggalkannya ssrta membawa anak ke masjid.17

2) Pembinaan Ibadah Puasa

Puasa merupakan ibadah ritual yang berkaitan erat dengan proses peningkatan ruh dan jasmani. Di dalam ibadah ini, anak akan diajak untuk mengenal semakin dalam makna sebenarnya dari bentuk keikhlasan di hadapan Allah. Merasakan kehadiranNya walauun tidak diketahui wujudnya yaitu dengan menaati apa yang telah diperintahkanNya untuk menahan lapar dan dahaga.18

3) Pembinaan Ibadah Haji

Ibadah haji sama dengan rukun ibadah lainnya, tidak diwajibkan sepenuhnya pada anak, melainkan sebagai sarana untuk melatih diri mereka agar terbiasa dalam melaksanakan bentuk ibadah yang memerlukan ketahanan fisik yang kuat. Dengan dilaksanakannya ibadah haji semenjak kecil, diharapkan pada saat mencapai dewasa nanti, dia akan mulai terbiasa dan tidak lagi dianggap sebagai bentuk ibadah yang berat baginya.19

17 Ibid., him. 152 18 Ibid., him. 163 19 Ibid., him. 165

4) Pembinaan Ibadah Zakat

Salah satu bentuk pembinaan ibadah lain adalah mengenalkan anak pada rukun ibadah yang terakhir yaitu mengeluarkan zakat fitrah yang merupakan bentuk kewajiban setiap muslim. Dengan mengeluarkan zakat ini, anak dikenalkan pada bentuk penyucian harta dan diri. Anak akan belajar mengenal arti tolong menolong yang merupakan kewajiban setiap manusia. Karena harta yang dikeluarkan akan disabarkan kepada mereka yang membutuhkannya.20

c. Akhlak

Khuluq dalam bahasa Arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertindak. Adapun tabiat atau perangai yang memang sudah ada pada masing-masing orang disebut watak. Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing- masing orang. Sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi.

Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak adalah pembinaan akhlak. Dan untuk mewujudkannya tidaklah mudah, karena membutuhkan keija keras serta kesabaran orang tua selaku pendidik.

20 Ibid., him. 167

WHm

27

Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan

91

perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. 1) Pembinaan budi pekerti dan sopan santun

Pentingnya penanaman budi pekerti dalam jiwa anak akan semakin jelas, bila kita telaah hadis-hadis Rasulullah saw yang menunjukkan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak.

Tirmidzi meriwayatkan dari Said bin Ash, Rasulullah saw bersabda “Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari budi pekerti yang luhur”. Oleh karena itulah Al Madani berkata “mewariskan budi pekerti yang luhur kepada anak, adalah lebih baik dari pada mewariskan harta kepadanya, karena budi pekerti yang luhur dapat memberikan harta dan kemuliaan, dan rasa cinta terhadap para saudara. Singkatnya, budi pekerti yang luhur dapat memberikan kenikmatan dunia dan akhirat”.21 22

2) Pembinaan bersikap jujur

Bersikap jujur merupakan dasar pembinaan akhlak yang sangat penting dalam ajaran Islam ini. Dan bersikap seperti ini memerlukan perjuangan yang tidak ringan, karena banyaknya godaan dari lingkungan sekitar yang membuat untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan pendidikan kejujuran ini dengan membinanya sejak anak masih sangat kecil.

21 Ibid., him. 178 22 Ib id, him. 179

Dan orang tua hendaknya bersikap jujur terlebih dahulu sebelum mendidik anak-anaknya agar anak memiliki kejujuran.

3) Pembinaan menjauhi sifat dengki

Bersihnya hati anak dari rasa iri atau dengki merupakan salah satu bentuk pembinaan yang menjadi sasaran utama orang tua terhadap anaknya. Karena dengan hilangnya sifat dengki yang ada dalam jiwanya, anak akan memiliki pribadi yang luhur dan selalu mencintai kebaikan di tengah masyarakat. Hatinya akan selalu lapang dalam menerima berbagai bentuk ujian. Dan selalu tegas dari gangguan penyakit hati orang di sekitarnya.23 24

2. Metode Pendidikan Agam*: Islam di Keluarga

Orang tua bertanggung jawab mendidik dan mempersiapkan anak. Banyak orang tua yang merasa berbahagia dan gembira ketika orang tua yang merasa berbahagia dan gembira ketika orang tua memetik hasil usaha orang tua di masa mendatang.

Orang tua akan selalu berusaha mencari metode yang lebih efektif dan mencari pedoman-pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, spiritual dan sosial sehingga anak mampu meraih kematangan berfikir.25

Metode-metode yang digunakan dalam keluarga single parent adalah sebagai berikut:

23 Ibid., him. 187 24 Ibid., him. 189

25 Abdullah Nasih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, him. 1

29

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru. Bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun spiritual.26

Sosok orang tua memberikan teladan yang sangat besar dalam diri anak. Anak akan meniru segala ucapan dan tingkah laku yang dilihat dari orang tuanya. Hendaknya orang tua memberikan keteladanan yang baik dihadapan anak-anak. Sehingga yang dilihat anak-anak adalah ucapan dan tingkah laku orang tua yang baik. Dan anak akan meniru semua tindakan dan ucapan yang baik pula.

Dari sini, jelaslah bahwa Nabi saw sangat menekankan kepada orang tua yang berkompeten di dalam dunia pendidik untuk memberikan keteladanan yang baik dalam segala segi. Sehingga sejak dini anak didik terpatri oleh kebaikan, berakhlak dan bertingkah laku berdasarkan sifat-sifat utama lagi terpuji.27

b. Pendidikan dengan kebiasaan

Anak dilahirkan atas dasar fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah. Dari sini dimulailah peran pembiasaan,

26 Ibid., him. 2 27 Ibid., him. 29

pengajaran, dan pendidikan dalam menumbuhkan dan mengiring anak ke dalam tauhid mumi, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk melakukan syariat yang lurus.

Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah

9Q

satu penunjang pokok kependidikan dan meluruskan moralnya. c. Pendidikan dengan nasehat

Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif di dalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkan anak secar amoral, psikis dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab, nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip-prinsip Islam.28 29 30

d. Pendidikan dengan pengawasan

Maksud pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam hal pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.31

Pengawasan dari orang tua terhadap perilaku keseharian anak sangat penting. Hal ini dilakukan oleh orang tua untuk mengontrol

28 Ibid., him. 45 29 Ibid., him. 65 30 Ibid, him. 65-66 31 Ibid, him. 128

31

serta mendampingi anak agar anak tidak berperilaku yang menyimpang dari kehendak orang tua.

Orang tua tentunya menginginkan anak-anaknya sopan dan baik dalam ucapan dan tindakannya. Maka dan itu diperlukan suatu metode pengawasan yang bersahabat dengan anak. Sehingga anak tidak merasa terkekang oleh sikap pengawasan yang dilakukan orang tua. e. Pendidikan dengan hukuman (sanksi)

Sanksi-sanksi yang dijalankan oleh orang tua di rumah berbeda dengan sanksi-sanksi umum. Berikut ini adalah metode yang diterapkan Islam dalam memberikan sanksi terhadap anak :

1) Memperlakukan anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang 2) Memberi sanksi kepada anak yang salah. Diantara anak-anak itu

kecerdasannya tidak sama, bagitu juga responsi dan sebagainya. Sebagian anak hanya cukup hanya dengan dipelototi dalam memperbaiki kelakuannya. Sedangkan sebagian anak yang lain butuh diberi sanksi, kadang-kadang harus diperingatkan secara keras

3) Mengatasi dengan bertahap, dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.37 32

Dokumen terkait