1
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang Masalah
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang
penting, karena setiap saat semua orang atau kelompok sudah tentu
melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam
kehidupan adalah kebisuan global. Tidak hanya dalam organisasi dan roda
politik tetapi juga dalam pendidikan. Pendidikan membutuhkan komunikasi
yang baik, sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini materi pelajaran,
oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna dengan
optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud.
Terkait komunikasi dalam pendidikan, ada sejumlah orang yang
berperan yakni guru, siswa dan orang tua. Guru merupakan orang yang
dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan lainnya kepada
siswa haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar.
Siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah pembelajaran sedangkan interaksi
antara orang tua dan pihak sekolah menjadi kunci berlangsungnya proses
pendidikan anak yang efektif, baik di sekolah maupun di rumah
Pendidikan dimulai dari keluarga kemudian sekolah. Sekolah
merupakan sebuah lembaga yang dipercayai orang tua untuk mendidik anak
mereka dalam jangka waktu yang lama. Orang tua menyerahkan tugas
pendidikan sepenuhnya pada sekolah karena mereka percaya anak-anaknya
akan dibimbing dan diarahkan dalam belajar. Setiap orang tua menginginkan
anak-anaknya berprestasi baik di sekolah maupun luar sekolah.
Sebagai lembaga pendidikan, keluarga juga menjalankan proses
kependidikan dan manajemennya untuk tujuan yang dicita-citakan. Keutuhan
orang tua (ayah-ibu) sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan kreatifitasnya. Keluarga yang utuh
memberi-kan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan bagi kedua
2
memiliki dan mengembangkan pengetahuannya. Kepercayaan tersebut dapat
memberikan arahan, bimbingan, dan memudahkan anak untuk menangkap
makna yang dilakukan.
Hal ini tentunya akan terasa sulit ketika anak tidak mempunyai orang
tua yang utuh, dengan kata lain anak yang hanya mempunyai orang tua
tunggal (single parent) proses pendidikan akan terasa “pincang” dan berat
dikarenakan orang tua akan bekerja keras dengan sendirian dalam memenuhi
semua kebutuhan dan mendidik anak-anaknya. Single parent merupakan
seseorang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang
diri, karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya. Menjadi seorang
single parent bukanlah keadaan yang diinginkan oleh seorang wanita atau
pria. Bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya
meninggal dunia atau bercerai. Kondisi menjadi lebih sulit bagi pelakunya.
Dilanda masalah pergolakan perasaan (misalnya rasa kehilangan), kesiapan
ekonomi untuk keluarga kecilnya, dan bagaimana menghadapi
permasalahan-permasalahan dalam sosial masyarakat.
Penelitian Dessy Christiyanti (2010) tentang memahami komunikasi
antar pribadi orang tua - anak yang terlibat dalam kenakalan remaja
menunjukkan fenomena (1) orang tua-anak yang melakukan kenakalan
mempunyai kualitas komunikasi yang buruk. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Irmayantri (2011) tentang perilaku komunikasi antar orang tua tunggal
(single parent) dan anak dalam meningkatkan prestasi belajar anak di smp
negeri 8 Makassar menunjukkan fenomena bahwa perilaku komunikasi
antara orang tua tunggal atau single parent dan anak belum sepenuhnya
berjalan secara efektif sehingga anak tidak dapat mencapai hasil prestasi
belajar yang maksimal. (2) ada beberapa faktor yang menghambat
komunikasi antara orang tua tunggal atau single parent dan anak yaitu orang
tua tunggal kurang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan memberikan
perhatian sehingga komunikasi dengan anak tidak berjalan dengan lancar.
Pada penelitian ini menyertakan variabel motivasi belajar sebagai variabel
3
Kota Salatiga merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang
memiliki empat kecamatan yaitu kecamatan Sidorejo, Sidomukti, Tingkir dan
Argomulyo. Dari keempat kecamatan ini, kecamatan Tingkir memiliki tujuh
kelurahan yaitu Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Kutowinangun Lor,
Kutowinangun Kidul, Tingkir Tengah, dan Tingkir Lor. Berdasarkan letak
geografisnya kelurahan Kutowinangun Lor mempunyai letak yang strategis
karena terletak dekat dengan pusat kota, adapun cakupan wilayahnya RW I
Butuh, RW II Karang Duwet, RW III Canden, RW IV Pancuran, RW V
Ngentak, dan RW VI Karang Pete.
Tabel 1.1
Pengelompokan Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Kelurahan Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah
Kutowinangun Lor 37 131 168
Sumber: Kecamatan Tingkir, Instrumen Pendataan, 2015, diolah
Berdasarkan data pada tabel 1.1 Kelurahan Kutowinangun Lor memiliki
jumlah Single Parent paling banyak, sehingga penelitian ini akan mengambil
data di kelurahan tersebut.
Eny Endang Surtiani (2006) menggambarkan bahwa Dukuh Pancuran
dukuh merupakan dukuh dengan kepadatan penduduk tertinggi di wilayah
wilayah Kutowinangun Lor. Dukuh pancuran yang terletak di pusat Kota
Salatiga yang dikelilingi oleh kawasan pertokoan Jend. Sudirman, Pasar Raya
I dan II, Pasar Gedhe danPasar Blauran. Hasil wawancara dengan Bapak
Dahlan Kepala Kelurahan Kutowinangun Lor menyebutkan bahwa Dukuh
Pancuran yang terdiri dari berbagai latar belakang (pendidikan,
perekonomian, mata pencaharian). Selain itu dukuh pancuran juga terkenal
dengan kampung yang memiliki angka kriminalitas yang tinggi. Hal ini
4
beberapa kasus seperti; perkelahian antar kampung, mabuk-mabukan yang
mengganggu ketertiban lingkungan, premanisme, narkoba, hamil di luar
nikah serta perceraian.
Berdasarkan karakteristik Kecamatan Tingkir seperti dipaparkan di
atas maka penulis tertarik untuk memilih Kelurahan Kutowinangun Lor
sebagai subyek penelitian untuk mengkaji pengaruh komunikasi
interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak. Definisi single
parent dalam penelitian ini mengacu pada definisi Hurlock (1999:199) bahwa
orangtua tunggal (single parent) adalah orang tua yang telah menduda atau
menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung jawab untuk
memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau
kelahiran anak diluar nikah.
Hasil studi dokumen yang dilakukan penulis dengan ketua RW IV
dukuh pancuran bapak Budi menunjukkan fenomena ada 18 RT dengan 23
warga yang berstatus orang tua tunggal, ada 9 orang yang istri/suaminya
meninggal, ada 12 orang yang tidak mempunyai suami dan 2 orang cerai.
Sedangkan anak semuanya memiliki anak usia sekolah. Dari 23 orang ada 5
(21,74%) mempunyai anak yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, hal ini
dapat dilihat dari anaknya yang mendapatkan beasiswa berprestasi.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Ibu Ning, orang tua tunggal di
Dukuh Pancuran RT 15 yang memiliki tiga anak menunjukkan bahwa
mengasuh anaknya dia mempunyai komunikasi yang baik dengan anaknya,
sehingga anak-anaknya berprestasi dalam belajar bahkan ketiga anaknya
memperoleh gelar sarjana. Hasil wawancara dengan ibu dewi warga Dukuh
Pancuran RT 17 yang memiliki empat anak sebagai orang tua tunggal
dikarenakan suaminya terlibat kasus tindak pidana dan kini mendekam di
rumah tahanan. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga dia harus bekerja keras
hal itu berdampak pada prestasi belajar anaknya hal ini ditunjukkan oleh hasil
rapor ada 4 mata pelajaran yang dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Berpijak dari fenomena di atas maka penulis ingin melakukan
5
komunikasi interpersonal Single Parent terhadap prestasi belajar anak maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh komunikasi
interpersonal single parent terhadap prestasi belajar anak di Kelurahan
Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga”.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini adalah:
Apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal single parent terhadap
motivasi dan prestasi belajar di Kelurahan Kutowingangun Lor, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan terhadap penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
komunikasi interpersonal single parent terhadap motivasi dan prestasi belajar
di Kelurahan Kutowingangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
4.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah
1. Untuk mengembangkan ilmu / kegunaan teoritis
2. Manfaat praktis yaitu untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi