Perpustakaan STAIN Salatiga
imillHHHIIIIH
07TD1011113.01
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT
DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007
SKRIPSI
D ia j u k a n u n t u k M e m e n u h i K e w a j i b a n d a n M e l e n g k a p i S y a r a t
G u n a M e m p e r o l e h G e l a r S a r ja n a S tr a ta I
D a l a m I lm u T a r b iy a h
Disusun Oleh : FIRDA SOFIANI
NIM. 111 03 035
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : w vvvv. sla i n sal at i ga. ac. i d E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
D E K L A R A S I
B ism illa h irra h m a n irra h im
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 15 September 2007
Peneliti
FIRDA SOFIANI NIM. 111 03 035
Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan
seperlunya, maka skripsi Saudari:
Nama : Firda Sofiani
NIM : 111 03 035
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT
DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG
KAB. DEMAK TAHUN 2007
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dra. Hi. Lilik Srivanti. M.Si NIP. 150 245 903
SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Telp. (0298) 323706
PENGESAHAN
Skripsi saudari : FIRDA SOFIANI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 035
yang berjudul PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin,
1 Oktober 2007 yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H. Dan telah
diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam
Ilmu Tarbiyah.
Dra. Hi. Lilik Srivanti, M. Si. NIP. 150 245 903
MOTTO
5V
(J u n g fo /o S o‘J n g S T tfa c /i/o S ffla n g i/n A a /so
c7u /a? u r7' c//m a < 3 i/m /
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :
1. Jiwa-jiwa yang tulus yaitu Bapak H. Mudhofir (in memoriam) dan ibu llj.
Mahmudah yang selalu terlimpah do’a robbirhamhuma kama robbayani
shoghiro.-..
2. Kakak-kakakku : mbak Nur Aini dan Mas Muhammad Zainus Shoii yang
selalu membimbing dan memberikan motivasi.
3. Keponakan-keponakanku yang terkasih : Muhammad Unwanul Jihad, lima
Alfiani, Asif Jauhari, Ahmad Nazarudin Nafis (Si Ndut)
Ucapan Terima Kasih n Matursuwun....
Syukron katsir to Allah Azza Wajalla
Yang telah memberikan anugerah-anugerah terindah untuk memperteguh iman
dan tauhidku
Matur ruwun kagem keluarga besar P P Edi Mancoro
1. Keluarga Bapak K.H. Mahfudz Ridwan, Lc beserta ibu Hj. Nafisah yang
selalu memberikan nasihat dan fatwa-fatwa
2. Santri PP Edi Mancoro
3. Pengurus dan santriwan-santriwati “Tarbiyatul Banin wal Banat” (tidak
ada yang sia-sia di dunia ini)
4. Personel kamar A Cik Kasen, Nafis Ndut, De’ Wenny, De’ Tuthi’
5. Adik-adik di Wisma Putri: Hanik Ndut, Eka Ndut, Nafi’, Retno, Eni dll.
Thanks a lot to campus STAIN Salatiga
1. Bapak Drs. Imam Sutomo selaku ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam
3. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
4. Mahaguruku : Bapak Drs. A. Sulthoni, Ibu Muna Erawati, Bapak Muh.
Saerozi, M.A.
5. Perpustakaan STAIN Salatiga
6. Kawan-kawan LPM Dinamika dan kawan Racana Kusuma Dilaga - Woro
Srikandhi
Jihan, De’ Sofiyah dan si cantik “Peppy”
4. Sahabat-sahabati PMII Salatiga
5. Mas Yuli “Sahabat Com”
6. Buat “Aby” yang udah ngasih sepenggal cerita indah tentang “Rayhan”
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam biqouli Alhamdulillahi RabbiValamin. Hanya dengan tuntunan serta
hidayah-Nya, kami memiliki kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Uswah Hasanah
umat (Nabi Muhammad saw.), keluarga, sahabat-sahabatnya biqouli Allahumma
sholli 'alaih.
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan
skripsi ini bukanlah tugas yang mudah. Dengan berbekal kekuatan serta tekad
yang kuat dan bantuan dari semua pihak, maka terselesailah skripsi yang sangat
sederhana ini dengan judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA MORODEMAK
KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007”. Dengan rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan serta
motivasi. Kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku pembimbing yang tak pernah lelah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
3. “Belahan jiwaku” bapak H. Mudlofir (in memoriam) dan Ibu Hj. Mahmudah
yang penuh kesabaran mendidik, memotivasi serta ungkapan bait-bait do’a
yang selalu mengiringi setiap langkah hidupku.
4. Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi
Mancoro beserta ibu Hj. Nafisah
5. Kakak dan keponakan terkasih (mbak Nur Aini, Mas Shofi, De’ Jihad, De’
lima, De’ Asif Jauhari, De’ Nazar Ndut)
6. Keluarga single parent di Desa Morodemak Kec. Bonang Kab. Demak yang
telah memberikan informasi yang penulis butuhkan.
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah ikut
serta dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholih dan selalu memberi
keberkahan hidup, Amin.
“Innal insan mahallul khotho’ wan nisyam” selaku insan yang lemah
penulis menyadari bahwa karya sederhana ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif untuk kesempurnaan
skripsi ini. Hanyalah untaian do’a yang selalu penulis panjatkan. Semoga karya
sederhana ini dapat memberikan manfaat kepda kita semua. Amin ya rabbal
‘alamin.
Salatiga, September 2007
F1RDA SOFIANI NIP. I 11 03 0354
HALAMAN JU DUL... i
DEKLARASI ... ii
NOTA PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... *... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Penegasan Istilah ... 1
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Metodologi Penelitian ... 7
G. Sistematika Penulisan... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ibu sebagai Orang Tua Tunggal ... 11
B. Macam-macam Ibu sebagai Orang Tua Tunggal ... 12
t C. Peran Ibu dalam Keluarga... 15
D. Sikap Ideal Keluarga Single Parent... 17
E. Pendidikan Agama Islam bagi Anak ... 19
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 32
L Letak dan Keadaan Geografis ... 32
2. Keadaan Penduduk... 32
3. Struktur Organisasi... 35
B. Deskripsi Pendidikan Agama Islam pada Anak-anak yang Berorang Tua Tunggal... 35
BAB IV ANALISIS DATA A. Gambaran Kehidupan Masyarakat di Desa Morodemak ... 52
B. Gambaran Kehidupan Keluarga Single Parent di Desa Morodemak... 53
L Sebab-Sebab Menjadi Keluarga Single Parent... 53
2. Kondisi Ekonomi Keluarga Single Parent... 53
3. Latar Belakang Pendidikan Agama Keluarga Single Parent 54 4. Pendidikan Agama Anak Keluarga Single Parent... 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 57
B. Saran-saran ... 61
C. Penutup... 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
TABEL I JUMLAH PENDUDUK DESA MORODEMAK
BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2007... 32
TABEL II MATA PENCAHARIAN PENDUDUK TAHUN 2007... 33
TABEL III KEADAAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DESA
MORODEMAK TAHUN 2007... 33
TABEL IV KEADAAN PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA... 34
TABEL V KEI KUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM
ORGANISASI KEMASYARAKATAN ... 34
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak.1 Di dalam keluarga itulah akan berkembang dan
terbentuknya kepribadian anak. Kepribadian anak terbentuk melalui semua
pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya terutama pada tahun-tahun
pertama. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan
kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak
diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama.2
Peranan keluarga dalam Islam bermula dari terbentuknya hubungan
suci antara laki-laki dan perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi
rukun-rukun dan syarat-syarat yang sah. Oleh karena itu suami dan istri
merupakan dua unsur utama dalam keluarga dan ketika seorang anak telah
lahir maka ia akan menjadi unsur ketiga dalam keluarga.
Tanggung jawab suami istripun berbeda, suami bertanggung jawab
dalam mencari nafkah, sedangkan istri bertanggung jawab dalam hal mendidik
anak dan membina keluarga. Sehingga, keberlangsungan keluarga akan diemban
oleh suami istri sesuai dengan tanggung jawab suami istri masing-masing.
Keadaan akan berbeda bila sebuah keluarga kehilangan salah satu
unsur yaitu unsur ayah, sehingga dalam keadaan demikian keluarga itu hanya
terdiri dari dua unsur yaitu ibu dan anak. Ibu di sini dituntut harus berperan
1 H. Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ruhama, Bandung, 1995, him 47
2 Ibid, him 62-63
ganda yaitu disatu sisi sebagai ibu rumah tangga atau pendidik, di sisi lain ibu
juga berperan dalam mencari nafkah demi keberlangsungan keluarga tersebut.
Seorang istri yang ditinggal oleh suaminya baik ditinggal mati maupun
cerai ia akan mengalami masa-masa sulit pada mulanya, apalagi bila keluarga
tersebut dikaruniai anak. Maka dalam hal ini seorang ibu harus mampu
menampilkan figure sebagai pengganti ayah yaitu sebagai pelindung keluarga,
pencari nafkah di samping yang sebenarnya yaitu mendidik dan membina
anak.
Peranan ibu dalam pembinaan anak pada umumnya dan kehidupan
moral dan agama khususnya sangat penting. Karena pembinaan kehidupan
moral dan agama itu lebih banyak terjadi melalui pengalaman hidup dari pada
pendidikan formal dan pengajaran. Karena seperti yang dikemukakan di atas
nilai-nilai moral dan agama yang akan menjadi pengendali dan pengaruh
dalam kehidupan manusia itu adalah nilai-nilai yang masuk dan terjalin dalam
pribadinya. Semakin cepat nilai-nilai yang masuk ke dalam pembinaan
Pribadi, maka semakin kuat tertanamnya dan semakin besar pengaruhnya
dalam pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap pada khusunya.3
Seorang anak akan mendapat pengalaman hidupnya pada tahun-tahun
pertama umumnya pada keluarga, terutama dari seorang ibu. Sebagai ibu, ibu
mempunyai fungsi sebagai pembina pertama bagi pribadi anaknya,
pendidikannya dan perlakuannya menentukan kesehatan jiwa anaknya di
J
kemudian hari.4 Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang ibu begitu penting dan
strategis dalam proses pendidikan anak.
Seorang ibu yang mampu memainkan perannya sebagai pendidik
utama dalam upaya mendidik anak di dalam keluarga adalah seorang ibu yang
memiliki kemampuan mendidik, mampu “Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo
mangun karso, Tut wuri handayani ”5
Firman Allah tentang perintah menjaga keluarga dari ancaman siksa
api neraka sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” ( QS. At-Tahrim: 6)6
Jika ditinjau dari segi pendidikan, berarti kita diperintahkan mendidik
diri dan keluarga, supaya memiliki kekuatan jiwa yang mampu menahan
perbuatan yang akan menjerumuskan kepada kesesatan, perbuatan-pebuatan
yang menarik kepada sikap durhaka kepada Allah SWT, yang akhirnya dapat
mengakibatkan siksaan di neraka.7
Pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga single parent
harus mencakup semua dasar keislaman yaitu akidah, ibadah, akhlak. Dengan
memberikan materi tersebut akan tercipta anak-anak yang sholeh dan sholehah
4 Ibid, him 135
5 M Syahlan Syafei, Bagaimana Anda M endidik Anak, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, him 86
6 Departemen Agama RI, A lqur’an dan Terjemahannya, CV. Toha Putra, Semarang, 1989, him 951
yang dapat dibanggakan ibunya sekaligus menjadi pelipur lara setelah
kepergian suaminya.
Dari pemaparan latar belakang di at?s penulis bermaksud untuk
meneliti permasalahan tersebut dengan mengambil judul “PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM LINGKUNGAN KELUARGA SINGLE PARENT
DI DESA MORODEMAK KEC. BONANG KAB. DEMAK TAHUN 2007”
B. Penegasan Istilah
1. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama Islam yakni upaya mendidikkan agama Islam
atau ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way o f life (pandangan hidup)
dan sikap hidup seseorang. 8
Yang dimaksud penulis di sini pendidikan agama Islam adalah
kegiatan yang dilakukan ibu untuk membina anak dalam menanamkan
serta menumbuhkembangkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Dan diharapkan
perilaku anak tidak menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai Islam yang
diterapkan dalam keluarga.
2. Keluarga Single Parent
Pada dasarnya keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Karena
berbagai hal seperti perceraian atau ayah meninggal, maka keluarga
tersebut hanya terdiri oleh ibu dan anak. Ibu di sini berperan ganda yakni
5
sebagai pencari nafkah dan pendidik bagi anak-anaknya/ Jadi keluarga
single parent yang dimaksud penulis adalah keluarga yang pengasuhannya
diemban oleh ibu saja yang berada di desa morodemak kec. Bonang kab.
Demak
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Materi apakah yang digunakan keluarga single parent dalam memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya?
2. Metode apakah yang digunakan keluarga single parent dalam memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya?
3. Bagaimana problematika yang dihadapi keluarga single parent dalam
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya?
4. Bagaimana solusi yang diambil keluarga single parent dalam memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya di Desa Morodemak Kec.
Bonang Kab. Demak tahun 2007?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui materi yang digunakan keluarga single parent dalam
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya. 9
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan keluarga single parent dalam
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya.
3. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi keluarga single parent
dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya.
4. Untuk mengetahui solusi yang diambil keluarga single parent dalam
memberikan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya di Desa
Morodemak Kec. Bonang Kab. Demak tahun 2007.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada keluarga single parent
untuk lebih meningkatkan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya.
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan ustad-ustadzah di
lembaga pendidikan yang memiliki siswa keluarga single parent untuk
lebih meningkatkan pembinaan pendidikan agama Islam siswa tersebut.
3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada lingkungan sekitar keluarga
single parent untuk lebih membuka komunikasi yang bersahabat sebagai
bentuk perhatian dan ungkapan solidaritas untuk saling membantu.
F. Metodologi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data. Untuk
variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat.1 u Dalam penelitian ini 0
7
yang menjadi subjek penelitian adalah keluarga single parent di Desa
Morodemak Kec. Bonang Kab. Demak.
Penelitian ini menggunakan purposive sampel yaitu dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu."
Peneliti membatasi kriteria sampel sebagai berikut:
a. Keluarga yang berorang tua tunggal berupa ibu saja. Baik karena
bercerai atau suami meninggal. Karena ibu lebih memiliki kedekatan
emosional dengan anak dari pada ayah. Dan juga ibu yang memiliki
tugas sebagai pendidik.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang diterapkan adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.'2
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Morodemak Kecamatan
Bonang Kabupaten Demak dengan alasan desa tersebut terdapat
beberapa ibu sebagai orang tua tunggal yang harus mencari nafkah di
samping tugas utamanya sebagai pendidik. * 12
"Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Rineka cipta, Jakarta, 1998, him I T
b. Waktu
Penelitian iri dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari
bulan Juni sampai dengan Agustus Tahun 2007
4. Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki.'J
Observasi ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data
tentang gambaran umum lokasi penelitian.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat
wajah yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari
suaranya.13 14
Orang-orang yang akan diwawancarai dalam penelitian ini
adalah keluarga single parent, tenaga pengajar di lembaga
pendidikan dan sesepuh masyarakat di Desa Morodemak Kec.
Bonang Kab. Demak.
Hal-hal yang ditanyakan antara lain: materi pendidikan
agama Islam yang diberikan dalam keluarga single parent, metode
yang digunakan, problematika yang dihadapi, solusi yang diambil
13 Sukandamimidi, Metodologi Penelitian; Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, Gadiah Mada University Press. Yoevakarta. him 69
9
atas problematika dalam memberikan pendidikan agama Islam di
lingkungan Keluarga single parent, dan peran lingkungan/guru ngaji/
lembaga pendidikan terhadap agama anak.
5. Teknik Analisis Data
a. Reduksi data
Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.1 J
b. Penyajian data
Penyajian data sebagi sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan 4 tindakan.15 16
c. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Setelah peneliti melakukan analisis data dengan reduksi data,
penyajian data maka tahap yang ketiga adalah verifikasi atau menarik
kesimpulan atas data-data yang telah diperoleh.
G. Siste natika Penulisan Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian
15 Mathew B Miles dan Huberman A Michael, Analisis Data Kualitatif, Universitas Indonesia ( UI Press ). Jakarta, nur:
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Landasan Teori
Bab ini berisi tentang pengertian ibu sebagai orang tua tunggal,
macam-macam ibu sebagai orang tua tunggal, pendidikan agama
Islam pada anak-anak yang berorang tua tunggal.
Laporan Hasil Penelitian
1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak dan Keadaan Geografis
b. Keadaan Penduduk
c. Struktur Organisasi
2 Deskripsi Pendidikan Agama Islam pada Anak-Anak Yang
Berorang Tua Tunggal
Analisis
Bab ini berisi tentang analisa terhadap pendidikan agama Islam
dalam lingkungan keluarga single parent di Desa Morodemak
Kec. Bonang Kab. Demak Tahun 2007.
Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ibu sebagai Orang Tua Tunggal
Orang tua dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah ibu dan
bapak.1 Sedangkan tunggal diartikan hanya satu-satunya.2 Jadi ibu sebagai
orang tua tanggal adalah ibu yang ditinggal suaminya baik karena pasangan
meninggal dunia, bercerai, karena kehamilan di luar nikah ataupun setelah
ditinggal pasangan.
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap maksud yang ada, dan
untuk mempertegas batasan arti, penelitian ini hanya meneliti ibu sebagai
orang tua tunggal karena pasangan meninggal dunia dan karena bercerai.
Dalam rumah tangga yang normal, suami dan istri merupakan partner
yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dengan adanya
pasangan, seseorang dapat berbagi tugas dalam menjawab berbagai kebutuhan
hidup, dalam mengatasi berbagai masalah dan tanggung jawab dalam rumah
tangga. Hal ini menjadi penyebab ibu yang kehilangan pasangan biasanya
keadaannya menjadi lebih sulit pada mulanya.
Dapat dibayangkan bagaimana seseorang dalam hal ini ibu yang tiba-
tiba dihadapkan pada kenyataan untuk membesarkan anak tanpa pasangan.
Selain mengalami masalah emosional karena kehilangan pasangan, juga harus
1 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 688
2 Ib id , him. 1105
menanggung sendiri tugas pengasuhan anak belum lagi bila tak ada dukungan
ekonomi yang memadai.
Ibu yang menjadi orang tua tunggal berperan sebagai ayah sekaligus
sebagai ibu bagi anak-anaknya, peran ganda yang paling berat adalah
membesarkan anak-anaknya sendirian supaya dapat tumbuh menjadi pribadi
yang sehat baik fisik maupun mental. Beban ekonomi juga menjadi lebih berat
bila keluarga yang biasa mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga
bersama pasangan, kemudian harus menanggung sendiri semua biaya rumah
tangga, termasuk biaya pendidikan anak.
Seiring dengan berjalannya waktu, ibu yang menjadi single parent
yang mulanya sulit untuk dijalankan akan terbiasa dengan status sebagai orang
tua tunggal serta tanggung jawab yang harus dilaksanakan, dengan
memandang bahwa kenyataan yang sedang dihadapi sebagai keluarga single
parent merupakan proses yang harus dijalani. Demikian pula dengan anak-
anak yang harus didorong dan dimotivasi untuk terus bersama ibu menjalani
kehidupand alam keluarga single parent.
B. Macam-macam Ibu sebagai Orang Tua Tunggal
1. Ibu yang Bercerai dengan Suaminya
Keluarga single parent memerlukan usaha keras untuk penyesuaian
emosional dan sosial di lingkungannya. Berbeda dengan peristiwa
kehidupan keluarga yang ditinggal mati ayahnya. Perceraian tidak terjadi
secara tiba-tiba. Ada kemungkinan bagi orang tua untuk mempersiapkan
13
tunggal tersebut. Jika saja orang tua bersedia mencari penasihat sebelum
bercerai, maka sebagian problem tentang anak-anak praktis akan
tertangani. Anak-anak tidak mempunyai pikiran bahwa orang tua akan
bercerai, walaupun mereka menyaksikan sering terjadi percekcokan
diantara orang tuanya.3
Dalam menghadapi perceraian, terdapat saran-saran antara lain
sebagai berikut:
a. Para orang tua yang akan menghadapi perceraian seharusnya
melakukan diskusi empat mata secara baik-baik. Pada waktu anak-
anak tidak berada di rumah.
b. Anak-anak harus dibantu agar menyadari pada saat perceraian
dibicarakan, bahwa orang tuanya sedang menghadapi masalah sebagai
pasangan hidup.
c. Anak-anak harus dibantu dalam menghadapi realita akibat perceraian.4
2. Ibu yang Ditinggal Mati Suaminya
Kematian ayah secara tiba-tiba membuat anggota keluarga
terguncang hebat, musibah itu sering menimbulkan kesedihan, rasa
berdosa yang menyedihkan.
Ibulah yang meyakinkan anak dengan sikap empati sambil
mengarahkan pikiran anak agar dapat menyesuaikan diri dengan
kenyataan. Sehingga, denyut dan irama kehidupan keluarga kembali
normal dalam waktu yang tak terlalu lama.3
Banyak anak-anak mengkhayalkan mampu mencegah kematian.
Disamping ada pula yang berharap sebaliknya. Bagaimanapun, proses
kematian itu harus dihadapi oleh siapapun.
Maurice Balson memberikan saran-saran bagi ibu yang ditinggal
mati suaminya sebagai berikut:
a. Anak-anak harus didorong untuk berani menghadapi upacara
pemakaman dan hidup harus dibuat rencana yang baik bagi kehidupan
keluarga pada masa mendatang.
b. Anak-anak diajarkan bahwa kematian ayah merupakan kesempatan
untuk membantu keluarga dari pada hanya berpangku tangan.
c. Upayakan agar anak-anak tidak mengeluh atas kematian sang ayah.5 6
Kemampuan keluarga untuk menyesuaikan diri setelah peristiwa
kematian ayahnya dalam masalah keuangan, sosial dan perasaan
merupakan ujian bagi hubungan yang telah dibina antara orang tua dan
anak-anaknya. Jika hubungan tersebut didasarkan atas penghormatan
persamaan, dorongan semangat, dan kepercayaan satu sama lain, maka
dampak peristiwa kehilangan ayah tak akan menenggaelamkan anak-anak
secara berlarut-larut. Sudah barang tentu rasa kesepian, kekecewaan,
15
kebingungan, rasa bersalah dari ibu menjadi problem yang dapat
dipecahkan oleh keluarga.7
C. Peran Ibu dalam Keluarga
Menurut M. Ngalim Purwanto peran ibu akan bertambah setelah
menjadi orang tua tunggal seperti sebagai berikut:
1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang
Dalam keluarga yang utuh, kasih sayang terhadap anak bersumber
dari ayah dan ibu. Sedangkan dalam keluarga single parent kasih sayang
yang didapatkan anak hanyalah bersumber dari ibu saja. Jadi ibu di sini
berperan sebagai sumber dan pemberi kasih sayang yang tunggal dalam
keluarga.
2. Pengasuh dan pemelihara
Peran ibu sebagai pengasuh dan pemelihara tidak berbeda dengan
peran ibu yang ada di dalam keluarga yang utuh. Karena peran utama
seorang ibu adalah pengasuh bagi anak-anaknya dan keluarganya, bukan
berarti ayah tidak berperan dalam mengasuh anak. Akan tetapi ibulah yang
lebih utama dalam mengasuh karena itu memiliki perasaan yang lebih
halus dan lebih sabar dalam mengasuh anak.
3. Tempat mencurahkan isi hati
Kedekatan yang terjalin antara anak dengan ibu lebih kuat
dibanding dengan ayah. Karena sesuai dengan yang diuraikan di atas, ibu
lebih sabar dalam mendidik anak, sehingga ketika anak-anak sedang
menghadapi masalah baik dengan keluarga maupun dengan teman
sekolahnya anak akan cenderung bercerita dan mencurahkan isi hatinya
kepada ibu.
4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
Sejak keluarga diasuh oleh ibu saja, secara otomatis semua urusan
dalam rumah tangga juga diatur oleh ibu saja. Peran ini tentunya lebih jika
dibandingkan ketika keluarga masih utuh. Hanya saja ketika keluarga
masih utuh peran ibu sebagai pengatur kehidupan dalam rumah tangga
masih dibantu oleh ayah sedangkan dalam keluarga single parent hanya
dilakukan oleh seorang ibu saja.
5. Pembimbing hubungan pribadi
Seperti yang telah disinggung di atas, ibu memiliki kedekatan
secara emosional dengan anak. Ibu lebih memahami perkembangan
kepribadian anak. Agar anak memiliki kepribadian yang baik, peran ibu
sangat penting untuk membimbing hubungan pribadi anak.
6. Pendidik dalam segi-segi emosional.8
Peran ini lebih spesifik, karena ibu memiliki kepekaan batin yang
lebih, jika dibandingkan dengan ayah. Sehingga ibu lebih memahami segi-
segi emosional anak dan lebih sesuai untuk menjadi pendidik dalam segi-
segi emosional.
17
Selain peran-peran di atas, ibu yang menjadi orang tunggal harus
berperan untuk mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga tersebut.
Disamping itu ibu juga menjadi pendidik tunggal dalam keluarga, ibu harus
mendidik anak-anaknya seorang diri tanpa bantuan seorang suami.
D. Sikap Ideal Keluarga Single Parent
Bagi semua bentuk keluarga yang berorang tua tunggal ada beberapa
teknik khusus yang dapat dipergunakan terhadap semua bentuk kehidupan
keluarga. Menurut Baruth (1971) dalam bukunya Maurice Balson “Bagaimana
menjadi orang tua yang baik” memberikan teknik khusus sebagai berikut:
1. Jujur kepada anak mengenai apa yang menyebabkan ibu menjadi orang tua
tunggal. Hal ini hanya dapat dilakukan dalam situasi yang khusus. Dengan
sedapat mungkin menghadirkan mantan pasangan (bagi orang tua tunggal
karena bercerai) sedang untuk ibu yang suaminya meninggal berusaha
untuk menunjukkan makam ayahnya, dan dalam suasana yang tenang agar
anak-anak benar-benar memahami. Tidak ada gunanya memberikan
peringatan yang serba menakutkan tentang bekas pasangan.
2. Bila situasinya menyangkut masalah perceraian atau talak, yakinkan anak
bahwa mereka tidak memikul beban tanggung jawab apapun tentang
putusnya hubungan tersebut.
3. Jujur kepada diri sendiri karena hal itu akan menunjukkan kepada anak-
anak bahwa menyatakan perasaan adalah suatu hal yang baik. Setelah
mereka menyatakan perasaan, tindakan yang konstruktif harus dilakukan
cemas dan takut, merupakan reaksi yang berulang kali terjadi terhadap
situasi tertentu. Tetapi jika perasaan semacam itu melanda dalam waktu
yang berkepanjangan, bantuan secara profesional adalah cara pemecahan
yang dianjurkan.
4. Memelihara keadaan dan lingkungan yang serupa dengan keadaan
keluarga yang masih utuh. Karena hal ini akan memberikan perasaan aman
kepada anak-anak bahwa segala sesuatunya tidak berubah.
5. Membina keluarga menjadi suatu kehidupan yang bersuasanakan team
work dengan rasa tanggung jawab bersama.
6. Dalam hal perceraian atau pisah tempat tidur, sadarilah bahwa hubungan
suami istri telah selesai. Jangan memberikan harapan kepada anak-anak
tentang kemungkinan rujuk.
7. Anak-anak ibu harus diyakinkan bahwa mereka akan tetap disayangi/
dicintai, diperhatikan, atau dibantu. Tak cuma sekedar ucapan di mulut
tetapi ibu buktikan dalam sikap dan perilaku.
8. Ibu tidak boleh menggunakan anak-anak untuk usaha melakukan tawar
menawar dengan pasangan anda, perbedaan pendirian harus diselesaikan
secara pribadi antara orang tua atau ruang pengadilan.
9. Mendekatkan anak dengan kakek/nenek dan anggota keluarga lainnya,
sehingga anak-anak tetap merasa memiliki keluarga luas yang utuh.
19
Ada banyak sumber nasehat dan bantuan yang akan menolong dalam
mengasuh anak. Banyak organisasi sosial dan jama’ah-jama’ah yang
menghimpun para orang tua tunggal. Keluarga-keluarga yang berorang tua
tunggal secara kolektif merupakan bagian besar dari kehidupan masyarakat
dimanapun berada. Pada awal problem yang dihadapi oleh orang tua tunggal
acap kali berkaitan dengan peristiwa yang membawa status baru itu. Lama
kelamaan, problem mereka menjadi makin serupa dengan keluarga yang
berorang tua lengkap.9
£. Pendidikan Agama Islam bagi Anak
1. Aspek Pendidikan Agama Islam
Ibu selaku pendidik tunggal di rumah mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah dari
Allah kepada orang tua yang tentu saja tidak boleh diterlantarkan begitu
saja. Anak harus dididik dan dibina agar menjadi anak yang sholeh dan
sholehah.
Untuk mempersiapkan anak yang berkualitas perlu disiapkan
pendidikan Islam yang bertujuan. Adapun tujuan pendidikan Islam
menurut Nahlawy yaitu:
a. Pendidikan akal dan persiapan fikiran Allah menyuruh manusia
merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada
Allah.
b. Menumbuhkan potens?-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak.
Islam adalah agama fitrah, sebab ajarannya tidak asing dari tabiat asal
manusia, bahkan ia adalah “fitrah yang manusia diciptakan sesuai
dengannya”, tidak ada kesukaran dan perkara luar biasa.
c. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan
mendidik mereka sebaik-baiknya, baik lelaki ataupun perempuan.
d. Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-
bakat manusia.10
Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam antara lain sebagai
berikut :
a. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam,, dasar-
dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan
betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-
akidah agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama.
b. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri anak terhadap agama
termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia.
c. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan
keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan
menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa dan takut
kepada Allah.11
10 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologis, Filsafat dan Pendidikan, Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004, him. 52
21
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu diajarkan tiga aspek di
dalam keluarga, yaitu :
a. Aqidah
Aqidah Islam memiliki enam aspek yaitu, keimanan pada
Allah, pada para malaikat-Nya, pada kibat-kitab yang telah
diturunkanNya, iman kepada para Rasul utusanNya, pada hari akhir,
dan iman kepada ketentuan yang telah dikehendakiNya, apakah itu
takdir baik atau buruk. Dan seluruh aspek ini merupakan hal yang
ghaib, dan manusia tidak mampu menangkapnya dengan panca indra
yang dimilikinya.12
Imam Al Ghazali menjelaskan secara khusus, bagaimana
menanamkan keimanan pada anak. Beliau berkata, “Langkah pertama
yang bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keimanan
adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus
diawali dengan memberikan hafalan terlebih dahulu. Ketika anak hafal
akan sesuatu kemudian memahaminya akan tumbuh dalam diri anak
sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang
telah diyakini sebelumnya”.13
Apabila kita mencoba mempelajari proses kehidupan
Rasulullah saw dengan segala yang telah beliau ajarkan, maka akan
menemukan beberapa pola dasar pembinaan akidah seperti:
12 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Al Bayan, Bandung, 1997, him. 109
1) Mendiktekan kalimat tauhid
Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas ra. bahwa
Rasulullah saw bersabda:
\ j - ^ \
4^1 4j\ ^
O
j
J
l
I
“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah. Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat Laa Ilaaha Illallah” (HR. Al Hakim)14
Hadits di atas memberikan isyarat kepada orang tua yang
berperan mendidik anak agar senantiasa melatih anak-anaknya
untuk selalu mengingat Allah dengan melafalkan kalimat tauhid
dan membiasakan anak untuk membaca kalimat tauhid di setiap
waktu dimanapun anak berada.
2) Menanamkan kecintaan, meminta pertolongan, dan pengawasan
kepada Allah, serta yakin akan ketentuanNya
Setiap anak pernah merasakan sebuah persoalan dalam
hidupnya. Anak akan mengekspresikan persoalan yang sedang
dihadapinya dengan cara yang berbeda satu sama lain. Maka
dengan cara bagaimana orang tua mampu mengatasi persoalan dari
dalam jiwa anak yang begitu beragam ?
23
Islam memberikan jawabannya yang tepat, yaitu dengan
menanamkan kecintaan anak pada Zat yang Maha agung dan
Maha kuasa, Allah SWT. yang akan memberikan pertolongan
kepada siapa saja yang dikehendakiNya, yang selalu mengawasi
segala apa yang kita lakukan. Dan menanamkan keyakinan pada
anak akan adanya takdir atau kehendak Allah berupa kebaikan atau
keburukan. Inilah ajaran terpenting Rasulullah, selaku utusan Allah
yang telah diberikan kepada umatnya yang tiada seorangpun
mampu menciptakan ajaran semacam ini. 15
3) Menanamkan kecintaan anak pada nabi Muhammad
Kecintaan pada Rasulullah saw merupakan perwujudan
bentuk persaksian umat Islam yang kedua yaitu kesaksian akan
Nabi Muhammad selaku utusan Allah yang diturunkan ke muka
bumi ini. Para ulama besar terdahulu dan penerusnya telah
berupaya untuk mencurahkan perhatiannya pada perwujudan
bentuk persaksian ini dengan perhatiannya yang cukup serius
dalam menanamkan kecintaan anak pada Nabi. Sebab apabila telah
tertanam dalam jiwa anak kecintaannya pada Nabi akan menambah
kecintaan anak pada agama Allah.16
4) Mengajarkan Al Qur'an pada anak
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan
anak-anaknya Al Qur'an sejak kecil. Karena pengajaran Al Qur'an
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menanamkan akidah
yang kuat pada jiwa anak. Pada saat pengajaran berlangsung secara
bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa
Allah adalah Tuhan mereka, dan Al Qur'an yang tengah anak
pelajari merupakan firman-firman Allah yang diturunkan pada
Nabi Muhammad dan disebarkan pada umat manusia, agar manusia
memiliki suatu undang-undang yang akan mengantarkan manusia
menuju jalan kebenaran,
b. Ibadah
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai
penyempurna dari pembinaan akidah. Karena nilai ibadah yang.didapat
oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya,
atau dalam istilah lain, semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki akan
semakin tinggi pula keimanannya. Maka bentuk ibadah yang dilakukan
anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata dari akidahnya.
Pendidikan dalam beribadah bagi anak terbagi dalam beberapa
dasar pembinaan, yang uraiannya adalah sebagai berikut:
1) Pembinaan Shalat
Ibadah shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang
harus dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Tetapi tidak sedikit
umat Islam yang lalai melaksanakan kewajiban ini. Karena itu
dibutuhkan pembinaan ibadah pada anak-anak agar mereka rajin
25
merasakan manfaat yang bisa dipetik dari pelaksanaan ibadah
sholat bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Pembinaan
ibadah shalat bagi anak-anak seperti perintah melaksanakan shalat,
mengajarkan tata cara ibadah shalat, perintah shalat dan sanksi jika
meninggalkannya ssrta membawa anak ke masjid.17
2) Pembinaan Ibadah Puasa
Puasa merupakan ibadah ritual yang berkaitan erat dengan
proses peningkatan ruh dan jasmani. Di dalam ibadah ini, anak
akan diajak untuk mengenal semakin dalam makna sebenarnya dari
bentuk keikhlasan di hadapan Allah. Merasakan kehadiranNya
walauun tidak diketahui wujudnya yaitu dengan menaati apa yang
telah diperintahkanNya untuk menahan lapar dan dahaga.18
3) Pembinaan Ibadah Haji
Ibadah haji sama dengan rukun ibadah lainnya, tidak
diwajibkan sepenuhnya pada anak, melainkan sebagai sarana untuk
melatih diri mereka agar terbiasa dalam melaksanakan bentuk
ibadah yang memerlukan ketahanan fisik yang kuat. Dengan
dilaksanakannya ibadah haji semenjak kecil, diharapkan pada saat
mencapai dewasa nanti, dia akan mulai terbiasa dan tidak lagi
dianggap sebagai bentuk ibadah yang berat baginya.19
4) Pembinaan Ibadah Zakat
Salah satu bentuk pembinaan ibadah lain adalah
mengenalkan anak pada rukun ibadah yang terakhir yaitu
mengeluarkan zakat fitrah yang merupakan bentuk kewajiban
setiap muslim. Dengan mengeluarkan zakat ini, anak dikenalkan
pada bentuk penyucian harta dan diri. Anak akan belajar mengenal
arti tolong menolong yang merupakan kewajiban setiap manusia.
Karena harta yang dikeluarkan akan disabarkan kepada mereka
yang membutuhkannya.20
c. Akhlak
Khuluq dalam bahasa Arab artinya adalah adab atau etika yang
mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertindak. Adapun tabiat
atau perangai yang memang sudah ada pada masing-masing orang
disebut watak. Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa anak adalah sesuatu yang memang sudah ada pada masing-
masing orang. Sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap yang
dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi.
Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak adalah
pembinaan akhlak. Dan untuk mewujudkannya tidaklah mudah, karena
membutuhkan keija keras serta kesabaran orang tua selaku pendidik.
27
Dan arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan
91
perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak.
1) Pembinaan budi pekerti dan sopan santun
Pentingnya penanaman budi pekerti dalam jiwa anak akan
semakin jelas, bila kita telaah hadis-hadis Rasulullah saw yang
menunjukkan perhatian beliau yang amat besar terhadap penanaman
budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak seorang anak.
Tirmidzi meriwayatkan dari Said bin Ash, Rasulullah saw
bersabda “Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang
lebih baik dari budi pekerti yang luhur”. Oleh karena itulah Al
Madani berkata “mewariskan budi pekerti yang luhur kepada anak,
adalah lebih baik dari pada mewariskan harta kepadanya, karena
budi pekerti yang luhur dapat memberikan harta dan kemuliaan,
dan rasa cinta terhadap para saudara. Singkatnya, budi pekerti yang
luhur dapat memberikan kenikmatan dunia dan akhirat”.21 22
2) Pembinaan bersikap jujur
Bersikap jujur merupakan dasar pembinaan akhlak yang
sangat penting dalam ajaran Islam ini. Dan bersikap seperti ini
memerlukan perjuangan yang tidak ringan, karena banyaknya
godaan dari lingkungan sekitar yang membuat untuk tidak bersikap
jujur. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan pendidikan
kejujuran ini dengan membinanya sejak anak masih sangat kecil.
Dan orang tua hendaknya bersikap jujur terlebih dahulu sebelum
mendidik anak-anaknya agar anak memiliki kejujuran.
3) Pembinaan menjauhi sifat dengki
Bersihnya hati anak dari rasa iri atau dengki merupakan
salah satu bentuk pembinaan yang menjadi sasaran utama orang tua
terhadap anaknya. Karena dengan hilangnya sifat dengki yang ada
dalam jiwanya, anak akan memiliki pribadi yang luhur dan selalu
mencintai kebaikan di tengah masyarakat. Hatinya akan selalu
lapang dalam menerima berbagai bentuk ujian. Dan selalu tegas
dari gangguan penyakit hati orang di sekitarnya.23 24
2. Metode Pendidikan Agam*: Islam di Keluarga
Orang tua bertanggung jawab mendidik dan mempersiapkan anak.
Banyak orang tua yang merasa berbahagia dan gembira ketika orang tua
yang merasa berbahagia dan gembira ketika orang tua memetik hasil usaha
orang tua di masa mendatang.
Orang tua akan selalu berusaha mencari metode yang lebih efektif
dan mencari pedoman-pedoman pendidikan yang berpengaruh dalam
upaya mempersiapkan anak secara mental, moral, spiritual dan sosial
sehingga anak mampu meraih kematangan berfikir.25
Metode-metode yang digunakan dalam keluarga single parent
adalah sebagai berikut:
23 Ibid., him. 187 24 Ibid., him. 189
29
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari
sejumlah metode yang efektif dalam mempersiapkan dan membentuk
anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab, seorang pendidik
merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan
sopan santunnya akan ditiru. Bahkan semua keteladanan itu akan
melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan,
perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun spiritual.26
Sosok orang tua memberikan teladan yang sangat besar dalam
diri anak. Anak akan meniru segala ucapan dan tingkah laku yang
dilihat dari orang tuanya. Hendaknya orang tua memberikan
keteladanan yang baik dihadapan anak-anak. Sehingga yang dilihat
anak-anak adalah ucapan dan tingkah laku orang tua yang baik. Dan
anak akan meniru semua tindakan dan ucapan yang baik pula.
Dari sini, jelaslah bahwa Nabi saw sangat menekankan kepada
orang tua yang berkompeten di dalam dunia pendidik untuk
memberikan keteladanan yang baik dalam segala segi. Sehingga sejak
dini anak didik terpatri oleh kebaikan, berakhlak dan bertingkah laku
berdasarkan sifat-sifat utama lagi terpuji.27
b. Pendidikan dengan kebiasaan
Anak dilahirkan atas dasar fitrah (kesucian) bertauhid dan
beriman kepada Allah. Dari sini dimulailah peran pembiasaan,
pengajaran, dan pendidikan dalam menumbuhkan dan mengiring anak
ke dalam tauhid mumi, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk
melakukan syariat yang lurus.
Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah
9Q
satu penunjang pokok kependidikan dan meluruskan moralnya.
c. Pendidikan dengan nasehat
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif di dalam
upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkan anak secar amoral,
psikis dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab,
nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang
segala hakikat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya
tentang prinsip-prinsip Islam.28 29 30
d. Pendidikan dengan pengawasan
Maksud pendidikan yang disertai pengawasan yaitu
mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, dan
mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis dan sosial, dan
menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam hal
pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya.31
Pengawasan dari orang tua terhadap perilaku keseharian anak
sangat penting. Hal ini dilakukan oleh orang tua untuk mengontrol
31
serta mendampingi anak agar anak tidak berperilaku yang
menyimpang dari kehendak orang tua.
Orang tua tentunya menginginkan anak-anaknya sopan dan
baik dalam ucapan dan tindakannya. Maka dan itu diperlukan suatu
metode pengawasan yang bersahabat dengan anak. Sehingga anak tidak
merasa terkekang oleh sikap pengawasan yang dilakukan orang tua.
e. Pendidikan dengan hukuman (sanksi)
Sanksi-sanksi yang dijalankan oleh orang tua di rumah berbeda
dengan sanksi-sanksi umum. Berikut ini adalah metode yang
diterapkan Islam dalam memberikan sanksi terhadap anak :
1) Memperlakukan anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang
2) Memberi sanksi kepada anak yang salah. Diantara anak-anak itu
kecerdasannya tidak sama, bagitu juga responsi dan sebagainya.
Sebagian anak hanya cukup hanya dengan dipelototi dalam
memperbaiki kelakuannya. Sedangkan sebagian anak yang lain
butuh diberi sanksi, kadang-kadang harus diperingatkan secara
keras
3) Mengatasi dengan bertahap, dari yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat.37 32
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak dan Keadaan Geografis
Desa Morodemak Kecamatan Bonang Kabupaten Demak
mempunyai luas wilayah 428,362 ha. yang jumlah penduduk seluruhnya
6.133 jiwa dengan jumlah 1.544 kepala keluarga. Adapun batas-batas dari
Desa Morodemak adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Pantai Morodemak
Sebelati Selatan : Desa Purworejo
Sebelah Barat : Pantai Morodemak
Sebelah Timur : Desa Margolinduk
2. Keadaan Penduduk
TABEL I
JUMLAH PENDUDUK DESA MORODEMAK
BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2007
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 2.910 47.45%
2 Perempuan 3.223 52.55%
Jumlah 6.133 100%
33
3 Buruh / swasta 136 8.67%
4 Pegawai negeri 15 0.96%
KEADAAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DESA
MORODEMAK TAHUN 2007
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 Tidak tamat SD 118 2.27%
2 Tamat SD 3413 65.65%
3 Tamat SLTP 305 5.87%
4 Tamat SLTA 172 3.31%
5 Tamat D2 10 0.19%
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
7 Tamat SI 36 0.69%
8 Pendidikan Non formal 1123 21.60%
Jumlah 5199 100%
TABEL IV
KEADAAN PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA
No Agama Jumlah Prosentase (%)
1 Islam 6133 100%
2 Kristen -
-3 Katholik -
-4 Hindu -
-5 Budha -
-Jumlah 6133 100%
-TABEL V
KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT
DALAM ORGANISASI KEMASYARAKATAN
No Jenis Organisasi Jumlah Prosentase (%)
1 Organisasi Perempuan 521 51.33%
2 Organisasi Perempuan (PKK) 40 3.94%
3 Organisasi Pemuda 150 14.78%
4 Organisasi Karang Taruna 100 9.85%
5 Organisasi Profesi 54 5.32%
6 Organisasi Bapak-bapak 86 8.47%
7 LKMD 10 0.99%
8 Kelompok gotong royong 54 5.32%
35
3. Struktur Organi sasi
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA MORODEMAK TAHUN 2007
Keterangan:
Kepala Desa : Abdul nasir
Carik : Maskani
Kaur Pemerintahan : Abdul Hadi
Kaur Pembangunan : Abdul Ghani
Kaur Keuangan : Amin Nasmin
Kaur Kesejahteraan : Ahmad Nawawi
Kaur Umum : Maskani
B. Deskripsi Pendidikan Agama Islam pada Anak-anak yang Berorang Tua Tunggal
Orang-orang yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini
adalah keluarga single parent baik karena bercerai maupun suaminya
1. Keadaan Keluarga Single Parent
a. Ibu Sofiyah
Ibu Sofiyah adalah janda karena bercerai berusia 39 tahun,
beliau menjadi orang tua tunggal sejak 10 tahun 3 bulan yang lalu.
Dari hasil perkawinannya memiliki seorang putri yang sekarang
belajar di salah satu perguruan tinggi di Semarang.
Masa muda ibu Sofiyah dimanfaatkan untuk belajar di
pesantren, dan beliau juga menjadi seorang khafidzoh. Sumber
ekonomi keluarga ini didapatkan dari hasil bekerja sebagai guru ngaji
dan hadiah yang beliau terima sebagai penghafal Al Qur'an pada
hajatan masyarakat. Biaya pendidikan anak masih dibantu oleh mantan
suaminya.
Ibu Sofiyah bekerja sebagai guru ngaji, pendidikan agama yang
diterapkan di rumah berupa :
1) Akidah: menanamkan tauhid, berupa dua kalimat syahadat sebagai
bukti kemuslimannya juga menjelaskan tentang rukun iman.
2) Ibadah: mengajak anak untuk sholat ketika waktu sholat tiba.
3) Akhlak: mengajarkan anak tata cara bergaul baik dengan orang tua,
teman, tetangga dan masyarakat.
b. Ibu Muainah
Ibu Muainah berusia 30 tahun dan menjadi janda sekitar 1,5
tahun bekerja sebagai guru di TPQ di Desa Morodemak, beliau
37
kecelakaan. Dari perkawinannya memiliki seorang anak perempuan
berusia 5 tahun yang masih duduk di bangku TK.
Setelah lulus SLTA, Ibu Muainah melanjutkan pendidikan di
pesantren. Sumber ekonomi keluarga ibu Muainah didapatkan dari
hasil bekerja sebagai guru di TPQ di Desa Morodemak.
Dalam pembinaan keagamaan anak mengupayakan pendidikan
di rumah dan menyekolahkan anaknya di sekolah yang islami.
Pendidikan di rumah itu berupa :
1) Akidah: menanamkan tauhid dengan mengucapkan kalimat
syahadat
2) Ibadah: anak dilatih untuk mengerti tentang arti sholat,.. syarat-
syarat sholat, perbedaan laki-laki dan perempuan dalam sholat, hal-
hal yang dapat membatalkan sholat, serta gerakan-gerakan dalam
sholat. Hal ini sangat berguna karena anaknya dalam tahap belajar.
Melatih anak untuk berpuasa, walaupun hanya sampai jam 10.00
WFB.
3) Akhlak: mengajari tata krama berbicara, mengajari anak berbahasa
kormo inggil pada orang yang lebih tua
Dari upaya tersebut, diharapkan anak memiliki iman yang kuat,
taat beribadah, serta anak yang berakhlaqul karimah. Sehingga selain
anak dapat hidup di masyarakat juga dapat menyejukkan hati orang
diharapkan mampu membentuk anak yang saleh dan salehah, dengan
demikian tercapailah pendidikan agama Islam,
c. Ibu Hj. Roikhanah
Ibu Hj. Roikhanah berusia 58 tahun dan menjadi orang tua
tunggal sejak 2 tahun 4 bulan. Mempunyai 2 orang anak perempuan
yang sudah lulus SM A dan 1 orang anak laki-laki yang sedang belajar
di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Semarang.
Karena ibu Hj. Roikhanah berasal dari kota Pekalongan, maka
pendidikannya diselesaikan di pesantren kota Pekalongan. Sumber
ekonomi berasal dari dagangan alat-alat listrik di rumahnya dan
tambahan dar hasil tambak yang dimilikinya tetapi dikerjakan oleh
orang lain.
Beliau menjadi orang tua tunggal karena suaminya meninggal
akibat sakit. Beliau bekerja sebagai pedagang peralatan listrik di
rumahnya sendiri. Pembinaan keagamaan yang diterapkan di rumah
adalah sebagai berikut:
1) Akidah : membiasakan anak untuk mengucapkan dua kalimah y'
syahadat dan menerangkan tentang rukun iman
2) Ibadah : mengawasi dan mengingatkan anak ketika waktu sholat
tiba
3) Akhlak : mengajarkan anak agar rukun bertetangga, pandai bergaul
39
d. Ibu Hj. Mahmudah
Ibu Hj. Mahmudah berusia 57 tahun dan menjadi orang tua
tunggal sejak 10 tahun 5 bulan yang lalu karena suaminya meninggal
akibat sakit. Beliau juga aktif mengikuti majlis ta’lim dan organisasi
perempuan. Dari perkawinannya beliau memiliki 2 anak perempuan
dan 1 laki-laki. Anak perempuan yang paling bungsu sedang menimba
ilmu di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Masa muda ibu Hj.
Mahmudah dimanfaatkan untuk belajar di Madrasah Mualimat di
Semarang, dan sekarang masih aktif mengikuti majlis ta’lim dan
organisasi perempuan.
Beliau bekeija sebagai penjahit, disamping ada tambahan dari
hasil tambak yang dikeijakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Pembinaan keagamaan yang dilakukan di rumah antara
lain :
1) Akidah : penanaman akidah yang baik dan benar yang sesuai
dengan Al Qur'an.
2) Ibadah : menunaikan ibadah dengan baik antara lain sholat malam,
puasa sunah dan lain-lain
3) Akhlak : mengajarkan sopan santun, bergaul baik dengan orang
3) Akhlak : melatih anak untuk mengucapkan salam ketika hendak
masuk atau keluar rumah, memberi contoh akhlak yang baik
terhadap orang yang lebih tua.
g. Ibu Inayati
Ibu Inayati berusia 58 tahun menjadi orang tua tunggal sejak 16
tahun yang lalu karena suaminya meninggal. Untuk menghidupi
keluarga dan membiayai pendidikan anaknya beliau bekerja sebagai
penjahit dan dibantu anak-anaknya yang sudah besar. Anak ketiga
beliau sudah duduk di kelas III di Madrasah Aliyah di Demak.
Sedangkan anak yang keempat belajar di kelas II di Madrasah
Tsanawiyah Morodemak.
Ibu Inayati hanya mengenyam pendidikan di pesantren saja,
tetapi untuk menambah pengetahuan agamanya beliau sering
mengikuti majlis ta’lim yang ada di Desa Morodemak dan sekitarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ibu inayati bekerja
sebagai penjahit dengan dibantu penghasilan dari anak-anaknya yang
sudah belajar.
Pendidikan agama yang diterapkan di rumah adalah sebagai
berikut:
1) Akidah : membiasakan anak untuk membaca Al Qur'an setelah
sholat dan memahami isi-isinya serta mengamalkan ajarannya
43
2) Ibadah : melatih dan membiasakan anak untuk sholat malam.
3) Akhlak : membiasakan anak untuk menghormati orang yang lebih
tua, kepada guru-guru maupun tetangganya.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mukholidin dan Ibu
Mamdilah selaku salah satu staf pengajar di lembaga pendidikan di Desa
Morodemak bahwa murid yang berasal dari keluarga single parent
memiliki prestasi belajar yang tidak kalah dengan murid lainnya. Seperti
anak dari ibu Mustofiyah dan Ibu Inayati yang memiliki peringkat cukup
bagus di sekolahnya, terbukti mereka selalu masuk peringkat 10 besar.
Sedangkan hubungan sosial antara siswa dari keluarga single
parent dengan siswa lainnya dan guru-guru di sekolah maupun guru ngaji
terjalin dengan baik. Anak dari keluarga single parent tidak memiliki
perasaan minder untuk bergaul dengan teman-temannya. Karena orang tua
menerapkan keyakinan pada diri anak bahwa manusia sama dihadapan
Allah dan juga didukung oleh sikap guru yang tidak membeda-bedakan
siswa-siswanya.
Motivasi yang ada pada diri anak-anak keluarga single parent
cukup bagus. Adapula yang memiliki motivasi yang melebihi dari siswa
lainnya. Karena orang tua selalu memberi dorongan dan support pada anak
untuk tidak boleh kalah prestasinya dengan anak-anak yang lain. Sehingga
dalam diri anak terpupuk motivasi dan semangat untuk belajar keras
supaya tidak tertinggal dengan teman-temannya dari keluarga yang masih
Karena memiliki motivasi yang tinggi dan prestasi belajar yang
baik, kerajinan anak keluarga single parent cukup baik pula, kerajinan ini
terlihat dari kerajinan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan selalu rajin mengeijakant ugas maupun pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru.
Bapak Munajat dan H Nasoha Aziz selaku sesepuh masyarakat
melihat hubungan sosial antara keluarga single parent dengan para
tetangga sekitar terjalin dengan baik, para tetangga juga tidak mengucilkan
keluarga single parent, mereka menghormati keluarga single parent
apapun kondisinya. Anak-anak dari keluarga single parent berinteraksi
dengan baik dengan teman sebaya dan tetangga sekitar, masyarakat sekitar
juga tidak segan untuk membantu keluarga single parent jika dimintai bantuan.
Pendidikan agama dari orang tua selaku single parent cukup baik
pula. Pada masa mudanya, ibu-ibu dari keluarga single parent sebagian
besar menuntut ilmu agama di pesantren, tidak heran pula ketika mereka
sudah berkeluarga dan mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya dan
mendidik anak-anaknya mereka masih sempat meluangkan waktu untuk
mengikuti pengajian dan majlis ta’lim maupun organisasi perempuan
seperti muslimat dan fatayat untuk menambah pengetahuan agama.
2. Materi Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Dari penuturan informan di atas dapat disimpulkan bahwa materi-
materi pendidikan agama Islam yang diajarkan dalam keluarga single
45
a. Penanaman akidah
Penuturan keluarga single parent bahwa penanaman akidah
begitu penting bagi anak. Anak-anak sudah terlatih dibiasakan orang
tuanya melafalkan syahadat, sholawat, membaca Al Qur'an dan puji-
pujian lainnya kepada Allah, maka ibu telah mengajarkan dan melatih
anak untuk mengenal Tuhannya. Mungkin hanya cara pandang dari
para informan berbeda ada yang memandang menanamkan akidah itu
merupakan suatu kewajiban dan adapula yang memandang
menanamkan akidah itu adalah tuntutan agar anak tidak terglincir dan
mempunyai pegangan hidup.
b. Penanaman Ibadah
Ibu Muainah dan Ibu Inayati mengkategorikan ibadah adalah
pokok-pOiCok ibadah yang dirumuskan dalam “Arkanul Islam” (rukun
Islam). Dalam membiasakan anak untuk melaksanakan ibadah pada
anak-anaknya keluarga single parent mengupayakan sebagai berikut:
1) Sholat
Ibu Muainah dan Ibu Mustofiyah mengungkapkan agar
anak senang dan giat dalam melaksanakan ibadah dibutuhkan alat-
alat ibadah seperti mukena (bagi anak perempuan) dan sarung,
baju, dan peci (bagi anak laki-laki) sajadah dan tasbih.
2) Puasa
Ibu Muainah dan Ibu Mustofiyah yang memiliki anak usia
berpuasa sampai jam 10 pagi. Berbeda dengan ibu Hj. Mahmudah,
Ibu Hj. Rokhanah, Ibu Haryati, Ibu Sofiyah dan Ibu Inayati yang
memiliki anak-anak yang sudah baligh maka puasa hukumnya
wajib.
3) Zakat
Menunaikan zakat hukumnya wajib. Ibu Hj. Mahmudah,
Ibu Inayati, Ibu Hj. Roikhanah, Ibu Haryati dan Ibu Sofiyah
mengungkapkan zakat dapat membersihkan hati kita dari rasa
dengki dan kikir. Berbeda dengan ibu Muainah dan Ibu Mustofiyah
yang memiliki anak usia perkembangan mengajarkan anak untuk
zakat, anak dididik dan dilatih untuk berdema dengan orang-orang
yang kurang mampu.
4) Haji
Haji merupakan ibadah yang membutuhkan biaya yang
cukup banyak dan fisik yang kuat, untuk itu materi ini hanya
diberikan sekilas yang berupa gambaran dan penjelasan tentang
haji tersebut,
c. Pembentukan akhlak
Materi yang diberikan dalam pembentukan akhlak meliputi
hormat kepada orang tua, guru, etika makan, etika salam, berteman dan
bertetangga. Demikian yang dinyatakan oleh keluarga single parent di
47
Adapun yang termasuk akhlak itu tidak hanya sebatas materi
tersebut di atas seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hj. Mahmudah :
“Banyak sekali yang harus ditanamkan dalam diri anak tiaa: hanya sebatas dengan materi di atas, tepi karena materi di atas dianggap cukup mewakili maka saya menanamkan akhlak yang tersebut di atas
Ibu Sofiyah, Ibu Muainah, Ibu Mustofiyah dan ibu sebagai
orang tua tunggal lainnya di Desa Morodemak mengajarkan untuk
hormat dan berbakti kepada orang tua dan agar selalu berfikir
khusnudzan terhadap orang lain sehingga akan terpatri dalam diri anak
“positif tinking”
Dengan berfikir khusnudzan maka anak tidak akan memiliki
sifat buruk seperti prasangka-prasangka yang dapat menyesatkan anak.
Hal ini sangat baik ditanamkan dalam diri anak sehingga akan tercipta
suasana yang jauh dari keburukan-keburukan sifat yang tercela.
Untuk menciptakan suasana makan yang tenang. Anak
diajarkan tata cara makan dengan tepat dan benar. Sebagaimana
pernyataan seorang ibu keluarga single p arent:
“Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membaca basmalah sebelum makan, membaca hamdalah sesudah makan, makan dengan tangan kanan, tidak mencela makanan”
Ibu Hariyati menambahkan: