• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Pedoman wawancara ditujukan kepada Informan kunci, informan utama,

dan informan tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang

akan dilakukan di lapangan. Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan

mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan

digunakan pedoman wawancara sesuai focus penelitian.

a. Informan Pangkal

Yang menjadi informan pangkal adalah kepala desa di Desa Namo

Bintang, untuk memperoleh informasi tentang sejarah desa dan data-data

sekunder tentang desa Namo Bintang seperti komposisi penduduk, sarana

dan prasarana, sistem mata pencaharian penduduk, dan lain-lain.

Pedoman wawancara :

Bagaimana sejarah terbentuknya Desa Namo Bintang ini ?

b. Informan Kunci

Yang menjadi informan kunci adalah 5 Ibu tunggal yang merasakan

dampak dari menjadi Ibu tunggal pasca meninggal suami , untuk memperoleh

informasi tentang kehidupan Ibu sebagai orang tua tunggal, bagaimana

strategi yang dapat mereka lakukan agar dapat tetap memenuhi kebutuhan

keluarga dan untuk memperoleh informasi tentang kondisi sosial ekonomi Ibu

tunggal sebelum dan sesudah melakukan strategi tersebut.

Pedoman wawancara : Nama :

Usia :

(2)

Pekerjaan :

Pendidikan :

Hari/Tanggal wawancara :

Waktu :

Lokasi wawancara :

1. Sudah berapa lama suami Ibu meninggal?

2. Saat ini Ibu tinggal bersama siapa?

3. Apa jenis pekerjaan yang Ibu lakukan untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga Ibu

4. Mengapa Ibu memilih pekerjaan tersebut

5. Berapa pendapatan yang diperoleh dalam per hari, per minggu, per

bulan yang Ibu terima dari pekerjaan tersebut?

6. Bagaimana menurut Ibu terhadap pendapatan yang Ibu terima dari

pekerjaan tersebut?

7. Apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk kebutuhan keluarga Ibu

sehari-hari?

8. Berapa besarnya biaya yang Ibu keluarkan dalam per hari, per minggu,

atau per bulannya?

9. Apakah pendapatan yang Ibu terima dari hasil pekerjaan itu dapat

mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga Ibu? apakah ada anak atau

saudara yang membantu perekonomian?

10. Apakah Ibu punya pekerjaan sampingan? Jika iya apa pekerjaan

(3)

11. Mengapa Ibu memilih pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan sampingan

Ibu?

12. Berapa penghasilah yang diterima dari pekerjaan sampingan tersebut?

13. Apa kesulitan-kesulitan yang Ibu hadapi dalam pekerjaan Ibu?

14. Bagaimana cara yang Ibu lakukan untuk mencukupi kebutuhan Ibu?

15. Mengapa Ibu memilih melakukan cara-cara tersebut dalam

mempertahankan kelangsungan hidup keluarga Ibu?

16. Bagaimana Ibu membagi waktu terhadap usaha-usaha yang Ibu

lakukan?

17. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga setelah melakukan strategi

tersebut?

18. Apakah hasil dari strategi tersebut dapat meningkatkan atau hanya

mencukupi kebutuhan sehari-hari?

19. Jika Ibu mengalami kesulitan keuangan, kemanakah biasanya anda

mencari pinjaman?

20. Apakah ada tabungan keluarga?

c. Informan Tambahan

Yang menjadi informan tambahan adalah anak, kerabat dan tetangga dari

Ibu tunggal. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang tanggapan

mereka terhadap cara-cara apa saja yang dilakukan oleh Ibu sebagai orang

tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

(4)

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Hubungan dengan Informan :

Tanggal wawancara :

Waktu :

Lokasi wawancara :

Alamat :

1. Bagaimana hubungan anda Ibu X?

2. Sejauh mana anda mengenal Ibu X?

3. Berdasarkan pengetahuan anda, bagaimana kehidupan rumah tangga Ibu

X setelah ditinggal mati suaminya?

4. Bagaimana anda melihat diri Ibu X sebagai ibu rumah tangga yang

sekaligus sebagai kepala keluarga setelah ditinggal suami?

5.Sepengetahuan anda, apa saja masalah yang dialami Ibu X sebagai orang

tua tunggal setelah suaminya meninggal?

6. Apakah Ibu X sering meminta bantuan orang lain untuk membantu

menyelesaikanmasalah yang tengah dihadapinya?

7. Bagaimana hubungan orang di sekitar dengan Ibu X?

8. Apakah mereka peduli atau perhatian dengan Ibu X?

9. Pernahkah mereka membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Ibu

X?

(5)

11. Dari mana saja bantuan-bantuan atau dukungan sosial yang diterima

Ibu X?

12. Apakah orang-orang di sekitar selalu bersedia untuk mendengarkan

cerita ataupun keluh kesah Ibu X?

13. Bagaimana sikap mereka ketika dimintai tolong oleh Ibu X?

14. Bagaimana hubungan Ibu X dengan lingkungan sosialnya?

15. Apakah Ibu X mengikuti berbagai kegiatan sosial yang ada di

lingkungan seperti arisan dan pengajian?

Pedoman wawancara terhadap anak dari Informan kunci:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tanggal wawancara :

Waktu :

Lokasi wawancara :

Alamat :

1. Bagaimanakah tanggapan anda ketika Ibu anda menjadi kepala keluarga

dan orang tua tunggal?

2. Menurut anda Ibu anda orang yang seperti apa?

3. Bagaimana perekonomian keluarga setelah ketiadaan ayah?

4. Apakah anda bekerja untuk membantu ekonomi keluarga ?

5. Pekerjaan apa yang anda lakukan ?

(6)

7. Berapa pendapatan yang diperoleh dalam per hari, per minggu, per

bulan yang anda terima dari pekerjaan tersebut?

8. Apakah pendapatan yang anda terima dari hasil pekerjaan itu dapat

membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga?

9. Bagaimana hubungan keluarga dengan masyarakat setelah ketiadaan

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani . 1994. Sosiologi:skematika, teori dan terapan. Jakarta : Bumi Aksara

Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga, teori dan praktek. Jakarta: EGC

Goode ,William J. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Horton, P.B. Hunt, C.L. 1992. Sosiologi, alih bahasa : Amiruddin Ram. Jakarta:

Erlangga

Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan Sebagai Suatu Pendekatan sepanjang

Rentang Kehidupan.Edisi kelima. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Istiwidianti,dkk. Jakarta: Erlangga

Khairudin, H. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahaya

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga

University Press

Narwoko, J. Dwi. Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Sastra, S. Marlina, E. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan.

Yogyakarta : Penerbit Andi.

(16)

Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rhineka Cipta

Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka

Sumardi, M. 2004. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Rajawali: Jakarta

Suyanto. B. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Wibhawa, Budhi, dkk. 2010. Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya

Padjajaran

Sumber Lain

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Kesehatan

Sumber Online

(http://www.data-statistik-indonesia.com diakses pada 17 November 2015 pukul

15.00 WIB).

(http://www.pekka.or.id/data-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 14

November 2015 pukul 13.00 WIB ).

(http://www.bps.go.id/data-single -parent/ 2012 diakses pada 20 November 2015

pukul 17.00 WIB).

(http://www.psychologymania.com, diakses pada 14 November 2015 pukul 18.00

WIB )

Suhartono,Edi.2007.Copingstrategies.http://www.policy.hu/suharto/modula/maki

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan objek dan

fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada

dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk

interaksi yang berlangsung(Siagian, 2011:52).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

yang berdasarkan pada pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial

dan masalah manusia. Penelitian membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, leporan terperinci dari pandangan informan dan melakukan studi pada

situasi yang alami (Creswel, 2008:15). Melalui penelitian ini penulis ingin

menggambarkan strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan

kebutuhan keluarga di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi tersebut dipilih dengan

pertimbangan karena peneliti melihat fenomena Ibu sebagai orang tua tunggal

(18)

dikaji lebih dalam karena peran sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang

mudah untuk dijalankan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana cara individu mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang muncul semenjak

suaminya meninggal ketika dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau membiayai sekolah anak-anak mereka. Alasan ini juga yang membuat peneliti memutuskan untuk lebih memfokuskannya lagi pada Ibu tunggal yang masih memiliki tanggungan anak yang masih sekolah karena dalam kondisi seperti tutuntutan ekonomi menjadi lebih tinggi dibandingkan pada Ibu

tunggal yang tidak memiliki anak yang masih sekolah. Sedangkan pertimbangan lain yaitu lokasi tersebut relatif mudah terjangkau, ditinjau dari segi waktu dan

biaya, sehingga prosedur ijin penelitian, pengambilan data akan memperoleh

kemudahan. Disamping itu belum pernah diadakan penelitian yang serupa di Desa

Namo Bintang.

3.3 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi

dari hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan

sampel. Subjek penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan

adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai

dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan

selama proses penelitian (Suyanto dan Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang

yang dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman

sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan

(19)

a. Informan Pangkal merupakan informan awal yang dijumpai yang

dianggap dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Informan

pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Namo Bintang

Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

b. Informan kunci, yaitu orang memiliki pengetahuan yang luas tentang

masalah yang sedang diteliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalah

orang tua tunggal wanita, jumlah informan sebanyak 5 ibu sebagai orang

tua tunggal. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan purposive.

Menurut Burhan Bungin (2008: 53)Teknik purposive yaitu teknik

mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan

secara sengaja.

Dengan karakteristik informan:

1. Ibu sebagai kepala keluarga, berumur 30-45 tahun.

2. Ibu yang memiliki 2 orang anak atau lebih

3. Menjadi orang tua tunggal karena kematian suami.

4. Menjadi orang tua tunggal selama lebih 3 tahun.

5. Memiliki cukup waktu, bersifat terbuka

c. Informan tambahan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang

(20)

penelitian ini adalah anak, tetangga dan saudara dekat dari orang tua

tunggal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut

1. Studi Kepustakaan

Studi pustaka yaitu sumber data yang diperoleh dari beberapa buku,

data data dan jurnal yang berhubungan dengan masalah sehingga

diperoleh kelengkapan data. Studi pustaka dilakukan dibeberapa

tempat, yaitu perpustakaan FISIP USU, perpustakaan pusat USU dan

perpustakaan lainnya yang mendukung dalam referensi yang berkaitan

dengan strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap pemenuhan

kebutuhan keluarga.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui

penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari

fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian, yakni :

a. Observasi

Sutopo (2002: 64) Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari

sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta

rekaman gambar. Selama penelitian berlangsung pengumpulan data juga

(21)

dilakukan oleh Ibu tunggal serta berbagai kondisi-kondisi seperti misalnya

:

a. Kondisi rumah tangga, contohnya kondisi rumah yang ditempati oleh

Ibu tunggal dan anaknya.

b. Aktivitas yang dilakukan oleh para Ibu tunggal dalam rutinitas

kehidupan sehari-hari seperti bekerja dan melakukan pekerjaan

sampingan dalam menambah pendapatan keluarga dan juga bagaimana

hubungan sosial mereka dengan masyarakat sekitarnya seperti

hubungan kekerabatan dan hubungan dengan tetangga mereka.

Pengamatan dilakukan terlibat dalam berbagai aktivitas Ibu tunggal,

khususnya kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan oleh Ibu tunggal dalam memenuhi kebutuhan keluarga,

misalnya pergi bersama-sama ke lokasi kebun, pabrik, dan tempat

berjualan untuk melihat langsung aktivitas yang dilakukan oleh Ibu

tunggal. Teknik ini peneliti dapat menjalin hubungan baik secara lebih

cepat serta dapat menggambarkan keadaan langsung kehidupan Ibu

tunggal yang sebenarnya. Data yang diperoleh melalui pengamatan

juga sekaligus berguna untuk konfirmasi data yang akan diperoleh

nantinya melalui wawancara. Untuk membantu pengamatan peneliti

juga menggunakan kamera untuk mendokumentasikan hasil observasi

di lapangan.

b. Wawancara

Moleong (2007:186) Wawancara adalah Percakapan dengan maksud

(22)

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan. Wawancara mendalam yang

dilakukan dalam penelitian ini dipandu pedoman wawancara.

Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal untuk

memperoleh data mengenai latar belakang sejarah desa, dan data-data

penduduk. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan kunci

yaitu Ibu sebagai orang tua tunggal untuk memperoleh informasi tentang :

a. Persoalan mendasar tentang kehidupan keluarga dengan Ibu sebagai

orang tua tunggal.

b. Besarnya pendapatan dan pengeluaran keluarga Ibu tunggal.

c. Kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Pengerahan, aktivitas, dan tindakan yang dilakukan oleh para Ibu

tunggal sebagai bentuk strategi dalam menyiasati tekanan ekonomi

keluarga.

e. Strategi yang mereka lakukan untuk meningkatkan atau mencukupi

kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan wawancara mendalam yang dilakukan pada informan

tambahan dilakukan untuk review informasi dari informan kunci dan

informan utama juga untuk memperoleh tanggapan mereka atas

kondisi keluarga dengan Ibu sebagai orang tua tunggal.

3.5 Teknik Analisis Data

(23)

dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari, menelaah, menyusun

dalam satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan

memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai

dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moeleong,

2007:247)

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis

secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik

dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe

penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin

akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada

(24)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Desa Namo Bintang

Desa Namo Bintang adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan

Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Desa Namo Bintang yang ada sekarang

adalah penggabungan dari dua desa di sekitarnya, yaitu Desa Rumah

Mbacang/Ujung Jawi dan Desa Sumbringen. Pada tahun 1985 ditetapkan nama

ketiga desa ini menjadi Desa Namo Bintang dan kedua desa yang ada di

sekitarnya diubah menjadi Dusun I dan Dusun II.

Untuk dapat mengetahui asal mula bermukimnya penduduk di desa ini,

penulis menemui kesulitan dengan tidak adanya catatan tentang hal itu. Namun

diperkirakan daerah ini sudah dihuni sejak tahun 90 tahun yang lalu. Menurut

penduduk setempat, daerah Namo Bintang berupa rawa-rawa dan sawah serta

perladangan yang terlantar. Nama Namo Bintang diambil dari nama sebuah sungai

yang mengalir di pinggiran desa dan sungai tersebut mempunyai Namo, yang

mana kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Lubuk. Lubuk-lubuk

tersebut dijadikan tempat pemandian dan pemancingan oleh penduduk yang

berada di sekitar lubuk-lubuk tersebut. Menurut cerita orang-orang tua, di sekitar

Namo (lubuk) dapat mengeluarkan cahaya terang-benderang dikala bulan

purnama, dan inilah cikal bakal diberinya nama desa tersebut menjadi Namo

Bintang.

4.2 Letak Geografis

Desa Namo Bintang di bagian Selatan Kotamadya Medan dan bagian

(25)

yang terdiri dari 50 hektare daerah pemukiman, 35 hektare daerah pertanian

sawah, 200 hektare daerah perladangan dan 150 hektare daerah perkebunan serta

60,2 hektare untuk fasilitas umum dan lain-lain. Desa ini terdiri dari 5 (lima)

dusun, yaitu:

Dusun I : Desa Namo Bintang dan Namo Bintang Kuta

Dusun II : Desa Sumberingen dan Kloni IV

Dusun III : Desa Rumah Mbacang dan Ujung Jawi

Dusun IV : Desa Simpang Gardu dan Simpang Kongsi

Dusun V : Desa GRT Tahap I dan GRT Tahap II.

Secara administratif Desa Namo Bintang berbatasan dengan Kota Medan

di sebelah Utara, Desa Namo Simpur kecamatan Pancur Batu di sebelah Selatan,

Desa Durin Tonggal kecamtan Pancur Batu di sebelah timur dan berbatasan

dengan Desa Baru kecamatan Pancur Batu di sebelah Barat. Desa Namo Bintang

mempunyai dua iklim yaitu musim kemarau dan musin penghujan, dimana kedua

iklim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan yang merupakan

salah satu faktor pendukung dalam kesuburan tanah.

4.3 Sturuktur Organisasi Pemerintahan

Struktur organisasi suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk

mencapai hasil kerja yang efisien dan afektif. Di samping itu sturuktur organisasi

merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan hirarki yang ada. Struktur organisasi pada dasarnya

mengandung penetapan batas-batas wewenang dan tanggung jawab

masing-masing. Dengan demikian diharapkan adanya satu kesatuan komando dalam

(26)

Pemerintahan desa Namo Bintang sebagai suatu organisasi pemerintah

berdasarkan keputusan MENDAGRI dengan merujuk pada dua Undang-Undang

yaitu Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di

Desa dan Undang-Undang No .5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa

mempunyai struktur organisasi yang didukung oleh sejumlah bawahan, maka

dibentuk LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) sebagai DPR-nya desa

yang mendampingi Kepala Desa dan LMD (lembaga Musyawarah Desa) sebagai

MPR-nya desa yang

bekerja sama dengan Kepala Desa dalam membuat keputusan desa.

Sedangkan untuk membantu tugas-tugas Sekretaris Desa ada 4 (empat)

orang pembantu yang disebut dengan Kaur (Kepala Urusan) yakni masing-masing

Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur Kesejahteraan Rakyat dan Kaur

Keuangan. Disamping itu struktur pemerintahan desa juga dilengkapi dengan

Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

(LKMD).

Sarana Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa Namo Bintang yang

bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kehidupan masing-masing seksi

jumahnya relatif kecil. Sarana-sarna LKMD yang sudah tersedia antara lain :

- Sarana keagamaan, dengan membentuk satu kelompok remaja mesjid yang

diberi nama Himpunan Remaja Mesjid Amal Nahdatul Namo Bintang (HIRMAN)

dan satu kelompok pemuda Gereja (PERMATA) GBKP serta Naposo Nauli

Bulung Gereja HKBP dan GKPS.

- Sarana Pemuda, dengan membentuk satu kesatuan Karang Taruna Namo

(27)

- Sarana olahraga, dengan membentuk satu kesatuan olahraga yang memanfaatkan

sarana lapangan olahraga volley dan lapangan sepak bola.

- Sarana kesehatan, dengan membangun satu unit Puskesmas pembantu serta satu

unit POSYANDU.

- Sarana organisasi sosial dengan membentuk satu kelompok anggota PKK dan

delapan anggota Dasawisma.

4.4 Sarana Umum

Seperti desa-desa lain di kecamatan Pancur Batu, sarana transportasi

dalam bentuk jalan, keseluruhannya sudah diaspal, arus hilir mudik kenderaan

sering terlihat di jalan raya, karena jalan tersebut merupakan sarana jalan yang

menghubungkan antara kecamatan Pancur Batu dengan kecamatan Deli Tua.

Jarak antara Desa Namo Bintang dengan Ibukota kecamatan Pancur Batu hanya

berkisar 1,5 km yang biasa di tempuh dengan berjalan kaki atau dengan

menggunakan beca mesin dengan ongkos lima ribu rupiah. Sarana air bersih

untuk keperluan sehari-hari dapat menggali sumur dengan kedalaman 7-8 meter,

serta dapat menggunakan fasilitas air ledeng atau PAM. Dalam hal penerangan,

sudah lama Perusahaan Listrik Negara (PLN) memasuki daerah ini. Bidang

kesehatan, di desa Namo Bintang terdapat 5 klinik. Klinik ini mempunyai satu

orang bidan yang melayani masyarakat setiap hari untuk memeriksa

kesehatannya. Apabia keadaan pasien dianggap cukup serius, bidan tersebut

merujuk pasien ke Puskesmas kecamatan di Pancur Batu yang mempunyai tenaga

medis sebanyak 6 orang. Selain klinik di desa tersebut juga terdapat satu unit Pos

(28)

memusatkan perhatianya untuk memberi penyuluhan tentang keluarga sehat dan

bahagia.

4.5 Keadaan Penduduk

Berdasarkan Sensus pendataan Daftar Keadaan Jumlah Rumah Tangga

Desa Namo Bintang tahun 2012, jumlah penduduknya sebanyak 4.550 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.107 KK. Jumlah penduduk trsebut,

terdiri dari 2.283 jiwa laki-laki dan 2.267 jiwa perempuan yang tersebar di Desa

Namo Bintang (Data Desa Namo Bintang). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

tabel berikut.

Tabel 1

Komposisi Penduduk Desa Namo Bintang Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 2.283

2 Perempuan 2.267

Jumlah 4.550

Sumber : Data Desa Namo Bintang Tahun 2012

Tabel 2

Komposisi Penduduk Desa Namo Bintang Menurut Kelompok Umur

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-5 182 199 381

2 6-15 403 547 950

3 16-25 582 425 1007

4 26-55 973 862 1835

5 56 ke atas 163 214 377

(29)

Dari tabel 2 di atas, tampak bahwa mayoritas penduduk Namo Bintang

berusia antara 26 tahun hingga 55 tahun sebanyak 1.835 jiwa yang terdiri dari

jumlah laki-laki 973 orang dan perempuan 862 orang. Kemudian diikuti oleh

kelompok umur 16 tahun hingga 25 tahun yang berjumlah 1007 orang. Kelompok

umur 6 – 15 tahun jumlah keseluruhannya sebanyak 950 orang. Sedangkan

kelompok umur balita antara 0–5 tahun berjumlah 381 orang. Kelompok umur

yang paling sedikit adalah kelompok umur 56 tahun ke atas yang berjumlah 377

orang. Sarana pendidikan di desa Namo Bintang hanya tersedia untuk Sekolah

Dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Inpres. Umumnya warga

masyarakat telah tamat SD melanjutkan sekolah SMP ke ibukota kecamatan

Pancur Batu.Demikian juga halnya untuk tingkat SLTA dilanjutkan ke Pancur

Batu dimana SLTP dan SLTA telah banyak tersedia baik itu negeri maupun

swasta.

Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan pokok atau

dirasakan sangat perlu. Di bawah ini disajikan data penduduk menurut

pendidikan.

Tabel 3

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak pernah sekolah 799

2 Belum sekolah 790

3 TK 409

4 Tidak Tamat SD 442

(30)

6 Tamat SLTP 401

7 Tamat SLTA 356

8 Kursus/ keterampilan 285

9 Diploma 216

10 Sarjana 30

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang

tamat sekolah SLTA sangat besar jumlahnya yaitu sebanyak 799 orang, hal ini

sudah dapat dikatakan baik. Kemudian penduduk yang tamat SLTP berjumlah 790

orang disusul penduduk yang tamat SD sebanyak 822 orang. Penduduk yang tidak

pernah sekolah berjumlah 285 orang, penduduk yang belum sekolah sebanyak 356

orang, sedangkan TK sebanyak 30 orang dan kursus/keterampilan sebanyak 401

orang. Penduduk yang setelah tamat SLTA yang melanjutkan ke Perguruan

Tinggi Akademi berjumlah 442 orang. Penduduk yang telah berhasil dari

perguruan tinggi sebanyak 216 orang.

Berdasarkan Agamanya mayoritas penduduk desa Namo Bintang beragama Islam,

yaitu 2452 orang. Di bawah ini disajikan data penduduk desa Namo Bintang

[image:30.595.113.509.84.249.2] [image:30.595.111.512.639.745.2]

menurut agama.

Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah(Jiwa)

1 Islam 2452

2 Protestan 469

(31)

4 Hindu 16

5 Budha 0

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari tabel di atas, tampak bahwa mayoritas penduduk desa namo bintang

menganut agama islam sejumlah 2452 orang, kemudian diikuti penganut agama

Khatolik sebanyak 1613 orang. Penganut agama Kristen Protestan sebanyak 469

orang. Sementara itu penganut agama Hindu sebanyak 16 orang dan penganut

agama Budha tidak ada. Tempat ibadah berupa Mesjid, dan Gereja cukup tersedia

kecuali untuk Vihara dan Pura belum ada di desa Namo Bintang. Dengan

perincian yaitu 4 buah Mesjid dan 9 buah Gereja.

Jenis mata pencaharian penduduk desa Namo Bintang beragam. Di bawah

[image:31.595.113.510.86.165.2] [image:31.595.113.511.479.739.2]

ini disajikan data tentang jenis mata pencaharian penduduk.

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(KK)

1 PNS/ABRI/TNI/POLRI 65

2 Pegawai Swasta 143

3 Pemungut Barang Bekas 241

4 Bertani 256

5 Pedagang 67

6 Jasa 84

7 Pensiunan 62

8 Buruh 87

(32)

Dari tabel 5 tampak bahwa mayoritas penduduk Namo Bintang bekerja

sebagai petani, yaitu sejumlah 256 KK, kemudian diikuti oleh Pemungut barang

bekas sejumlah 241 KK.pegawai swasta sebanyak 143 KK, buruh sebanyak 87

KK. Jasa misalnya supir, kondektur dan lain sebagainya berjumlah 84 KK,

pedagang berjumlah 67 KK, PNS/ABRI/TNI/POLRI berjumlah 65 KK sedangkan

pensiunan sebanyak 62 KK. Berdasarkan suku bangsa, data kepedudukan yang

[image:32.595.111.511.317.560.2]

mendiami desa Namo Bintang sebagai berikut.

Tabel 6

Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah(jiwa)

1 Jawa 1137

2 Batak Karo 910

3 Batak Toba 489

4 Batak Simalungun 419

5 Nias 85

6 Melayu 283

7 Lain-lain 1227

Jumlah 4550

Sumber : Data Desa Namo Bintang

4.6 Deskripsi Kepala Keluarga Perempuan di Desa Namo Bintang

Suatu keluarga membutuhkan adanya seorang kepala keluarga. Dalam

masyarakat Indonesia yang menjadi kepala keluarga adalah suami, namun apabila

suami meninggal, bercerai atau berpisah, seorang istri secara otomatis menjadi

kepala keluarga. Jumlah kepala keluarga menurut jenis kelamin di Desa Namo

(33)

kepala keluarga perempuan berjumlah 256 jiwa. Dengan komposisi kepala

[image:33.595.111.513.209.373.2]

keluarga perempuan sebagai berikut:

Tabel 7

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan di Desa Namo Bintang Menurut Kelompok Umur

No Umur Jumlah

1 30-40 52

2 40-50 90

3 50-60 65

5 60 ke atas 49

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Jumlah kepala keluarga perempuan di Desa Namo Bintang menurut umur

data individu tahun 2012 tercatat 256 jiwa. Penduduk usia 30-40 tahun sebanyak

52 jiwa, penduduk usia 40-50 tahun sebanyak 90 jiwa, penduduk usia 50-60

sebanyak 65 jiwa dan penduduk usia 60 keatas sebanyak 49 jiwa. Dari data diatas

dapat diketahui bahwa kepala keluarga perempuan sebagian besar merupakan

golongan usia produktif.

Jenis mata pencaharian kepala keluarga perempuan Desa Namo Bintang

beragam. Di bawah ini disajikan data tentang jenis mata pencaharian penduduk.

Tabel 8

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(KK)

2 Pegawai Pemerintah 20

[image:33.595.113.508.654.733.2]
(34)

4 Bertani 70

5 Pedagang 37

6 Pensiunan 30

7 Usaha sendiri 28

8 Tidak bekerja 30

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Dari 356 jiwa kepala keluarga perempuan memiliki mata pencaharian yang

sangat beragam. Secara rinci mata pencaharian kepala keluarga perempuan adalah

pegawai pemerintah sebanyak 20 jiwa, bertani sebanyak 70 jiwa , pedagang

sebanyak 37 jiwa, pensiunan sebanyak 30 jiwa, usaha sendiri sebanyak 28 jiwa

dan tidak bekerja sebanyak 30 jiwa.

Pendidikan salah satu kebutuhan dari sekian kebutuhan yang harus

dipenuhi karena pada dasarnya pendidikan adalah usaha manusia untuk

meningkatkan kemampuan, kecerdasan atau keterampilan untuk menuju

masyarakat yang mandiri. Tingkat pendidikan pada kepala keluarga perempuan

[image:34.595.112.511.82.248.2]

dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 9

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak pernah sekolah 8

4 Tidak Tamat SD 20

5 Tamat SD 50

6 Tamat SLTP 75

(35)

8 Kursus/ keterampilan 12

9 Diploma 27

10 Sarjana 10

Jumlah 256

Sumber : Data Desa Namo Bintang

Tingkat Pendidikan kepala keluarga perempuan sangat beragam mulai dari

tidak pernah sekolah sebanyak 8 jiwa, tidak tamat SD sebanyak 20 jiwa, tamat SD

sebanyak 50 jiwa,tamat SLTP sebanyak 75 jiwa, tamat SMA sebanyak 54 jiwa,

tamat Diploma sebanyak 27 jiwa, sedang yang telah menempuh tamat perguruan

tinggi sebanyak 10 jiwa. Jumlah yang paling mendominasi adalah kepala keluarga

perempuan dengan pendidikan telah tamat SLTP.

Ada banyak hal yang menyebabkan perempuan menjadi kepala keluarga

perempuan. Latar belakang pada kepala keluarga perempuan di Desa Namo

Bintang adalah karena belum menikah sebanyak 24 jiwa, suami meninggal

sebanyak 152 jiwa, sedangkan karena adanya perceraian sebanyak 80 jiwa.

[image:35.595.111.512.85.191.2]

Sehingga sebagian besar Ibu tunggal adalah karena meninggalnya suami.

Tabel 10

Komposisi Kepala Keluarga Perempuan Menurut Latar Belakang

No Latar Belakang Jumlah

1 Belum Pernah Menikah 24

4 Meninggal Dunia 151

5 Bercerai 80

Jumlah 256

(36)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan

yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dan observasi partisipatif

dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi

orang tua tunggal terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga( studi kasus Ibu

sebagai orang tua tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang). Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa

tahapan yaitu :

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan

menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang

diteliti.

2. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian dan selanjutnya untuk menggali

informasi tentang strategi Ibu sebagai orang tua tunggal terhadap

pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal, informan kunci dan informan tambahan untuk mengetahui strategi Ibu sebagai orang tua

(37)

5.2 Hasil Temuan Informan Penelitian 1

Informan penelitian 1 yaitu Ibu Dahliana , berumur 43 tahun, informan

sudah menjadi orang tua tunggal selama 4 tahun. Pendidikan formal Ibu Dahliana

sampai pada jenjang SMA , tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 2 orang

anak, anak pertama bernama Dina duduk di kelas 7 SMP dan anak kedua yang

bernama Adit masih duduk di kelas 3 SD. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga,

keluarga subjek dapat digolongkan keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari

rumah yang ditempati masih tergolong sederhana, Luas rumah 5m x 12m

walaupun bangunan rumah sudah ditembok namun dinding tembok masih berupa

susunan batu bata dan belum di lapisi semen dan hanya terdapat satu kamar tidur

saja serta masih beralaskan lantai degan semen biasa. Kemiskinan yang dialami

keluarga informan 1 dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai petani kecil, Ibu

Dahliana tidak memiliki lahan untuk bertani tetapi Ibu Dahliana menyewa sawah

untuk ditanami. sawah yang Ibu Dahliana sewa dengan 1 juta rupiah per tahunnya

ditanami pohon pisang, pohon pisang tersebut setiap hari diambil daunnya untuk

dijual kepada pedagang-pedangan makanan seperti warung lontong disekitar

rumah dan juga ke pasar pada pagi hari. Selain dari hasil menjual daun pisang Ibu

Dahliana juga menanam tanaman yang dapat dijual setiap hari seperti kangkung,

kangkung dapat dipanen setiap harinya untuk dijual ke pasar pada pagi hari.

Pagi hari Ibu Dahliana berjualan ke pasar, barang dagangannya adalah

lengkuas, daun pisang dan kangkung. Ibu Dahliana juga mencari barang dagangan

dari hasil ladang milik tetangga seperti lengkuas , serai, dan daun singkong. Ibu

(38)

Dahliana percaya pada Ibu Dahliana untuk diambil hasil ladangnya . Hal ini

sesuai dengan penuturan salah satu tetangga Ibu Dahliana sebagai berikut :

“ Biasanya Ibu Dahliana ambil apa aja yang bisa dia jual dari ladang

saya atau ladang tetangga sini, ada daun ubi, lengkuas, sere dan gori. Supaya ada aja barang dagangannya pagi ke pajak. Saya sih ngasih aja berapa dia bayar saya terima gak saya patok harganya.”(Erliana,42th)

Pendapatan yang didapat oleh Ibu Dahliana tergolong rendah. Hasil dari

berjualan ke pasar pada pagi hari tersebut sekitar Rp. 40.000 setiap harinya.

Pendapatan tersebut bisa saja menurun jika kualitas tanaman subjek menurun atau

ketika harga pertanian sedang turun. Pendapatan yang kecil dan tidak menentu

membuat informan sulit dalam memenuhi semua kebutuhan keluarga karena

untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga diperlukan biaya sekitar

Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang

mengatakan :

“Kalau cuma mengandalkan pendapatan dari hasil usaha bertani jelas

tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga karena selama satu bulan paling tidak pengeluaran keluarga saya sekitar 1,5 juta rupiah” (Dahliana, 43th).

a. Strategi Aktif informan 1

Pendapatan informan 1 yang tergolong rendah tidak sebanding dengan

biaya kebutuhan keluarga yang sangat tinggi sehingga diperlukan strategi untuk

memenuhi kebutuhan pokok keluarga agar tetap bisa bertahan hidup. Informan

menerapkan strategi aktif untuk menambah pendapatan keluarga, yaitu dengan

(39)

keluarga, informan 1 malakukan beberapa pekerjaan sampingan antara lain

dengan menjadi buruh tani. Hal ini terungkap dari pengakuan informan yang

mengatakan:

“usaha yang saya lakukan untuk menambah penghasilan menjadi buruh

tani, kalau ada yang membutuhkan bantuan tenaga saya diminta untuk membantu, kalau seperti sekarang ini saya paling bekerja membersihkan ladang orang.” (Dahliana, 43 th).

Pendapatan yang diperoleh Selain dari pekerjaan berjualan di pasar pada

pagi hari adalah informan juga bekerja sebagai buruh tani yang bekerja sebagai

penebar pupuk dan membersihkan ladang jagung ataupun membersihkan sawah

orang. Pendapatan yang diterima dari pekerjaan menjadi buruh tani bervariasi dan

tidak menentu karena tidak setiap hari ada pekerjaan. Hal ini terungkap dari

pernyataan informan yang mengatakan:

“Penghasilan buruh tani tidak menentu dan berbeda-beda, paling tinggi

ada yang ngasih 50 ribuan tapikan kerja diladang orang gak ada tiap hari. Kalau ada yang butuh bantuan tenaga ya di tawari kerja tp kalo gak ada yang lagi butuh bantuan tenaga kerja ya gak kerja” (Dahliana, 43 th).

Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun

pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus

rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari

(40)

kalau sekarang aku kerja upahan ngambil kangkung di sawah tetangga ,

satu ikat itu Rp.150 aku biasanya dapat 100 ikat kangkung satu hari, jadi sekitar Rp.15.000 satu harinya” (Dina, 12th).

Hasil yang didapat oleh anak pertamanya tidak digunakan Ibu Dahliana

untuk memenuhi kebutuhan dapur tetapi hanya untuk menambah uang jajan

sekolah ataupun keperluan perlengkapan sekolah Dina anak pertamanya. Hal ini

terungkap dari pernyataan Ibu Dahliana yang mengatakan :

“ Dina biasanya kerja upahan ambil kangkung pulang sekolah sampai

sore hampir magrib, paling banyak dia bisa dapat Rp.15.000, itu juga kalau kangkungnya lagi bagus kalau gak ya paling Cuma dapat Rp.5000, uangnya dia pakai untuk tambahan jajan sekolah, beli pulpen atau keperluan sekolah lainnya.”(Dahliana, 43th)

Informan juga mengoptimalkan sumberdaya yang dililiki keluarga yaitu

dengan memanfaatkan pematang di sawah mereka untuk ditanami sayuran seperti

kacang panjang dan labu. Tanaman tersebut nantinya akan dikonsumsi sendiri,

seperti yang diungkapkan informan yang mengatakan:

Saya menanam sayuran seperti cabe rawit, daun ubi, rimbang dan

kacang panjang jadi bisa untuk dikonsumsi sendiri sebagai sayur(Dahliana, 43th).

b. Strategi Pasif Informan 1

Strategi pasif dilakukan subjek agar pendapatannya mampu untuk

memenuhi semua kebutuhan keluarga. Strategi pasif yaitu strategi bertahan hidup

dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga (hemat). Strategi hemat dapat

(41)

seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Sikap

hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan terlihat dari budaya keluarga yang

membiasakan makan dengan lauk seadanya seperti yang di ungkapkan informan

yang mengatakan:

“kalau untuk makanan keluarga kami, makan seadanya tapi tetap tiga kali

sehari cuman lauknya sederhana ya kadang makan sama lauk tempe, tahu dan ikan asin sama kalo ikan basah gitu sekali-sekali, kalau makan daging paling pas lebaran atau kalau ada orang pesta aja.” (Dahliana, 43th).

Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan sandang

adalah tidak pilih-pilih merk pakaian, bagi keluarga Ibu Dahliana merk pakaian

bukanlah hal yang penting, yang terpenting bagi mereka dalam membeli pakaian

adalah harganya murah. Keluarga informan juga jarang membeli pakaian baru,

biasanya hanya akan membeli ketika lebaran seperti pengakuan informan yang

mengatakan:

“saya beli baju baru jarang, paling pas lebaran saja, biasa beli di pajak

gak pernah liat merk bajunya apa” (Dahliana, 43th).

Sikap hemat juga terlihat dari sikap informan yang tidak mementingkan model atau luasnya rumah. Bagi keluarga informan yang terpenting adalah rumah

yang di tempati bisa untuk berteduh, hal ini terlihat dari bentuk bangunan rumah

yang masih sederhana. Kesederhanan terlihat dari bangunannya yang masih

sederhana, dinding rumah terbuat dari batu namun tidak diplaster dan ukuran

(42)

Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan

anak adalah menyekolahkan anak di sekolah Negeri, bagi keluarga dengan orang

tua tunggal pendidikan yang bagus bukan dilihat dari sekolah yang mahal tetapi

yang paling penting adalah anak dapat tetap bersekolah dan mendapat pendidikan

yang baik. Sekolah di sekolah negeri dinilai dapat sangat meringankan beban

biaya pendidikan anak karena tidak perlu membayar uang sekolah dan buku

pelajaran juga diperoleh secara gratis. Informan menerapkan strategi berhemat

dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan yang mengatakan:

“uang sekolah saya tidak pusing karena anak sekolahnya di sekolah

negeri jadi uang spp dan uang buku gratis, untuk jajan tiap hari saya kasihnya pas-pasan saya rasa cukup kalau anak pertama saya kasih Rp.7000 dan adeknya Rp.4000 udah termasuk ongkos” (Dahliana, 43th). Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi

ketika seseorang dalam keadaan sakit. Ketika sedang sakit informan biasanya

tidak pergi ke dokter melainkan ke puskesmas. Sebagaimana pernyataan yang

diungkapkan informan sebagai berikut:

“Saya jarang ke dokter biasanya sakit paling ke puskesmas atau beli

obat di warung udah sembuh, Alhamdulillah selama ini belum ada kami yang sakitnya parah jadi ke puskesmas udah cukup, kalo sakitnya parah gak sembuh dari puskesmas saya harus kerumah sakit kan sekarang ada bpjs jadi saya rasa rumah sakit juga biayanya udah ringan.” (Dahliana,43 th).

Cara hemat yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan adalah

(43)

informan tidak berobat ke dokter adalah biaya pengobatan berobat ke dokter yang

mahal sehingga mereka lebih memilih membeli obat di warung dan berobat ke

puskesmas. Seperti pernyataan informan yang mengatakan:

“kalau sakit saya tidak langsung ke dokter karena biasanya mahal. Karna

puskesmas gratis tapi kalo ke dokter klinik dekat sini biasanya 35-50ribu, cuma sakit biasa beli obat di warung sudah sembuh, kalo sudah tidak sembuh-sembuh baru ke dokter” (Dahliana,43th).

c. Strategi Jaringan Informan 1

Strategi aktif dan pasif yang diterapkan keluarga informan 1 mampu

membuat keluarga beliau tetap bisa bertahan hidup sampai sekarang, namun

ketika seperti hasil tanaman yang menurun drastis seperti tidak adanya daun

pisang ataupun tanaman lain yang dapat dijual dan ketika membutuhkan uang

secara cepat mereka harus melakukan strategi lain. Strategi tersebut adalah

strategi jaringan, strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang

dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi

lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan.

Ibu Dahliana menggunakan strategi yang cukup umum dalam membangun

pandangan sosial masyarakat terhadap dirinya. Ibu Dahliana bersikap baik dan

menjaga agar hubungan tetangga agar tetap baik. Tidak ada hal khusus yang

dilakukan dalam membangun pandangan sosial masyarakat. Beliau juga mengaku

tidak ada yang bersikap buruk atas status Ibu tunggal yang disandang, Ibu

Dahliana yang tidak ambil pusing atas apa yang mungkin saja dijadikan bahan

obrolan oleh masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. Beliau memilih strategi

(44)

campur atau dicampuri urusannya dengan tetangga beliau seperti pada pernyataan

informan berikut ini :

“ saya gak peduli apa kata tetangga, tapi sejauh ini gak ada tetangga

yang nampaknya bersikap buruk. Saya selalu baik sama tetangga kalo ada yang mau pesta saya Cuma bantu pake tenaga aja. Tetangga saya baik kalo saya butuh barang jualan tetangga ngasih aja saya ambil barang dari ladangnya ‘’ (Dahliana,43th )

Pendapatan orang tua tunggal yang tidak menentu dan kadang mengalami

penurunan hasil pertanian membuat informan harus memiliki strategi ketika

membutuhan uang secara mendesak. Meminjam uang merupakan langkah untuk

mendapatkan uang secara cepat, informan biasanya meminjam uang kepada

saudara atau tetangga terdekat. Budaya gotong royong dan kekeluargaan yang

masih kental di Desa Namo Bintang membuat kepedulian masyarakatnya sangat

kuat sehingga ketika salah seorang warga meminta bantuan maka warga yang lain

akan membantu sebisa mungkin seperti pernyataan informan yang mengatakan:

pinjam ke tetangga yang penting jujur dan jangan suka berbohong,

insyaallah pasti akan tetap dibantu” (Dahliana, 43th).

Adanya budaya gotong royong dan kekeluargaan dapat menjadi pelindung

bagi informan ketika mangalami kesulitan namun bantuan yang diterima dari

saudara atau tetangga tidaklah besar sehingga pinjaman yang didapat tergolong

kecil, hal ini dikarenakan masyarakat di Desa Namo Bintang merupakan

masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Ketika memerlukan pinjaman

uang dalam jumlah yang cukup besar biasanya informan akan meminjam uang di

(45)

“kalau pinjamnya kecil ya pinjam ke tetangga kalau butuh pinjaman besar

seperti untuk modal buat jualan ke pajak ke koperasi” (Dahliana, 43 th). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan

hidup yang diterapkan informan 1 yaitu menerapkan strategi aktif dengan

melakukan pekerjaan sampingan menjadi buruh tani serta peran anggota keluarga

yaitu anak juga ikut bekerja untuk menambah pendapatan keluarga.

Strategi pasif yang dilakukan dengan menerapkan budaya hemat yaitu

makan dengan lauk seadanya, menyimpan hasil panen padi untuk dikonsumsi

sendiri, menanam sayuran di pematang sawah untuk dikonsumsi sendiri, membeli

baju baru yang harganya murah dan hanya membeli ketika lebaran saja, berobat

ke puskesmas atau membeli obat di warung ketika sakit. Sedangkan strategi

jaringan yang dilakukan adalah meminjam uang pada saudara atau tetangga ketika

membutuhkan uang secara mendadak dalam jumlah kecil sedangkan jika

membutuhkan uang dalam jumlah banyak meminjam ke koperasi.

Informan Penelitian 2

Informan penelitian 2 bernama Romaulina br.Sitepu , berumur 44 tahun,

subjek 2 sudah menjadi orang tua tunggal selama 7 tahun. Pendidikan formal

sampai tingkat SMA, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak

dimana anak pertama bernama Roy duduk di kelas 3 SMA dan anak kedua

bernama Rudi kelas 1 SMA dan anak ketiga bernama Lisa masih kelas 6 SD.

Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek 2 sama seperti kondisi

ekonomi subjek 1, hal ini dapat dilihat dari rumah yang ditepati masih tergolong

sederhana, Ibu Romaulina masih mengontrak dinding rumah terbuat dari batu

(46)

Sama seperti informan pertama, kemiskinan yang dialami keluarga

informan 2 dikarenakan pekerjaan informan 2 hanya sebagai buruh pabrik jagung.

Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya menjemur dan mengangkat jagung adalah

60.000 rupiah perhari. Pendapatan tersebut akan menurun jika jagung sedang

mengalami penurunan . Pendapatan yang kecil dan tidak menentu membuat

informan kesulitan membiayai semua kebutuhan pokok keluarga karena untuk

memenuhi semua kebutuhan keluarga minimal di perlukan biaya sekitar

Rp.1.500.000 perbulan. Hal ini terungkap dari pernyatan informan yang

mengatakan :

pendapatan dari hasil kerja di pabrik jagung ini tidak cukup jika untuk

membiayai semua kebutuhan pokok karena jagung sekarang lagi sulit kadang banyak jagung yang masuk kadang sampai satu minggu tidak ada jagung yang masuk, ya saya tidak kerja.”( Romauli, 44th).

a. Strategi Aktif Informan 2

Pendapatan informan 2 yang tergolong kecil tidak mampu memenuhi

semua kebutuhan keluarga sehingga di perlukan strategi untuk tetap bisa bertahan

hidup. Subjek 2 menerapkan tiga startegi yaitu strategi aktif, strategi pasif dan

strategi jaringan. Strategi aktif yang dilakukan adalah melakukan pekerjaan

sampingan sebagaimana yang diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kerja sampingan saya sebagai buruh tani di ladang orang. Kerja

(47)

Pekerjaan menjadi buruh tani hanya dilakukan ketika jagung sedang tidak

ada, upah yang didapat dari hasil buruh tani adalah 60 ribu rupiah perhari.

Penghasilan dari bekerja di pabrik jagung ataupun kerja sampingan buruh tani

masih dirasa belum cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan keperluan

pendidikan anak seperti ongkos dan jajan anak sekolah setiap hari maka Ibu

Romauli juga bekerja sebagai tukang cuci di rumah pemilik pabrik jagung.

Aktivitas mencuci di rumah pemilik pabrik jagung biasanya dimulai pagi hari

sekitar jam 6 pagi dan selesai pada jam 8 pagi. Upah yang diterima tukang cuci

sekitar 200 ribu perbulan. Upah tersebut digunakan untuk bayaran uang sekolah

anak. Sebagaimana yang diungkapakan subjek sebagai berikut:

“setiap pagi saya kerja nyuci baju di rumah pemilik pabrik jagung ini,

lumayan bisa buat bayaran uang sekolah anak tiap bulan. Saya kerjanya mulai jam 6 sampai 8 pagi.”(Romauli,44th)

Walaupun telah melakukan berbagai pekerjaan sampingan namun

pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak pertama informan harus

rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini terungkap dari

penyataan anak subjek yang mengatakan:

Pulang sekolah aku ikut kerja di pabrik jagung ini, kasian liat mamak

angkat jagung berat-berat apalagi aku anak paling besar jadi ikut kerja di pabrik ini. Uangnya aku buat bantu mamak sama aku tabung karna betar lagi tamat aku pengen kuliah ” (Roy, 17th).

Keadaaan yang sulit tidak membuat anak Ibu Romauli untuk berhenti pada

(48)

pendidikan tinggi. Hal ini membuat Ibu Romauli untuk lebih bekerja keras, apa

saja pekerjaan yang dapat menghasilkan uang selalu di kerjakan tanpa pilih-pilih

kerjaan. Seperti pada musim rambutan Ibu Romauli bekerja mengikat rambutan di

rumah tetangga yang menjual rambutan. Upah yang didapat dari mengikat

rambutan tidak banyak, seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut :

“Upah ngikat rambutan itu tergantung banyaknya rambutan yang sudah

di ikat, satu ikat dihargai Rp. 200, dalam semalam saya biasanya hanya mampu mengikat sebanyak 150 ikat saja. Jadi upahnya Cuma Rp. 30.000” (Romauli, 44th).

Selain upahan mengikat rambutan pada musim rambutan, informan juga

bekerja membuat roti pada saat menjelang tahun baru di salah satu rumah tetangga

yang membuka usaha roti kering. Pekerjaan membuat roti ini rutin dilakukan Ibu

Romauli pada saat menjelang tahun baru , karena pada saat menjelang tahun baru

tetangganya membuka usaha penjualan roti kering dan membutuhkan bantuan dari

Ibu-ibu untuk membuat roti dalam jumlah banyak. Pekerjaan harian ini juga tidak

dilewatkan oleh Ibu Romauli. Upah yang didapat oleh Ibu Romauli dari hasil

membuat roti tidak banyak dan tergolong kecil seperti yang diungkapkan pemilik

usaha roti kering :

“Menjelang tahun baru Ibu Romauli kerja sama saya buat roti kering,

kerjanya mulai pagi sekitar jam 9 sampai jam 2 siang. Upah yang didapat Rp. 30.000,kata Ibu Romauli lumayan dia tabung buat beli baju tahun baru untuk anaknya ” (Roslina, 43th).

(49)

Strategi pasif yang dilakukan informan 2 hampir sama dengan strategi

pasif yang dilakukan subjek 1. Sifat hemat dalam pemenuhan kebutuhan pangan

dilakukan dengan membiasakan makan dengan lauk seadanya sebagaimana

pendapat subjek yang mengatakan:

“kalau untuk makan saya tetap tiga kali sehari tapi ya dengan lauk yang

seadanya kalo makan paling sering pake sayur aja, ikan saya jarang karna harga ikan dan daging itu mahal” (Romaulina, 44th)

Ibu Romauli juga memilih untuk membeli barang yang harganya murah

walaupun dengan kualitas yang kurang baik misalnya sayuran dengan harga yang

murah, Ibu Romauli memilih berbelanja di pasar tradisional yang mensiasati

berbelanja pada sore hari untuk memperoleh harga yang jauh lebih murah. Sesuai

dengan pernyataan informan berikut ini :

“saya belanja sayuran tiap hari sabtu waktu pajak lagi pekan, saya

belanja sore-sore biar harga sayuran lebih murah, itupun saya pilih sayuran yang harganya murah dibawah harga biasanya walaupun sedikit jelek ya namanya saya cari harga murah pasti kualitasnya juga gak sama kayak sayuran yang bagus, tapi tetap masih bisa dimakan”(Romauli,44th)

Sedangkan untuk kebutuhan sandang keluarga subjek hanya membeli

pakaian ketika Natal untuk dipakai pada saat Natal dan Tahun Baru. Hal tersebut

terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“Pakaian baru saya Cuma beli waktu natal aja, itu juga Cuma buat

(50)

beli baju baru.Kalau saya gak beli baju baru, untuk saya setahun sekali juga jarang belinya” (Romauli,44 th).

Sikap hemat juga terlihat dari pemenuhan kebutuhan papan, dimana rumah

subjek masih mengontrak dengan harga sewa 3 juta rupiah pertahun, rumah

tersebut sederhana berdinding batu, beratap seng, lantaiya semen biasa dan juga

terdapat dua kamar yang tidak luas ukurannya. Sedangkan untuk pemenuhan

kebutuhan kesehatan, informan lebih memilih berobat ke puskesmas seperti

pernyataan subjek sebagai berikut:

kalau saya dan anak saya sakit pertama-tama saya ke puskesmas setelah

kalo gak sembuh baru ke rumah sakit”( Romauli, 44th).

Puskesmas menjadi pilihan informan ketika sakit karena biaya berobat di

puskesmas lebih murah dibandingkan jika berobat ke klinik atau rumah sakit.

Strategi hemat yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

adalah informan menyisihkan penghasilan yang didapat untuk ditabung didalam

celengan anak-anak yang setiap bulannya uang tersebut digunakan untuk bayaran

uang sekolah anak, jika belum cukup tabungan tersebut untuk bayar uang sekolah

maka Ibu Romauli melakukan negosisasi pada pihak sekolah agar anaknya

diberikan waktu untuk melunasi uang sekolahnya. Ibu Romauli juga menerapkan

strategi berhemat dalam hal ongkos anak sekolah seperti pengakuan informan

yang mengatakan:

“saya sering kesulitan waktu datang tanggal bayar uang sekolah jadi saya

(51)

telat bayar, saya minta keringanan waktu. Karena satu anak saya sekolah di swasta kalau yang dua sekolahnya negeri jadi gratis uang sekolah. Ongkos dan jajan tiap hari saya kasihnya pas-pasan.” (Romauli, 44th).

c. Strategi Jaringan Informan 2

Dalam rangka membangun pandangan sosial yang baik di mata

masyarakat sekitar tempat tinggal, Ibu tunggal selalu menjaga sikap yang wajar

dan santun kepada para tetangga. Ibu Romauli dalam bersosialisasi dengan

masyarakat tempat tinggal memilih sikap wajar apa adanya tetapi tetap peduli dan

sering bertegur sapa sekedar menanyakan kabar dari orang yang lewat di depan

rumah atau meluangkan waktu untuk mengobrol dengan para tetangga sekitar.

Selain bersikap baik dengan tetangga, Ibu Romauli juga cukup aktif dalam

perkumpulan gereja menurutnya hubungan dengan masyarakat dan kelompok

sangat penting di jaga karena jika ada kesulitan yang pertama diminta bantuan

adalah tetangga ataupun aggota kelompok.

“ sama tetangga saya baik, sering cerita sama tetangga kalo ada masalah.

Kalo cerita rasanya hati tenang . apalagi saya kan kerjanya sama tetangga saya, saya slalu di kasih tau kalo ada kerjaan di ladang orang jadi kalo bukan tetangga gak ada yang bantu saya. Perkumpulan gereja saya slalu ikut kalo curhat saya sering juga disemangati sama teman satu perkumpulan, kalo mau natal dari gereja dikasih bantuan buat janda, saya dapat juga.”(Romauli, 44th)

Strategi jaringan merupakan strategi yang juga dilakukan informan 2

(52)

karena informan sebisa mungkin akan tetap berusaha sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain ketika membutuhkan uang, salah satunya adalah menjual

sebagian harta berharga. Harta yang dijual biasanya perhiasan emas, namun jika

belum cukup maka subjek akan meminjam kepada tetangga. Hal tersebut

terungkap dari pernyataan informan yang mengatakan:

“kalau butuh uang dadakan biasanya saya menjual barang berharga

seperti cicin emas milik saya tapi kelau masih tidak cukup terpaksa pinjam ke tetangga. Saya jual karena terpaksa karna anak saya pertama butuh uang buat ujian kalo ada tunggakan uang sekolah anak saya gak bisa ujian atau waktu tiba tanggal bayaran kontrakan ”

(Romauli, 44 th).

Strategi jaringan lain yang diterapkan dalam hal pemenuhan kebutuhan

pangan adalah dengan mengkonsumsi bantuan beras yang didapat dari pemerintah

yaitu RASKIN, setiap bulan Ibu Romauli mendapat bantuan beras sebanyak 10kg

dari kepala desa. Beras ini cukup membantu kebutuhan pangan informan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan informan yaitu :

“ Setiap bulan saya dapat bantuan beras RASKIN sebanyak 10kg dari

kepala desa , berasnya untung-untungan kadang dapat yang enak tapi kadang keras dan berasnya banyak yang hancur. Tapi saya syukuri karena beras yang saya dapat cukup membantu apalagi harga beras sekarang mahal. (Romauli,44th)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan

hidup yang diterapkan informan 2 yaitu menerapkan strategi aktif dengan

(53)

rambutan dan membuat roti pada saat menjelang tahun baru serta peran anggota

keluarga yaitu anak bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik jagung untuk

menambah pendapatan keluarga. Strategi pasif dilakukan dengan menerapkan

budaya hemat yaitu makan dengan lauk seadanya, membeli sayuran murah,

menyimpan uang untuk uang sekolah anak, membeli baju baru ketika natal dan

berobat ke puskesmas ketika sedang sakit. Sedangkan strategi jaringan yang

dilakukan adalah meminjam pada tetangga ketika membutuhkan uang secara

mendadak dan pemanfaatan jaringan sosial berupa RASKIN dari pemerintah

setiap bulannya untuk kebutuhan pangan keluarga.

Informan Penelitian 3

Informan penelitian 3 bernama Maimunah , berumur 45 tahun, beliau

sudah menjadi orang tua tunggal selama 8 tahun. Pendidikan formal hanya sampai

tingkat SD, tanggungan keluarga yang dimiliki adalah 3 orang anak, anak pertama

bernama Wahyu sudah semester 5 di perguruan Tinggi Swasta dan kedua anak

kembarnya bernama Ana dan Ani yang masih duduk di bangku sekolah kelas 3

SMA. Dilihat dari sisi ekonomi keluarga, keluarga subjek dapat digolongkan

keluarga yang miskin, hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang ditempati

masih tergolong sederhana, dinding rumah masih terbuat dari kayu beratapkan

seng. Luas rumah yang mereka tempati hanya seluar 5m x 10m, terdapat dua

kamar di dalam rumah mereka.

Seperti informan 1 dan 2 kemiskinan yang dialami keluarga informan 3

juga dikarenakan pekerjaannya hanya sebagai penjual gorengan. Hasil menjual

gorengan yang diperoleh tidak menentu 100 ribu rupiah setiap hari jika penjualan

(54)

yang kecil dan tidak menentu membuat informan tidak mampu jika harus

membiayai semua kebutuhan keluarga. Hal tersebut terungkap dari pernyatan

informan yang mengatakan :

Pendapatan dari hasil jualan ini mah gak cukup dek buat kebutuhan

sehari-hari, belum lagi Ibu harus mutar balik modal buat jualan besok, satu harinya ibuk harus ngasih ongkos anak sekolah Rp.30.000.”(Maimunah, 45th)

Sama seperti informan 1 dan 2 informan 3 juga menerapkan tiga strategi

bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga yaitu strategi aktif,

strategi pasif dan strategi jaringan.

Berbeda dengan informan sebelumnya yang melakukan pekerjaan

sampingan, informan 3 memilih untuk tidak melakukan pekerjaan sampingan. Hal

ini diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“saya tidak punya pekerjaan sampingan cuma jual gorengan saja”

(Maimunah, 45th).

Alasan subjek lebih memilih fokus bekerja sebagai penjual gorengan

karena keterampilannya yang terbatas dan ingin punya lebih banyak waktu di

rumah dengan anaknya.

a. Strategi Aktif Informan 5

Strategi aktif dilakukan oleh isteri informan dengan memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki keluarga mereka secara optimal yaitu menanami pekarangan

rumah mereka dengan tanaman yang nantinya akan dijual. Sebagaimana yang

(55)

“Ibuk nanam duku di belakang rumah untuk lumayan tiap musim duku

bisa dijual, sama nanam daun ubi untuk bisa di jual ke tukang pecal dekat sini atau buat sayur ibuk.” (Maimunah ,45th).

Usaha yang dilakukan informan hanya mampu memberi sedikit tambahan

bagi pendapatan , pendapatan yang diterima belum cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara layak sehingga anggota keluarga lain yaitu anak

pertama informan harus rela bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Hal

ini terungkap dari penyataan anak informan yang mengatakan:

“ Aku sekarang kerja pulang kuliah di bengkel dekat rumah, uangnya aku

pake buat ongkos kuliah aku sama bantu mamak buat belanja sehari-hari”(wahyu, 21th)

Upah yang diterima dari pekerjaan di bengkel sekitar Rp.50.000 per hari

namun upah tersebut belum termasuk uang makan sehingga untuk mensiasati hal

tersebut wahyu membawa bekal dari rumah sehingga tidak perlu membeli

makanan. Pekerjaan ini dilakukan sepulang kuliah dan pada hari libur. Alasan

Wahyu memilih bekerja sebagai montir di bengkel adalah keinginannya yang kuat

untuk tetap kuliah sampai kuliahnya selesai.Hal ini terungkap dari pernyataan

informan yang mengatakan:

kalau untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga tidak cukup ngandalin

jual gorengan terutama jika harus menyekolahkan anak sampai tinggi

tidak cukup apalagi anak Ibuk dua lagi masih SMA butuh biaya banyak juga udah kelas 3 jadi abangnya kerja buat bayar kuliahnya sendiri, adek-adeknya bantu ibuk jualan” (Maimunah, 45th).

(56)

Mengenai keadaan ekonomi, beliau berucap syukur karena selalu merasa

tercukupi. Beliau memanfaatkan pendapatan dari berdagang gorengan dengan

mengutamakan hal-hal penting terlebih dahulu seperti sekolah anak, pangan

sehari-hari dan kewajiban bayar listrik. Hal ini dilakukan agar tetap bisa bertahan

hidup. Sebagaimana pernyataan informan yang mengatakan:

“Alhamdulillah di cukup-cukupkan lah dek, orang cuma buat Ibuk sama

anak Ibuk balik modal lah juga ada untung, kadang Rp.100.000 tapi itu kotor sudah sama modal kadang pernah kotor cuma dapet Rp.50.000, gak apa dek yang penting bisa kebayar semua kebutuhan makan ,bayar sekolah dan bayar listrik.” (Maimunah, 45th).

Untuk kebutuhan pangan subjek tetap memenuhi kebutuhan makan

keluarga tiga kali dalam sehari namun dengan lauk seadanya. Hal tersebut

diketahui dari pernyataan informan yang mengatakan:

“tetap tiga kali makan sehari, tapi seadanya aja lauknya, lebih sering

sayuran. Ikan atau daging jarang, diaka

Gambar

Gambar 1 : observasi terhadap kegiatan Informan kunci
Gambar 2 : kegiatan wawancara dengan informan kunci
Gambar 3 : Kegiatan wawancara dengan informan tambahan
Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Namo Bintang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan website Alex Fitnes Center ini dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL Dalam hal ini penulis menggunakan program macromedia dreamweaver mx untuk

Data aktivitas untuk penghitungan emisi dari perubahan penggunaan lahan adalah luas suatu penutupan hutan dan lahan yang dalam periode analisis tidak mengalami perubahan

Pembuatan situs ini digunakan untuk menyebarluaskan soal-soal psikotes yang umumnya diberikan saat tes penerimaan calon pegawai, agar dapat diketahui oleh banyak orang dan

menjabarkan beberapa informasi penting mengenai kerangka kerja NAMAs Indonesia yang saat ini masih dalam penyusunan. Dokumen ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Pengolahan berupa : (1) Retouch wajah dari foto asli yang menunjukan noda jerawat, sampai wjah menjadi bersih, (2) Pembuatan sketsa hitam putih, (3) Retouch warna kulit menjadi

Unilateral and supported NAMAs will be integrated into national and provincial development reports. In accordance with Government Regulation No. 10 year 2011 on the Mechanism

Inti teknologi AJAX salah satunya adalah dengan adanya statement XMLHTTPRequest, XMLHTTPRequest sendiri ialah suatu fungsi javascript yang mana berfungsi untuk melakukan pertukaran

Comparing the result of the proposed method in Figure 4-(a) and post-classification comparison result with 4 different pairs of pre- and post-disaster images in Figure