• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Siti Istianah

NIM 208011000075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Keberagamaan Siswadi SMPN 6 Tangerang Selatan.

Guru agama Islam adalah seorang pendidik yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama Islam kepada anak didiknya dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani demi memenuhi amanah yang diperintahkan Allah SWT, agar terciptanya generasi yang dapat mengatur dan menata alam semesta ini dengan rapi nan tertata indah.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa. Seberapa besar peranan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan siswanya. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan ganda, dan data dari hasil penelitian yang penulis buat dapat diketahui bahwa jumlah prosentase yang menjawab selalu lebih banyak yaitu 611%, dibanding prosentase yang menjawab sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam cukup berperan dalam membina sikap keberagamaan siswa, serta dapat memberikan dan menerapkan nilai-nilai ajaran agama dengan baik terhadap para siswa.

(7)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tertuntun untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan sarjana program strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Shalawat serta salam selalu penulis lafadzkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang atas perjuangan dan bimbingannya kita masih berada di jalan-Nya. Serta yang telah memberikan cahayanya untuk menerangi jalan kehidupan seluruh umat. Walaupun skripsi ini masih belum sempurna, tapi dengan penuh rasa syukur penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan peran banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ingin sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Bahrissalim, M. Ag dan Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Rusdi Jamil, MA. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu dan uswatun hasanah kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah SWT membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan. 5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini memberikan andil besar dalam hal penyediaan bahan pustaka dan sumber-sumber bacaan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

(8)

iii

dalam memberikan dukungan moral dan materil, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk buah hatimu ini, sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga selesai.

8. Kepada Adik-adikku tersayang dan gokil abis, Ahmad Azhari (Ari) dan Muhammad Husen (Husen), serta saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan dukungan dan doa, sehingga memberikan motivasi pada penulis untuk selalu bersemangat demi kelancaran skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabatku terkasih Resti, Lala, Eva, Azka, Nurul, Indah Royta, Isma, Bangun dan mamih Bona (PBI) yang selalu memberikan motivasi, inspirasi dan bantuan serta senantiasa mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10.Kepada seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islamangkatan

2008 khususnya kelas “A”, yang selalu memberikan dukungan dan indahnya

kebersamaan dalam kelas Istimewa.

Kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, apapun bentuknya baik berupa tenaga, waktu, dan doa penulis ucapkan terima kasih banyak.

Mudah-mudahan segala amal dan jasa baik mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diterima oleh Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Skripsi ini merupakan karya awal bagi penulis sehingga sangat mungkin masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis terbuka terhadap kritik dan sarannya dari segenap pembaca. Akhir kata penulis mempersembahkan skripsi ini segala kelebihan dan kekurangannya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin...

(9)

iv

ABSTRAK

...

i

KATA PENGANTAR

...

ii

DAFTAR ISI

...

iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

...

1

B. Identifikasi Masalah

...

6

C. Pembatasan Masalah

...

6

D. Perumusan Masalah

...

7

E. Tujuan Penelitian

...

7

F. Manfaat Penelitian

...

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

...

8

1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

...

9

2. Fungsi Guru PAI

...

17

3. Tugas Guru PAI

...

18

4. Peranan Guru PAI

...

19

B. Sikap Keberagamaan Siswa

...

23

1. Pengertian Sikap Keberagamaan Siswa

...

23

2. Sikap Siswa Remaja Terhadap Agama

...

26

C. Kajian Relevan

...

26

D. Kerangka Berfikir

...

29
(10)

v

C. Populasi dan Sampel

...

32

D. Teknik Pengumpulan Data

...

32

E. Teknik Analisa Data

...

34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

...

36

B. Deskripsi Data

...

40

1. Data Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

...

40

2. Data Sikap Keberagamaan Siswa

...

55

C. Analisi dan Interprestasi Data

...

70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

...

75

B. Implikasi ... 76

C Saran

...

76

DAFTAR PUSTAKA

...

77
(11)

vi

Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa ... 33

Tabel 2 : Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk menghormati

orang tua, guru dan teman ... 40

Tabel 3 : Guru Pendidikan Agama Islam hadir di kelas tepat waktu ... 41

Tabel 4 : Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan dan contoh nasehat

yang baik pada saat belajar mengajar ... 42

Tabel 5 : Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk membicarakan

kejelekan orang lain (ghibah) ... 43

Tabel 6 : Guru Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi untuk berakhlak

al-Karimah ... 44

Tabel 7 : Ketika menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam, Guru

menggunakan media/alat peraga ... 45

Tabel 8 : Guru Pendidikan Agama Islam menyuruh siswa agar berpakaian rapi dan

sopan ... 46

Tabel 9 : Guru Pendidikan Agama Islam menghukum siswa apabila tidak

mengerjakan pekerjaan rumah ... 47

Tabel 10 : Guru Pendidikan Agama Islam mengawasi siswa pada saat ujian

Pendidikan Agama Islam berlangsung ... 48

Tabel 11 : Guru Agama Pendidikan Agama Islam mendorong siswa untuk

melaksanakan nilai-nilai agama ... 49

(12)

vii

Tabel 15 : Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk memakai narkoba ... 53

Tabel 16 : Guru Pendidikan Agama Islam melarang siswa untuk tawuran ... 54

Tabel 17 : Ketika tidak diperintahkan orang tua/guru, siswa mengerjakan sholat lima

waktu ... 55

Tabel 18 : Meski waktu sholat telah tiba, siswa tetap menonton televisi ... 56

Tabel 19 : Jika nilai ulangan baik, siswa mengucapkan hamdalah ... 57

Tabel 20 : Setiap hari siswa selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an .... 58

Tabel 21 : Pada bulan Romadhon, siswa melaksanakan puasa Ramadhan ... 60

Tabel 22 : Siswa melaksanakan puasa sunnah ... 61

Tabel 23 : Ketika memiliki uang, siswa memberi infak atau bersedekah kepada orang

yang kurang mampu ... 62

Tabel 24 : Ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada siswa, siswa akan

mengerjakannya ... 63

Tabel 25 : Ketika siswa bertemu dengan guru dijalan, siswa menyapa/mengucapkan

salam kepada guru ... 64

Tabel 26 : Siswa mendengarkan dengan seksama (tidak ramai sendiri) ketika guru

sedang berbicara di depan kelas ... 65

Tabel 27 : Ketika teman berbuat kesalahan kemudian ia meminta maaf, siswa

memaafkannya ... 66

Tabel 28 : Ketika sedang mengikuti ujian sekolah (ulangan harian, uts, uas dan

(13)

viii

menggunakan kata-kata yang tidak sopan (kata-kata kotor) ... 69

Tabel 31 : Ketika berjanji dengan orang lain, siswa menepatinya ... 70

Tabel 32 : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Sikap

(14)

ix

Gambar Grafik 2 ... 42

Gambar Grafik 3 ... 43

Gambar Grafik 4 ... 44

Gambar Grafik 5 ... 45

Gambar Grafik 6 ... 46

Gambar Grafik 7 ... 47

Gambar Grafik 8 ... 48

Gambar Grafik 9 ... 49

Gambar Grafik 10 ... 50

Gambar Grafik 11 ... 51

Gambar Grafik 12 ... 52

Gambar Grafik 13 ... 53

Gambar Grafik 14 ... 54

Gambar Grafik 15 ... 55

Gambar Grafik 16 ... 56

Gambar Grafik 17 ... 57

Gambar Grafik 18 ... 58

Gambar Grafik 19 ... 59

(15)

x

Gambar Grafik 24 ... 64

Gambar Grafik 25 ... 65

Gambar Grafik 26 ... 66

Gambar Grafik 27 ... 68

Gambar Grafik 28 ... 69

Gambar Grafik 29 ... 70

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai perubahan dalam setiap aspek kehidupan dewasa ini berlangsung dengan cepat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perubahan dalam satu bidang menimbulkan perubahan dalam bidang lain, perubahan-perubahan ini tidak selamanya dapat diperkirakan secara pasti. Perkembangan dalam bidang IPTEK menimbulkan perubahan-perubahan dalam bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik.

(17)

Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang tidak diimbangi dengan kemajuan dan peningkatan iman dan taqwa dapat membawa pengaruh negatif yang kuat terhadap kehidupan masyarakat, bahkan terutama membawa kepada kemudharatan, bagi kepribadian generasi muda saat ini.

Dalam kehidupan sekarang ini para remaja dan pelajar khususnya banyak berbuat sesuatu di luar pemikiran dan akal sehat karena tidak dilandasi iman yang kuat. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat, bahkan sering kali bagi politik. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol bisa menjadi kenakalan.1

Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya, atau mengalami kebingungan identitas, cenderung menampilkan perilaku menyimpang atau aneh-aneh. Perilaku menyimpang itu seperti dalam penampilan diri dan cara berpakaian (memakai celana dan baju yang sobek-sobek, anggota badan tertentu ditato, rambut dipunk dan dicat warna-warni), berkata kasar (tidak sopan/santun), senang mengonsumsi minuman keras, dan melakukan tindak kriminal.2

Penyimpangan yang dilakukan remaja tidak lepas dari pengaruh perkembangan kehidupan kejiwaannya yang sedang mengalami kegoncangan akibat perubahan-perubahan baik dari segi jasmani maupun rohaninya yang berjalan begitu cepat.

Kartini Kartono mengatakan, ”Pada masa pertumbuhan remaja antara umur

12-17 tahun sering mengalami suatu bentuk krisis yang berupa kehilangan

keseimbangan jasmani dan rohani”.3

Kegoncangan pada jiwa remaja tersebut menimbulkan berbagai keresahan yang menyebabkan labilnya pikiran, perasaan,

1

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.72

2

SyamsuYusuf L.N, dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.97

3

(18)

dan kemauan begitu juga keyakinan terhadap tuhan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya yang tidak stabil.

Sejalan dengan perkembangan fisik dan psikis remaja, berkembang sikap keagamaannya. Perkembangan sikap keagamaan remaja sangat berhubungan erat dengan sikap percaya kepada Tuhan yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan (pergaulannya) masyarakat yang diwujudkan kepada pengalaman ajaran agama serta penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya sehari-hari.

Oleh karena itu sering terlihat suatu keadaan jiwa tertentu pada jiwa remaja, yaitu perasaan maju mundur dalam beriman. Sebagaimana Zakiah Daradjat

menyatakan, “Religiusitas remaja tidak sama tetapnya dengan orang dewasa atau masa kanak-kanak”.4 Tidak akan menemukan perasaan agama yang sama kuatnya disetiap waktu.

Identitas keagamaan remaja adalah sikap yang diwujudkan dengan pengalaman sepenuhnya terhadap ajaran agamanya, dalam hal ini adalah ajaran Allah SWT, dan Rasul-Nya. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang

dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa “Pendidikan Islam berarti

pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya”.5 Jadi remaja yang ideal (dalam hal sikap keagamaannya) adalah remaja yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mebentuk generasi yang ideal dan militan adalah bukan suatu hal yang sulit apabila semua aspek bergabung saling menopang satu sama lainnya, antara lingkungan keluarga yang harmonis, pergaulan yang baik dan bersifat agamis serta pemerintah memberi fasilitas kegiatan yang positif.

4

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.82 5

(19)

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah.

Pada zaman sekarang, seorang guru jarang menggunakan metode yang efektif dan efisien kepada siswanya, seperti PAIKEM, CTL dan lain-lain. Mereka hanya memberikan tugas-tugas untuk mengisi kekosongan dalam kegiatan belajar mengajarnya, sehingga siswa tidak dapat belajar dengan baik dan cenderung melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, seperti memainkan handphone, bermain-main di dalam kelas dan lain-lain.

Di sekolah guru bertanggung jawab terutama terhadap pengembangan seluruh potensi siswa, akan tetapi seringkali menganggap bahwa tugas utamanya hanyalah memenuhi pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapatkan nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi, ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran agama Islam. Malahan di luar sekolah pun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik.6

Oleh karenanya, “seorang guru (terutama guru agam) dituntut untuk mampu

menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana dan hati-hati dari seorang guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model”.7 Artinya setiap guru diharapkan mampu memberi contoh bagi anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

6

Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.72-73

7

(20)

Disinilah letak pentingnya peranan keluarga, guru dan lingkungan. Jika si anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral atau tidak mengerti cara mendidik, kemudian dilanjutkan di sekolah-sekolah yang diajar oleh guru-guru yang kurang pandai mendidik ditambah pula lingkungan atau masyarakat yang kurang mengindahkan moral, maka sudah barang tentu hasil yang akan terjadi pada diri si anak itu, tidak menggembirakan dai segi moral.8

Guru agama mempunyai peranan yang sangat strategis. Karena disamping ia dituntut untuk menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan kurikulum sekolah, ia juga dituntut untuk mampu membentuk kepribadian siswa dan menumbuhkan serta membiasakan norma-norma dan nilai-nilai religius bagi anak didik dalam lingkungannya.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya guru agama dituntut untuk mampu mengorientasikan pendidikan agama bukan hanya bagaimana agar anak didik itu menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, tetapi juga harus mampu mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, mampu berhubungan dengan sesama (teman, orang tua, guru dan lingkungannya) dengan baik.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih tema dalam skripsi dengan judul: “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN SIKAP

KEBERAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI 6 TANGERANG

SELATAN”.

8

(21)

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi peneliti adalah sebagai berikut : 1. Guru belum efektif dan efisien dalam mengajar.

2. Kurangnya peran guru pendidikan agama Islam dalam membina sikap pribadi siswa.

3. Sikap siswa terhadap guru dan teman kurang baik. 4. Sikap siswa terhadap orang tua kurang santun.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka pembatasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Adapun Peranan Pendidikan Agama Islam disini adalah proses bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dengan mengajarkan, mengarahkan, melatih dan memberikan contoh untuk mengamalkan ajaran agama, baik melalui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di dalam kelas ataupun pelaksanaan Pendidikan Agama Islam diluar kelas seperti kegiatan keagamaan yang berciri khaskan Islam.

2. Sikap Keberagamaan Siswa

(22)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian guru terhadap siswanya sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan sikap keberagamaan.

2. Dapat berdaya guna, terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan di bidang agama dalam menanggulangi penyimpangan sikap siswa dan peningkatan kualitas pendidikan Islam yang lebih baik di masa yang akan datang.

3. Dapat memberikan informasi pada orang tua murid agar memperhatikan anaknya dalam pergaulan sehari-hari.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan

“pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan

guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun sengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar-mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.1 Dalam dimensi dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia mulia yang mempunyai tanggung jawab berat dan besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu.

1

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.143

(24)

Sejalan dengan ini adalah Allah SWT mengisyaratkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11:



























































































Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat berperan, karena guru itulah yang akan bertanggung jawab dalam upaya membina dan membimbing perilaku anak didik guna pembentukan pribadinya, terlebih-lebih guru agama, karena mempunyai tanggung jawab yang lebih berat yaitu selain ia bertanggung jawab terhadap pembinaan sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.

1. Pengertian Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

(25)

Yang pertama, peran memiliki arti pelaku sebagai tokoh sandiwara atau biasa juga diartikan sebagai suatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan utama dalam terjadi hal atau peristiwa.2 Peran memiliki makna yang berarti tingkah laku atau prilaku. Kata peran yang mendapatkan kata akhiran “an” menjadi peranan adalah suatu fungsi atau kedudukan.3

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah “Perangkat tingkah laku

yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia, peran adalah “Sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan utama (dalam suatu peristiwa)”.4

Peranan itu sendiri memiliki arti yaitu “Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.5

Peran sangat penting sekali dalam kehidupan manusia khususnya dimasa sekarang ini, karena menurut pengertian diatas peran itu harus dilaksanakan oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, seperti perlunya peran guru dalam menanggulangi kebodohan, perlunya peran orang tua dalam mendidik anak ke jalan yang benar, perlunya peran negara dalam mengentaskan kemiskinan dan begitu pula dengan perlunya peran manusia untuk menyayangi sesama manusia. Dan peran yang baik akan terwujud kehidupan manusia menjadi aman dan tentram.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peran dapat diwujudkan oleh orang yang lebih tinggi tingkatannya dalam suatu masyarakat, hal tersebut dapat terlaksana jika terdiri dari beberapa manusia.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h.854

3

Slameto, Bimbingan disekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.10

4

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h.573

5

(26)

Yang kedua, kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dari kata teacher yang berarti pengajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik atau mengajar.6

Menurut Syaiful bahri Djamarah, bahwa “Guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di Mesjid, di

surau/musholah, di rumah, dan sebagainya”.7

Menurut Zakiah Daradjat, Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.8

Sebab dalam hal ini, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pementukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara afektif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan

transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.288

7

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet-1, h.31

8

(27)

values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan

menuntun siswa dalam belajar.9

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab

1 Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, turor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.10

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.11

Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan. Ia memegang peranan yang sangat penting. Guru pendidikan agama Islam berbeda dengan guru bidang studi lain. Guru agama harus mampu memancarkan nilai-nilai ajaran agama, baik dalam penampilan dirinya secara pribadi maupun dalam pengelola kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Guru agama dalam tugasnya mengajar, mendidik, membimbing, memberikan keterampilan dan norma-norma kesusilaan dan agama.

Dari beberapa pengertian di atas, dapap disimpulkan bahwa guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju ke arah

9

Ibid., h.125 10

Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam), h.35

11

(28)

kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan dan memberikan nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya pendidikan agama Islam. Istilah pendidikan diambil dari kata

“didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang mengandung

pengertian perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula

berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Paedagogie” yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang

berarti pendidikan.12

Menurut Ngalim Purwanto, bahwa “Pendidikan adalah segala usaha orang

dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.13

Menurut Zuhairini, bahwa “Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur

hidup”.14

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, tahu dan dapat membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang tidak baik. Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.

12

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.1 13

M. Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007), h.11

14

(29)

Dari definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan adalah suatu proses atau usaha penumpukan pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri seseorang yang dilakukan dengan sengaja dan terencana, yang dilaksanakan oleh orang dewasa (pendidik) untuk merubah sikap dan tata laku anak-anak (terdidik), dari tahap maupun prosesnya baik secara jasmani maupun rohani agar tercipta manusia yang sempurna.

Bicara tentang pendidikan, cangkupannya sangat luas sekali. Dalam hal ini peneliti bermaksud membahas mengenai Pendidikan Agama Islam.

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (Way of Life).15

Menurut Abdul Rachman Shaleh mengatakan, “Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan

Nasional”.16

Sedangkan menurut Ramayulis, pengertian dari Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengahayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.17

15

Zakiah Daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet-3, h.86

16

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet-1, h.31

17

(30)

Pendidikan Agama adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing siswa yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, maupun cara berfikirnya. Melalui pendidikan agama terjadilah proses pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga ajaran agama diharapkan akan menjadi bagian integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak akan mencerminkan sikap Islamiyah.

Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia dengan kualitas diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional dibidang pendidikan, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani.18 Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.19

“Pengaruh pendidikan agama Islam di sekolah dikalangan remaja baru dapat terbentuk bila guru yang bersangkutan benar-benar memiliki personalitas yang bulat dan utuh dengan keyakinan penuh terhadap kebenaran agama yang diajarkan, berwibawa, terampil dalam menerapkan metode yang sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan remaja”.20

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam dan

18

M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h.75. 19

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1974), h. 23.

20

(31)

dilakukan dengan sadar untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal dan menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan al-Hadits, agar tidak menguasai ilmu pengetahuan agama saja akan tetapi seluruh aspek kepribadiannya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, Menurut Basyiruddin dan Syafruddin pengertian guru pendidikan agama Islam adalah pendidik profesional. Profesional berasal dari kata profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.21

Pekerjaan profesional sebagai pendidik pada dasarnya bertitik tolak dari panggilan jiwa, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab keilmuan. Kinerja guru pendidikan agama Islam menyangkut semua aktifitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh seorang pendidik agama Islam dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran agama Islam.

Menurut Ahmad D Marimba, “Guru agama Islam adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik”.22

Menurut Prof.H.M. Arifin M. Ed, adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam.23

Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya atau

21

Syafruddin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.15

22

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Alma’arif,

1998), h.37 23

(32)

menspesialisasikan diri untuk melakukan kegiatan menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada murid sebagai pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Guru PAI

Secara tidak disadari dalam berbagai praktik dan pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya dan proses pendidikan pada umumnya, fungsi guru

sebagai “pengajar” (penyampai ilmu pengetahuan) masih cenderung untuk menonjol. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa guru pada umumnya akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memerhatikan sikap dan tingkah laku anak sehari-harinya.24

Pekerjaan jabatan guu agama adalah luas, yaitu “untuk membina seluruh

kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, fungsi guru dalam membina siswa tidak terbatas pada interaksi belajar

mengajar saja”.25

Selain sebagai pendidik, “guru mempunyai berbagai fungsi, di antaranya sebagai informatory, yaitu guru sebagai pelaksana cara mengajar informasi, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun

umum”.26

Fungsi sentral guru adalah mendidik. Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi instruksional) dan

24

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 2011), cet-19, h.139

25

Zakiah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet-2, h.262

26

(33)

kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Dari pada itu guru pun harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya sendiri untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik).

3. Tugas Guru PAI

Tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat sekitarnya.27

Guru adalah figur seorang pemimpin yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, ia juga mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tugas guru antara lain:

a. Tugas guru sebagai suatu profesi yaitu menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.

c. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

d. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menetapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

27

(34)

e. Tugas guru sebagai kemanusiaan berarti guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.28

Menurut Zakiah Daradjat, Dkk, tugas guru yaitu: a. Guru sebagai Pengajar

Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

b. Guru sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing, guru dapat memberikan dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.

c. Guru sebagai Administrasi

Guru bertugas sebagai administrasi, bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar.29

4. Peranan Guru PAI

Sesungguhnya setiap kita orang Islam berkewajiban menyampaikan ajaran agama, yang kita ketahui kepada orang lain, seperti yang dimintakan oleh Nabi Muhammad saw.30 Berangkat dari konsep operasional, pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, maka pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan Islam.

28

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,..., h.37

29

Zakiah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet-1, h.265-267

30

(35)

Abdullah Nashih „Ulwan berpendapat bahwa tugas dan peran pendidik atau guru adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua, dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menjadikan manusia itu sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaannya, serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan oleh Allah SWT.31

Menurut Drs.M. Uzer Usman, Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.32

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai beberapa peranan yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Di antara peranan utama seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah:

a. Guru sebagai Demonstrator

Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

31

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ..., h.95 32

(36)

b. Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

d. Guru sebagai Evaluator

Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.

Menurut Sardiman, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

a. Guru sebagai Informator

Guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Guru sebagai Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

c. Guru sebagai Motivator

(37)

(aktivitas), dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

d. Guru sebagai Pengarah

Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Guru sebagai Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. f. Guru sebagai Transmitter

Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Guru sebagai Fasilitator

Guru dapat menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

h. Guru sebagai Mediator

Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator juga diartikan penyediaan media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

i. Guru sebagai Evaluator

Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.33

33

(38)

B. Sikap Keberagamaan Siswa

1. Pengertian Sikap Keberagamaan Siswa

Sebelum sampai kepada pengertian sikap keberagamaan terlebih dahulu ada baiknya penulis menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari kata agama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa sikap adalah “perbuatan dan

sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (pendapat atau keyakinan) atau

dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”.34

Dalam pengertian umum “sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi efektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan

penghayatan individu”.35

Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan (faktor intern) seseorang serta tergantung objek tertentu.

Drs. Ngalim Purwanto mendifinisikan sikap sebagai berikut: “sikap adalah

suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu

perangsang atau situasi yang dihadapi”.36

Prof. Dr. Mar’at merangkum pengertian sikap dalam 11 rumusan. Rumusan

umum tersebut yaitu, bahwa:

1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan.

2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.

3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di sekolah, di rumah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan.

34

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.838

35

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet-8, h.207

36

(39)

4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu-ragu. 6. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau

lemah.

7. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan disaat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok.

8. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup individu. 9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu. 10.Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai

konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan.

11.Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan tidak memadai.37

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dari komponen tersebut secara kompleks.

Jadi jelaslah bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi berupa “predisposisi” tingkah laku. Dapat lebih dijelaskan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tertentu.

Sedangkan kata Agama banyak didefinisikan oleh para ahli diantaranya, yaitu:

Menurut Quraish Shihab, agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama diantaranya adalah hubungan makhluk dengan sang pencipta yang terwujud dalam sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam

37

(40)

perilaku kesehariannya. Dengan demikian agama meliputi tiga persoalan pokok yaitu tata keyakinan (atas adanya kekuatan supranatural) tata peribadatan (perbuatan yang berkaitan dengan zat yang diyakini sebagai konsekuensi keyakianan) dan tata kaidah (yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam sekitarnya.38

Menurut M. Hasby Ash Shiddiqy, definisi agama adalah “aturan-aturan dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai petunjuk kepada manusia agar dapat selamat dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat dengan petunjuk-petunjuk

serta teladan pekerjaan Nabi beserta kitabnya”.39

Robert H. Thouless mendefinisikan “agama adalah sikap atau cara

penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat ruang dan waktu”.40

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keberagamaan adalah “perihal beragama/ mengenai agama”.41

Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa agama adalah suatu zat yang lebih agung dan tinggi yang membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus ditaati demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, sedangkan keagamaan itu sendiri berarti perilaku dalam kehidupan beragama. Keberagamaan merupakan perwujudan sikap dan perilaku mereka yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, dan syariah dan hal-hal yang dianggap suci dan keramat yang berasal dari Allah.

Jadi sikap keberagamaan remaja adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang remaja yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, atau dengan kata lain “sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama”. Sikap keberagamaan tersebut

38

Fuad Nashori dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000), cet-1, h.17

39

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-ma’rif, 1989), h.119

40

Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), cet-2, h.22

41

(41)

terbentuk oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antar pengetahuan agama, perasaan agama, serta tidak keagamaan dalam diri seseorang.42

2. Sikap Siswa Remaja Terhadap Agama

Sikap remaja terhadap agama ada dua, yaitu : a. Percaya Turut-turutan

Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena ibu bapaknya orang beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, maka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedar mengikuti suasana lingkungan di mana ia hidup. Percaya turut-turutan ini biasanya tidak lama, dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun).

b. Percaya dengan kesadaran

Kesadaran agama pada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranya beragama di masa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu, tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya.

C. Kajian Relevan

Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua penelitian yang peneliti kemukakan dibawah ini:

42

(42)

Pertama, Keberagamaan pada Masa Remaja siswa MA Mualimin Parakan Temanggung) tahun 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberagamaan siswa MA Mualimin Parakan Temanggung.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode field research atau penelitian lapangan dengan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Peneliti langsung terjun ke lapangan, tempat penelitian melihat keadaan disana kemudian memperoleh berbagai informasi dan data-data yang dibutuhkan. Kemudian data-data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis induktif. Yaitu metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.

(43)

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para pendidik dan orang tua, para peneliti serta semua pihak yang membutuhkan di lingkungan IAIN Walisongo.43

Kedua, Studi Korelasi antara Tingkat Keberagamaan dengan Kesehatan

Mental Siswa Kelas XI SMA N 8 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

Skripsi ini membahas Studi Korelasi antara Tingkat Keberagamaan dengan Kesehatan Mental Siswa Kelas XI SMA N 8 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. kajiannya dilatar belakangi oleh semakin banyaknya masyarakat yang kondisi mentalnya kurang sehat di era globalisasi ini. Padahal mereka adalah orang yang beriman dan beragama. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa permasalahan: (1). Bagaimana tingkat keberagamaan siswa kelas XI SMA N 8 ? (2). Bagaimana kesehatan mental siswa kelas XI SMA N 8 Semarang? (3). Adakah hubungan antara tingkat keberagamaan dengan kesehatan mental siswa kelas XI SMA N 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011? Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik korelasional. Subyek penelitian 45 responden, menggunakan teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data variabel tingkat keberagamaan dalam dimensi ritualistik, sedangkan instrumen tes digunakan untuk menjaring data tingkat keberagamaan dalam dimensi intelektual. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistic deskriptif dan inferensial. Pengujian hipoteisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat keberagamaan siswa kelas XI SMA N 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang termasuk kategori baik sebanyak 21 siswa atau 47%, kemudian yang termasuk kategori cukup sebanyak 20 siswa atau 44%, dan yang dalam kategori kurang yaitu 4 siswa atau 9%. (2) kesehatan mental siswa kelas XI SMAN 8 Semarang tahun ajaran 2010/2011 yang termasuk kategori baik sebanyak 16 siswa atau 35,55%,

43

(44)

kemudian yang temasuk kategori cukup yaitu 16 siswa atau 35,55%, dan yang termasuk kategori kurang yaitu 13 siswa atau 28,88%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat keberagamaan dengan kesehatan mental , hal ini dapat dibuktikan bahwa rxy lebih besar yaitu 0,982 daripada r tabel yang mana dengan N: 45 diperoleh nilai r pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,288 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,388 maka, HO ditolak dan menunjukkan korelasi tersebut signifikan dan menunujukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria sangat kuat.44

D. Kerangka Berfikir

Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh seorang pelaku atau tokoh utama. Oleh sebab itu, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajarannya dan meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya. Peranan guru pendidikan agama Islam selain mengajar, guru agama juga membimbing, membina dan mengarahkan anak didik ke arah yang lebih baik agar menjadi manusia yang lebih baik dan bertakwa kepada Allah SWT serta bertanggung jawab atas segala perbuatannnya.

Guru agama harus membawa anak didik kepada arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Disamping pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan dengan sengaja oleh guru agama dalam pembinaan anak didik, juga yang sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap dan cara hidup guru itu sendiri, bahkan cara berpakaian, cara bergaul, berbicara dan menghadapi setiap masalah, yang secara langsung tidak tampak hubungannya dengan pengajaran, namun dalam pendidikan atau pembinaan pribadi anak hal-hal itu sangat berpengaruh.

Siswa sebagai subjek yang sedang belajar dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan diri membutuhkan bimbingan dalam upayanya tersebut. Siswa

44

(45)

belajar untuk memahami teori-teori atau pengetahuan tentang segala sesuatu, termasuk nilai-nilai ajaran agama. Nilai-nilai ajaran agama tidak cukup hanya dipelajari sebagai suatu bentuk ilmu tetapi lebih dari itu. Tujuan dari mempelajari nilai-nilai ajaran agama adalah membentuk kesadaran keberagamaan (aspek afektif) sebagai seorang pemeluk agama dan menerapkannya dalam wujud perilaku, sikap dan akhlaknya dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia dan lingkungan hidupnya.

Dengan demikian, jika guru agama berperan aktif dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa dan dapat memberikan contoh teladan yang baik kepada anak didik, maka siswa akan terhindar dari perbuatan dan pergaulan yang menyimpang dari ajaran agama. Siswa akan senantiasa melakukan perbuatan yang baik dalam bergaul di lingkungan sekolah dan masyarakat.

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas,

untuk menguji penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha : Ada pengaruh yang positif antara peranan guru pendidikan agama Islam

dalam pembinaan sikap keberagamaan siswa.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan yang terletak di jalan komplek Villa Bintaro Indah, Jombang, Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan Oktober tahun 2012 hingga selesai pada semester ganjil tahun ajaran 2012.

B. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan tersruktur/sistematis (dikenal dengan istilah kuesioner) yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis.1 Penelitian survei

1

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h.143

(47)

ini meneliti tentang kelompok besar melalui penelitian langsung dari subjek. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode kuantitatif.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek penulisan yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penulisan ini adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 6 Tangerang Selatan yang berjumlah 405 orang siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakter sama dengan populasi. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel, teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simple random sampling, yakni teknik pengambilan sampel secara acak sederhana. Adapun dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa dari masing-masing kelas IX yang dijadikan sampel untuk mewakili seluruh kelas IX yang berjumlah 405 yang ada di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Jumlah sampel yang di ambil adalah 45 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai teknik pengumpulan data pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut:

a) Angket atau Questioner

(48)
[image:48.595.107.518.257.658.2]

angket tersebut. Angket ini terdiri dari 30 item pertanyaan yang terdiri dari15 item mengenai Pendidikan Agama Islam dan 15 item untuk Sikap Keberagamaan Siswa. Responden diminta untuk memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Angket ini disusun berdasarkan indikator berikut ini:

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa

Variabel Indikator Nomor

Item Jumlah Item Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai transmitter (pengajar)

2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai inisiator (pendidik) 3. Peran Guru Pendidikan

Agama Islam sebagai pengarah/pembimbing

4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai motivator

5. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai mediator

6. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Organisator

7. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai evaluator 2

1,11,13,14 dan 15 4,7 3,10 5 6 2,8,9 12 5 2 2 1 1 3 1 2

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,

(49)

Sikap Keberagamaan

Siswa

1. Berdoa dan Berdzikir

2. Melaksanakan shalat lima waktu 3. Membaca Al-Qur’an

4. Melaksanakan puasa Ramadhan maupun sunnah

5. Mengeluarkan Shodakoh 6. Menghormati orang tua 7. Menghormati guru 8. Menempati janji

9. Memaafkan kesalahan orang lain 10. Bersikap jujur

11. Menjaga ucapan dalam berbicara

18 16,17 19 20,21 22 23 24,25 30 26 27,28 29 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1

b) Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dialog (face to face atau calling) untuk mengetahui informasi yang mendalam. Dalam hal ini, penulis mengadakan wawancara atau interview langsung kepada Wakil Kepala Sekolah, Para Guru bidang Studi, Guru BK (Bimbingan Konseling) untuk memperoleh informasi seputar masalah pembinaan sikap siswa.

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan statistik, karena data yang ada disini adalah data kuantitatif. Cara menganalisa data dengan:

1. Editing, mengumpulkan data dengan mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden. Data ini diperoleh dari hasil pertanyaan yang dipilih oleh responden, kemudian dikelompokkan berdasarkan keinginan penulis agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

2. Tabulating, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden.

(50)

Setelah data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa data, dengan cara: Memperoleh nilai frekuensi.

Untuk mengolah angket yang telah penulis peroleh dari responden, dilakukan penganalisaan data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang di dalamnya terdapat kolom frekuensi dan prosentase dengan menggunakan rumus:

Ket:

P = Prosentasi yang dicari F = Frekuensi dari hasil jawaban N = Jumlah seluruh sampel

100% = Bilangan tetap (konstanta)3

3

(51)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 6 Tangerang -Selatan

Pada awal tahun 80-an, masyarakat Desa Jombang dan sekitarnya mengalami kesulitan dalam hal kelanjutan sekolah anak-anaknya, terutama saat anaknya akan melanjutkan ke SMP atau yang sederajat. Hal itu terjadi karena di wilayah Desa Jombang dan sekitarnya belum ada SMP yang dapat menampung alumni SD yang jumlahnya cukup banyak. Alternatifnya, mereka melanjutkan sekolah ke SMP yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya, yaitu ke wilayah Ciputat, Ciledug dan Serpong, bahkan tidak sedikit mereka melanjutkan sekolah ke wilayah DKI Jakarta.

(52)

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pada tahun 1984 berdirilah SMP Negeri Jombang sebagai fillial SMP Negeri 1 Ciputat (SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekarang) dengan membuka 2 kelas sebagai rintisan awal. Perkembangan berikutnya - setelah setahun, pengelolaan SMP Negeri Jombang diserahkan dari SMP Negeri 1 Ciputat kepada SMP Negeri Cireundeu (SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan sekarang) dengan daya tampung kelas 1 menjadi 3 kelas.

Pada tahun 1986, atas swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah Kabupaten Tangerang dan Provinsi Jawa Barat (waktu itu), didirikanlah 2 ruang kelas di atas tanah bekas perkebunan karet di sebelah Barat Kampung Gedong Desa Jombang.

Setelah meluluskan angkatan pertama, tepatnya pada tahun 1987 secara resmi berdiri SMP Negeri Jombang secara definitif dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. Tatang Ruchijat. Dengan demikian, statusnya bukan lagi sebagai SMP Fillial dari SMP Negeri Cireundeu, tapi secara resmi berdiri sebagai SMP Negeri Jombang.

Pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Tatang Ruchijat ini pula, dengan bantuan pemerintah didirikan Unit Gedung Baru (UGB) SMP Negeri Jombang dan selesai pada bulan September 1989 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1989.

(53)

1. Visi Sekolah

Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif, kreatif, religious, berbudi pekerti luhur dan lingkungan yang as

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Peranan Guru Pendidikan Agama
Tabel 2 Guru Pendidikan Agama Islam mengingatkan siswa untuk menghormati
Tabel 3 Guru Pendidikan Agama Islam hadir di kelas tepat waktu
Tabel 4 Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan dan contoh nasehat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Trans Marga Jateng karena tidak memenuhi apa yang sudah disyaratkan dalam peraturan yang ada, sanksi yang lebih berat dari tertundanya kenaikan tarif jalan tol

Sedangkan hasil dari pemisahan menggunakan memban keramik menunjukkan penurna kadar logam yang signifikan dibandingkan dengan kolom filtrasi, membran yang paling

The complimentary close and the signature are aligned and placed near the center of the letter, two spaces below the last paragraph.. Modifed

Program Magister (S2) Sistem Informasi, Manajemen, Teknik Elektro, Sastra Inggris, Psikologi, Teknik Sipil Program Doktor (S3) Ilmu Ekonomi, Teknologi Informasi / Ilmu Komputer..

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

Nilai lamda dilihat dari estimasi yang telah distandarisasi (standardized estimates) menunjukkan bahwa nilai terbesar adalah terdapat logo halal dalam kemasan

Hal yang dilakukan dalam tahapan ini adalah Technology Composition Analysis, Technology Categorization dan Identification of Main Challenges and Uncertainties

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir denganUndang-Undang Nomor 4 Tahun 2014