• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Sikap Keberagamaan Siswa

1. Pengertian Sikap Keberagamaan Siswa

Sebelum sampai kepada pengertian sikap keberagamaan terlebih dahulu ada baiknya penulis menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari kata agama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa sikap adalah “perbuatan dan

sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (pendapat atau keyakinan) atau

dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”.34

Dalam pengertian umum “sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi efektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan

penghayatan individu”.35

Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan (faktor intern) seseorang serta tergantung objek tertentu.

Drs. Ngalim Purwanto mendifinisikan sikap sebagai berikut: “sikap adalah

suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu

perangsang atau situasi yang dihadapi”.36

Prof. Dr. Mar’at merangkum pengertian sikap dalam 11 rumusan. Rumusan

umum tersebut yaitu, bahwa:

1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan.

2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.

3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di sekolah, di rumah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.

34

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.838

35

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet-8, h.207

36

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), cet-8, h.141

4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu-ragu. 6. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau

lemah.

7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan disaat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok.

8. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup individu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10.Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai

konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan.

11.Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan tidak memadai.37

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari komponen tersebut secara kompleks.

Jadi jelaslah bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi berupa “predisposisi” tingkah laku. Dapat lebih dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tertentu.

Sedangkan kata Agama banyak didefinisikan oleh para ahli diantaranya, yaitu:

Menurut Quraish Shihab, agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama diantaranya adalah hubungan makhluk dengan sang pencipta yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam

37

perilaku kesehariannya. Dengan demikian agama meliputi tiga persoalan pokok yaitu tata keyakinan (atas adanya kekuatan supranatural) tata peribadatan (perbuatan yang berkaitan dengan zat yang diyakini sebagai konsekuensi keyakianan) dan tata kaidah (yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam sekitarnya.38

Menurut M. Hasby Ash Shiddiqy, definisi agama adalah “aturan-aturan dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai petunjuk kepada manusia agar dapat selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat dengan petunjuk-petunjuk

serta teladan pekerjaan Nabi beserta kitabnya”.39

Robert H. Thouless mendefinisikan “agama adalah sikap atau cara

penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat ruang dan waktu”.40 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keberagamaan adalah “perihal beragama/ mengenai agama”.41

Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa agama adalah suatu zat yang lebih agung dan tinggi yang membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus ditaati demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, sedangkan keagamaan itu sendiri berarti perilaku dalam kehidupan beragama. Keberagamaan merupakan perwujudan sikap dan perilaku mereka yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, dan syariah dan hal-hal yang dianggap suci dan keramat yang berasal dari Allah.

Jadi sikap keberagamaan remaja adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang remaja yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, atau dengan kata lain “sikap keberagamaan

merupakan suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama”. Sikap keberagamaan tersebut

38

Fuad Nashori dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000), cet-1, h.17

39

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-ma’rif,

1989), h.119 40

Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), cet-2, h.22

41

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.12

terbentuk oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antar pengetahuan agama, perasaan agama, serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.42

2. Sikap Siswa Remaja Terhadap Agama

Sikap remaja terhadap agama ada dua, yaitu : a. Percaya Turut-turutan

Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena ibu bapaknya orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, maka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedar mengikuti suasana lingkungan di mana ia hidup. Percaya turut-turutan ini biasanya tidak lama, dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun).

b. Percaya dengan kesadaran

Kesadaran agama pada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu, tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya.

Dokumen terkait