BAB II DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA
B. Sikap Korea Utara Terhadap Reunifikasi Semenanjung Korea
Semenanjung Korea terbagi menjadi dua Negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Perpecahan yang terjadi di Korea disebabkan perbedaan ideologi diantara keduanya yang menyebabkan konflik sejak tahun 1950-1953. Setelah berakhirnya perang selama 3 tahun, pada tahun 1970 Korea Utara dan Korea Selatan mulai tampil dikalangan masyarakat internasional karena keberhasilannya dalam pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan kemiskinan dalam waktu yang cukup singkat. (Fatimatuzzahra, 2012) Tidak hanya dari segi Ekonomi, pertentangan dan persaingan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang semakin tajam dan saling memperkuat sistem pertahanan masing-masing juga menjadi syorotan masyarakat internasional.
Sejak pertempuran yang terjadi di Semenanjung Korea sepanjang tahun 50-an dan 60-an menjadikan Semenanjung Korea sangat bermusuhan, hal tersebut semakin tidak menormalkan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan. Beberapa upaya reunifikasi telah dilakukan namun belum dapat mendamaikan hubungan mereka. Pada tanggal 1998, pemerintah Korea Selatan Presiden Kim Dae Jung memiliki visi mencapai proses reunifikasi secara damai melalui dialog dan bantuan ekonomi. Presdien Kim Dae Jung adalah aktivis gerakan pro-demokrasi dan anti-militerisme, dilantik sebagai presiden Korea Selatan pada tahun 1998, selalu beritikad baik dalam memimpin maupun dalam mengambil segala kebijakan, dan telah melakukan banyak perubahan dalam kepemimpinanya di Korea Selatan.
7
Sikap Kim Dae Jung yang demokratis tercermin dalam segala tindakan dalam pemerintahannya seperti melakukan perombakan politik demokrasi kebebasan pers melepaskan para tahanan perlakuan buruh yang distandarkan internasional serta dihapuskan larangan demonstrasi. Perjuangan dan pengalaman hidup yang keras mampu membentuk Presiden Kim Dae Jung memjadi figur pemimpin yang keras hati dengan segala upayanya agar segala kebijakannya dapat terealisasikan seperti halnya reunifikasi Korea. Untuk merealisasikan reunifikasi dengan Korea Utara Presiden Kim Dae Jung mengeluarkan kebijakan Sunshine Policy(Kebijakan Matahari) dilakukan dengan cara yang konsisten mengajak Pyongyang untuk berdamai dengan ketulusan hati dan mengurangi segala kekhawatiran situasi yang ada.
Dalam mengeluarkan kebijakannya Presiden Kim Dae Jung juga melakukan serangkaian usaha-usaha yang dapat menguntungkan Korea Selatan, seperti dibidang ekonomi dan juga keamanan. Visi mengadakan reunifikasi dengan Korea Utara yang diinginkan Presiden Korea Selatan ini didasari oleh keyakinan yang positif dan akan menghasilkan hal yang positif juga. Proses reunifikasi di Jerman pada tahun 1990 menginspirasi Presiden Kim Dae Jung reunifikasi tersebut agar dapat terealisasikan di Semenanjung Korea. Keinginannya melakukan reunifikasi dengan Korea Utara disampaikan juga dalam berbagai forum internasional, pada bulan Maret 2000 ketika Kim Dae Jung mengunjungi Jerman, Kim Dae Jung juga menyerukan kepada pihak Pyongyang agar mau mulai membuka dialog dengan pihak Seoul.
8
Dalam reunifikasi Semenanjung Korea yang disiasati Presiden Korea Selatan ada beberapa faktor pendukung dan juga penghambat untuk menyatukan kedua Korea ini, faktor pendukungnya yaitu dengan adanya kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Pihak Korea Selatan memandang bahwasnya banyak peluang usaha yang dapat digali di Korea Utara, seperti daerah Geomdeok yang terdapat bermacam-macam logam dan juga pengembangan sumber daya alam. Adapun daerah Najin dan Seonbong merupakan salah satu zona ekonomi yang patut dikembangkan sebagai pusat transportasi dan tujuan turis. Selain itu yang menjadi faktor pendukung eksternal reunifikasi Semenanjung Korea, adanya dukungan dari empat negara besar yaitu, Amerika Srikat, Jepang, China dan Rusia. Faktor penghambat ataupun penghalang reunifikasi seperti perbedaan sistem politik dan ancaman militer Korea Utara. Sejak terpisahnya Korea Utara dan Korea Selatan, selama perkembangannya memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama dibidang pemerintahan, Korea Selatan telah mengalami beberapa kali perubahan pemimpin sehingga telah mendapatkan banyak pengalaman mengenai penanganan krisi politik, seadangkan Korea Utara tidak mengalami perubahan dalam pemimpin karena menganut sistem The Founding Father. Kedua dibidang hubungan dengan Negara lain, dibawah kekuasaan Amerika serikat Korea Selatan telah menjalin hubungan dan kerjasama dengan masyarakat internasional sehingga Korea Selatan telah menjadi negara yang berkembang dan maju, sedangkan Korea Utara dengan politik isolasinya yang tertutub untuk mengadakan hubungan dengan dunia luar sehingga Korea Utara sulit untuk berkembang. (Fatimatuzzahra, 2012)
9
Keadaan Korea Utara yang semakin memprihatinkan, membuat Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung berusaha terus untuk membujuk Kim Jong-Il menerima kebijakannnya untuk mencapai reunifikasi. Sikap acuh pihak Korea Utara dan tidak menanggapi positif ajakan Kim Dae Jung tidak mematahkan semangatnya untuk terus merangkul Korea Utara. Upaya untuk membuat hubungan kedua Korea ini semakin membaik, Kim Dea Jung menyusun strategi Sunshine Policydengan memisahkan antara ekonomi dan politik. Kim Dae Jung juga mengidzinkan perusahaan perorangan untuk menanamkan usahanya di Korea Utara. Korea Selatan juga membrikan bantuan berupa beras, pupuk kimia, obat-obatan dan lain-lainnya untuk dapat melunakan pemerintahan Pyongyang. (Mas’ud & Yang, 2005)
Dengan adanya kebijakan Sunshine Policyatau kebijakan matahari Kim Dae Jung yakin akan dapat mengurangi situasi perang dingin di Semenanjung Korea. Presiden Korea Selatan ini pun telah berani membantu Korea Utara untuk lebih terbuka dan bergabung dengan komunitas internasional. Negara dan masyarakat Korea Utara dikenal oleh dunia luar sebagai tanah yang membeku. Presiden Kim Dae jung tak henti-hentinya ingin mencoba menyinari Korea Utara dengan sinar matahari. Melalui kebijakan sinar matahari yang didukung Presiden Kim Dae Jung, Chung Ju-Young, ketua umum Grup Bisnis Hyundai untuk pertama kalinya membuka pintu air. Chung menginjakan kakinya sambil mengemudikan sejumlah 500 ekor sapi melewati jalan darat antara Korea Utara dan Korea Selatan yang telah lama tertutup ketat. Sebagian besar usaha Chung di Korea Utara terbatas pada proyek-proyek kerjasama bidang ekonomi. Chung
10
bertemu dengan banyak pemimpin Korea Utara, termasuk presiden Kim Jong-Il. Melalui kunjungannya ke Pyongyang, Chung mengetahui bahwasannya para pemimpin Korea Utara sangat menginginkan kerjasama dalam segala bidang dengan pihak Korea Selatan karena mereka sudah cukup lama mengalami penderitaan dan kesulitan yang sangat besar, seperti kekurangan pangan dll.
Kunjungan Chung Ju-Young ke Korea Utara membawa hasil nyata, Presiden Kim Dae Jung mengirimkan banyak pengusaha untuk mencari kesempatan dalam membuka dan melakukan kerjasama dengan rekannya di Korea Utara. Walaupun belum cukup banyak, sejak saat itu sudah mulai terdapat kontak dalam berbagai bidang non politik. Keberhasilan kerjasama ini menjadi tanda keberhasilan pelaksanaan Kebijakan Sinar Matahari yang dipelopori Presiden Kim
Dae Jung. ( Mas’ud & Yang, 2005) Presiden Korea Selatan Kim Dae jung
mengadakan kunjungan ke Pyongyang pada tanggal 14-16 Juni 2000 sebagai bentuk wujud keberhasilan kebijakan sinar matahari yang dilaksanakn dengan sangat sabar. Pada tanggal 15 Juni 2000 Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il mencetuskan deklarasi bersama antar Korea sebagai hasil pertemuan puncak untuk melakukan reunifikasi di Pyongyang, ibukota Korea Utara. Pertemuan puncak antar Korea sangat mengandung arti penting dalam sejarah Korea, sebab pertemuan itu untuk pertama kali diselenggarakan setelah Semenanjung Korea terbagi dua sejak tahun 1945. Hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 2000 pun diserahkan kepada presiden Kim Dae Jung.
11
C. TRANSISI PEMERINTAHAN KIM JONG-IL KE MASA