• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.5 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2007:40)

Menurut Sherif dan Sherif (1956:489), sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. (Rakhmat, 2007:40)

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul dari reaksi individu. Reaksi yang terjadi sangat eveluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positive dan negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001:40)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikian, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat, 2001:42)

Pada hakekatnya, sikap adalah merupakan suatu interalisasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada 3 yaitu :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

Apabila dikatakan dengan tujuan komunikasi, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau content) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan. b. Dampak afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa

yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak konatif (behavioral) merupakan dampak yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat dipahami, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005:219).

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative, jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek (Effendy, 1993:6).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan, apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan ‘gagal’ maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, negative, atau netral dengan melihat jumlah skor yakni yang dilihat dalam komponen kognitif dengan sangat tidak tahu (STT), tidak tahu (TT), tahu (T), dan sangat tahu (ST) dan komponen afektif dan konatif sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.

2.1.6 Pemberitaan Makelar Kasus Pajak

Pemberitaan makelar kasus pajak ini bermula, saat bintang tiga nonjob Komjen Pol Susno Duadji mengungkap adanya Makelar kasus (markus) pajak di tubuh Mabes Polri. Yaitu temuan tentang kasus pajak yang diduga uangnya dibagi-bagi antara penyidik di Korps Bhayangkara. Susno menyampaikan adanya money laundering (pencucian uang) yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak GT (Gayus Tambunan). Salah satu alat bukti yang disita dari GT adalah sebuah rekening berisi uang Rp 25 M. Saat masih menjabat, Susno meminta anak buahnya di Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim untuk menuntaskan kasus itu. Tapi sebelum kasus tersebut rampung, Susno keburu di-non-job-kan. Dia lengser dari Kabareskrim diganti rekan seangkatannya, Komjen Ito Sumardi. Kasus tersebut tak dilanjutkan. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Menurut Susno, kasus duit sitaan pajak Rp 25 miliar itu tidak dituntaskan. Sejumlah Perwira dan Penyidik di Mabes Polri malah diduga kecipratan duit haram tersebut. Uang Rp 25 miliar tersebut, sebelumnya telah dibekukan karena telah masuk dalam proses pengadilan. Namun, uang tersebut oleh penyidik dicairkan karena ada seorang pengusaha AK (Andi Kosasih) yang mengaku sebagai pemilik uang tersebut. (Jawa Pos, 19 Maret 2010)

Sudah ada tujuh tersangka dalam kasus ini. Seorang terangka baru, Alif Kuntjoro, ditahan kemaren. “Dia yang disuruh Gayus memberikan hadiah motor gede ke Kompol Arafat. Enam tersangka lainnya, yaitu GT (Gayus Tambunan), AK (Andi Kosasih), HH (Haposan Hutagalung), A (Kompol Arafat), S (AKP Sri Sumartini), dan L (Lambertus). (Jawa Pos, Minggu 4 April 2010)

Berdasarkan data dari Pusat pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), tercatat Rp 25 miliar yang dilaporkan ke penyidik Polri. Namun, penyidik hanya menyatakan Rp 395 juta yang terkait tindak pidana. Sementara sisanya, sekitar Rp 24,6 miliar tidak terbukti. (Jawa Pos, 26 Maret 2010)

Menurut Direktur KITSDA Ditjen Pajak Bambang Basuki memaparkan, sepanjang karirnya di Ditjen Pajak, Gayus memang banyak menangani kasus keberatan maupun banding oleh wajib pajak (WP) badan atau perusahaan. “Yang ditangani GT (Gayus Tambunan) memang yang besar-besar,” ujarnya. Sejak awal 2007 hingga pertengahan 2007, Gayus bertugas di subdirektorat banding hingga sekarang. Bambang menyatakan, saat berperkara dengan WP di pengadilan, Gayus memenangkan penolakan Ditjen Pajak atas keberatan yang di ajukan WP. “Diantara 17 proses keberatan pajak yang ditangani, 15 kasus ditolak pengadilan.

Artinya, Ditjen Pajak menang,” jelasnya. Namun, saat Gayus menangani kasus banding mulai pertengahan 2007 hingga awal 2010, hasilnya mengejutkan. Diantara 51 kasus banding, 40 kasus dikabulkan pengadilan. Artinya, 40 kali Ditjen Pajak kalah. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

Setelah melalui penyidikan, Polri segera melakukan pemanggilan kepada Andi Kosasih dan Gayus Tambunan untuk diperiksa. Andi Kosasih mengaku bahwa dirinya dan Gayus bersepakat mengaku Rp 24,6 miliar itu untuk beli ruko, uang itu kemudian bebas perkara dan bisa dibuka blokirnya pada 26 November 2009. Andi Kosasih menerima Rp 1,9 miliar dari uang tersebut (Jawa Pos,27 Maret 2010). Di tempat yang berbeda, Gayus pun juga mengakui adanya skema pembagian uang setelah dana dicairkan. Termasuk, rencana pemberian fee kepada jaksa dan penyidik serta atasan penyidik. (Jawa Pos, 6 April 2010)

Hasil dari eksaminasi yang ditindaklanjuti oleh pemeriksaan fungsional jajaran pengawasan Kejagung telah menjatuhkan sanksi pada dua jaksa senior yang terlibat dalam penanganan perkara Gayus, Cirus Sinaga dan Poltak Manulang. Yakni, pembebasan dari jabatan struktural. Cirus adalah ketua tim jaksa peneliti perkara Gayus yang kini menjabat asisten pidana khusus (Aspidus) Kejati Jateng. Sedangkan Poltak Manulang saat penanganan perkara Gayus menjabat direktur pra penuntutan pidana umum dan kini dicopot dari posisi Kejati Maluku. (Jawa Pos, 16 April 2010)

Penyidikan tentang makelar kasus pajak ini tetap berjalan sampai penelitian ini dilakukan. Tim independent pun telah menemukan titik terang dari kesaksian para tersangka, Kapolri Bambang Hendarso Danuari menyebut lima

kelompok pajak yakni, Kepolisian, Hakim dan Pengadilan, Kejaksaan, Aparat Pajak dan Makelar kasus.

Kepolisian, resmi tersangka: Kompol M. Arafat Enanie dan AKP Sri Sumartini. Diperiksa Propam: Kombes Eko Budi AKBP Mardiyani, Kombes Pambudi Pamungkas, Brigjen Radja Erizman, Brigjen Edmond Ilyas. Status dua orang lagi segera ditingkatkan menjadi tersangka.

Hakim dan Pengadilan, Muhtad Asnun, mantan ketua PN Tangerang, sudah dinonpalukan oleh MA. Panitera M. Ikat yangantarkan Gayus menyuap hakim, diperiksa. Bukti sudah cukup untuk menaikkan keduanya sebagai tersangka.

Kejaksaan, empat jaksa peneliti kasus Gayus, yakni Cirus Sinaga, Fadil Regan, Ika Savitri, dan Eka Kurnia, diperiksa sebagai saksi. Bukti cukup dinanti untuk menaikkan status para jaksa itu sebagai tersangka.

Aparat pajak, tersangka adalah Gayus Tambunan dan Alif Kuncoro. Mantan atasan Gayus, Matuli Pandapotan Manurung, yang sudah dicopot dari Kasi Pengurangan dan Pemberatan Ditjen Pajak, segera jadi tersangka.

Makelar kasus, para tersangkanya adalah Andi Kosasih, Haposan Hutagalung, dan Lambertus P. Ama. Andi berperan sebagai pengusaha yang mengklaim memiliki uang Gayus, Haposan mengatur scenario, dan Lambertus menjadi notaries surat-surat palsu. (Jawa Pos, 28 April)

2.1.7 Makelar Kasus

Menurut kamus Bahasa Indonesia online, makelar adalah perantara perdagangan (antara pembeli dan penjual); orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli atas dasar komisi. Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara. Maka dapat disimpulkan definisi mekelar kasus adalah seseorang yang menjadi perantara suatu hal atau perkara atas dasar imbal balik jasa berdasarkan komisi dari seseorang dan atau badan hukum yang tengah mengalami suatu hal persoalan atau kondisi atau tengah berperkara. (http//www.makelarkasutrustdhenata.com)

Makelar, dalam pengertian sederhana, adalah orang yang pekerjaannya menjadi perantara dalam melakukan transaksi, penjualan maupun pembelian, untuk orang yang menyuruhnya (majikan). Makelar diangkat oleh pemerintah dan sebelum menjalankan pekerjaannya disumpah oleh pengadilan negeri tempat ia berdomisili. Inti sumpahnya adalah bahwa ia akan menunaikan tugas dan kewajibannya dengan jujur. Kasus adalah peristiwa atau perkara yang menjadi urusan hukum. (Ensiklopedia, 1991:230)

2.1.8 Pajak

Menurut Prof. Dr. Rohmat Soemitro SH, dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan merumuskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen

prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.(Rahayu & Suhayati, 2009:1)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU no.28 tahun 2007 Pasal 1 angka 1)

Menurut S.I. Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada saja timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Siti, 2009:1)

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

 Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan Negara) dan fungsi regularend (pengatur). (Siti, 2009:3)

a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluran baik rutin maupun pengembangan. Sebagai sumber keunangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak penghasilan (PPh), pajak Pertahanan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Fungsi Regulared (pengatur)

Artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah daam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:

 Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).

 Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan:dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

 Tarif pajak ekspor sebesar 0%:dimaksudkan agar pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.

 Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja dan lain-lain:dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).

 Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi:dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi Indonesia.

 Pemberlakuan tax holiday:dimksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.

Badan usaha atau individu dalam kegiatan usaha dan pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa wajib untuk membayar pajak. Sesuai dengan system Self Assessment maka wajib pajak (individu atau badan usaha) mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau

kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). .(Rahayu dan Suhayati, 2009:185)

Sesuai dengan Pasal 4 UU Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000 dijelaskan bahwa yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. (http://cybermed.cbn.net.id)

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan usaha menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Yang dimaksud orang pribadi yang wajib memiliki NPWP itu adalah :

Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

 Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (http://dimaz.web.id)

Sesuai dengan Pasal 2 KEP-161/PJ./2001 dijelaskan bahwa :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajip Pajak Badan, wajip mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama 1 (satu ) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melaksanakan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang

jumlahnya telah melebihi Penghasilan TIdak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lambat akhir bulan berikutnya. (http://cybermed.cbn.net.id)

2.1.9 Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar, kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberi tanda, lambang maupun tanda, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu

komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkannya.

Unsur-unsur dari model ini adalah :

1. Pesan (stimulus) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang

2. Komunikan (organisme) merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. (Effendi, 2003:255)

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek. Perhatian adalah sejumlah stimulus yang diterima komunikan melalui salah satu indera maka yang lain akan terabaikan, pengertian adalah penafsiran suatu stimulus yang

diterima komunikan tergantung bagaimana stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan, sedangkan penerimaan adalah penciptaan dari stimulus yang diterima komunikan berupa sikap yang berubah atas suatu pesan yang diterima. Maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Menurut gambar ini model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “Pemberitaan Gayus Tambunan di harian Jawa Pos”. Mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahap berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya, komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesedian diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. (Effendy, 2003:256)

Dokumen terkait