SKRIPSI
PENOLAKAN KIM JONG-UN TERHADAP PROGRAM REUNIFIKASI DUA KOREA OLEH KOREA SELATAN
(Kim Jong-Un’s Disagreement to Reunification of Korea, by South Korea)
Disusun Oleh : Wiwiek Aulia Nugraha
(20120510402)
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
SKRIPSI
PENOLAKAN KIM JONG-UN TERHADAP PROGRAM REUNIFIKASI DUA KOREA OLEH KOREA SELATAN
(Kim Jong-Un’s Disagreement to Reunification of Korea, by South Korea)
Disusun Oleh : Wiwiek Aulia Nugraha
(20120510402)
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
PENOLAKAN KIM JONG-UN TERHADAP PROGRAM REUNIFIKASI DUA KOREA OLEH KOREA SELATAN
(Kim Jong-Un’s Disagreement to Reunification of Korea, by South Korea) Disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (SI)
Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Wiwiek Aulia Nugraha
(20120510402)
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENOLAKAN KIM JONG-UN TERHADAP PROGRAM REUNIFIKASIDUA KOREA OLEH KOREA SELATAN
Disusun oleh:
WIWIEK AULIA NUGRAHA 20120510402
Telah di pertahankan, dinyatakan Lulus dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogjakarta, pada :
Hari/tanggal :Kamis, 12 Mei 2016 Pukul :08.00 WIB
Tempat :Ruang HI B Dosen Pembimbing
Sugito, S.IP., M.Si. NIK.19770824200210 163 074
Dosen Penguji 1 Dosen Penguji 2
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjan baik di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lainnya.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, 12 Mei 2016
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Belajarlah, karena tidak ada manusia yang dilahirkan dalam keadaan berilmu”
“Lakukan bagianmu semampumu yang kamu bisa. Selanjutnya, biarkan Allah melakukan bagian yang tak kamu bisa”
“Berterima kasihlah pada masalah yang datang pada air mata yang jatuh karena hadirnya menguatkan jiwa yang rapuh”
“Janji Allah itu pasti, biar rebah, jangan berubah Biar terbuang, terus berjuang
Ujian adalah terbiyah dari Allah Ta’ala Semakin dekat kepadaNya, Semakin kuat taufan yang melanda
Usah resah bila diuji Pasti kebahagiaan bakal dimiliki
Karena janji Allah itu pasti...”
“To be rich, is not what you have in your bank account, but what you have in your heart”
“No mattewhat problems you’re going through, the solution for it lies with Allah, so turn towords Him. He will never let you down”
“Sabar itu pahit, jujur itu pahit, dan ikhlas itu sangatlah pahit. Namun, semua yang pahit menyembuhkan segala macam penyakit”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan: Allah SWT
Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepadaku
Bapak dan Ibuku Tercinta Bapak Yunus dan Ibu Rusinah
Semoga atas segala cucuran keringat dan do’anya yang tanpa henti, Allah SWT selalu memuliakan kalian di dunia dan Akhirat. Dan yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan.
Untuk mbaku Roro Hindun serta Kakak iparku Izzul Fatchu reza yang telah banyak membantu, memberikan banyak nasehat serta mendukungku dan adik-adikku. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini bisa menjadi pacuan untuk
kita menjadi yang lebih baik lagi.
Keluarga Besar Al-Mujaddid UMY terima kasih karena telah memberikan pengalaman yang menyenangkan selama masa-masa kuliah ini, semoga kita tetap bisa menjadi saudara dan bisa menjadi remaja aktif yang positif serta dapat terus
mengabdikan diri menjadi orang yang berguna bagu nusa dan bangsa dengan karya-karya kita.
KeluargaBesarRainbow UMY dan teman-teman seperjuangan ITTC yang telahmenemanimasa-masaselamakuliah di jogja,
Sahabat –sahabat ku Sosgam’s Denis, Nadia, Angik, Bety, Nisa, Mutiara, Ayun, Mey, Epi teman seperjuangan selama kuliah di UMY. Partnerku Mahfud Khoirul
Amin dan Muhammad Yusuf Patria yang selalu memberikan pencerahan serta selalu mengajak dalam hal kebaikan. The Barbares Ocha, Icha, Firda, terima
vii
berikan selama aku kuliah, aku tidak akan melupakan semua yang telah kalian berikan selama ini.
Dan semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian KTI ini. “Sesungguhnya Allah akanmenaikkanderajat orang-orang yang
viii
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا ه مسب هتكربو ه ةمحرو مكي ع اسلا
Segala puji syukur kepada Allah SWT ang telah memberikan hidayah dan
taufiknya kepada kita sehingga sampai saat ini diberikan kemampuan untuk
istiqamah dalam melaksanakan perintah-perintahNya serta menjauhi segala
larangannya, yang mana menjadi kemaslahatan bagi makhluk semesta alam.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Rasulullah Muhammad SAW, serta para sahabat, keluarga hingga akhir
zaman. Alhamdulillah, atas izin Allah, penulis telah menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penolakan Kim Jong-Un Terhadap Program Reunifikasi Dua Korea Oleh Korea Selatan”dengan lancar dan tentunya bantuan dari berbagai macam pihak.
Skripsi ini pun disusun dengan tujuan sebagai wujud tanggung jawab dan
pengamalan terhadapa ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama berkuliah di
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis sangat berharap dengan skripsi
ini dapat menjadi sumbangsih baik Ilmu hubungan Universitas Muhhammadiyah
Yogyakarta.
Selajutnya penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
kerabat-kerabat yang telah memberikan kontribusi dalam kelancaran pembuatan skripsi ini
ix
1. Kepada orang tua tercinta Bapak Yunus dan Ibu Rusinah yang telah
memberikan dukungan, bantuan dan doa yang begitu besar, sehingga
penulis termotivasi dan dimudahkan oleh Allah SWT.
2. Kepada Mbaku Roro Hindun, Kakak Iparku Izzul Fatchul Reza, atas doa
bantuan dan dukungannya, hingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
3. Dosen Pembimbing Bapak Sugito., S.IP., M.Si yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga sampai pada
kesempurnannya. Masukan dan saran-saran beliau merupakan
pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis dalam penulisan karya
ilmiah ini.
4. Dosen penguji pendadaran Bapak Bambang Wahyu Nugroho, S.IP., M.A.
dan Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos. M.Si yang telah memberikan
masukan-masukan terbaiknya demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga
membawa kemanfaatan lebih untuk memperkaya khazanah keilmuan
dalam program studi Ilmu Hubungan Internasional. Bagi penulis,
masukan-masukan beliau memberikan inspirasi yang membawa perubahan
signifikan bagi skripsi ini.
5. Kepada dosen-dosen Ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan
penulis ilmu yang tak ternilai dan telah membuka wawasan penulis untuk
menjadi seorang akademisi dalam ilmu pengetahuan ini. ilmu yang mereka
berikan, bagi penulis merupakan amanah untuk dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kebaikan umat dan manusia seluruh alam, baik di dunia
x
6. Staff Tata Usaha Kantor Ilmu Hubungan Internasional yaitu Bapak Ayub,
Bapak Waluyo, Bapak Jumari, Mba Dyah Sulung dan Mbak Lia yang
telah memberikan petunjuk dan kemudahan administrasi dalam
merampungkan perkuliahan di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari semester awal hingga tahap
akhir penulis yakni wisuda.
7. Rekan – rekan seperjuangan penulis di Lembaga Kampus dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang penulis pernah berkecimpung di dalamnya yaitu: UKM Bahasa Arab
Al-Mujaddid, Rainbow, teman-teman Sosgam’s dari sinilah penulis
banyak menimba ilmu dan pengalaman selain yang terdapat di dalam kelas
perkuliahan.
8. Kolega – kolega Hubungan Internasional seluruhnya atas sokongan dan
dorongan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sangat baik dan lancar.
Penulis berharap Allah juga membalas kerabat-kerabat penulis yang belum
tersebutkan diatas, Semua yang terukir dalam tulisan ini tidak akan mungkin atau
mustahil dapat terselesaikan tanpa adanya izin dan pertolongan dari Allah SWT
Yang Maha Besar dan Maha Kuasa serta bantuan dari seluruh keluarga, sahabat,
kolega akademisi, dan para rekan seperjuangan penulis. Terakhir, penulis merasa
sangat bahagia dan sekaligus meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
xi
sesungguhnya Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga ilmu dalam skripsi
ini dapat menjadi Amal Jariyah baik bagi Penulis maupun Para Pembacanya
sehingga Allah SWT meningkatkan derajat kita semua di dunia dan akhirat. Amin
ya robbal’alamiin.
هتكربو ه ةمرو ميلع ماسلاو
Yogyakarta, 12 Mei 2016
xii
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI………i
HALAMAN PENGESAHAN………..iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN....………...iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO….……….v
KATA PENGANTAR.………...viii
BAB II DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA UTARA-KOREA SELATAN……….14
A. Sejarah Konflik Korea………..14
B. Sikap Korea Utara Terhadap Reunifikasi Semenanjung Korea…………...19
C. Transisi Pemerintahan Kim Jong-Il ke Masa Pemerintahan Kim Jong-Un………24
xiii
BAB III BIOGRAFI KIM JONG-UN………...32
A. Kehidupan Kim Jong-Un………..32
B. Karakter Kepemimpinan Kim Jong–Un...………38
E. Pengaruh Nilai dan Karakter Kepemimpinan Kim Jong-Un Terhadap Politik
Luar Negeri Korea Utara………..50
BAB IV KEBIJAKAN KIM JONG-UN UNTUK MENUNJUKAN
AROGANSI KOREA UTARA DI DUNIA INTERNASIONAL………54 A. Arogansi Korea Utara Dalam Program Nuklir……….54
B. Kekejaman Kim Jong-Un Terhadap Politik Luar Negerinya…...…………59
BAB V
PENUTUP………70
xiv
DAFTAR GAMBAR
1
Abstrak
Perayaan Ulang tahun Semenanjung Korea yang ke 70 yang disebut-sebut sebagai kesempatan bagi kedua Korea untuk merencanakan Reunifikasi gagal terwujud. Park Guen-hye selaku presiden Korea Selatan saat ini berencana akan menggelar dialog dengan Korea Utara untuk merencanakan Reunifikasi Semenanjung Korea. Kim Jong-Un Presiden Korea Utara menolak ajakan tersebut karena menurutnya Reunifikasi tersebut merupakan kemunafikan. Sebagai putra bungsu dari Kim Jong-Il, kehidupan awal dari Kim Jong-Un tidak diketahui kepastiannya. Hanya saja ketika remaja Kim Jong-Un diketahui telah mengenyam pendidikan di Swiss. Kim Jong-Il telah mempersiapkan bahwa Kim Jong-Un akan menggantikannya sebagai pemimpin Korea Utara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi beberapa buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, artikel, kutipan hasil penelitian, media massa, media sosial, serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan dalam proses penelitian ini. Bertujuan untuk mengetahui persepsi Presiden Korea Utara dalam pengambilan kebijakan mengenai reunifikasi dengan Korea Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh nilai kehidupan remaja Kim Jong-Un di Swiss yang terkenal hebat dan berkuasa. Sehingga menjadikan Kim Jong-Un sebagai pemimpin muda yang agresif, dimana dia mempertahankan sikap dan keputusannya tanpa memperdulikan orang lain, dan menginginkan hasil akhir sebagai pemenang untuk mencapai kepuasaanya. Diketahui bahwa Kim Jong-Un sengaja meniru gaya kepemimpinan kakeknya Kim Il-Sung yang dikenal sebagai Founding Father untuk dapat mengambil simpatik dari masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan yang diputuskan oleh Kim Jong-Un semata-mata ingin menunjukan arogansi Korea Utara didunia Internasional dan menunjukan bahwa dirinya merupakan sosok pemimpin yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
2
Abstract
The celebration of the 70th Korea Peninsula, which supposed to be the second chance of Korean to reunify was failed. Park Guen-Hye, as present South Korea president planned to establish a dialogue with North Korea regarding Korea Peninsula reunification. Kim Jong Un, North Korea president, rejected the invitation of reunification because he thinks that reunification is a form of hipocrisy. This research employs a qualitative method by using secondary data, obtained through documentation in scientific books, journals, articles, quotes from research result, mass media, social media, and other documents needed in this research. This study is aimed to identify the perception of North Korea president in making decision regarding reunification with South Korea. The result of the study showed that there is an influence of youth values of Kim Jong-Un in Swiss, who was known as mighty and powerful, therefore it makes Kim Jong-Un as an agressive youth leader. Kim Jong-Un intentionally imitated his grandfather’s leadership, Kim Il-Sung, known as the founding father to gain sympathy from the people. Hence, decison made by Kim Jong-Un was solely to show North Korea arogancy in international sphere and to show that he is a responsible and reliable leader figure.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Reunifikasi merupakan proses penyatuan kembali yang dilakukan 2
Negara atau lebih yang sebelumnya terpisah karena peristiwa sejarah. Upaya
reunifikasi ini dilakukan karna adanya upaya dari kedua atau lebih pihak Negara
yang terpisah untuk menjadikan kedua Negara atau lebih menjadi satu Negara
yang kuat dan ingin mewujudkan perdamaian dunia.(fatimatuzzahra, 2012).
Sudah enam puluh lima tahun berlalu dan semenanjung Korea belum juga berhasil
disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah
pihak korea. Dan terjalinlah reunifikasi semenanjung Korea pada tahun 2000
melalui keberhasilan kebijakan sunshine policyyang di pelopori presiden Korea Selatan Kim Dae Jung. Namun perdamaian tersebut hanya berjalan beberapa
tahun di karnakan wafatnya presiden Korea Utara Kim Jong Il yang kemudian
digantikan putra bungsunya Kim Jong Un sehingga terjadi pergantian Presiden di
Korea Utara.
Sebelum memperoleh kemerdekaannya Semenanjung Korea dikuasai oleh
jepang, namun karena kekalahan Jepang tanah dan bangsa Korea terbagi menjadi
dua akibat pertentangan ideologi antara Amerika Srikat dan Uni Soviet sebagai
pemenang perang saat itu. Setelah beberapa tahun kemudian karena adanya
perbedaan ideologi di antara keduanya, maka terjadilah perang Korea dari tahun
2
ketika militer Korea Utara menyeberangi perbatasan dan melakukan invasi ke
Korea Selatan.(Suryo, 2003)
Presiden pertama Korea Utara adalah Kim Il sung, kemudian beliau wafat
pada tanggal 8 juli 1994, Kim Il Sung wafat di usianya yang ke 82 tahun,
kemudian digantikan oleh putranya yaitu Kim Jong Il. Kim Jong Il adalah
presiden Korea Utara setelah ayahandanya Kim II Sung meninggal karena
serangan jantung. Pada masa pemerintahan Kim Jong Il Korea Utara lebih
mementingkan Militer untuk memperkuat pertahanan dari Negara lain. Kim Jong
Il terus mengembangkan pertahanan Korea Utara. Tujuan dari pengembangan
Nuklir tersebut untuk meningkatkan keamanan Korea Utara dari Amerika Srikat
yang memiliki senjata nuklir di Korea Selatan. Kebijakan militer yang dibuat oleh
Kim Jong Il mengenai pengembangan senjata nuklir yang digunakan sebagai alat
untuk mengimbangi kekuatan Amerika Srikat yang telah memberi terlebih dahulu
kepada Korea Selatan. (Ferawati, 2012)
Masa pemerintahan Presiden Kim Jong Il, Presiden Korea Selatan Kim
Dae Jung mengajak Presiden Kim Jong Il untuk melakukan reunifikasi Korea.
Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung merupakan sosok figur pemimpin yang
memiliki hati keras dengan berupaya merealisasikan segala kebijakan yang
dikeluarkannya seperti usahanya yang sangat antusias mereunifikasi Korea. Kim
Dae Jung mengeluarkan keputusannya yaitu Sunshine Policy (Kebijakan Matahari) dilakukan dengan cara yang konsisten mengajak Pyongyang untuk
berdamai dengan ketulusan hati, dan dengan kemauan keras untuk mencapai
3
segala caranya agar presiden Kim Jong-II menyetujui reunifikasi yang diajukan
oleh presiden Kim Dae Jung.(Fatimatuzzahra, 2012)
Melalui kebijakan sinar matahari (sunshine policy), Kim Dae Jung
mempelopori rekonsiliasi antara Korea Selatan dengan saudaranya, Kim Dae Jung
tetap berusaha membujuk Kim Jong Il untuk menerima ajakan reunifikasi darinya.
Kemudian Korea Selatan mengadakan kunjungan ke Pyongyang. Pertemuan
puncak antara presiden Kim Dae Jung dengan Kim Jong-Il tahun 2000 di
Pyongyang mengandung arti penting dalam upaya reunifikasi Korea. Melalui
puncak pertemuan itu, kedua Korea memilih cara penyatuan dengan hidup
bersama secara damai. Dan pertemuan puncak tersebut merupakan hasil kebijakan
sinar matahari Kim Dae Jung. Hasil nyata dalam pertemuan puncak antar Korea
adalah pertemuan Menteri Pertahanan kedua negara. Pertemuan kedua Menteri
Pertahanan dalam menuju arah normalisasi hubungan Korea Selatan dan Korea
Utara merupakan kemajuan yang sangat diharapkan oleh semua penduduk Korea
dan masyarakat internasional. (Fatimatuzzahra, 2012)
Tanggal 17 Desember 2011 presiden Kim Jong-Il wafat disebabkan
serangan jantung dan kelelahan fisik dan mental dalam mengemban tugas Negara,
tanggal tersebut merupakan kenangan tersendiri bagi warga Korea Utara.
Beberapa bulan sebelum wafatnya Kim Jong-Il telah menunjuk putra bungsunya
Kim Jong-Un yang baru berusia 20an sebagai penerus rezim komunis Korea
Utara. Kematiannnya meninggalkan duka mendalam bagi rakyatnya. (liputan.6,
4
Sejak wafatnya presiden Kim Jong-Il dan telah digantikan oleh putranya
Kim Jong-Un. Kim Jong Un adalah putra bungsu dari presiden Kim jong Il dan
dikenal sebagai presiden yang masih sangat muda saat baru menjabat yaitu
berusia 29 tahun saat menjadi Presiden Korea Utara. Kim Jong Un juga
merupakan pemimpin yang sering muncul di media massa dibandiing ayah dan
kakeknya. Kim Jong Un merupakan sosok presiden yang memiliki karakter jauh
berbeda dari mendiang ayahandanya. Dalam kepemimpinanya Kim Jong Un lebih
dikenal dengan kekejamannya, ketika Kim Jong-Il memenjarakan
musuh-musuhnya namun Kim Jong Un lebih memilih untuk membunuhnya. Tingkat
kekejamannya menjadikan orang disekitarnya kaget. Dalam tiga tahun
pemerintahannya telah banyak ratusan anggota elite telah dieksekusi. Banyak
pejabat tinggi Korea Utara tidak mengetahui arah pemerintahan Kim Jong Un. Di
awal tahun pemerintahannya 2011 Kim Jong Un telah mengeluarkan
kebijakannya melakukan uji tembak rudal jarak pendek dekat pantai timur. Aksi
uji coba penembakan rudal ini sempat membuat Amerika Srikat merasa khawatir.
(Septia, 2015)
Pada tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong Un menyampaikan pesan tahun
barunya melalui siaran telivisi, menyeruakan untuk membina hubungan lebih baik
dengan Korea Selatan, tetapi pada tanggal 13 Januari 2012 Korea Utara kembali
melakukan uji coba penembakan rudal jarak pendek sebanyak tiga kali ke laut
Jepang dan Semenanjung Korea. Dan aksi tersebut membuat Korea Selatan yang
5
Korea Selatan pun segera bertindak meminta bantuan kepada Amerika Srikat
untuk menghentikan aksi uji coba rudal oleh Kim Jong Un. (Septia, 2015)
Kondisi di Semenanjung Korea semakin memanas beberapa dekade ini,
hal itu terkait dengan program nuklir yang dilancarkan oleh Korea Utara. Presiden
Korea Selatan Park Geun-hye bersedia mengadakan pertemuan dengan Presiden
Korea Utara Kim Jong Un tanpa persyaratan. Park Geun-hye ingin segera
mengakhiri program nuklir Korea Utara dan mewujudkan reunifikasi yang damai.
Sejak terpisahnya Korea menjadi dua, Korea Utara dan Korea Selatan selalu
menunjukan ketidak akurannya, kedua pemimpin Negara tersebut hanya bertemu
dua kali sejak perang dunia II. Pertemuan terakhir diadakan antara pemimpin
Korea Utara pada waktu Presiden Kim Jong II dan Presiden Korea Selatan Kim
Dae Jung. (VOAindonesia, 2015)
Sejak akhir Desember 2013 Majelis Nasional Korea Selatan telah
menyerukan persiapan reunifikasi Negara Korea dan pembicaraan antara kedua
belah pihak dalam usaha untuk meredakan ketegangan. Namun, pada tanggal 09
Januari 2014 Korea Utara menolak resolusi parlemen Korea Selatan yang
menyerukan perlunya pembicaraan mengenai reunifikasi Korea. (VOAindonesia,
2015) Penolakan Korea Utara terus menerus dilakukannya, pidato Kim Jong Un
pada tanggal 1 Januari 2013 yang menginginkan reunfikasi tidak membuahkan
hasil. Korea Selatan terus menyeruakan penyesalannya terhadap Korea Utara atas
penolakan kembali dari Korea Utara mengenai tawaran untuk melakukan
pembicaraan diberbagai tingkatan saat kedua Negara itu bersiap untuk
6
Jepang. Ulang tahun ke 70 pembebasan dari kekusaan Jepang tahun ini,
merupakan kesempatan bagi kedua Korea, yang secara teknis masih berperang
dapat melakukan perundingan untuk reunifikasi. Namun rencana untuk menggelar
perayaan bersama telah gagal terwujud dikarnakan penolakan dari Presiden Kim
Jong Un. (Umar, 2015)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Presiden Korea Utara (Kim Jong Un) menolak rencana
reunifikasi yang diajukan oleh Park Guen-hye ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi Presiden Korea Utara dalam pengambilan kebijakan
mengenai reunifikasi dengan Korea Selatan. Untuk menjawab pertanyaan “
Mengapa Presiden Korea Utara (Kim Jong Un) menolak rencana reunifikasi oleh
Korea selatan? Saya membutuhkan :
D. KERANGKA PEMIKIRAN a. TEORI PERSEPSI
Teori persepsi versi Ole R Holsti “keputusan luar negeri dipengaruhi oleh persepsi dari aktor pengambil kebijakan tentang fakta yang dilihat dan dikaitkan dengan nilai yang dianut”. Didalam buku Mohtar Mas’ud yang berjudul “Study Hubungan Internasional” Naluri dan kepribadian adalah
segi-segi individual yang statik, sedangkan persepsi atau citra yang dimiliki individu
7
Bruch Russett dan Harvey Starr menjelaskan tentang tahapan pertama dalam proses pembuatan keputusan luar negeri adalah timbulnya suatu situasi,
yaitu timbulnya suatu masalah. Tetapi sebelum situasi itu muncul untuk
ditanggapi oleh para pembuat keputusan, ada tiga hal yang terjadi. Pertama,
adanya semacam stimulasi atau rancangan dari lingkungan, yang disebut “trigger
event”. Kedua, adanya upaya untuk mempersepsi stimulasi itu. Proses ini diterapkan oleh individu untuk menyeleksi, menata, dan menilai informasi yang
masuk tentang dunia sekitarnya. Ketiga, harus ada upaya menafsirkan stimulus
yang telah dipersepsi itu. Persepsi dan penafsiran itu sangat tergantung pada citra
yang ada dalam benak si pembuat keputusan.
Seperti yang telah kita bahas dimuka, tanggapan seseorang terhadap suatu
situasi, atau suatu stimulus, didasarkan pada persepsinya tentang situasi itu. Para
pembuat keputusan, seperti halnya manusia lainnya, dipengarui oleh berbagai
proses psikologik yang mempengaruhi persepsi dan proses psikologi lain yang
8 digambarkan oleh Holsti diatas mengenai, bagaimana seseorang mempengaruhi
persepsinya tentang dunia disekitarnya?. Mula-mula nilai dan keyakinan
seseorang membantunya menetapkan arah perhatiannya, yaitu menentukan apa
stimulusnya, apa yang dilihat dan apa yang diperhatikan. Kemudian, berdasarkan
sikap dan citra yang telah dipegangnya selama ini, stimulus itu di interpretasikan.
Dalam hal ini terdapat dua jenis citra, yaitu terbuka dan tertutup. Citra yang
terbuka menerima semua informasi yang baru, walaupun mungkin bertentangan
dengan citra yang dipegang selama ini, dan menggabungkannya dengan citra
yang telah dipegang itu, bahkan jika perlu merubah citra yang sudah dianut itu
agar cocok dengan kenyataan. Citra yang tertutup, karena alasan-alasan
psikologi, menolak perubahan dan karenanya mengabaikan saja informasi yang
9
masuk yang bisa dipakai untuk mendukung citra yang telah ada. Tetapi, baik
terbuka maupun tertutup, citra berfungsi sebagai saringan.
Persepsi, yang didasarkan pada citra yang sudah ada sebelumnya, adalah
proses seleksi. Sistem keyakinan adalah sekumpulan keyakinan, citra, atau model
tentang dunia yang dianut oleh seseorang. Menurut Holsti, ”sistem keyakinan terdiri dari serangkaian citra yang membentuk keseluruhan kerangka acuan atau sudut pandang (univers)seseorang. Citra-citra itu meliputi realitas masalalu, masakini, dan realitas yang diharapkan di masadepan, dan preferensi nilai tentang apa yang seharusnya terjadi”.Sehingga, sistem keyakinan menjelaskan
peran yang sangat penting bagi seseorang. Sistem keyakinan itu membantunya
berorientasi terhadap lingkungan, mengorganisasikan persepsi sebagai penuntun
tindakan, menentukan tujuan dan bertindak sebagai saringan dalam menyeleksi
informasi dalam setiap situasi.
Menurut Robert Jervis dalam pengambilan keputusan dalam bidang politik luar negeri yang paling penting adalah kecenderungan para pembuat
keputusan untung memandang negara-negara lain, terutama lawan atau
pesaingnya, lebih bersikap bermusuhan daripada senyatanya. Persepinya
menuntut si pembuat keputusan untuk memilih informasi yang menunjukan
bahwa lawan itu bersikap bermusuhan atau menafsirkan perilaku lawan yang
bermusuhan. Maka dari itu para pembuat keputusan akan cenderung
mengembangkan persepsi yang berkaitan. Mereka memandang perilaku lawan
sebagai tersentralisasi dan terkoordinasi, padahal mungkin saja tidak. (Mas'ud,
10
kesadaran akan keunggulan moralnya sendiri. Kepuasaan karena memiliki suatu
tujuan perjuangan dan karena kebutuhan oleh perjuangan itu untuk menentang dan
mengalahkan musuh, dan kepuasaan karna mampu membenci dan membunuh
tanpa dirisaukan oleh hati nuraninya. Dengan memiliki musuh, seseorang bisa
memandang dunia dalam citra hitam putih, citra yang secara sederhana
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Ini adalah citra yang tidak
menimbulkan kerisauan.
Teori ini dianggap relevan untuk menganalisis dan menjawab rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Presiden Korea Utara Kim Jong Un
merupakan sosok Presiden yang berbeda dari Ayah dan juga kakeknya, terutama
dalam pengambilan keputusan. Semasa kecil presiden Kim Jong Un pernah
bersekolah di Bern, Swiss. Sekolah internasional bahasa inggris swasta, dan ia
digambarkan sebagai sosok siswa yang pemalu, baik, mudah bergaul dan
menggemari basket. Tetapi, ketika Kim Jong Un melanjutkan sekolah di Liebefeld
Steinholzli di Koniz dari tahun 1998 sampai 2000, Ia digambarkan sebagai seorang
siswa yang ambisius, mudah bergaul, dan suka bermain basket. Sifatnya yang
ambisius merupakan turunan dari ayahandanya Kim Jong II. Semasa remaja, Kim
Jong Un terkenal sebagai peminum yang hebat dan tidak pernah mau mengakui
kekalahannya. Nilai kehidupan mewah dan kehebatannya semasa remaja yang
membuatnya hingga saat ini menjadi begitu agresif. Kim Jong Un adalah Presiden
yang masih sangat muda saat baru menjabat, yaitu berusia 28 tahun saat menjadi
Presiden Korea Utara. Kim Jong-Un memiliki karakter sangat fasis, nasionalis,
11
Hingga saat ini Konflik semenanjung Korea selalu mengalami ketegangan,
ditambah dengan adanya kebijakan baru Presiden Kim Jong Un mengenai uji
tembak rudal jarak pendek dekat pantai timur. Presiden Kim Jong Un
merupakansosokpresiden yang agresif, dimana mempertahankan sikap dan
keputusannya tanpamemperduliakan orang lain, menginginkan hasil akhirnya
sebagai pemenang. Hal ini dilakukan hanya untuk mencapai kepuasaanya sebagai
pemimpin yang tergolongmuda.Disampingitu Kim Jong Uningin menunjukan
kepada warga negaranya bahwa dia pemimpin yang dapat diandalkan dan
pelindung baginya. Sebagai pemimpin yang dictator, Kim Jong Un selalu
menuntut ketaatan penuh dari bawahannya dalam menegakkan disiplin
menunjukkan keangkuhannya, sehingga segala keputusan dapatdi ambil cepat dan
mudah.
E. HIPOTESIS
Dari rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang digunakan di atas
dapat ditarik hipotesis bahwa Penolakan Reunifikasi Korea Selatan Oleh Korea
Utara pada masa Pemerintahan Kim Jong Un adalah :
1. Kim Jong Un menolak reunifikasi karena adanya pengaruh nilai kehidupannya
di Swiss semasa remaja yang terkenal hebat dan tidak mau mengakui
kekalahannya menjadikan Kim Jong Un saat ini sebagai sosok pemimpin yang
agresif, dimna dia mempertahankan sikap dan keputusannya tanpa
memperdulikan orang lain, dan menginginkan hasil akhir sebagai pemenang
untuk mencapai kepuasaanya sebagai pemimpin yang tergolong muda. Dan
12
2. Kim jong un juga ingin menunjukan kepada warga negaranya bahwa dia
merupakan sosok pemimpin yang dapat diandalkan tanpa bantuan dari pihak
lain, serta kepemimpinannya yang dictator mempengaruhi segala keputusan
yang diambil dengan cepat dan mudah.
F.METODE PENLETIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dan
menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi beberapa
buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, artikel, kutipan hasil penelitian, media massa, media
sosial, serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan dalam proses penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi
kepustakaan (Library Research) yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan
jawaban dari rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis.
G. JANGKAUAN PENELITIAN
Untuk membatasi analisis dalam melakukan sebuah penelitian
dibutuhkan penetapan pembahasan topik penelitian. Pembatasan ini digunakan
agar penelitian yang disusun dapat lebih fokus dan mengarah pada sasaran objek
permasalahan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi analisis
tentang masa lalu kehidupan Kim Jong-Un yang mempengaruhi penolakan
program reunifikasi dua korea oleh Korea Selatan
13
H. RENCANA SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I. Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, Hipotesis atau jawaban teoristis mengenai rumusan
masalah yang diajukan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. Dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah sejarah terjadinya konflik di Semenanjung Korea serta penolakan Korea Utara terhadap
reunifikasi yang diajukan oleh Presiden Park Guen-Hye pada masa pemerintahan
Kim Jong-Un.
BAB III. Pada bab ini akan menjelaskan nilai kehidupan sosok Kim Jong Un pada masa remajanya di Swiss yang terkenal hebat dan tidak mau mengakui
kekalahannya hingga menjadikannya agresif yang mempertahankan sikap dan
keputusannya tanpa memperdulikan orang lain untuk mencapai kepuasaanya dan
menunjuk Korea Selatan sebagai musuh yang harus dikalahkan.
BAB IV. Bab ini akan menjelaskan Kim Jong Un sebagai pemimpin yang dictator sehingga mempengaruhi kebijakannya dalam pengambilan keputusan penolakan
reunifikasi dengan cepat dan mudah.
1
BAB II
DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA
UTARA-KOREA SELATAN
Pada bab II ini akan membahas mengenai sejarah awal mula konflik di
Semenanjung Korea hingga penolakan reunifikasi Korea Selatan oleh Presiden
Kom Jong-Un . Yang terdiri dari penjajahan Korea, konflik yang terjadi di
Semenanjung Korea,upaya reunifikasi Semenanjung Korea pada masa
pemerintahan Kim Jong-Il, transisi pemerintahan Kim Jong-Il ke masa
pemerintahan Kim Jong-Un serta akan membahas penolakan Kim Jong-Un
mengenai reunifikasi Korea oleh Presiden Korea Selatan Park Guen-hye.
A. SEJARAH KONFLIK KOREA
Pasca merdeka semenanjung korea dibawah kekuasaan jepang. Pada
awalnya Korea merupakan satu Negara dengan Nenek moyang yang memiliki
kebudayaan dan sejarah yang sama. Di semenanjung Korea terdapat beberapa
kerajaan salah satunya adalah kerajaan Choson dan Raja Sunjong sebagai
penguasa kerajaan tersebut. Jepang datang dan menduduki Korea karena adanya
perjanjian antara Jepang-Korea dan ini di umumkan raja Sunjong pada tanggal 29
Agurtus 1910. (seung-yoon, 2003) Pada masa Jepang menduduki Korea, rakyat
Korea merasakan siksaan dengan banyaknya dana yang dirampas serta larangan
penggunaan bahasa Korea hanya untuk membangun pemerintahan penjajahan
2
Dengan banyaknya penderitaan yang diciptakan Jepang rakyat Korea
melakukan perlawanan kepada pemerintahan penjajahan Jepang, mereka pun
membentuk pasukan untuk memperoleh kemerdekaan dan pasukan tersebut
bertepat di Cina dan juga Rusia untuk melakukan perjuangan. Rakyat Korea juga
membentuk pemerintahan Korea yang sementara di resmikan di Cina. Pada
tanggal 1 Maret 1919 puncak perjuangan rakyat Korea di mulai dengan
dibentuknya gerakan demonstrasi perdamaian, gerakan tersebut dinamakan
Gerakan Kemerdekaan 1 Maret yang dilakukan tanpa senjata.
Peluang kemerdekaan yang diinginkan rakyat Korea semakin terwujud
dengan adanya Perang Dunia II yang melibatkan Jepang sebagai aktor. Perhatian
Jepang mulai teralihkan, saat itu perhatian utama Jepang mempertahankan
pemerintahannya di Korea dan melindungi warga Negaranya disana. Pada tanggal
15 Agustus 1945, Jepang membebaskan rakyat Korea, memberikan pasokan
makanan selama 3 bulan, dan tidak ikut campur dalam kegiatan kemerdekaan.
Rakyat Korea pun segera membentuk Choson Kon-guk Junbi Wiwonhoe atau Komite persiapan kemerdekaan Korea.(Setiawati, 2003) Selain itu, mereka juga
segera mempersiapkan pasukan yang berada di Luar Negeri untuk melakukan
kerjasama dan hubungan dalam merebut kemerdekaan Korea. Pada tanggal 15
Agustus 1945 secara resmi Korea menjadi Negara yang merdeka.
Setelah Korea memperoleh kemerdekaanya, munculah dua kekuatan
ideologi besar yang masuk ke dalam Korea, yaitu pemenang Perang Dunia II
Amerika Srikat dan Uni Soviet. Para kekuatan asing pemenang Perang Dunia II
3
termasuk wilayah Semenanjung Korea yang dimana Uni Soviet mempengaruhi
wilayah Utara dan Amerika Srikat mempengaruhi wilayah Selatan dengan
pemahaman dan ideologi masing-masing. Hingga terbentuklah pemerintahan
administrasi masing-masing wilayah yang akhirnya tercipta dengan Democratic
People of Republic Korea yang dikenal dengan Korea Utara dan Republic of
Korea yang dikenal dengan sebutan Korea Selatan.(Raisamaili, 2011) Amerika
Srikat memilih Rhee Syngman sebagai pemimpin Korea Selatan dan Uni Soviet
mendukung Kim Il-Sung untuk menjalankan pemerintahannya atas Korea Utara.
Dengan terbentuknya masing-masing pemerintahan di Semenanjung
Korea, pemisahan di Semenanjung Korea semakin nyata. Hal ini semakin
membuat keadaan kedua Negara tersebut tegang dan memanas ditambah dengan
perbedaan ideologi yang bertentangan akan membawa dampak besar terhadap
hubungan kedua Negara. Pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara mendapatkan
bantuan dan dukungan militer besar-besaran dari Uni soviet dan melakukan invasi
militer ke Korea Selatan. Akibat serangan yang dilakukan Korea Utara, PBB
mencab Korea Utara sebagai agresor, dan PBB segera mengirimkan pasukan dari
beberapa Negara untuk membantu Korea Selatan menghadapi serangan Korea
Utara.
Keikutsertaan pasukan yang dikirimkan PBB dalam perang Korea telah
berhasil mengubah kedudukan Korea Selatan dan mengundang pasukan Cina
untuk membantu Korea Utara mengimbangi pasukan Korea Selatan. Banyaknya
campur tangan pihak luar menyebabkan parang antar bangsa Korea semakin
4
1950-1953, pada bulan Juli 1953 kedua Korea akhirnya menyetujui untuk
menandatangani perjanjian genjatan senjata dan mengakhiri perang Korea.
Setelah berakhirnya perang selama 3 tahun, hubungan bangsa Korea mulai terlihat
harmonis kembali. Demi mewujudkan kebahagiaan bangsa, Korea Utara dan
Korea Selatan mencari cara untuk dapat mewujudkan reunifikasi nasional yang
akan menyatukan kembali bangsa Korea. Untuk mewujudkan keinginan tersebut,
Korea Utara dan Korea Selatan menerabkan kebijakan penyambungan saluran
telefon antara komite pengawasan antar Korea dan menyelenggarakan pertemuan
Komite Kerja Antar Korea secara bergantian di Seoul maupun Pyongyang.
Namun, keharmonisan tersebut tidak berlangsung lama, karena Korea Utara
menghentikan usaha penyatuan yang tengah mereka lakukan dengan alasan yang
tidak dapat di terima oleh Korea Selatan. Meskipun demikian, Korea Selatan tidak
menyerah demi mewujudkan reunifikasi Korea. (mas'ud, 2005)
Perang antara Korea Utara dan Korea Selatan berlangsung selama 3 tahun
dan berakhir di tahun 1953, namun hal itu belum dapat menormalkan hubungan
antara Korea Utara dan Korea Selatan. Disebabkan masih banyaknya
konflik-konflik skala kecil masih sering terjadi saat ini. Konflik yang terjadi di
Semenanjung Korea ini memberikan dampak pada perekonomian kedua Negara
terutama Korea Utara. Pada tahun 1970 perekonomian kedua belah pihak mulai
seimbang, akan tetapi dalam merorientasikan perekonomian Negara, Korea Utara
lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibandingkan kebutuhan
rakyatnya.(Aji, 2015) Korea Utara sering kali mengalami kekurangan makanan
5
Korea Utara. Tak heran jika Korea Utara sering meminta bantuan dari Luar negeri
tak terkecuali dari Korea Selatan.
Pada tahun 2002, di Korea Utara telah dibangun kawasan industrial
Kaesong yang merupakan bagian dari Kaesong Directly Governed City. Ada beberapa perusahan dari Korea Selatan yang menjalankan pabrik dikawasan
perbatasan tersebut. Namun, melihat kondisi di Semenanjung Korea yang tidak
membaik, Korea Utara memutuskan untuk menutup kawasan industrial kaesong.
(Aji, 2015) Korea Utara juga menutup semua akses karyawan Korea Selatan di
wilayah Kaesong, sehingga pada tanggal 8 April 2013 pemerintah Korea Utara
menarik semua pekerjanya di kawasan industrial Kaesong dan kegiatan disana
benar-benar dihentikan. Hal tersebut dilakukan karna adanya ketegangan diantara
kedua Korea akibat dari peluncuran rudal yang dilakukan Korea Utara terhadap
Korea Selatan.
Keputusan pemerintah Korea Utara menutup industrial Kaesong selain
adanya ketegangan di antara kedua Korea juga disebabkan ketidak setujuan
pemerintah Korea Utara dengan adanya sanksi baru dari Dewan Keamanan PBB,
berupa Resolusi DK PBB No 2094 dikeluarkan pada tanggal 7 April 2013 secara
substansi mengutuk program nuklir Korea Utara dan memberlakukan sanksi
keuangan terbaru. ( Aji, 2015) Ketidak setujuan Korea Utara mengenai sanksi
tersebut ditunjukan dengan sikap Korea Utara yang semakin keras dengan
melakukan provokasi uji coba nuklir yang dimilikinya sehingga membuat
6
B. SIKAP KOREA UTARA TERHADAP REUNIFIKASI SEMENANJUNG KOREA
Semenanjung Korea terbagi menjadi dua Negara yaitu Korea Utara dan
Korea Selatan. Perpecahan yang terjadi di Korea disebabkan perbedaan ideologi
diantara keduanya yang menyebabkan konflik sejak tahun 1950-1953. Setelah
berakhirnya perang selama 3 tahun, pada tahun 1970 Korea Utara dan Korea
Selatan mulai tampil dikalangan masyarakat internasional karena keberhasilannya
dalam pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan kemiskinan dalam waktu yang
cukup singkat. (Fatimatuzzahra, 2012) Tidak hanya dari segi Ekonomi,
pertentangan dan persaingan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang semakin
tajam dan saling memperkuat sistem pertahanan masing-masing juga menjadi
syorotan masyarakat internasional.
Sejak pertempuran yang terjadi di Semenanjung Korea sepanjang tahun
50-an dan 60-an menjadikan Semenanjung Korea sangat bermusuhan, hal tersebut
semakin tidak menormalkan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan. Beberapa
upaya reunifikasi telah dilakukan namun belum dapat mendamaikan hubungan
mereka. Pada tanggal 1998, pemerintah Korea Selatan Presiden Kim Dae Jung
memiliki visi mencapai proses reunifikasi secara damai melalui dialog dan
bantuan ekonomi. Presdien Kim Dae Jung adalah aktivis gerakan pro-demokrasi
dan anti-militerisme, dilantik sebagai presiden Korea Selatan pada tahun 1998,
selalu beritikad baik dalam memimpin maupun dalam mengambil segala
kebijakan, dan telah melakukan banyak perubahan dalam kepemimpinanya di
7
Sikap Kim Dae Jung yang demokratis tercermin dalam segala tindakan
dalam pemerintahannya seperti melakukan perombakan politik demokrasi
kebebasan pers melepaskan para tahanan perlakuan buruh yang distandarkan
internasional serta dihapuskan larangan demonstrasi. Perjuangan dan pengalaman
hidup yang keras mampu membentuk Presiden Kim Dae Jung memjadi figur
pemimpin yang keras hati dengan segala upayanya agar segala kebijakannya dapat
terealisasikan seperti halnya reunifikasi Korea. Untuk merealisasikan reunifikasi
dengan Korea Utara Presiden Kim Dae Jung mengeluarkan kebijakan Sunshine Policy(Kebijakan Matahari) dilakukan dengan cara yang konsisten mengajak Pyongyang untuk berdamai dengan ketulusan hati dan mengurangi segala
kekhawatiran situasi yang ada.
Dalam mengeluarkan kebijakannya Presiden Kim Dae Jung juga
melakukan serangkaian usaha-usaha yang dapat menguntungkan Korea Selatan,
seperti dibidang ekonomi dan juga keamanan. Visi mengadakan reunifikasi
dengan Korea Utara yang diinginkan Presiden Korea Selatan ini didasari oleh
keyakinan yang positif dan akan menghasilkan hal yang positif juga. Proses
reunifikasi di Jerman pada tahun 1990 menginspirasi Presiden Kim Dae Jung
reunifikasi tersebut agar dapat terealisasikan di Semenanjung Korea.
Keinginannya melakukan reunifikasi dengan Korea Utara disampaikan juga dalam
berbagai forum internasional, pada bulan Maret 2000 ketika Kim Dae Jung
mengunjungi Jerman, Kim Dae Jung juga menyerukan kepada pihak Pyongyang
8
Dalam reunifikasi Semenanjung Korea yang disiasati Presiden Korea
Selatan ada beberapa faktor pendukung dan juga penghambat untuk menyatukan
kedua Korea ini, faktor pendukungnya yaitu dengan adanya kepentingan ekonomi
dan kepentingan politik. Pihak Korea Selatan memandang bahwasnya banyak
peluang usaha yang dapat digali di Korea Utara, seperti daerah Geomdeok yang
terdapat bermacam-macam logam dan juga pengembangan sumber daya alam.
Adapun daerah Najin dan Seonbong merupakan salah satu zona ekonomi yang
patut dikembangkan sebagai pusat transportasi dan tujuan turis. Selain itu yang
menjadi faktor pendukung eksternal reunifikasi Semenanjung Korea, adanya
dukungan dari empat negara besar yaitu, Amerika Srikat, Jepang, China dan
Rusia. Faktor penghambat ataupun penghalang reunifikasi seperti perbedaan
sistem politik dan ancaman militer Korea Utara. Sejak terpisahnya Korea Utara
dan Korea Selatan, selama perkembangannya memiliki beberapa perbedaan.
Perbedaan pertama dibidang pemerintahan, Korea Selatan telah mengalami
beberapa kali perubahan pemimpin sehingga telah mendapatkan banyak
pengalaman mengenai penanganan krisi politik, seadangkan Korea Utara tidak
mengalami perubahan dalam pemimpin karena menganut sistem The Founding Father. Kedua dibidang hubungan dengan Negara lain, dibawah kekuasaan Amerika serikat Korea Selatan telah menjalin hubungan dan kerjasama dengan
masyarakat internasional sehingga Korea Selatan telah menjadi negara yang
berkembang dan maju, sedangkan Korea Utara dengan politik isolasinya yang
tertutub untuk mengadakan hubungan dengan dunia luar sehingga Korea Utara
9
Keadaan Korea Utara yang semakin memprihatinkan, membuat Presiden
Korea Selatan Kim Dae Jung berusaha terus untuk membujuk Kim Jong-Il
menerima kebijakannnya untuk mencapai reunifikasi. Sikap acuh pihak Korea
Utara dan tidak menanggapi positif ajakan Kim Dae Jung tidak mematahkan
semangatnya untuk terus merangkul Korea Utara. Upaya untuk membuat
hubungan kedua Korea ini semakin membaik, Kim Dea Jung menyusun strategi
Sunshine Policydengan memisahkan antara ekonomi dan politik. Kim Dae Jung juga mengidzinkan perusahaan perorangan untuk menanamkan usahanya di Korea
Utara. Korea Selatan juga membrikan bantuan berupa beras, pupuk kimia,
obat-obatan dan lain-lainnya untuk dapat melunakan pemerintahan Pyongyang.
(Mas’ud & Yang, 2005)
Dengan adanya kebijakan Sunshine Policyatau kebijakan matahari Kim Dae Jung yakin akan dapat mengurangi situasi perang dingin di Semenanjung
Korea. Presiden Korea Selatan ini pun telah berani membantu Korea Utara untuk
lebih terbuka dan bergabung dengan komunitas internasional. Negara dan
masyarakat Korea Utara dikenal oleh dunia luar sebagai tanah yang membeku.
Presiden Kim Dae jung tak henti-hentinya ingin mencoba menyinari Korea Utara
dengan sinar matahari. Melalui kebijakan sinar matahari yang didukung Presiden
Kim Dae Jung, Chung Ju-Young, ketua umum Grup Bisnis Hyundai untuk
pertama kalinya membuka pintu air. Chung menginjakan kakinya sambil
mengemudikan sejumlah 500 ekor sapi melewati jalan darat antara Korea Utara
dan Korea Selatan yang telah lama tertutup ketat. Sebagian besar usaha Chung di
10
bertemu dengan banyak pemimpin Korea Utara, termasuk presiden Kim Jong-Il.
Melalui kunjungannya ke Pyongyang, Chung mengetahui bahwasannya para
pemimpin Korea Utara sangat menginginkan kerjasama dalam segala bidang
dengan pihak Korea Selatan karena mereka sudah cukup lama mengalami
penderitaan dan kesulitan yang sangat besar, seperti kekurangan pangan dll.
Kunjungan Chung Ju-Young ke Korea Utara membawa hasil nyata,
Presiden Kim Dae Jung mengirimkan banyak pengusaha untuk mencari
kesempatan dalam membuka dan melakukan kerjasama dengan rekannya di Korea
Utara. Walaupun belum cukup banyak, sejak saat itu sudah mulai terdapat kontak
dalam berbagai bidang non politik. Keberhasilan kerjasama ini menjadi tanda
keberhasilan pelaksanaan Kebijakan Sinar Matahari yang dipelopori Presiden Kim
Dae Jung. ( Mas’ud & Yang, 2005) Presiden Korea Selatan Kim Dae jung
mengadakan kunjungan ke Pyongyang pada tanggal 14-16 Juni 2000 sebagai
bentuk wujud keberhasilan kebijakan sinar matahari yang dilaksanakn dengan
sangat sabar. Pada tanggal 15 Juni 2000 Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung
dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il mencetuskan deklarasi bersama antar
Korea sebagai hasil pertemuan puncak untuk melakukan reunifikasi di
Pyongyang, ibukota Korea Utara. Pertemuan puncak antar Korea sangat
mengandung arti penting dalam sejarah Korea, sebab pertemuan itu untuk pertama
kali diselenggarakan setelah Semenanjung Korea terbagi dua sejak tahun 1945.
Hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 2000 pun diserahkan kepada presiden Kim
11
C. TRANSISI PEMERINTAHAN KIM JONG-IL KE MASA PEMERINTAHAN KIM JONG-UN
Pertemuan bersejarah antara Presiden Kim Dae Jung dari Korea Selatan
dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il merupakan titik balik memasuki era baru.
Pertemuan puncak itu memiliki arti yang sangat penting bagi Semenanjung Korea
karena didasari saling pengertian antara kedua belah pihak, dimna bangsa Korea
akan bersama-sama dapat menciptakan perdamaian. Dengan dimulainya
hubungan kerjasama maka perang dingin yang ada diseluruh dunia ini akan
mencair. Negara dan bangas Korea akan memegang peranan yang besar untuk
memberikan sumbangan bagi masyarakat internasional. Sejak adanya reunifikasi
yang telah terjalin di Semanjung Korea telah banyak kerjasama ekonomi antar
Korea yang terus berlanjut dan menguntungkan, kerjasama tersebut akan
meningkatkan kepercayaan diantara keduanya dan dapat meningkatkan kerjasama
ekonomi internasional yang sejahtera. . ( Mas’ud & Yang, 2005 )
Kebijakan Sinar Matahari yang dipropokatori Presiden Kim Dae Jung
berhasil membuat hubungan kedua Korea menjadi lebih baik, akan tetapi
keberhasilan dan perdamaian yang terjalin diantara keduanya tidak berlangsung
lama. Pada tanggal 17 Desember 2011 Presiden Korea Utara Kim Jong-Il wafat
disebabkan adanya serangan jantung dan juga kelelahan fisik serta mental karna
beratnya mengemban tugas Negara. Pemerintahan Korea Utara pun segera
digantikan oleh Putra bungsu Presiden Kim Jong-Il yaitu Kim Jong-Un. Menurut
berita yang didapat, sebelum wafat Presiden Kim Jong-Il telah menunjuk Putra
12
Jong Un adalah Presiden yang masih sangat muda saat baru menjabat, yaitu
berusia 28 tahun saat menjadi Presiden Korea Utara. Kim Jong-Un memiliki
karakter sangat fasis, nasionalis, dan emosinya seringkali meletup-letup dalam
memimpin Korea Utara.
Sejak tahun 2010 Presiden Kim Jong-Il telah mempersiapkan putra
bungsunya Kim Jong-Un untuk mengambil alih dan memimpin militer Korea
Utara, yang merupakan tulang punggung dari Negara Komunis ini. Kim Jong-Un
telah diberi pangkat Jendral Bintang 4 dan telah menjabat sebagai Wakil Direktur
Komisi Pusat Militer Korea Utara. Semenjak kecil Kim Jong-Un mengenyam
pendidikan di Swiss, bersekolah di Sekolah Internasional bahasa inggris
menggunakan nama samaran “Pak-chol” dan digambarkan sebagai seorang siswa
yang ambisius.(Murtiaja, 2010) Terpilihnya Kim Jong-Un sebagai Presiden Korea
Utara menimbulkan kecemasan atas situasi Semenanjung Korea dan melihat
nasib bangsa Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong-Un, terbukti bahwa
dirinya merupakan sosok pemimpin yang tergolong masih sangat muda yang
masih membutuhkan banyak pengalaman didalam perpolitikan eksternal maupun
internal. Namun, Presiden Kim Jong-Un masih tetap melakukan konsolidasi
sebagai pembuktian bahwa dirinya adalah seorang Pemimpin yang dapat
dihandalkan dengan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyatnya.
Bahkan Presiden baru Korea Utara ini nampak lebih terbuka kepada dunia dalam
menciptakan stabilitas di kawasan Asia Timur khususnya di Semenanjung Korea.
(Ariyadi, 2013) Berbeda dengan Ayah dan juga Kakeknya yang lebih tertupu dan
13
Permasalahn demi permasalah timbul di Korea Utara sejak Presiden Kim
Jong-Un masih melanjutkan kebijakan Ayahnya yaitu Military Firstyang menjadikan nuklir sebagai pertahanan diri dan juga alat politik dalam mencapai
kepentingan Korea Utara dalam hal bargaining positionselagi Korea Utara memiliki nuklir, hal tersebut dibuktikan dengan meluncurkan roketnya dan
melakukan uji coba nuklir yang dapat menimbulkan ketegangan atas tindakan
yang dilakukan Presiden Kim Jong-Un. (Ariyadi, 2013) Presiden Kim Jong-Un
terkenal dengan sikapnya yang kejam, ketika Presiden Kim Jong-Il memenjarakan
musuh-musuhnya akan tetapi Kim Jong-Un lebih memilih untuk
menghabiskannya. Meskipun mendiang Ayah dan Kakeknya Kim II Sung
dianggap kejam oleh banyak pihak internasional, Kim Jong-Un memerintah
dengan tingkat kekejaman yang lebih tinggi. Dalam tiga tahun pemerintahannya
sudah beberapa anggota elit Korea Utara telah dieksekusi, pejabat tinggi Korea
Utara tidak mengerti jalan pemerintahannya dan penderitaan rakyat Korea Utara
semakin dirasakan dengan turunya perekonomian Negara. (Indonesia, 2015)
Semenanjung Korea semakin memanas dengan adanya aksi uji coba nuklir
dari Korea Utara, uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara menimbulkan
beberapa macam reaksi dari dunia internasional. Kebijakan nuklir Kim Jong-Un
yang pertama dilakukan pada tanggal 19 Desember 2011. Terlepas dari pro dan
kontra reaksi komunitas internasional, uji coba nuklir yang dilakukan Presiden
Kim Jong-Un merupakan bentuk diplomasi internasional untuk menyuarakan
kepentingan nasional Korea Utara agar didengar komunitas internasional.
14
politik internasional, dan kesulitan untuk berintegrasi dengan komunitas
internasional. Tentu saja hal ini membuat Korea Selatan mengalami “Security
delima” meskipun Korea Utara memberikan prioritas utama pada peningkatan
kekuatan militernya, akan tetapi tetap saja Korea Selatan meminta Amerika Srikat
untuk mengatasi hal tersebut. Aksi yang dilakukan Kim Jong-Un tidak lain
sebagai ancaman kepada Amerika Srikat dan Korea Selatan, dan Kim Jong-Un
terus menerus melakukan peluncuran rudal buatan Negaranya. (Fachri, 2015)
Pemerintahan Korea Utara dibawah ke Pemimpinan Kim Jong-un yang
semakin agresif dengan melakukan uji coba nuklir kembali pada tanggal 03 Maret
2014. Amerika Srikat dan Korea Selatan selalu waspada dengan aktivitas yang
dilakukan Korea Utara yang dapat mengganggu stabilitas keamanan global.
Amerika Srikat dan Korea Selatan mencari cara untuk mengatasi uji coba rudal
yang dilakukan Korea Utara dengan melakukan latihan gabungan militer
digunakan untuk mencegah dan menangkal aktivitas uji coba rudal Korea Utara.
Amerika Srikat mengerahkan 12.500 pasukan ke Korea Selatan sebagai salah satu
bentuk respon Amerika Srikat terhadap uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara
pada pemerintahan Kim Jong-Un. Pasukan yang dikirim Amerika Srikat telah ikut
berpartisipasi dalam menjaga wilayah di Korea Selatan. (Fachri & Septia, 2015)
D. PENOLAKAN KIM JONG UN TERHADAP TUNTUTAN KOREA
SELATAN UNTUK REUNIFIKASI
Reunifikasi telah lama menjadi prioritas, baik untuk Seoul maupun
Pyongyang. Perang Korea yang terjadi antara 1950 sampai 1953 berakhir dengan
15
kedua Korea masih dalam status perang. Hubungan kedua Korea juga terbilang
turun naik, akibat provokasi yang kerap dilakukan Korut dan latihan perang
bersama yang dilakukan Korsel dengan Amerika Serikat.Sejak terpisahnya Korea
menjadi dua, Korea Utara dan Korea Selatan selalu menunjukan ketidak
akurannya, kedua pemimpin Negara tersebut hanya bertemu dua kali sejak perang
dunia II. Pertemuan terakhir diadakan antara pemimpin Korea Utara pada waktu
Presiden Kim Jong II dan Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung. (VOAindonesia,
2015)
Kondisi di Semenanjung Korea di ketahui semakin memanas beberapa
dekade belakangan ini. Hal ini terkait dengan program nuklir yang diluncurkan
oleh Korea Utara. Terobsesi demi menciptakan perdamaian di Semenanjung
Korea, Presiden Korea Selatan Park Guen Hye menyatakan siap untuk duduk di
satu meja dan berdialog dengan Presiden Korea Utara Kim Jong-Un. Untuk
mengakhiri aksi saling melontarkan rudal antara Korea Utara dan Korea Selatan,
Park Guen Hye akan menggelar pertemuan dengan Presiden Kim Jong-Un. Park
Guen Hye membentuk sebuah komite yang bekerja dibawah kontrolnya guna
mewujudkan reunifikasi dengan Korea Utara. Komite tersebut akan mencakup
para ahli dari setiap sektor masyarakat untuk memperluas dialog antar Korea
dengan tujuan akhir reunifikasi antara Korsel dan Korut.(Maulana, 2014)
Keinginan Presiden Park Guen hye dan pembentukan komite untuk
menggelar pertemuan dan berdialog dengan Kim Jong-Un guna mewujudkan
reunifikasi kembali antar korea ditolak oleh Kim Jong-Un. Akhir Desember 2013
16
sebagai tonggak untuk menawarkan pembicaraan dengan Korea Utara.
Kementrian Pertahanan Korea Selatan meminta Pyongyang untuk menghadiri
dialog pertahanan Seoul pada September, sebuah forum keamanan yang diikuti
oleh 30 Negara termasuk Amerika Srikat dan Tiongkok. Akan tetapi, Pyongyang
menolak pada kedua usulan itu dan menyebut itu sebagai usaha “tak tahu malu”
untuk menyembunyikan kebijakan bermusuhan Seoul terhadap Korea
Utara.(Marboen, 2015) Kementrian Univikasi Seoul mengutarakan penyesalannya
terhadap penolakan tawarannya dan meremehkan upaya Korea Selatan untuk
berdialog melakukan pembicaraan di berbagai tingkatan saat kedua negara itu
bersiap untuk memperingati ulang tahun ke-70 pembebasan Semenanjung Korea
dari penjajahan Jepang.
Penolakan proposal oleh Presiden Korea Utara Kim Jong-Un mengenai
reunifikasi yang diajukan Korea Selatan merupakan kegagalan bagi Semenanjung
Korea untuk kembali bersatu. Latihan perang militer Amerika Srikat dan Korea
Selatan yang tidak berhanti disebut-sebut sebagai alasan penolakan itu.
Kementerian Reunifikasi Korea Selatan merilis sebuah pernyataan
dari Pyongyang dengan mengatakan, perundingan, pertukaran dan kontak
dengan Korea Selatan tidak dapat dilakukan tanpa menyelesaikan isu-isu
sanksi.Korea Utara mengatakan Korea Selatan harus mencabut sanksi-sanksi
tersebut jika berminat pada perundingan kemanusiaan. Sanksi-sanksi tadi
dikenakan oleh Seoul dalam bulan Mei 2010 setelah sebuah kapal selam. Korea
17
46 pelaut.Sanksi-sanksi tersebut menghentikan perniagaan, investasi, perjalanan
1
BAB III
BIOGRAFI KIM JONG-UN
Pada bab III ini akan membahas mengenai biografi kehidupan Kim
Jong-Un, latar belakang pendidikan sosial sejak dirinya mengenyam studi di Swiss
hingga diangkat menjadi Presiden Korea Utara menggantikan ayahnya serta
kepemimpinanya dalam mengambil kebijakan. Pada bab ini juga akan dibahas
mengenai karakter kepemimpinan Presiden Kim Jong-Un dalam memimpin Korea
Utara.
A. KEHIDUPAN KIM – JUNG UN
Presiden Korea Utara saat ini Kim Jong-Un merupakan putra bungsu dari
Kim Jong-Il, lahir di Korea Utara pada tanggal 08 Januari 1983, sebagian besar
kehidupan awal dari Kim Jong-un tidak diketahui kepastiannya. Kim Jong-Un
merupakan Putra bungsu dari Ko Young Hee, merupakan seorang penyanyi opera
dan Kim Jong-Il merupakan seorang pemimpin militer yang berorientasi di
Negara selama lebih dari satu dekade sampai kematiannya. Kakek Kim Jong-Un
adalah Kim Il-Sung yang dianggap sebagai bapak pemdiri Korea Utara.
Kim Jong-Un diyakini telah mengenyam pendidikan bahasa inggris di
salah satu sekolahan internasional di Gumligen di dekat Bern Swiss, bermula pada
tahun 1993-1998 dengan menggunakan nama ”Chol-Pak atau Pak-chol”. Saat
mengenyam pendidikan di Swiss, sosok Kim Jong-Un digambarkan sebagai siswa
yang pemalu, baik, mudah bergaul dengan teman-temannya dan menggemari bola
2
dikawal dengan siswa yang lebih tua yang di duga adalah pengawalnya. Setelah
itu Kim Jong-Un melanjutkan studinya ke sekolahan Liebefeld Steinholzli di
Koniz pada tahun 1998-2000. Di sekolah barunya ia dikenal dengan nama
“Pak-Un atau “Pak-Un-Pak” dan dikenal sebagai anak dari seorang pegawai kedutaan di
Swiss.(press, 2009) Pihak Koniz membenarkan dengan adanya seorang siswa asal
Korea Utara anak pegawai kedutaan yang bersekolah di sana pada tahun
1998-2000. Namun, pihak Koniz tidak bersedia memberikan rincian identitas Kim
Jong-Un atau Park-Un. Awal mula pendidikanya di sekolahan Liebefeld
Steinholzli, Kim Jong-Un hanya mengikuti kelas pendidikan bahasa, kemudian
mulai bergabung dikelas reguler sejak kelas 6, 7 dan 8 hingga tamat
menyelesaikan kelas 9 nya pada musim gugur di tahun 2000. (Harden, 2009) Di
Sekolahannya Kim Jong-Un dikenal sebagai sosok siswa yang ambisius, mudah
bergaul dan memiliki kegemaran bermain basket. Akan tetapi nilai akademik dan
tingkat kehadiran yang diperolehnya sangat buruk. Teman-teman Kim Jong-Un
mengenal dirinya sebagai anak yang pemalu dan canggung jika dihadapkan
dengan gadis-gadis dan bersikap acuh tak acuh dengan isu-isu politik, namun
kelebihannya dalam bidang olahraga, terutama basket menjadikan Kim Jong-Un
mengidolakan beberapa pemain basket.(henckel, 2009)
Setelah menyelesaikan studinya di Swiss, Kim Jong-Un dikabarkan
melanjutkan studinya di Universitas Kim Il-Sung merupakan salah satu
Universitas di Korea Utara yang diberi nama kakeknya, yaitu perguruan tinggi
perwira-pelatihan di Pyongyang pada tahun 2002-2007. Sebagai seorang remaja
3
militer. Dan menginginkan untuk memulai karirnya di Korean Worke’s
Party(Partai yang berkuasa di Negara itu) atau di Biro Politik Umum Angkatan Darat yaitu dua organisasi yang terlibat dalam pengawasan dari
pemerintah.(Murray, 2015) Pada tahun 2009 desas desus mulai beredar bahwa
Kim Jong-Un sedang dipersiapkan sebagai pengganti ayahnya nanti. Dan pada
tahun 2009 Kim Jong-Un terdaftar sebagai calon Majelis Rakyat Agung. Pada
bulan April Kim Jong-Un diberi jabatan di National Defense Commission (NDC)
atau komisi kuat pertahana nasional sebagai pemimpin NDC, merupakan kantor
tertinggi di Negara itu. (Murray, 2015)
Pada bulan Juni Kim Jong-Un dilaporkan telah diberikan jabatan sebagai
Kepala Departemen Kemanan Negara. Hingga pada bulan September 2010 Kim
Jong-Un telah diberikan jabatan tinggi Jendral bintang empat, meskipun belum
diketahui kejelasan tentang pengalamannya di bidang militer sebelumnya. Waktu
pengangkatanya dianggap signifikan, karena tak lama datang sebelum dimulainya
rapat umum pertama KWP (Korean Worke’s Party) sejak tahun 1980 ketika
ayahnya ditunjuk untuk menggantikan kakeknya Kim Il-Sung. Semakin jelas
posisi Kim Jong-Un yang dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya. Tak lama
setelah pengangkatanya, Kim Jong-Un dan ayahnya Kim Jong-Il bermain basket
bersama, ketika itu Kim Jong-Un diperkirakan memiliki tinggi 180 cm dan
beratnya 190 dan Kim Jong-Il memerintahkan putranya agar meningkatkan berat
badannya supaya terlihat lebih mengesankan. (Leadership, 2012)
Diperkirakan ketika berumur 15 tahun Kim Jong-Un mulai